Anda di halaman 1dari 146
Mangyemen Sistem Perawatan Terencana | Faktor Penunjang Perawatan Terencana | Pengelolaan Suku Cadang | Peningkatan Jadwal Kerja Perawatan | Perencanaan Jaringan Kerja | Latihan Kerja Perawatan MANAJEMEN PERAWATAN UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta ‘Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak cksklusif yang, terdir atas hak moral dan hak ekonomi. Pembatasan Pelindungan Pasal 26 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap: i, penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atan produk Hak ‘Terkait untuk pelaporan pperistwa aktual yang ditujukan hanya untuk Kepesluan penyediaan informasi aktual; fi, Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak ‘Terkait hanya untuk kepentingan penelitian ilmu pengetahuan; iii, Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak ‘Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogeam yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilma pengetahuan yang. memungkinkan suatw Ciptaan dan/atau produk Hak ‘Terkait dapat digunakan tanpa Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran. Sanksi Pelanggaran Pal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan petanggaran hak ekonomi sebagaimana imaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling, banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).. tiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Sipta melakukan pelangearan hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/ataw pidana denda paling banyak RpS0¥.000.000,00 (ima ratusjuta rupia), MANAJEMEN PERAWATAN Dr.Ir. Muhammad Arsyad, M.T. Ahmad Zubair Sultan, S.T., M.T., Ph.D. @epublish ‘and develop the intellectual of human's tite MANAJEMEN PERAWATAN ‘Muhammad Arsyad Ahmad Zubair Sultan Dessin Cover : Hedambang Rahmadhani ‘Tata Letak Isi: Tia Dvijayants Sumber Gambar : htips:/ /www-brecorder.com/ ‘wp-content/uploads/2017/05/textile-1024.pg Cotakan Pestama: April 2018 Hak Cipta 2018, Pada Penlis Ts diluar tanggung jawab pereetakan Copyright © 2018 by Deepublish Publisher All Right Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau ‘memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA) Anggota IKAPI (076/DIY/2012) JLRajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman JKaliurang K.9,3 — Yogyakarta 55581 “Telp/ Faks: (0274) 4533427 Website: www deepublish.co.id ‘www penerbitdeepublish.com E-mai:es@deepublish.co.id Katalog Dalam Terbitan (KDT) ARSYAD, Muhammad ‘Manajemen Perawatan/oleh Muhammad Arsyad dan Ahmad Zubair Sultan — Ed.1, Cet. 1--Yogyakarta: Deepublish, Apsil-2018, vii, 137 lm, Uk:15.5x23 em, ISBN 978-602-453-987-0 1, Manajemen ‘Teknik. 1 Judut \ 620.006 PRAKATA Buku Ajar Manajemen Perawatan disusun untuk melengkapi salah satu sarana dan prasarana dalam kegiatan perkuliahan pada Program Diploma D3 Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang. Sarana dan prasarana berupa Buku Ajar akan sangat membantu baik dosen maupun mahasiswa sehingga bisa menghasilkan alumni yang berkualitas. Buku Ajar ini menjadi referensi materi mata kuliah Manajemen Perawatan yang akan disampaikan dosen kepada mahasiswa. Buku Ajar ini terdiri dari Pendahuluan, Sistem Perawatan Terancana, Faktor Penunjang Perawatan Terencana, Pengelolaan dan Pengontrolan Suku Cadang, Peningkatan Jadwal Kerja Perawatan, Perencanaan Jaringan Kerja, dan Latihan Kerja Perawatan. Dalam Buku Ajar ini mahasiswa diarahkan untuk mempelajari dan memahami tentang penerapan materi manajemen perawatan yang dapat dijumpai dalam industri termasuk industri pertambangan. Berdasarkan informasi tersebut diharapkan mahasiswa lebih termotivasi untuk belajar dan memahami materi kuliah. Makassar, 25 Nopember 2017 Tim Penyusun vi PRAKATA.. DAFTARISI... BAB1 BAB2 BAB3 BAB4 DAFTAR ISI PENDAHULUAN .. 1.1 Pengertian Manajemen Perawatan.. 1.2 Tujuan Perawatan Mesin 13. Jenis-Jenis Perawatan 14 — Organisasi Perawatan. SISTEM PERAWATAN TERENCANA, FAKTOR PENUNJANG SISTEM PERAWATAN TERENCANA. 3.1 Inventarisasi.. 3.2 Daftar Fasilitas.. 3.3. Daftar Rencana Perawatan. 34. Spesifikasi Pekerjaan .. 3.5 Program Perawatan 3.6 Perencanaan Waktu Perawatan 3.7 Laporan Pekerjaan 3.8 Catatan Historis. 3.9 Pertanyaan/Tugas PENGELOLAAN SUKU CADANG. 4.1 Lokasi & Tata Letak Gudang.. 4.2 Dokumentasi Gudang. 4.3. Kontrol Suku Cadan; 4.4 Jumlah Pesanan Ekonomis 4.5 Penyimpanan Suku Cadan; 4.6 Pertanyaan/Tugas Sotne BABS PENINGKATAN JADWAL KERJA PERAWATAN 5.1 Program Efisiensi Perawatan. 5.2 Metode Praktis Membuat Jadwal Perawatan 5.3. Pembuatan Chart. 5.4 Proyek Perencanaan Sumber. 5.5 Pertanyaan/Tugas... BAB6 PERENCANAAN JARINGAN KERJA. 6.1 Penyusunan Diagram Jaringan Kerj 6.2 Bentuk Penggambaran NP. 63. Perhitungan Waktu Kejadian 64 Perhitungan Waktu Kegiatan 6.5 _ Lintasan Kritis... 66 Pertanyaan/Tuga BAB7 LATIHAN KERJA PERAWATAN 7.1 Penentuan Program Latihan Kerja Perawatan. 7.2 Faktor Penunjang Program Latihan. 7.3. Pertanyaan/Tugas.. DAFTAR PUSTAKA. GLOSARIUM.. RIWAYAT HIDUP PENULIS viii BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Manajemen Perawatan Kemajuan teknologi dunia demikian pesatnya yang masuk disegala aspek kegihidupan manusia diberbagai negara terutama negara berkembang, termasuk di Indonesia. Baik sebagai pelaku maupun sebagai pengguna. Banyak hasil kemajuan teknologi tersebut masuk ke Indonesia, baik berupa peralatan, mesin-mesin, maupun barang investasi lainnya. Bahkan ada kesan bahwa begitu mudahnya menanam investasi membeli mesin-mesin dari luar negeri, akan tetapi cenderung tidak memperhatikan perawatan mesin-mesin tersebut. Bahkan tidak sedikit berpendapat bahwa kegiatan perawatan merupakan kegiatan sia-sia yang membuang waktu, tenaga, dan uang. Padahal kegiatan perawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan dan memperlancar jalannya proses produksi yang telah direncanakan sebelumnya. Kelancaran proses produksi suatu industri, baik industri yang menghasilkan jasa maupun yang menghasilkan barang merupakan salah satu indikasi keberhasilan industri tersebut. Apabila proses berjalan dengan lancar tanpa berhenti secara tiba- tiba tentunya akan meningkatkan produktivitas industri tersebut. Alat-alat produksi seperti mesin terbuat dari berbagai jenis material seperti logam, plastik, karet. Hal ini membuat alat-alat produksi memiliki berbagai keterbatasan sehingga bisa mengalami kerusakan, baik kerusakan ringan, sedang, maupun kerusakan berat bahkan kerusakan tiba-tiba. Kerusakan tiba-tiba atau kerusakan tak terduga merupakan kerusakan yang sangat tidak diharapkan karena kerusakan tiba-tiba dapat menyebabkan terhentinya proses produksi dalam waktu tidak tertentu, artinya bisa lama, bisa juga singkat, tergantung kondisi kerusakan yang ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Hi terjadi. Oleh karena itu semua fasilitas produksi membutuhkan perawatan/pemeliharaan (maintenance). | Gambar 1.1 memperlihatkan begitu pentingnya peranan perawatan terhadap kelancaran proses produksi, dimana produk yang dihasilkan harus memenuhi tiga unsur yaitu berkualitas, harganya bersain dan terjangkau, dan waktu produksi yang tepat sehingga selalu tersedia pada saat konsumen memerlukan. Oleh karena itu proses produksi harus didukung oleh peralatan yang siap bekerja setiap saat dan handal. Untuk mencapai hal itu maka peralatan-peralatan penunjang proses produksi ini harus selalu dilakukan perawatan yang teratur dan terencana. 1. Kualitas 2. Harga 3. Tepat Waktu Gambar 1.1 Fungsi Perawatan Pada Industri Berdasarkan dengan Gambar 1.1 di atas, maka dapat dikatakan bahwa: 1. Fungsi perawatan sangat vital terhadap proses produksi 2. Peralatan yang digunakan terus proses produksi merupakan hasil perawatan 3. Aktivitas perawatan berkaitan erat dengan pemakaian peralatan, bahan pekerjaan, cara penanganan, dan sebagainya. 4. Aktivitas perawatan harus dikontrol dengan benar Perawatan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga atau memperbaiki suatu fasilitas hingga mencapai kondisi yang dapat diterima. Fasilitas bermakna semua aset yang Hi ‘Manajemen Perawatan dimiliki sedangkan kondisi yang dapat diterima bermakna sesuai dengan standar operasional fasilitas yang dimaksud. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan kegiatan perawatan dan merupakan pertanyaan yang harus dijawab yaitu (a) apa “What” yang dirawat, (b) siapa “Who"yang merawat, (c) dimana “Where” dirawat, (4) kapan “When dirawat, (e) bagaimana “How” merawat. What mengandung makna, apa yang akan dirawat. Jawaban pertanyaan ini akan menentukan jawaban pertanyaan berikutnya. Oleh karena kalau jawabannya yang akan dirawat ialah mobil, tentu berbeda tindakan yang dilakukan bila yang dirawat ialah persawat terbang. Kegiatan perawatan kadang begitu sulit untuk dilaksanakan disebabkan banyaknya hal yang menentukan keberhasilan suatu perawatan seperti sumber daya manusia, dan sumber daya peralatan maupun sarana lainnya yang dimiliki oleh suatu perusahaan atau instansi. Agar kegiatan perawatan dapat berjalan dengan baik, dan bersinergi dengan kegiatan produksi maka dibutuhkanlah suatu pengaturan atau manajemen. Oleh karena itu kegiatan perawatan memerlukan dasar pelaksanaan yang logis sehingga perlu mempertimbangkan: a. Mengapa perawatan diperlukan ? Apa yang harus dirawat ? Siapa yang melakukan perawatan ? Kapan perawatan dilakukan ? Berapa masa yang digunakan perawatan ? Bagaimana cara melakukan perawatan ? meeaos Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan pemeliharaan sebagai penjagaan harta kekayaan, terutama alat produksi agar tahan lama dan tetap dalam kondisi yang baik. Jadi tujuan pemeliharaan menjaga mesin dan peralatan terhadap kerusakan dan kegagalan mesin dalam berproduksi. Secara umum kata pemeliharaan tidak akan terlepas dengan pekerjaan memperbaiki, membongkar, atau memeriksa mesin secara saksama dan menyeluruh (Maintenance, ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Hl Repair, and Overhaul - MRO). Sistem pemeliharaan sendiri mencakup pengertian memperbaiki perangkat mekanik dan atau kelistrikan yang menjadi rusak. Pemeliharaan juga bermakna melakukan tindakan rutin guna menjaga perangkat atau mencegah timbulnya gangguan. Jadi MRO dapat didefinisikan sebagai, "semua tindakan yang bertujuan untuk mempertahankan atau memulihkan komponen atau mesin kekeadaan ideal agar dapat menjalankan fungsinya sesuai kebutuhan perusahaan. Tindakannya mencakup kombinasi dari semua manajerial teknis, administratif dan tindakan pengawasan yang sesuai.” Manajemen merupakan kegiatan yang dilakukan dengan mengkoordinasikan berbagai kegiatan dan sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu. Manajemen adalah suatu kegiatan atau proses atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain. Manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, penggerakan dan pengawasan atau kontrol. Perencanaan merufakan fungsi manajemen yang ditentukan sebelumnya agar tercapai tujuan organisasi. Perencanaan dilakukan untuk menghindari pekerjaan rutin supaya kejadian mendadak dapat diperkecil atau ditiadakan. Pengorganisasian merupakan pengaturan yang dilakukan agar supaya anggota organisasi dapat melaksanakan fungsinya masing- masing dan saling koordinasi antara satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan bersama, Pengarahan merupakan sikap yang seorang pimpinan agar supaya para anggota terdorong untuk melaksanakan tugasnya masing-masing dengan penuh tanggung jawab. Penggerakan merupakan sikap seorang pimpinan untuk menggerakkan anggota agar supaya dapat bekerja sesuai dengan perencaan sebelumnya untuk mencapai tujuan organisasi. Pengawasan atau kontrol merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengecek, memeriksa, dan mengoreksi bila perlu setiap tindakan yang diambil agar supaya kegiatan tetap sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan. Untuk kepentingan kontrol manajemen, ada beberapa alasan dasar menggunakan standar yaitu Hi ‘Manajemen Perawatan 1. Consistent Estimating Seluruh perencanaan perawatan menggunakan data standar yang sama untuk mengistimasi job content, man hours yang dibutuhkan maka untuk berbagai kegiatan perawatan akan selalu konsisten. Misalnya, expenditure yang diajukan dapat dievaluasi dengan jaminan_ reliability, sedangkan prestasi individu pekerja dapat diukur secara akurat dengan jaminan reliability. 2. Methods Analysis Salah satu fungsi perencanaan perawatan ialah mengavaluasi pekerjaan sebelum pekerjaan_dimulai. Pelaksanaan pekerjaan dapat dianalisis dan diukur dengan membandingkan dengan metode kerja. Keputusan dapat diambil, apakah pekerjaan perawatan dikontrakkan atau oleh pekerja perawatan internal dengan jaminan dapat mencapai hasil yang telah diramalkan. 3. Elimination of Delays Through Improved Scheduling Waktu penyelesaian pekerjaan dapat diramalkan, maka perencana dan supervisor perawatan perlu mewaspadai titik awal dan titik akhir setiap pekerjaan. Hal ini akan mengeliminasi kelambatan penyelesaian pekerjaan yang disebabkan oleh estimasi yang tidak akurat. 4. Coordination of Craft Bila ada dua atau lebih jenis keterampilan yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan maka dibutuhkan adanya koordinasi waktu mulai dan selesai untuk tiap keterampilan tersebut sehingga dapat terhindar waktu yang terlalu cepat atau waktu paling lambat selesai. 5. Improved Supervisory Controls Hampir seluruh pekerjaan tulis menulis pada perawatan dilakukan oleh perenacana, supervisor akan mendapatkan kesempatan lebih banyak mencurahkan perhatian pada pekerjaan. Oleh sebab itu, supervisor dipilih karena ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Hl pengetahuannya tentang pekerjaan dan kemampuannya untuk mengontrol personil. Selain itu, adanya fakta bahwa pekerjaan diestimasikan secara_ konsisten sehingga supervisor memiliki alat kontrol tambahan yang digunakan untuk memimpin. 6. Training Program pengendalian atau pengontrolan pekerjaan perawatan merupakan training bagi perencana dalam teknik pengawasan dan manajemen. Training pekerja yang telah dilaksanakan dapat dilihat_keefektifannya dengan membandingkan dengan estimasi job content. 7. Materials Control Perencana perawatan sebagai tambahan dari tugasnya untuk mengawasi labor content meyumbangkan pula kontrol material. Pekerjaan seyogyanya tidak dijadwalkan apabila tidak tersedia material dan tidak ada persediaan sampai pekerjaan dimulai. 8. Work Backlog Control Pekerjaan perawatan dapat direncanakan sebelumnya dan diestimasikan dengan dasar labor content, maka backlog pekerjaan untuk setiap keterampilan dapat dikontrol. Dengan menggunakan standar dan estimasi yang tepat, backlog dapat diatur dan diperbaiki bila diperlukan. 9. Controlled Manning Data yang tepat tersedia untuk supervisor dan manajemen, dan keputusan dibuat sehingga fluktuasi dalam persyaratan perawatan dapat ditangani dengan tepat. Pemindahan atau penggantian pekerja direncanakan, dan volume pekerjaan dilaksanakan oleh kontraktor luar dapat diatur. 10. Cost Control Hasil akhir dari program, atau jumlah total dari butir- butir yang diterangkan di atas ialah maintenance cost Ha ‘Manajemen Perawatan control. Manajemen akan diberi informasi akan biaya perawatan aktual dan biaya perawatan standar dan diberi pula suatu dasar untuk mengavaluasi secara akurat, meramalkan, dan mengontrol anggaran perawatan. Jenis-jenis manajemen dapat dibagi menjadi: manajemen bapak, manajemen tradisional, manajemen terbuka, manajemen demokratis, manajemen sistimatis, dan manajemen_ ilmiah. Manajemen Bapak merupakan suatu tipe manajemen yang menerapkan metode kepemimpinan seperti Bapak dalam suatu keluarga. Dalam hal ini, bapak selalu ingin didengar dan diikuti sehingga terkadang bawahan hanya mengikuti kehendak pimpinannya dan tidak memiliki daya maupun kemampuan untuk menolak perintah maupun larangan sang pimpinan. Manajemen Tradisional merupakan suatu pola manejeman yang tetap menerapkan metode-metode lama dan cenderung tidak mengikuti perkembangan zaman. Manajemen terbuka merupakan suatu pola manajemen dimana pimpinan senantiasa mendengarkan dulu pendapat bawahannya sebelum mengambil keputusan. Penerapan tipe-tipe manajemen tersebut sangat ditentukan oleh kebijakan manajemen pimpinan perusahaan. Karena hal ini menyangkut biaya, waktu, dan sumber daya yang dimiliki perusahaan. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatakan bahwa Manajemen Perawatan adalah suatu kegiatan atau kombinasi seluruh kegiatan yang dilakukan dengan tujuan menjaga atau memperbaiki suatu fasilitas hingga mencapai standar yang telah ditentukan melalui kerjasama dengan orang lain. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Hl Menjaga kondis! mesin dan proses tetap handal Memanajement perawatan mesin untuk menjan kehand: peralatan d Mengoperasikan dengan aman, Waintenance) Production Fecmgry efisien TET Clg Quality right Mencegah 4 time & Stop: Quality — ‘terjadinya Une untuk kerusakan mesin Defect BSETEDEO dan produk Quality Management ‘System Gambar 1.2 Hubungan Perawatan-Produksi-Kualitas Produksi Kegiatan perawatan dalam suatu industri merupakan suatu kegiatan yang tidak berdiri sendiri melainkan harus berkolaborasi dengan bagian lain seperti bagian produksi. Oleh karena itu, untuk menjaga kelangsungan dan kelancaran proses produksi sesuai dengan target kualitas produk yang direncanakan maka pelaksanaan seluruh kegiatan perawatan harus direncanakan dengan baik secara konprehensif bersama dengan bidang-bidang yang terkait. Gambar 1.2 memperlihatkan hubungan antara bidang yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan perawatan dalam suatu industri, Perawatan yang dilakukan akan menjadi efisien dan efektif jika prinsip manajemen diterapkan dalam aktivitas perawatan. Sumber daya perawatan seperti manusia, bahan baku, peralatan, tenaga, waktu, dan uang akan berfungsi dengan baik manakala prinsip manajemen diterapkan. Hi ‘Manajemen Perawatan Tidak ada mesin maupun peralatan yang mampu berproduksi selamanya, beberapa mampu bertahan atau bekerja sesuai standar operasional, Kebutuhan pemeliharaan umumnya juga didasarkan pada prediksi kegagalan nyata atau standar idealnya. Kurva “Bathtub” (Gambar 1.3) menunjukkan hubungan tingkat kegagalan komponen terhadap waktu. Dalam gambar sumbu Y merupakan_ tingkat kegagalan dan X sumbu adalah waktu. Dari bentuknya, kurva dapat dibagi menjadi tiga golongan yang berbeda: periode awal, periode kegagalan Konstan, dan periode lelah (wear-out periods). Pada periode awal kurva bak mandi ini ditandai dengan tingkat kegagalan yang tinggi diikuti oleh masa penurunan kegagalan. Kegagalan periode awal pada umumnya berkaitan dengan lemahnya_perencanaan, lemahnya pemasangan, atau aplikasi yang keliru. Periode kegagalan awal dilanjutkan oleh laju periode kegagalan konstan dan dikenal sebagai umur efektif. Ada banyak teori tentang mengapa komponen gagal dalam wilayah ini, sebagian besar mengakui bahwa lemahnya managemen sering memainkan peran yang signifikan. Hal ini juga umumnya disetujui bahwa praktekpraktek pemeliharaan luar biasa yang mencakup unsur-unsur pencegahan dan prediktif dapat memperpanjan periode ini. Periode kegagalan (wear out) dicirikan dengan tingkat kegagalan yang cepat meningkat mengikuti waktu. Kegagalan pada periode ini dikarenakan buruknya perawatan dan atau telah melampui umur efektif alat. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Hl Decreasing Constant Increasing Failure F F Rate 1 1 Wear-Out Period eoreeke Gambar 1.3. Kurva Bathtup Berdasarkan Gambar 1.3 di atas, dapat dikatakan bahwa kurva bak mandi mendeskripsikan keterangan dari fungsi hazard yang terdiri dari 3 bagian atau fase, yaitu: 1. Bagian pertama adalah tingkat kegagalan yang turun, yang dikenal sebagai kegagalan awal (masa awal/burn in period) 2. Bagian kedua adalah tingkat kegagalan yang konstan, yang dikenal sebagai kegagalan acak(masa berguna/useful life period) 3. Bagian ketiga adalah tingkat kegagalan yang naik, yang dikenal sebagai kegagalan aus (masa aus/wear-out period) Dalam istilah teknis, masa awal suatu produk mengikuti kurva bak mandi. Diawali dengan tingkat kegagalan yang tinggi namun dengan cepat segera menurun, dikarenakan produk yang cacat segera dikenali dan dibuang serta potensi kegagalan seperti kesalahan penanganan dan instalasi segera diatasi. Kemudian, bagian tengah dari | | ‘Manajemen Perawatan masa hidup suatu produk ketika mencapai pelanggan dengan tingkat kegagalan rendah dan konstan. Selanjutnya dalam akhir masa pakai suatu produk, tingkat kegagalan meningkat sejalan dengan umur dan masa pakai dari produk tersebut. Setiap kali kita gagal dalam melakukan kegiatan pemeliharaan seperti permintaan perancang peralatan, maka akan mempersingkat umur operasi peralatan tersebut. Tapi pilihan apa yang kita miliki ? Selama 30 tahun terakhir, pendekatan yang berbeda bagaimana perawatan dapat dilakukan untuk memastikan peralatan mencapai atau melebihi umur rencana perusahaan telah dikembangkan di negara industri. Selain menunggu sebuah peralatan gagal (reaktif pemeliharaan), kita dapat memanfaatkan pemeliharaan preventif, pemeliharaan prediktif, atau keandalan berpusat pemeliharaan. 1.2 Tujuan Perawatan Mesin Setiap perusahan yang didirikan tentunya ingin mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Keutungan yang diperoleh merupakan hasil produksi dikurangi dengan seluruh biaya perusahaan. Hasil produksi merupakan nilai yang diperoleh dari hasil penjualan produk yang dihasilkan. Agar supaya kegiatan produksi tidak terganggu maka perlu dilakukan perawatan pada bagian-bagian produksi termasuk alat-alat produksi karena setiap alat-alat produksi berhenti tanpa direncanakan akan memberikan kerugian yang besar. Perawatan merupakan kegiatan yang meliputi pemeliharaan, perbaikan, penggantian, pembersihan, penyetelan,, pengukuran, dan pemeriksaan fasilitas yang dirawat. Perawatan berawal dari keinginan manusia untuk memperoleh kenyamanan dan keamanan terhadap fasilitas yang dimiliki sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia. Disamping itu, perawatan bermula adanya keinginan manusia untuk memiliki sistem yang lebih teratur, rapi, bersih, dan terukur. Tujuan dibentuknya bagian perawatan dalam suatu perusahaan atau industri yaitu: ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan js | 1. Agar fasilitas-fasilitas industri, bangunan, dan peralatan lainnya selalu dalam keadaan siap pakai secara optimal. 2. Untuk menjamin kelangsungan produksi sehingga dapat membayar kembali modal yang telah ditanamkan dan akhirnya akan mendapatkan keuntungan yang besar. Tujuan pokok pelaksanaan perawatan fasilitas ialah untuk: 1. Menjamin ketersediaan dan keandalan fasilitas secara ekonomis maupun teknis. 2. Memperpanjang usia kegunaan fasilitas. 3. Menjamin kesiapan operasional dari seluruh peralatan yang diperlukan dalam keadaan darurat setiap saat. 4. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja orang yang menggunakan peralatan tersebut maupun yang ada di lingkungan industri tersebut. Sedangkan tujuan perawatan di industri dapat dirinci berikut ini: a. Menyelesaikan segala masalah yang berkaitan dengan keberlanjutan proses produksi b. Memperpanjang masa pengoperasian segala _fasilitas industri Meminimalisasi masa berhentinya proses produksi Meningkatkan efisiensi sumber daya produksi Meningkatkan profesionalisme personil bagian perawatan Meningkatkan nilai tambah produk Membantu para pengambil kebijakan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan perawatan h. Melakukan perencanaan pelaksanaan kegiatan perawatan yang efektif, dan efisien baik secara teknis maupun secara ekonomis i. Mengurangi biaya perawatan termasuk biaya yang timbul sebagai efek terhentinya proses produksi. momeao Hi ‘Manajemen Perawatan | Real-time Monitoring: ee Sore SSE) =r Sg sy Mf Prodhction Fl Tracking Supplier "4D Inventory Management sh 2 “Cauipment Spare Parts j GL Todls / Instruments Repair FH” = Consumables ‘ others Gambar 1.3. Ilustrasi Pelaksanaan Perawatan Dalam Suatu Industri 1.3. Jenis-Jenis Perawatan Dalam istilah perawatan (maintenance) tercakup dua kegiatan yaitu perawatan, dan perbaikan. Perawatan dimaksudkan sebagai kegiatan untuk mencegah kerusakan, sedangkan kegiatan perbaikan dimaksudkan sebagai tindakan untuk mengilangka dan memperbaiki penyebab kerusakan. Pemilihan program perawatan akan mempengaruhi kelangsungan produktifitas produksi pabrik. Karena itu perlu dipertimbangkan secara cermat mengenai bentuk perawatan yang akan digunakan terutama berkaitan dengan kebutuhan produksi, waktu, biaya, keterandalan tenaga perawatan dan kondisi peralatan yang dikerjakan. Pengelompokkan jenis-jenis perawatan antara satu perusahaan dengan perusahan yang lain tidak ada yang sama. Hal ini disebabkan setiap perusahaan memiliki karakter dan pola manajemen yang berbeda. Namun demikian, secara umum pengelompokan kegiatan ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Hl perawatan dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu Perawatan Terencana (Planned Maintenance), dan Perawatan Tidak Terencana (Unplanned Maintenance). Jenis-jenis Perawatan: 1. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance) adalah kegiatan perawatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau kegiatan perawatan yang direncanakan untuk melakukan pencegahan (preventif). Ruang lingkup kegiatan perawatan pencegahan tersebut meliputu: inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan. , sehingga peralatan atau mesin-mesin selama beroperasi terhindar dari kerusakan. 2. Perawatan Korektif (Corrective Maintenance) adalah kegiatan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan hingga_mencapai kondisi yang dapat diterima. Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikian rupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih baik. 3. Perawatan Darurat (Emergency Maintenance) adalah kegiatan perbaikan yang harus segera dilakukan karena_terjadi kemacetan atau kerusakan yang tidak terduga. 4. Perawatan Berjalan (Running Maintenance) dimana pekerjaan perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan dalam keadaan beroperasi. Perawatan berjalan diterapkan pada peralatan-peralatan yang harus beroperasi terus dalam melayani proses produksi. Beberapa kegiatan yang dilakukan seperti pembersihan, pemeriksaan, penyetelan. 5. Perawatan Berhenti (Shut Down Maintenance) dimana pekerjaan perawatan dilakukan ketika fasilitas atau peralatan harus dalam keadaan berhenti. Perawatan berhenti merupakan kegiatan perawatan yang telah direncanakan. Beberapa kegiatan yang dilakukan seperti pembersihan, pemeriksaan, overhaul. 6. Perawatan setelah terjadi kerusakan (Breakdown Maintenance) merupakan Pekerjaan perawatan dilakukan setelah terjadi Hi ‘Manajemen Perawatan kerusakan pada peralatan, dan untuk memperbaikinya harus disiapkan suku cadang, material, alat-alat dan tenaga kerjanya. 7. Perawatan Menyeluruh (Overhaul Maintenance) merupakan kegiatan rutin yang meliputi pembongkaran, pembersihan, pemeriksaan, pengukuran, perbaikan, perakitan, dan pengetesan. PERAWATAN aS PERAWATAN TERENCANA PERAWATAN TIDAK TERENCANA { ~~. J Perawatan Pencegahan Perawatan Korektif Perawatan Darurat /—. Perawatan Berjalan Perawatan Berhenti |} _Setelah Rusak ney \_LZ t Menyeluruh, Pemeriksaan Gambar 1.4 Jenis-jenis Perawatan Mesin Selain jenis-jenis perawatan yang telah disebutkan diatas, terdapat juga beberapa jenis pekerjaan lain yang bisa dianggap merupakan jenis pekerjaan perawatan seperti: 1. Perawatan dengan cara penggantian (Replacement instead of maintenance) Perawatan dilakukan dengan cara mengganti peralatan tanpa dilakukan perawatan, karena harga peralatan pengganti lebih murah bila dibandingkan dengan biaya perawatannya. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Hl Atau alasan lainnya adalah apabila perkembangan teknologi sangat cepat, peralatan tidak dirancang untuk waktu yang lama, atau banyak komponen rusak tidak memungkinkan lagi diperbaiki. 2. Penggantian yang direncanakan (Planned Replacement) Dengan telah ditentukan waktu mengganti_peralatan dengan peralatan yang baru, berarti industri tidak memerlukan waktu lama untuk melakukan perawatan, kecuali untuk melakukan perawatan dasar yang ringan seperti pelumasan dan penyetelan. Ketika peralatan telah menurun kondisinya langsung diganti dengan yang baru. Cara penggantian ini mempunyai keuntungan antara lain, pabrik selalu memiliki peralatan yang baru dan siap pakai. Perawatan Tak Terencana (Unplanned Maintenance) hanya ada satu jenis perawatan yang dapat dilakukan yaitu emergency maintenance. Emergency maintenance adalah perawatan yang dilakukan seketika mesin mengalami kerusakan yang tidak terdekteksi sebelumnya. Emergency maintenance dilakukan untuk mencegah akibat serius yang akan terjadi jika tidak dilakukan penanganan segera. Adanya berbagai jenis perawatan di atas diharapkan dapat menjadi alternative untuk melakukan pemeliharaan sesuai dengan kondisi yang dialami di perusahaan. Sebaiknya perawatan yang baik adalah perawatan yang tidak menganggu jadwal produksi atau dijadwalkan sebelum kerusakan mesin terjadi sehingga tidak menganggu produktivitas mesin (Hasriyono, 2009). Adanya berbagai jenis perawatan diatas diharapkan dapat menjadi alternatif untuk melakukan perawatan sesuai dengan kondisi yang dialami di perusahaan. Sebaiknya perawatan yang baik adalah perawatan yang tidak menganggu jadwal produksi atau dijadwalkan sebelum kerusakan mesin terjadi sehingga tidak mengganggu produktivitas mesin. Penjelasan di atas menunjukkan bahwa cara perawatan yang dapat dilakukan dan diterapkan pada semua jenis fasilitas, bentuk- Hi ‘Manajemen Perawatan bentuk perawatan merupakan alternatif yang dapat dilakukan menurut kebutuhan dan sesuai kondisi industri tersebut. Pemilihan strategi perawatan yang tepat dapat memberikan hasil optimal terhadap kesiapan fasilitas dalam menunjang program produksi dengan biaya total yang ekonomis sehingga dengan demikian pemakaian strategi perawatan merupakan suatu cara untuk mencapai tujuan yang menguntungkan. Beberapa kendala dalam menentukan strategi perawatan ialah adanya kebutuhan antara lain: a. Tenaga kerja yang terampil b. Abliteknik yang berpengalaman c. _ Instrumentasi yang cukup mendukung d. Kerjasama yang baik diantara bagian perawatan. Bebarapa faktor yang mempengaruhi pemilihan strategi perawatan yaitu: a. Usia peralatan/fasilitas Tingkat kapasitas pemakaian fasilitas Kesiapan suku cadang Kemampuan penanganan perawatan untuk bekerja cepat Situasi pasar, dan kesiapan dana. gpaos Hal-hal penting dalam melaksanakan perawatan: a. Aktivitas perawatan merupakan suatu hal yang mutlak harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, bukan merupakan pemikiran atau konsep belaka sehingga dalam melaksanakan aktivitas perawatan perlu diperhatikan petunjuk dan pengalaman, peraturan, dan jadwal waktu yang telah ditentukan. b. Perlu diperhatikan pula pada proses perawatan, hendaknya biaya ditetapkan serendah mungkin tanpa mengurangi arti perawatan itu sendiri. c. Untuk kelancaran aktivitas pekerjaan perawatan diperlukan adanya organisasi, perencanaa, penjadwalan, dan pengendalian ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Hl biaya perawatan sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan industri masing-masing. d. Kerjasama yang baik antara pemakai fasilitas dengan bagian perawatan sehingga proses perawatan dapat berjalan lancar dan mencapai sasaran. e. Perawatan fasilitas sifatnya kontinyu dan harus dapat terbaca tentang riwayat yang menyangkut kebaikan dan kelemahan dengan memakai kartu riwayat fasilitas. f. Kualitas perawatan dapat dicapai bila ditunjang oleh tenaga yang terampil, alat perawatan yang memadai, dan tersedianya suku cadang. Frekuensi aktivitas dan kualitas perawatan tergantung pada: a. Kualitas fasilitas yang dipakai b. Waktu pemakaian fasilitas c. Metode pengoperasian d._ Ketahanan sistem peralatan Prinsip-prinsip pelaksanaan perawatan: a. Pencegahan lebih baik daripada perbaikan b. Pengontrolan harus selalu dimulai dari yang kritis ¢. Pendekatan pemecahan masalah melalui kelompok tetap diperlukan d. Penilaian secara obyektif harus tetap dipertahankan e. Perbaikan secara kontinyu merupakan kunci sukses 1.4 Organisasi Perawatan Organisasi merupakan tempat atau wadah untuk orang-orang yang terlibat dalam kerjasama untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dengan pola kerjasama tertentu pula seperti adanya jalur perintah, wewenang, tanggung jawab, baik secara vertikal maupun secara horizontal sesuai hirarki jabatannya untuk mencapai tujuan- tujuan yang telah ditentukan organisasi. Misalnya suatu organisasi seperti sekolah, perusahaan, pemenrintahan dan sebagainya. Hi ‘Manajemen Perawatan Organisasi tersebut biasanya disebut sebagai organisasi formal, sedangkan keluarga, kampung dan sebagainya merupakan contoh organisasi non formal. Organisasi dapat dipandang dari berbagai segi sehingga organisasi dapat pula dirumuskan dari berbagai titik pandang. Teori-teori yang membahas tentang arti organisasi banyak dikemukakan oleh para pakar administrasi, organisasi, dan manajemen sehingga tidak bisa diambil hanya satu pendapat saja. Organisasi adalah suatu sistem kegiatan kerjasama dari sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Organisasi dapat juga diartikan setiap bentuk perserikatan masusia untuk mencapai tujuan bersama, Selain itu, organisasi juga diartikan suatu sistem mengenai usaha-usaha kerjasama yang dilakukan oleh 2 orang atau lebih. Organisasi dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu : 1. Organisasi sebagai alat_ manajemen. Sebagai lat, maka organisasi merupakan wadah atau tempat manajemen sehingga memberikan bentuk bagi manajemen yang memungkinkan manajemen dapat bergerak. Oleh karena itu, pergerakan manajemen dipengaruhi oleh wadahnya yaitu organisasi. Hal ini dikenal pula istilah organisasi yang statis. 2. Organisasi sebagai fungsi manajemen. Sebagai fungsi, maka organisasi memberi peluang dan ruang manajeman dapat bergerak dalam batas-batas tertentu. Hal ini berarti bahwa organisasi bergerak mengadakan pendistribusian pekerjaan. Hal ini dikenal pula istilah organisasi yang dinamis. Struktur atau bentuk organisasi merupakan susunan yang terdiri dari fungsi dan hubungannya yang menyatakan kegiatan secara keseluruhan untuk mencapai tujuan tertentu. Secara fisik dinyatakan dalam suatu bagan yang memperlihatkan hubungan dari unit-unit organisasi dan garis wewenannya. Desain struktur organisasi memerlukan 3 aspek yaitu: 1. Tujuan Tujuan sebagai pokok pangkal organisasi dengan syarat: ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Ha . Hanya ada satu tujuan bersama, . Rumuskan dengan jelas, Tertulis, dan |. Mampu melebihi kepentingan individu. pegse 2. Struktur Merupakan perwujudan kedudukan dalam sistem yang dapat memberikan gambaran: a. Adanya pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas b. Adanya hubungan pelaporan, banyaknya tingkatan atau rentang kendali c. Pengelompokan individu ke dalam kelompok bagian d. Adanya sistem hubungan dalam organisasi yang mencerminkan komunikasi 3. Job description Sebagi penjelasan tugas yang merupakan catatan kesimpulan yang sistimatis dari informasi yang diperoleh berdasarkan catatan laporan analisa jabatan. Penyusunannya bertitik tolak dari analisis jabatan. Beberapa bentuk organisasi yaitu: 1. Organisasi Garis Organisasi Garis mengenal garis wewenang langsung sehingga bawahan langsung bertanggung jawab kepada atasannya. Pada arah satu garis horizontal, hubungan organisasi mempunyai tanggung jawab yang sama. Lihat Gambar 1.5. | of ‘Manajemen Perawatan KEPALA Kelompok Pekerja Gambar 1.5 Organisasi Garis Kelompok Pekerja 2. Organisasi Fungsional Organisasi fungsional merupakan organisasi__yang didasarkan pada pembagian tugas dan sesuai spsesialisasi yang dimiliki, Setiap wakil kepala_mempunyai _spesialisasi dibidangnya. Setiap pekerja berhubungan langsung dengan Wakil Kepala (WK) sesuai dengan kepentingannya. Lihat Gambar 1.6. KEPALA WK OPERAS! || WKBIAYA |] WK PERAWATAN |] WK METODE KELOMPOK Gambar 1.6 Organisasi Fungsional ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Hl 3. Organisasi Garis dan Staf Pada organisasi ini terjadi pemisahan pekerjaan yang bersifat bantuan dengan pekerjaan yang bersifat operasional langsung. Spesialisasi pekerjaan diletakkan pada staf sedangkan tindakan yang berhubungan langsung dengan pekerja berupa garis. Lihat Gambar 1.7. Oren ri don Camber ¥ Gambar 1.7 Organisasi Garis dan Staf 4. Organisasi Komite Komite ialah suatu kelompok orang yang khusus dibentuk untuk melaksanakan tugas manajer. Anggota Komite terdiri dari pejabat tertentu yang dibutuhkan pada waktu tertentu, disamping tugas pokok. Lihat Gambar 1.8. Hi ‘Manajemen Perawatan DIREKTUR UTAMA KOMITE DIREKTUR DIREKTUR DIREKTUR PEMASARAN PRODUKSI KEUANGAN KOMITE, PRODUKSI KEPALA KEPALA Gambar 1.8 Organisasi Komite Dalam pelaksanaan semua kegiatan perawatan, _perlu diselaraskan secara tepat antara faktor-faktor keteknikan, geografis, dan situasi personil yang mendukung. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan departemen perawatan yaitu jenis pekerjaan, kesinambungan pekerjaan, situasi geografis, ukuran perusahaan, ruang lingkup pekerjaan perawatan, dan keahliaan tenaga perawatan. Jenis pekerjaan perawatan akan menentukan karakteristik pengerjaan dan jenis pengawasan. Jenis pekerjaan perawatan yang biasanya dilakukan ialah : sipil, permesinan, pemipaan, listrik, dan sebagainya. Jenis pengaturan pekerjaan yang dilakukan dalam suatu perusahaan atau industri akan mempengaruhi jumlah tenaga perawatan dan susunan organisasi perusahaan. Misalnya, untuk perusahaan yang melakukan kegiatan pekerjaan lima hari kerja dalam sepekan dengan satu shift, maka kegiatan perawatan pencegahan ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El (preventive maintenance) dapat dilaksanakan tanpa menganggu kegiatan produksi, dimana kegiatan perawatan tersebut dapat dilaksanakan diluar jam produksi. Sedangkan pada perusahaan yang beroperasi secara terus menerus secara kontinyu, tujuh hari sepekan, tiga shift tiap hari, maka pelaksanaan kegiatan perawatan harus diatur sedemikian rupa ketika mesin sedang berhenti beroperasi. Lokasi perusahaan yang terpusat akan mempunyai jenis program perawatan yang berbeda bila dibandingkan dengan lokasi perusahaan yang terpencar-pencar. Sebuah perusahaan besar dan bangunannya tersebar pada beberpa lokasi yang berbeda akan lebih baik menerapkan sistem perawatan lokal pada masing-masing wilayah (decentralization maintenance), sedangkan perusahaan kecil atau perusahaan yang lokasi bangunannya berdekatan akan lebih baik menerapkan sistem perawatan terpusat (centralization maintenance). Perusahaan yang besar akan membutuhkan tenaga perawatan yang besar dibandingkan dengan perusahaan yang kecil, demikian pula halnya bagi tenaga pengawas. Ruang lingkup pekerjaan perawatan ditentukan menurut kebijaksanaan_manajemen __perusahaan. Departemen perawatan yang ditugaskan melaksanakan fungsi primer dan sekunder akan membutuhkan supervisi tambahan, sedangkan departemen perawatan yang fungsinya tidak terlalu luas akan membutuhkan organisasi yang lebih sederhana, Pada penyusunan program pelatihan perawatan, perlu dipertimbangkan terhadap tuntutan keahlian dan keandalan pada masing-masing lokasi/wilayah yang kemungkinan kegiatan perawatan yang dibutuhkan berbeda. Untuk mencapai tujuan produksi perlu diperhatikan: 1. Biaya perawatan setiap unit yang diproduksi diusahakan serendah mungkin 2. Bahan-bahan buangan atau produk yang tidak sesuai standar/pesanan (scrap material) ditekan serendah mungkin 3. Masa pengangguran (down time) mesin untuk perawatan ditekan serendah mungkin EZ ‘Manajemen Perawatan 4, Biaya perawatan untuk peralatan yang non critical ditekan serendah mungkin 5. Pisahkan fungsi-fungsi administrasi dan penunjang teknis Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada saat pembentukan organisasi perawatan yaitu: a. Adanya pembatasan wewenang yang jelas dan logis agar supaya tidak terjadi tumpang tindih dalam pelaksanaan tugas. b. Hubungan vertikal antara atasan dan bawahan yang menyangkut masalah wewenang dan tanggung jawab dibuat sejelas mungkin. c. Menentukan jumlah optimum pekerja yang ditangani oleh seorang pengawas. d. Susunan personil yang tepat dalam organisasi. Prinsip - prinsip Organisasi Departemen Perawatan 1. Perencanaan organisasi yang logis. Hal ini meliputi : a. Biaya perawatan untuk setiap unit produksi diusahakan serendah mungkin b. Meminimumkan bahan sisa atau yang tidak standar Meminimumkan kerusakan peralatan yang kritis d. Menekan ongkos perawatan peralatan yang non-kritis serendah mungkin e. Memisahkan fungsi administratuf dan penunjang teknik. 2. Fasilitas yang memadai. Hal ini meliputi: a. Kantor : lokasi yang cocok, ruangan dan kondisi ntempat kerja yang baik. b. Bengkel : tempat pekerjaan, lokasi bangunan, ruangan dan peralatan. c. Sarana komunikas elepon, pesuruh, dan lain lain. 3. Supervisi yang efektif. Hal ini diperlukan dalam mengelola pekerjaan, dimana : a. Fungsi dan tanggung jawab jelas ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El b. Waktu yang cukup untuk melaksanakan pekerjaan c. Latihan khusus untuk memenuhi kecakapan 4. Cara untuk menilai hasil kerja sistem dan kontrol yang efektif . Hal ini meliputi: a, Jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan b. Kualitas hasil pekerjaan perawatan c. Ketelitian pekerjaan perawatan (tidak terjadi over maintenance) d. Penampilan kerja tenaga perawatan e. Biaya perawatan. a f— Mangjer y Produksi Bengkel Listrik dan Peralatan Perencanaan dan Mekanik Telkom Umum Pengembangan Pelaksana Pelaksana Pelaksana Pelaksana Perawatan Perawatan Perawatan Perawatan Gambar 1.9 Organisasi Departemen Perawatan Biasanya organisasi departemen perawatan sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 1.9 berada dijajaran Direktur Produksi yang terdiri dari beberapa divisi : 1. Divisi Bengkel Mekanik 2. Divisi Listrik dan Telkom 3. Divisi Kelengkapan Umum 4. Divisi Perencanaan dan Pengembangan Ei ‘Manajemen Perawatan KEPALA DEPARTEMEN PERAWATAK, 1 PERAWATAN MEKAKIE [PERAWATAK LISTRIK, PERAWATAN SIP. FENGATAS FENGAWAS FENGAWAS FENCANAS PENGANAS FENGAAS FENGHTAS FENGATAS. FENCAAS PERAEAINN SEXGEEL FEMBANGIOT TELESON FEMBANGITT FEMLATAK FERALAS FERAEATAK FERATATAT ToUGK USM GEDUNG AN SaLupa waste ADIN ‘asta 1D Perea 1 Bahl Pehebe Pesala | Pewee i f PAE rE PHY Hl uyE Gambar 1.10 Organisasi Departemen Perawatan Plant Manager [Maintenance Manager| TT IMaintenancel|., Routine ][~ Planned] Maintenance || Emergency aintenanel jaitenance| | Maintenance || ‘Control ||Maintenancel Supervisor || Supervisor || supervisor || Supervisor F I Cc Planned Scheduling |] Dispatching Gambar 1.11 Organisasi Departemen Perawatan ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El General Manager a Tes f Procurement Maintenance Production Manager ‘Manager Manager —_—. Mech. Eng. Elec. Eng. ‘Superintendent Superintendent Pumps, engines, boilers, ete. foreman Motors electronic devices, distribution, ete. foreman Mr pot Gambar 1.12 Organisasi Departemen Perawatan EI ‘Manajemen Perawatan BAB2 SISTEM PERAWATAN TERENCANA Asumsi dasar penerapan perawatan ialah bahwa semakin baik perawatan makin tinggi effisiensi dan keuntungan yang akan diperoleh. Ada dua persoalan umum yang dihadapi perusahaan dalam penerapan perawatan, yaitu masalah teknik dan masalah ekonomi. Adapun masalah tekniis adalah segala upaya untuk menyiapkan mesin/alat agar siap pakai, terencana dan terukur. Artinya bahwa semua mesin/alat terhindar dari kemacetan mendadak akibat tidak pernah dilakukan inspeksi dari program perawatan pencegahan, maka dua hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1. Apakah tindakan yang harus dilakukan untuk menjaga, merawat dan memperbaiki mesin/alat dari kemacetan dan kerusakan. 2. Perangkat apa saja yang diperlukan untuk menunjang kegiatan reparasi, perbaikan dan overhaul, agar proses pemeliharaan dapat dikerjakan. Perawatan Terencana (Planned Maintenance) adalah perawatan yang diorganisasi dan dilakukan dengan pemikiran ke masa yang datang, pengendalian dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Perawatan terencana terdiri dari 3 kelompok, yaitu: 1. Perawatan Pencegahan (Preventive Maintenance) Perawatan Pencegahan adalah perawatan yang dilakukan berdasarkan jadwal yang telah ditentukan untuk menghindari terjadinya kerusakan atau perawatan yang dilakukan pada selang waktu yang diuraikan dan dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan bagian-bagian lain tidak memenuhi kondisi yang bisa diterima. Ruang lingkup pekerjaan preventif termasuk inspeksi, perbaikan kecil, pelumasan dan penyetelan, ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Ell sehingga peralatan atau mesin-mesin selama_beroperasi terhindar dari kerusakan. Secara umum tujuan dari Perawatan Pencegahan yaitu: a. Meminimumkan downtime, dan meningkatkan efektifitas mesin/peralatan, serta menjaga agar mesin dapat berfungsi tanpa ada gangguan. b. Meningkatkan efisiensi dan untuk ekonomis mesin/peralatan. 2. Corrective maintenance (perawatan perbaikan) Perawatan perbaikan adalah perkerjaan yang dilakukan untuk mengembalikan kondisi mesin pada kondisi standar yang diperlukan atau erawatan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian termasuk penyetelan dan reparasi yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang bisa diterima. Dalam perbaikan dapat dilakukan peningkatan-peningkatan sedemikianrupa, seperti melakukan perubahan atau modifikasi rancangan agar peralatan menjadi lebih bak. Perawatan ini bertujuan untuk mengubah mesin sehingga operator yang menggunakan mesin tersebut menjadi lebih mudah dan dapat memperkecil breakdown mesin. 3. Perawatan Perbaikan (Predictive Maintenance) Predictive maintenance adalah perawatan pencegahan yang diarahkan untuk mencegah kegagalan (failure) suatu sarana, dan dilaksanakan dengan memeriksa mesin-mesin tersebut pada selang waktu yang teratur dan ditentukan sebelumnya, pelaksanaan tingkat reparasi selanjutnya tergantung pada apa yang ditemukan selama pemeriksaan. Bentuk perawatan terencana yang paling maju ini disebut perawatan prediktif yaitu perawatan yang dilakukan berdasarkan kondisi_ mesin yang bersangkutan. dan merupakan teknik penggantian komponen pada waktu yang sudah ditentukan sebelum terjadi kerusakan, baik berupa kerusakan total ataupun titik dimana pengurangan mutu telah menyebabkan mesin bekerja dibawah standar yang ditetapkan oleh pemakaian. Bagaimanapun El ‘Manajemen Perawatan baiknya suatu mesin dirancang, tidak bisa dihindari lagi pasti terjadi sejumlah keausan dan memburuknya kualitas mesin. Sesudah mengoptimumkan desain untuk mesin dengan metode perancangan pengurangan perawatan, tetap saja kita masih mengetahui bahwa bagian-bagian mesin akan aus, berkurang kualitasnya dan akhirnya rusak dengan tingkat yang dapat diramalkan jika dipakai pada kondisi penggunaan normal konstan. Keuntungan dilakukan perawatan terencana yaitu: 1. Pengurangan terjadinya kerusakan tiba-tiba, Hal ini tidak diragukan lagi merupakan alasan utama untuk merencanakan pekerjaan perawatan. Apabila sering terjadi kerusakan tiba-tiba, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perawatan terencana tidak terlaksana dengan baik. 2. Pengurangan waktu menganggurnya fasilitas. Hal ini tidaklah sama dengan pengurangan waktu reparasi perawatan darurat. Waktu yangdigunakan untuk pembelian suku cadang, baik dibeli dari luar atau dibuat local, mengakibatkan waktu nganggur meskipun pekerjaan darurat tersebut misalnya hanya memasang bagian mesin yang tidak lama. 3. Menaikkan ketersedian (availability) untuk produksi, Hal ini erat hubungannya dengan pengurangan waktu menganggur pada mesin atau pelayanan. 4. Meningkatkan penggunaan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan produksi. 5. Penggurangan penggantian suku cadang. 6. Meningkatkan efisiensi mesin/peralatan. Berbagai kosa kata atau istilah umum yang dugunakan dalam kegiaatan perawatan, dan ada beberapa kata dalam bahasa inggeris namun sudah diketahui maknanya sehingga tidak _perlu diterjamahkan. Istilah-istilah umum yang dimaksud yaitu: ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El 1. Availability: Masa dimana fasilitas produksi dalam keadaan siap untuk dioperasikan. 2. Downtime: Masa dimana fasilitas produksi dalam keadaan berhenti untuk dirawat. 3. Check: Menguji dan membandingkan terhadap standar yang ditunjuk setelah dilakukan perawatan 4. Facility Register: Metode pencatatan seluruh fasilitas yang dimiliki perusahaan, bisa juga disebut inventarisasi. 5. Maintenance management: Organisasi perawatan dalam suatu kebijakan yang sudah disetujui bersama. 6. Maintenance Schedule: Suatu daftar menyeluruh yang berisi kegiatan perawatan dan kejadian-kejadian yang menyertainya. 7. Maintenance planning: Suatu perencanaan yang menetapkan suatu pekerjaan serta metoda, peralatan, sumber daya manusia dan waktu yang diperlukan untuk dilakukan dimasa yang akan datang. 8. Overhaul: Pemeriksaan dan perbaikan secara_menyeluruh terhadap suatu fasilitas atau bagian dari fasilitas sehingga mencapai standar yang dapat diterima. 9, Test: Membandingkan keadaan suatu alat/fasilitas terhadap standar yang dapat diterima. 10. Trip: Mati sendiri secara otomatis. 11. Shut-in: Sengaja dimatikan secara manual. 12, Shut-down: Mendadak mati sendiri/sengaja dimatikan. 13. Efisiensi: Efisiensi = —Rumming_ Running + Downtime Untuk menjalankan program produksi dengan gangguan minimum, maka waktu untuk pekerjaan perawatan _perlu direncanakan sebaik mungkin. Penentuan jam operasi pabrik tergantung besar kecilnya industri, jenis dan tingkat produksi. Oleh EZ ‘Manajemen Perawatan karena itu, kegiatan perawatan harus dikoordinasikan dengan bagian produksi. Waktu pekerjaan perawatan ditentukan atas kondisi berikut: a. Kapan aktivitas produksi dihentikan karena adanya kebutuhan perawatan. b. Kapan pabrik tidak beroperasi karena jadwal waktu atau jam kerja yang sudah. Tabel 2.1. memperlihatkan berbagai sistem penggantian waktu kerja di industri, sehingga bisa ditentukan waktu yang tersedia untuk melakukan pekerjaan perawatan pada saat pabrik tidak beroperasi. Tabel 2.1 Waktu Kerja Industri Penggantian Waktu Kerja Waktu yang tersedia Keterangan (Shift) untuk melakukan Total jam| perawatan tanpa Keterangan Shift | Produksi | _mengganggu kegiatan pekan produksi Satu Shift (hari kerja) 8 jam x5 hari 40 | 16 jam/hr +2 hari Industri- kerja kerja/libur=128 jam industri umum 10 jam x § hari 50 | 14jam/hr +2 hari kerja kerja/libur=118 jam 12 jamx Shari 60 | 12 jam/hr +2 hari kerja kerja/libur=108 jam Dua Shift (hari kerja) 8x8jamx6 96 11 jam/hr + 1 hari Industri massal hari kerja kerja/libur=72 jam dan setengan 9x8 jamx5 80 | 12 jam/hr +1 hari kontinyu hari kerja kerja/libur=88 jam 10x8jamx5S 88 8 jam/hr + 1 hari hari kerja kerja/libur=80 jam +8 jam sabtu Kerja Kontinyu 24 jam x5 hari 120 | 20harikerja/libur=48 | Proses 24jamx5Shari | 132 _| jam kontinyu ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El Penggantian Waktu Kerja Waktu yang tersedia Keterangan (shift) untuk melakukan Totaljam| © perawatan tanpa Keterangan Shift | Produksi | _ mengganggu kegiatan pekan produksi 24 jam x 6 hari 144 1,5 hari kerja/libur = 36 Industri Kimia 24 jam x7 hari 168 | jam Kilang Minyak Lhari kerja/libur = 24 jam | Industri baja O(perencanawan waktu | Pelayanan perawatan ditentukan | umum oleh Bagian Produksi) Urutan perencanaan fungsi perawatan meliputi: a. Bentuk perawatan yang akan ditentukan. b. Pengorganisasian pekerjaan perawatan yang akan dilaksanakan dengan pertimbangan ke masa depan. c. Pengontrolan dan pencatatan. d. Pengumpulan semua masalah perawatan yang dapat diselesaikan dengan suatu bentuk perawatan. e. Penerapan bentuk perawatan yang dipilih: 1) Kebijaksanaan perawatan yang telah dipertimbangkan secara cermat. 2) Alternatif yang diterapkan menghasilkan suatu kemajuan. 3) Pengontrolan dan pengarahan pekerjaan sesuai rencana. 4) Riwayat perawatan dicatat secara statistik dan dihimpun serta dijaga untuk dievaluasi hasilnya guna menentukan persiapan berikutnya. Sasaran perencanaan perawatan : a. Bagian khusus dari pabrik dan fasilitas yang akan dirawat. Bentuk, metode dan bagaimana tiap bagian itu dirawat. Alat perkakas dan cara penggantian suku cadang. Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan. Frekwensi perawatan yang perlu dilakukan. Sistem Pengelolaan pekerjaan. Metode untuk menganalisis pekerjaan. EZ ‘Manajemen Perawatan mmepans Dasar-dasar pokok yang menunjang dalam pembentukan sistem perawatan: a. Jadwal kegiatan perawatan untuk semua fasilitas pabrik. b. Jadwal kegiatan perawatan lengkap untuk masing-masing tugas yang harus dilakukan pada tiap bagian. c. Program yang menunjukkan kapan tiap tugas harus dilakukan. Metode yang menjamin program perawatan dapat berhasil. e. Metode pencatatan hasil dan penilaian keberhasilan program perawatan. Pelaksanaan kegiatan perawatan pada perusahaan tergantung dari kebijaksanaan perusahaan itu sendiri. Dalam pelaksanaan kebijaksanaan tersebut manajeman agian perawatan _harus memperhatikan 6 pra syarat agar pekerjaan bagian perawatan dapat efisien, yaitu: 1. Harus ada data mesin dan peralatan. Harus ada data mengenai mesin dan peralatan yang dimiliki perusahaan dalam hal ini data yang dimaksudkan adalah seluruh dan mengenai mesin, seperti nomor, jenis (type), umur dan tahun pembuatan, keadaan dan kondisinya, pembebanan dalam operasi (operating load) produksi yang direncanakan perjam atau kapasitas, bagaimana operator menjalankan atau menghendel mesin-mesin tersebut, berapa maintenance crew, kapasitas dan keahliannya, ketentuan yang ada, dan jumlah mesin tersebut. Dari data ini akan ditentukan banyaknya kegiatan perawatan yang dibutuhkan yang mungkin dilakukan. 2. Harus ada planning dan scheduling Dalam hal ini harus disusun perencanaan kegiatan perawatan untuk jangka panjang dan pendek. Disamping itu untuk menentukan apa yang dikerjakan dan kapan dikerjakan serta urutan-urutan pengerjaan atau prioritasnya, dan dimana dikerjakannya, serta direncanakan pula banyaknya tenaga maintenance yang ada. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El 3. Harus ada surat perintah (work order) yang tertulis Surat perintah ini memberitahukan atau menyatakan tentang: ‘Apa yang harus dikerjakan. Siapa yang mengerjakannya dan yang bertanggung jawab. Dimana dikerjakan apakah di luar atau di bagian dalam pabrik. Ditentukan berapa tenaga kerja dan bahan atau alat-alat yang dibutuhkan. Waktu yang dibutuhkan tersebut dan waktu selesainya. poop 2 4. Penyediaan alat-alat spare part Untuk pelaksanaan kegiatan perawatan ini butuh adanya spare part (alat-alat) dan materil, maka ini harus disediakan dan diawasi. Jadi perlu dijaga agar tetap tersedia onderdil-onderdil, ala-alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan dalam jumlah cukup dengan suatu investasi yang minimum. 5. Catatan (record) Catatan tentang kegiatan perawatan yang dilakukan dan apa yang perlu untuk kegiatan maintenance tersebut. Disamping itu perlu ada catatan mengenai gambaran produksi seperti jam produksi yang berjalan, waktu berhenti dan jumlah produksi catatan ini menunjukkan macam dan letak peralatan dari masing-masing mesin atau fasilitas yang ada. 6. Laporan pengawasan dan analisis Laporan tentang kemajuan yang ada kita adakan, pembetulan yang telah kita adakan dan pengawasan. Kalau perawatannya baik maka ini sebenarnya berkat report yang ada, dimana kita dapat melihat efisiensi dari penyimpangan- penyimpangan yang ada. Disamping itu juga perlu dilakukan penganalisaan tentang kegagalan-kegagalan yang pernah terjadi dan waktu terhenti. Ei ‘Manajemen Perawatan ‘Ada beberapa keuntungan diperoleh dengan adanya perawatan yang baik dari peralatan produksi yang ada dalam perusahaan antara lain: 1. Peralatan proses produksi yang ada akan dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. 2. Kegiatan proses produksi akan berjalan lancar karena jarang timbul kemacetan. 3. Memperkecil kemungkinan kerusakan berat. 4. Dengan terhindarnya kerusakan total dari peralatan atau mesin berarti perusahaan akan menekan biaya perawatan. Sedangkan kerugian yang dialami jika perawatan tidak dilaksanakan ialah: 1. Peralatan akan cepat rusak. 2. Bila cepat rusak maka tingkat kegunaannya akan cepat menurun. Mesin tidak akan dapat beroperasi secara efektif. 4, Meningkatnya biaya perusahaan. ~ ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El BAB3 FAKTOR PENUNJANG SISTEM PERAWATAN TERENCANA, Dalam melaksanakan kegiatan perawatan, baik yang terencana maupun yang tidak, maka harus direncanakan dengan baik. Oleh karena itu, untuk menyusun perencanaan yang baik tersebut, maka ada beberapa pertanyaan dasar yang harus dijawab sebagai langkah awal. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud ialah (1) Apa yang harus dirawat? (2) Bagaimana cara merawatnya ? (3) Kapa perawatan dilakukan ?, dan (4) Siapa yang melaksanakan perawatan tersebut. Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas merupakan masalah yang dapat menimbulkan gagasan pokok pada sistem perawatan, Pada bab ini akan dibahas mengenai dasar-dasar yang diperlukan untuk menunjang sistem perawatan yang direncanakan. Tak ada sesuatu yang lebih besar, kecil, sederhana ataupun sistem yang canggih dalam merencanakan perawatan tni. Semua fungsi yang mendasar sama-sama diperlukan walaupun bentuk-bentuknya berbeda dalam setiap pekerjaan perawatan. Sistem perawatan yang direncanakan dapat diterapkan pelaksanaannya dengan baik karena adanya manajemen. Dalam hal ini dapat dimengerti bahwa inisiatif dari bawahan perlu diadakan untuk mencapai tujuan, tidak hanya para pengatur senior yang harus aktif mengajukan gagasan-gagasan baru. Biasanya pimpinan senior yang mempunyai posisi dalam manajemen berwenang untuk mengevaluasl program secara menyeluruh. Berdasarkan pengalaman masa lalu. manajemen dapat memahami bahwa rencana prograrn yang akan dilaksanakan dengan sistem pengoperasian yang baru selalu EI ‘Manajemen Perawatan berhubungan dengan waktu dan biaya, serta dapat menimbulkan perubahan dalam oraganisasi Salah satu langkah praktis dalam membuat perencanaan jalah dengan mengadakan pendekatan berdasarkan_ tinjauan secara umum terhadap seluruh faktor, tenaga kerja dan sumber- sumber yang ada. Dalam hal ini, antara departemen perawatan dan departemen produksi dapat saling mempengaruhi terhadap rencana yang baru, paling tidak sudah ditentukan secara jelas dan positif sehingga sistem perawatan dapat berfungsi sesuai dengan tujuan. Dalam bab ini akan dijelaskan tentang inventarisasi, identifikasi fasilitas industri, daftar fasilitas, daftar rencana perawatan, spesifikasi__pekerjaan, program _perawatan, perencanaan waktu perawatan, laporan pekerjaan, dan catatan historis. Setelah mengikuti pokok bahasan ini, mahasiswa akan dapat menyebutkan dan menjelaskan faktor-faktor penunjang sistem perawatan, membuat sistem inventarisasi pada peralatan dan suku cadang, membuat daftar rencana perawatan, dan menyusun laporan kegiatan perawatan. 3.1 Inventarisasi Inventarisasi adalah pencatatan semua fasilitas perusahaan atau institusi termasuk bangunan dan isinya, baik fasilitas yang diam maupun yang bergerak.Hasil pencatatan tersebut dimuat dalam suatu daftar yang disebut Daftar Inventarisasi, Daftar Inventarisasi adalah suatu lembaran yang berisi keterangan semua fasilitas yang ada diseluruh bagian, ruangan maupun lokasi, Tujuan dilakukannya inventarisasi ialah untuk memberi tanda pengenal terhadap semua fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan atau instansi sehingga fasilitas- fasilita tersebut diketahui kondisi dan keberadaannya. Tanpa adanya inventarisasi tersebut maka kegiatan perawatan terhadap fasilitas akan sulit untuk dilaksanakan dengan baik. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Em” Langkah pertama dalam membuat rumusan perencanaan alah menentukan "apa yang harus dirawat’. Pada banyak industri atau perusahaan, daftar inventarisasi yang dimiliki ini dibuat berdasarkan informasi dari sumber yang ada, cara ini dimaksudkan untuk menghemat waktu dan tenaga dalam pekerjaan inventarisasi tersebut. Akan tetapi berdasarkan pengalaman, pada kenyataannya catatan inventaris ini tidak selalu benar, karena adanya penambahan, kehilangan, pengurangan dan penggantian peralatan yang terjadi dalam industri. Kejadian-kejadian tersebut kadang- kadang tidak tercatat. Selain itu tata ruang dan rancangan pabrik tidak selalu terjaga ketetapan susunannya. Oleh Karena itu, kegiatan pemeriksaan daftar inventarisasi seyognya dilakukan secara rutin dan berkala sehingga fasilitas yang dimiliki perusahan selalu sama dengan yang tercatat. Hal yang mendasar dalam perencanaan ialah menentukan di mana peralatan-peralatau itu harus ditempatkain sehubungan dengan fungsinya dalam pekerjaan. Untuk peleksanaan pekerjaan yang baik, perlu didukung adanya informasi mengenai sarana yang dibutuhkan, Dalam hal ini, perlu adanya sistem inventarisasi perlengkapan yang baik. Daftar dari setiap peralatan dan bagian- bagiannya perlu diberi tanda pengenal dan ditempatkan dengan jelas di lokasinya masing-masing. Adanya inventarisasi yang baik dapat memberikan informasi tentang keadaaan peralatan yang sebenarnya sehingga hal ini akan membantu pelaksanaan program. Adanya inventarisasi inijangan sampai menimbulkan hambatan dalam pekerjaan, terutama yang ditujukan untuk fungsi perawatan. Inventarisasi yang dibuat harus mengundang informasi yang jelas dan mudah dimengerti dengan cepat, sehingga dapat membantu kelancaran pekerjaan. Dengan demikian, perencanaan pekerjaan pearawatan akan lebih mudah diselesaikan. Catatan-catatan yang perlu dilengkapi pada daftar inventaris ialah sebagai bertkut : EE ‘Manajemen Perawatan 1. Nomor inventaris yaitu nomor atau kode inventaris yang tertulis pada tiap fasilitas, dimana nomor atau kode tersebut harus mempunyai arti positif. 2. Keterangan Fasilitas yaitu keterangan singkat mengenai informasi pokok dari fasilitas. Data-data yang terdapat pada plat nama atau pada hologram dari mesin dapat dicantumkan. 3. Lokasi yaitu tempat yang menunjukkan departemen, seksi atau bagian dimana fasilitas tersebut berada, misalnya: bengkel perawatan, bengkel mekanik, ruang ketel, ruang kompresor. 4. Kelompok yaitu pembagian jenis fasilitas menurut jenisnya, tipe, kuantitas, dan sebagainya. Beberapa contoh pengelompokkan yang dibuat pada daftar inventaris ialah sebagai berikut: a, Peralatan mesin yang besar (mayor) : Pompa, _kompresor, ketel. b. Peralatan listrik yang besar (mayor) : Transiormator, Breaker, Rectifier, Motor utamadan Starter, c. Peralatan mesin yang kecil (minor): Katup-katup, ram hidrolrk, _ komponen pneumatik dan sebagainya. d. Peralatan listnk yang kecil (minor): Motor-motor dan starter yang kecil, agian peralatan listrik yang dipakai pada mesin-- mesin, e. Alat-alat perkakas dan sistem pemakaiannya. f. Bejana-bejana tekan : Tangki, penyimpan gas. g. Mesin-mesin pengangkat : Kerek, tali sandang, derek, katrol, dongkrak, h, Mesin-mesin perkakas : Mesin bubut, mesin sekrap, mesin frais, mesin gerinda, Perlengkapan pemadam kebakaran : Sistem deteksi, sistem ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan EE” alarm, alat pemadam api dan perlengkapan lainnya. j. Perlengkapan kantor dan pabrik _: Sistem pemanas, pendingin, ventilasi: k. Peralatan pabrik yang bergerak : Mobil truck, gerobak, generator set kecil, mobil pompa, kompresor dan sebagainya. 1. Suku cadang yang besar, termasuk komponen-komponen utama misalnya: roll, roda gigi, tabung pemindah panas, dan lain-lain yang dapat dikeluarkan dari suatu mesin, dan diperbaki untuk digunakan lagi pada mesin lainnya. 5. Tingkat Prioritas yaitu urutan pelaksanaan perawatan bila terjadi kerusakan pada fasilitas tersebut. Dalam pelaksanaannya, tingkat prioritas ada yang membagi 3 tingkat, ada juga yang membagi 5 tingkat, dan hal ini tergantung dari kebijakan manajemen perusahaan dan besar_ kecilnya perusahaan. Tingkat prioritas ini ditentukan dari No.1 sampai 5, yang menunjukkan urutan order berdasarkan _ tingkat kepentingannya dalam menunjang proses produksi. a. Prioritas No.1 : Untuk peralatan-peralatan —_-yang efisiensi kerjanya sangat vital pada proses produksi b. Prioritas No.2 : Kerusakan yang terjadi pada salah satu bagian ini tidak cepat mempengaruhi proses produksi, tetapi lama kelamaan dapat mengganggu c. Prioritas No.3 dan4 : Sama dengan prioritas No.2 dalam kepentingan ordernya d. Prioritas NoS : Pabrik tidak mengalami kemacetan produksi dan tidak —menimbulkan bahaya EI ‘Manajemen Perawatan apapun, karena pemakaian alat-alat ini tidak menunjang langsung pada proses produksi. 6. Keterangan yaitu catatan lain yang berhubungan dengan fasilitas yang dianggap masih perlu dicantumkan namun belum tercantum pada bagian Keterangan Fasilitas. Catatan-catatan tersebut dibuat untuk menunjang penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan perawatan. Tabel 3.1 Daftar Inventarisasi No | Nomor | Keterangan | Lokasi | Kelompok | Tingkat ] Keterangan Inventaris | _Fasilitas Prioritas 1 2 3 4 5 6 7 Gambar 3.1 Plat Motor Listrik A. Nomor Inventarisasi Dalam pemberian nomor inventarisasi, perlu diperhatikan agar tidak terjadi penandaan yang mempunyai arti sama pada peralatan ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Em yang berbeda atau terjadi penomoran yang berulang. Tiap bagian harus diidentifikasikan dengan suatu simbol yang mengandung arti yang jelas menurut instruksi, catatan, kartu pekerjaan, spesiftkasi, laporan dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pemberian nomor inventarisasi harus teliti, terutama pada industri yang memiliki berbagai jenis mesin dengan perlengkapannya yang berbeda-beda. Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pemberian nomor inventarisasi pada fasilitas industri ialah: 1. Tidak terjadi kesalahan dalam pemberian nomor inventarisasi pada fasilitas yang dimaksud. 2. Pemberian nomor inventarisasi pada masing-masing fasilitas mempunyai arti yang ada kaitannya dengan dokumen fasilitas tersebut. 3. Melekatkan tanda-tanda yang dimaksud pada bagian fasilitas yang mudah terlihat. 4. Nomor inventarisasi menunjukkan departemen, seksi, kelompok atau jenis dari fasilitas-fasilitas yang dimaksud. Bila diperlukan nomor inventarisasi dapat diberikan dengan kode warna, bentuk, pola, nama, huruf, angka, atau gabungan dari semuanya. Sistem pemberian nomor inventarisasi ini tergantung dari keadaan fasilitas pada masing-masing instruksi. Namun demikian, simbol-simbol yang digunakan pada nomor inventarisasi harus dapat menciptakan kondisi tempat kerja yang baik dan nyaman. Oleh karena itu harus diperhatikan dalam pemilihan sistem inventarisasi yaitu: 1. Sistem harus dirancang secara logis. 2. Harus dapat menyesuaikan adanya perubahan-perubahan per- lengkapan tanpa mempengaruhi sistemnya. 3. Tiap fasilitas harus memiliki simbol yang unik, sehingga arti yang dimaksud hanya untuk yang bersangkutan. 4. Simbol harus mudah dimengerti, dikenal dan dapat direproduksi untuk semua fasilitas yang relevan. El ‘Manajemen Perawatan 5. Pemakaian nomor inventarisasi fasilitas dalam lingkungan satu industri dibuat dengan sistem yang sama dengan pemikiran jauh kedepan tentang perkembangan industri tersebut. Pemberian nomor inventarisasi dapat memakai simbol-simbol yang berbeda, secara praktis dapat dipakai dengan sistem nama, huruf dan angka, Pemberian warna-warna, bentuk dan pola untuk mengidentifikasikan bagian-bagian harus dapat _diketahui maksudnya. Di samping itu, dengan pemakaian sistem tersebut akan lebih terlihat jelas dan mudah membedakan antara kelompok peralatan yang satu dengan lainnya. Alternatif lain pemberian inventarisasi dengan nama, huruf dan angka adalah untuk mempermudah menentukan inventarisasi asli apabila peralatan tersebut mengalami perubahan dalam pemakaiannya, Sering terjadi, beberapa bagian dari perlengkapan mengalami perubahan nama, hal ini dapat mempersulit dan membingunkan sistem dokumentasinya. Dengan adanya inventarisasi perlengkapan berdasarkan sistem yang baku, maka akan memberikan informasi yang benar dan dapat berlaku kapan saja. Pemberian nomor inventarisasi peralatan atau fasilitas biasanya banyak yang memakai huruf, angka, atau gabungan keduanya. Tiap departemen biasanya memakai inventarisasi dengan kode huruf awal yang diambil dari nama depar temen yang bersangkutan. Untuk memperjelas informasi, kode inventarisasi departemen dilengkapi lagi dengan angka yang menunjukkan nomor bagian yang ada di dalamnya, (misalnya: W35). Hal ini berarti pada departemen tersebut memiliki beberapa bagian yang diberi kode dengan nomor untuk mempermudah sistem inventarisasinya. Berikut ini adalah beberapa contoh dalam pemberian kode inventarisasi pada tiap departemen atau ruangan: a, _Ruang Pengecoran logam (Foundry) diberi kode F b. Ruang penyimpanan alat (Tool room) diberi kode T c. Ruang Bengkel mesin (Workshop) diberi kode W 4. Ruang ketel (Boiler room) diberi kode B ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Em Berdasarkan pemberian kode tersebut di atas, maka fasilitas dengan Nomor Inventarisasi W35 bermakna: W : Menunjukkan ruang bengkel mesin 35: Nomor bagian di dalam ruang bengkel mesin W35 : Menunjukkan nomor bagian 35 di dalam ruang bengkel mesin Metode identifikasi yang dilakukan di atas memiliki kelemahannya, oleh karena kode inventarisasi tersebut hanya dapat menunjukkan informasi yang terbatas, dan huruf abjad akan memberikan kode yang sangat terbatas. Oleh karena itu pemberian nomor inventarisasi pada fasilitas perusahaan harus berdasarkan pertimbangan untuk pengembangan perusahan dalam jangka panjang sehingga pemberian nomor inventarisasi dapat berlaku sepanjang berdiri dan berkembangnya perusahaan. Sistem identifikasi yang relatif fleksibel yaitu menggunakan gabungan angka. Suatu pendekatan dasar dalam pembuatan identitis menurut angka dapat diterapkan pada mesin-mesin perkakas di industri besar yang terdiri dari beberapa departemen. Setiap nomor inventarisasi minimal memiliki 3 bagian yaitu lokasi, jenis mesin, dan nomor mesin pada jenis mesin yang sama. Tiap nomor inventarisasi dapat dibuat sampai beberapa angka yang pembacaannya dari kiri ke kanan misalnya nomor inventarisasi yang terdiri dari 6 digit maka: a. Dua digit pertama menunjukkan lokasi mesin, misalnya: departemen. Bila menggunakan 2 digit berarti perusahaan tersebut maksimal hanya memiliki 99 lokasi atau ruangan. Apabila lokasi yang dimiliki perusahaan memiliki lebih dari 99 lokasi atau ruangan maka sebaiknya menggunakan 3 di (maksimum 999 lokasi) atau 4 digit (maksimum 9999 lokasi) dan seterusnya. El ‘Manajemen Perawatan b. Dua digit kedua menunjukkan jenis mesin, misalnya: mesin bubut, mesin frais, mesin sekrap dan lain-lain. Apabila jenis fasilitas yang dimiliki perusahaan memiliki lebih dari 99 jenis fasilitas maka sebaiknya menggunakan 3 digit (maksimum 999 jenis fasilitas) atau 4 digit (maksimum 9999 jenis fasilitas) dan seterusnya. c. Dua digit ketiga menunjukkan nomor mesin dalam kelompok jenisnya, misalnya: mesin bubut No. 1, mesin bubut No. 2, mesin bubut No. 3 dan seterusnya. Apabila jenis fasilitas yang dimiliki perusahaan lebih dari 99 jenis fasilitas yang sama maka sebaiknya menggunakan 3 digit (maksimum 999 jenis fasilitas yang sama) atau 4 digit (maksimum 9999 jenis fasilitas yang sama) dan seterusnya. Penentuan jumlah digit pada masing-masing bagian nomor inventarisasi harus mempertimbangkan —_ perkembangan perusahan. Jumlah digit pada masing-masing bagian nomor inventarisasi tidak perlu sama tergantung jumlah bagian yang dimaksud. Sebelum menentukan jumlah digit pada masing- masing bagian nomor inventarisasi, perlu dilakukan pengecekan jumlah masing-masing bagian tersebut, agar supaya bisa ditentukan jumlah digit yang digunakan. Misalnya, setelah dipertimbangkan akan perkembangan perusahan, perusahan memiliki lokasi atau ruangan tidak akan melebih 99 lokasi atau ruang maka simbol untuk lokasi atau ruangan maka ditentukan terdiri dari dua digit. Misalnya: a. Ruangan untuk kegiatan administrasi termasuk ruangan pimpinan, kepala bagian diberi simbol 01 s.d 20. b. Ruangan untuk peralatan produksi termasuk sistem administrasi diberi simbol 21 s.d 80 c. Ruangan untuk penunjang produksi termasuk sistem transportasi diberi simbol 81 s.d 99. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Em” Misalnya: 01 Ruangan Direktur 02 Ruangan Toilet Direktur 03 Ruangan Sekretaris Direktur 21 Bengkel Mekanik 22 Bengkel Listrik 23 Bengke Las 24 80 81 Ruang Dapur 82 Gudang Perlengkapan dan Suku Cadang 83 99 Dengan cara yang sama, pengecekan untuk masing-masing bagian pada nomor inventarisasi dapat dilakukan. Misalnya, untuk mesin diberikan simbol: 01 Mesin Bubut (10 buah mesin bubut) 02 Mesin Frais Universal (5 buah mesin bubut) 03 Mesin Sekrap 04 Mesin Perata 05 Mesin Gerinda Datar 06 Mesin Gerinda Silinder 07 Mesin Bor dan seterusnya. 81 Motor Listrik 82 83 99 EJ ‘Manajemen Perawatan Sebagai contoh, nomor inventarisasi 210105 berarti: 21-01-05 Ly Nomor mesin dalam kelompok mesin —® Bubut No.5 Jenis mesin. ___________, Mesin Bubut Lokasi —___________y _ Bengkel Mekanik Dengan adanya nomor inventarisasi ini: 210105, maka dapat segera diketahui bahwa mesin bubut No. 05 berada dalam bengkel mekanik. Pada contoh di atas, pemberian inventarisasi yang pokok untuk keterangan suatu mesin. Untuk pemberian inventarisasi pada komponen-komponen mesin yang besar, seperti: kotak roda gigi, pompa pelumasan, saringansaringan dan ram fridrolik, perlu dilengkapi dengan keterangan yang lebih terperinci. Dalam hal ini, indeks yang menunjukkan komponen mesin harus dapat digabungkan pada simbol identifikasi. Biasanya pemberian simbol identifikasi ini tidak hanva menunjukkan jenis komponen mesin, tetapi juga ukurannya. Ini dnpat disesuaikan dengan rnemberikan nomor seri dari jenis komponen mesin. Tiap jenis komponen mesin tertentu diberi indek dengan nomur seri yang berbeda. Misalnya untuk menentukan indek jenis motor listrik dapat dicantumkan nomor seri dari 90 sampai 95, dengan perincian cehagai berikut : 01 jenis motor listrik ukuran dihawah 1 kW 02 jenis motor listrik ukuran 1 sampai 5 kW 03 jenis motor listrik ukuran 6 sampai 10 kW 04 jenis motor listrik ukuran 11 sampsi 25 kW ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Em 05 jenis motor listrik ukuran 26 sampai 50 kW 06 jenis motor listrik ukuran di atas 50 kW Sebagai contoh, simbol identifikasi: 22-81-01 L Nomor komponen dalam kelompok ——» No. 01 Jenis dan ukuran komponen =» Motor Listrik Lokasi —__________yBengkel Listrik Kemungkinan-kemungkinan yang dapat diberikan daiam sistem identifrkasi ini adalah: simbol dapat memberikan informasi dengan range yang luas untuk setiap komponen, mesin, atau proses pada industri. B. Penandaan Fasilitas Bila suatu bagian dari fasilitas perlu diberi nomor inventarisasi, maka penandaannya tersebut harus jelas dan metode pembuatan tanda-tanda harus berdasarkan standar yang berlaku dalam lingkungan industri. Dengan mengikuti standar yang ditentukan, dapat mempermudah dalam mengenal nomor inventarisasi melalui tanda yang ada pada masing-masing peralatan. Banyak metode dan variasi yang dapat digunakan untuk me- nyesuaikan terhadap keadaannya. Perhatian ini ditekankan pada pemberian inventarisasi untuk jenis peralatan, ukuran dan lokasinya. Dalam hal ini, metode yang ideal tidak berlaku untuk pemberian inventarisasi pada perlengkapan kecil yang berpindah-pindah tempat. Metode penandaan ini harus dapat disesuaikan terhadap EI ‘Manajemen Perawatan luasnya karakteristik dengan pengertian yang jelas. Dengan metode yang diterapkan, maka pemilihan dan standarisasi untuk kategori perlengkapan dapat mempermudah pengetahuan terhadap semua yang harus diperhatikan. 3.2 Daftar Fasilitas Daftar fasilitas adalah lembaran yang berisi catatan mengenai data-data teknik dari suatu fasilitas atau peralatan. Data-data yang dicatat dalam daftar fasilitas ini ialah hal-hal penting yang termasuk dalam perencanaan perawatan, dan telah diseleksi dari daftarinventaris berdasarkan __tingkat kepentingannya. Daftar fasilitas dibuat untuk membantu dalam memberikan informasi yang penting dari setiap bagian, sehingga dapat disiapkan sebagai standar referensi untuk: a. Menetapkan spesifikasi yang sah sesuai performansi semula. b. Menetapkan batas yang direkomendasikan, pengepakan, toleransi. c. Membantu dalam pelayanan suku cadang dan cara pemasangannya yang benar. d. Menyediakan informasi yang diperlukan untuk rencana pemindahan, relokasi, sistem pondasi yang aman dan lay out pabrik. Sebelum pengumpulan data-data yang akan dicatat, perlu adanya penentuan: a. Informasi apa yang harus dicatat b. Bagaimana informasi harus dicatat c. Bagaimana inforrnasi yang dicatat dapat disimpan d. Bagaimana daftar harus dibentuk ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Em No. Inventarisasi: Lokasi Pembuat : No Seri Tgl. Pembuatan : Type: Spesifikasi: Rating: | Ukuran Frame: Power/KW: _ Lilitan Rpm: Berat Total : Voltase: Arus: Phase : Frekuensi : Keterangan Poros: Diameter, panjang, alur pasak, tinggi: Bantalan : Pelumasan : Baut : Diameter No. Referensi Gambar : Mampu tukar dengan motor lain : No. Identifikasi asosiasi starter gear : Gambar 3.2 Daftar Fasilitas untuk motor listrik Pada umumnya data yang dicatat akan tergantung dari jenis fasilitas. Keterangan pada plat nama dan informasi dari pabrik pembuatnya dapat dijadikan dasar untuk melengkapi infotmasi yang diperlukan. Pada gambar 3.2 menunjukkan informasi dasar yang biasa dicatat dari data suatu motor listrik. Bila fasilitas itu sederhana dan terlihat jelas, cukup diberi keterangan dasar. Tetapi bila peralatan itu komplek dan presisinya tinggi, dengan rancangan serta toleransi yang sangat teliti, maka diperlukan data dasar yang lebih lengkap dengan informasi khusus. Berikut ini adalah ilustrasi mengenai data spesifikasi untuk suatu komponen mesin yang dicatat dalam service manual sebagaimana pada Gambar 3.3. EI ‘Manajemen Perawatan DATA SPESIFIKASI DIMENSI POROS ENGKOL. Limit kebengkokan 0,03 mm (0,0012") Celah ke sisi Limit — | 0,3 mm (0,012") (trust clearance) | Standar | 0,07 - 0,18 mm (0,0028" - 0,0071 ") STD | 69,98 - 70,00 mm (2,7551"- 2,75559") U/S 0,25. | 69,74 - 69,75 mm (2,7457"- 2,7461") Di ameter! 750,50 |69,49 - 69,50 mm (2,7358"- 2,7362") Journal U/S 1,00 | 68,99 - 69,00 mm (2,7161"- 2,7165") Celah Limit | 0,1 mm (0,004") minyak | Standar | 0,03 - 0,07 mm (0,012" - 0,0028") a Limit ketirusan —_ | 0,02 mm (0,0008") . Limit kebenjolan | 0,02 mm (0,0008") crankpin STD 58,98 - 59,00 mm (2,3220"- 2,3228") Diameter| U/S025 |58,74- 58,75 mm (2,3126"- 2,3130") Fameter) 7/5 0,50 |58,49 - 58,50 mm (2,3028"- 23031 ") Crankpin U/S1,00. }57,99 - 58,00 mm (2,2831"- 2,2835") Celah Limit | 0,1 mm (0,004") minyak | Standar | 0,03 -0,07 mm (0,0012" - 0,0028") Gambar 3.3 Spesifikasi Komponen pada Service Manual 3.3. Daftar Rencana Perawatan Daftar rencana perawatan adalah lembaran yang berisi rencana pekerjaan perawatan yang akan dilakukan berdasarkan luasnya kejadian. Data-data yang disusun pada daftar fasilitas merupakan informasi penting untuk mengetahui tentang peralatan ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El yang akan dirawat, sehingga dalam hal ini dapat membantu dalam menentukan "bagaimana cara merawatanya", Untuk melakukan perawatan pada tiap peralatan, perlu adanya daftar rencana perawatan yang disusun menurut pekerjaan yang dibutuhkan, seperti: inspeksi, pelumasan, penyetelan, pergantian komponen, overhaul dan sebagainya. Frekuensi pekerjaan perawatai ini, perlu dipertimbangkan menurut efisiensi peralatan dalam fungsinya. Dalam hal ini, cara perawatan pada tiap peralatan harus ditentukan berdasarkann fungsi dan pengaruhnya terhadap kepentingan produksi. Sebagai contoh, mesin perkakas yang dipasang dalam bengkel perawatan tidak berpengaruh langsung pada proses produksi. Jadi untuk mesin tersebut tidak perlu diberi prioritas utama dalam perawatannya, tetapi cukup diberi pelumasan dan makukan penyetelan secara teratur. Pada kejadian lain, jalannya proses produksi bisa tergantung pada kompresor udara, kegagalan dari pelayanan kompresor ini dapat menyebabkan kemacetan produksi sehingga menimbulkan kerugian yang sangat besar. Dalam hal ini, perlu diterapkan sistem perawatan preventif untuk mencegah terjadinya kerusakan pada kompressor tersebut. Untuk menjamin kesiapan kompresor pada tingkat keandalan yang tinggi, maka perlu disediakan biaya perawatan preventif yang tinggi pula. Namun demikian, dengan tingkat kesiapan fasilitas yang tinggi, akan menunjang kelancaran proses produksi dengan hasil yang lebih baik. Selain itu, kelancaran proses produksi dapat dipengaruhi juga oleh komponen-komponen pada peralatan yang dioperasikan. Komponen merupakan bagian yang vital dari suatu peralatan, karena dapat mempengaruhi efisiensi pada pengoperasiannya. Kemacetan produksi yang disebabkan oleh kerusakan tidak hanya menimbulkan masalah dalam cara perbaikannya, tetapi juga harus diperhitungkan biaya untuk perbaikannya, karena banyaknya pekerjaan perbaikan membutuhkan biaya yang sangat mahal. Oleh sebab itu, keseimbangan harus dijaga pada semua faktor agar biaya El ‘Manajemen Perawatan perawatan yang sangat ekonomis dapat tercapai. Perhatian dan pemeriksaan yang teratur sangat penting dilakukan agar setiap peralatan dapat berjalan secara efisien. Pengalaman yang luas dalam menghadapi berbagai jenis peralatan merupakan faktor penunjang untuk membuat daftar rencana perawatan. Biasanya, petunjuk perawatan yang dikeluarkan oleh pembuat mesin hanya merupakan pedoman secara umum, jadi perlu disesuaikan lagi menurut kebutuhannya sehingga lebih efektif. Daftar rencana perawatan merupakan petunjuk pekerjaan meskipun tidak mutlak, tetapi_setidak-tidaknya dapat memberikan informasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan. Penyusunan item-tem rencana perawatan yang realistis dan logis pada suatu fasilitas dapat digunakan manual book catatan kegiatan perawatan sebelumnya, daftar inventaris, pengalaman operasional operator, dan sebagainya. Penganalisisan berdasarkan data yang terkumpul dapat membantu untuk mengetahui: a. Peralatan yang paling sering rusak. b. Komponen-komponen atau unit dari tiap peralatan yang se ring rusak. c. Jenis dan frekuensi kerusakan yang sering terjadi. d. Pengaruh atau akibat dari berbagai jenis kerusakan yang terjadi. Kondisi yang terjadi akibat kerusakan. f. Lamanya waktu operasi yang efisien tanpa pengawasan. g. Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan berbagai pekerjaan perawatan dan perbaikan. h. Komponen dan material yang digunakan untuk perawatan, perbaikan dan penggantian. i. Pelaksana atau kontraktor yang dibutuhkan untuk melakukan perawatan. Biaya perawatan untuk setiap peralatan. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El k. Batas keausan yang diizinkan, perubahan temperatur, tekanan dan lain-lain. 1 Pembatasan dalam melakukan perawatan agar tidak menyimpang secara operasional. m. Tindakan keselamatan kerja dan ketentuan-ketentuan lain yang harus diperhatikan. n, Perhatian terhadap tindakan yang berhubungan dengan perawatan industri, jenis dan frekuensi perawatan, pemeriksaan dan pengujian. o. Pelaksanaan perawatan pada tiap peralatan = Hanya pada waktu seluruh proses dihentikan = setiap waktu = hanya apabila terjadi kerusakan p. Perlengkapan atau komponen-komponen yang harus dirawat secara bersamaan. Langkah kunci dalam penyusunan rencana pemeliharaan ialah: a. Siapkan inventarisasi asset Mengidentifikasi ciri-ciri fisik (misalnya, luas, bahan, dll) dari seluruh aktivitas (misalnya, mesin, gedung, dll) yang memerlukan perawatan; b. Mengidentifikasi kegiatan dan tugas pemeliharaan Mendefinisikan jenis tugas pemeliharaan (aktivitas) yang akan dilakukan pada setiap aset dan pekerjaan, serta apa yang harus dilakukan atas setiap aktivitas tersebut, misalnya kegiatan Perawatan Pencegahan, pekerjaan yang harus dilakukan yaitu periksa mesin atas tanda-tanda kebocoran oli yang disebabkan oleh kebocoran seal; periksa dari kebocoran oli, seal pecah atau hilang; memperbaiki atau mengganti yang komponen- komponen diperlukan; memeriksa adanya tetesan oli. c. Identifikasi frekuensi tugas Menentukan seberapa sering aktivitas harus dilakukan (frekuensi pelayanan), ini adalah penting terutama dalam jenis EZ ‘Manajemen Perawatan preventive maintenance. emergency atau jenis reactive maintenance yang tidak bias ditebak, tetapi dengan preventive maintenance yang baik, frekuensi situasi darurat yang terjadi mungkin berkurang; d. Perkirakan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas- tugas yang menunjukkan berapa lama masing-masing harus mengambil untuk menyelesaikan; e. Mengembangkan jadwal kerja tahunan Merencanakan kapan waktu pekerjaan_pemeliharaan sepanjang tahun yang harus dilakukan; f. Menyiapkan dan mengeluarkan perintah kerja Mengidentifikasi apa, kapan, dimana dan oleh siapa pekerjaan pemeliharaan yang harus dilakukan, Menentukan Anggaran Menentukan biaya untuk semua kegiatan pemeliharaan untuk menghitung jam kerja, bahan, peralatan, dan biaya kontrak. Catatan dan pelaporan Mencatat apa yang dilakukan dan akan dilakukan untuk kegiatan maintenance, merangkum dan membuat laporan. Catatan berfungsi sebagai bahan analisis apa yang baik dan apa perlu untuk ditindak lanjuti berdasarkan temuan roe Penganalisisan data tersebut di atas dapat membantu dalam memecahkan masalah perawatan pada tiap peralatan atau fasilitas. Dengan adanya data yang lengkap, maka akan dapat ditentukan prosedur perawatan yang lebih efektif. Di bawah ini merupakan contoh Daftar Rencana Perawatan pada motor listrik. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El 3.3.1 Inspeksi Setiap Enam Bulan 1. Bersihkan bagian bawah motor dan tiup saluran udaranya. Cek kekencangan baut pengikat bagian bawah. 2. Bersihkan kotak terminal dan cek terminal penghubung, bersihkan dengan pengering silika gel. 3. Cek tahanan isolasi dan kontinuitas lilitan dengan rnegcer 500 V dan catat hasil pembacaan sebelum tutup kotak terminal dipasang. 4. Cek sambungan keamanan penghubung ke tanah. 5. Lumasi bantalan motor dengan pelumas yang benau. 6. Bila motor sudah dipasang dengan bantalnya, alirkan oh dari bantalan. Periksa gerakan bantalan dan catat hasil yang terbaca sebelum dipasang. 7. Bersihkan bantalan dengan dibilas oli dan isi kembali hingga batasnya. Gunakan oh menurut tingkat spcsifil:asinya. 8 Pada motor yang sudah dilengkapi bantalannya, cek. celah udara ) yang terlihat pada semua bagian dan catat hasilnya. Cek kelurusan kopling motor. 3.3.2 Inspeksi Setiap Dua Tahun 1. Bersihkan bagian bawah motor dan tiup saluran udaranya. 2. Lepaskan hubungan motor utama dengan kabelnya, alarm dan rangkaiannya seta tandai_kabel-kabcl__ untuk mempermudah pemasang,annya. Lindungi kabel-kabel agar tidak cacat. 3. Lepaskan motor dari unit yang digerakkan dan bawa ke bengkel untuk pemeriksaannya Semua bagiannya harus dilindungi, diberi tanda dan simpan di tempat aman. 4. Tarik kopling atau pulley dari porosnya dan cek alur pasak serta poros dari goresan. U;k kopling dari keausannya. 5. Cek keausan bantalannya, ukur clearance olinya. Cek lubang pelumasan dan saluran oli, apakah tersumbat. 6. Keluarkan motor dari tutupnya EI ‘Manajemen Perawatan 7. Cek bantalan gelindingnya dan yanti kalau diperlukan 8. Keluarkan motor dan cek apakah batang roror dan ringnya mengalami retak-retak. 9. Cek lapisan rotor dan perhatikan tanda-tanda gesekan antara stator dan rotor. 10. Bersihkan lilitan stator dengan meniupkan udara kering dari kompresor dan bersihkan lilitan stator dari oli dan kotoran, gunakan lap yang hersih. 11. Hindarkan lilitan stator dari pengaruh-pengaruh yang menghanguskan isolasi dan dari balutan-balutan yang merusak. 12. Cek lapisan stator, apakah bebas dari kebakaran dan dudukan stator sudah bersih. 13. Pemasangan motor dan pengepasan kopling perlu dicek. 14. Tempatkan motor pada dudukannya dan luruskan kopling terhadap unit yang digerakkan dan catat hasilnya. 15. Cek celah udara pada semua posisi dan catat sketsanya. 16. Lepas hubungan semua kabel, test motor dan kabel untuk tahanan isolasi serta kontinuitasnya. 17. Cek kebersihan kotak terminal, periksa kondisi semua gasket dan jika perlu perbaiki dengan pengering silika gel. 18. Cek bantalan motor yang diisi dengan oli yang ditentukan. Cek motor dalam keadaan bebas, putarkan dengan tangan. 19. Lakukan tindakan keamanan, jalankan motor tanpa kopling untuk mengecek putarannya dan dengarkan suara bantalannya. Jika kondisinya sudah baik, hubungkan kopling motor dengan unit yang digerakkan. 3.4 Spesifikasi Pekerjaan Spesifikasi pekerjaan adalah suatu keterangan secara rinci mengenai pekerjaan perawatan yang akan dilakukan pada suatu fasilitas. Untuk melakukan perawatan secara efektif, perlu ditentukan adanya keterangan pekerjaan yang harus dilengkapi ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El menurut kepentingannya. Pekerjaan-pekerjaan penting yang menunjang efektivitas perawatan perlu ditentukan menurut spesifikasi pekerjaan yang jelas untuk petunjuk pelaksanaan perawatan. Spesifikasi pekerjaan merupakan panduan secara lengkap dan rinci tentang bagi tenaga perawatan yang akan melakukan kegiatan perawatan terhadap suatu _fasilitas. Perencana teknik perawatan harus dapat memberikan keterangan yang jelas dan mudah dipahami agar tidak menimbulkan keraguan dalam melakukan tindakan perawatan. Dalam hal ini, ketidakjelasan tugas perawatan dapat mengurangi efektivitas, karena bisa terjadi terlewatnya hal-hal penting yang harus dilakukan pada pekerjaan perawatan. Dengan adanya spesifikasi pekerjaan, maka penyelesaian tugas perawatan akan lebih mudah, terarah dan sesuai yang ditentukan. Setiap tugas yang dicatat dalam daftar rencana perawatan dapat dikelompokkan secara khusus menurut jenis pekerjaannya. Banyaknya spesifikasi pekerjaan tergantung dari kondisi tiap jenis peralatan yang akan dirawat. Untuk merencanakan dan menentukan spesifikasi pekerjaan ini perlu adanya kontrol dan observasi, terutama pada jenis pekerjaan yang sangat komplek. Syarat yang sangat mendasar pada spesifikasi pekerjaan ialah pentingnya instruksi yang jelas dari daftar rencana perawatan. Sebagai contoh: "dalam melepaskan dan membersihkan piston suatu mesin, perlu diperiksa apakah permukaan silinder mengalami goresan, dan apakah masih dalam batas toleransinya”. Penentuan spesifikasi ini sangat penting untuk elemen-elernen mesin yang memerlukan perhatian khusus dalam perawatannya, yang membutuhkan cara kerja yang lebih teliti dan komplek. Dalam melaksanakan pekerjaan perawatan tersebut perlu mengikuti prosedur yang diberikan oleh pembuat mesin dan perlu memperhatikan adanya toleransi yang telah ditetapkan. Gambar 3.3 memperlihatkan contoh bentuk Spesifikasi Pekerjaan Perawatan. Ea ‘Manajemen Perawatan JADWAL PERAWATAN Spesifikast Fasilitas: Tokasi; | Nomor Inventaris: 615243 MBM 15 kW Air Cooled Diesel Daftar Referensi: 256913 Engine No, Ref. Perencanaan Mulai Tanggal: 15 Mei 1983 NoRef Service Manual: 1234 Modifikasi: Tanggal Unit Perlengkapan: Generator No.176013 ; Wakta wo SPesittast | pentuk | spesifkast] ooseconaan| tae | Ket Pekerjaan | Perawatan | tiap bagian bagian Perawatan Haran "A 1] Cek — batas eee bahan bakar | R 2 menit dalam tangki Pelumasan Z| Gek batas of = pada R 2 menit | sAE 20 pelumasan tempatnya Perawatan Mingguan"B Bersihkan sa- 3 | ringan udara| sD 45 Operator Is menit | % ler ae pelumasan SAE 20 Kuras ruang 4 | pompa sp 21 Operator Is menit pelumasan bahan bakar Perawatan Tiap Dua Bulan Perawatan Tiap Empat Bulan “D” Perawatan Tiap Enam Bulan "E” Perawatan Tahunan "F” Gambar 3.3 Contoh Bentuk Spesifikasi Pekerjaan = Running Maintenance; SD = Shut Down Maintenance ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El Catatan: Dalam pelaksanaan perawatan sesuai dengan spesifikasi pekerjaan harus dilakukan dengan Surat Perintah Kerja yang berisi: a. Nomor Perintah Pekerjaan Nomor ini digunakan untuk mengidentifikasi setiap tugas berupa nomor seri surat spesifikasi pekerjaan. b. Nama Fasilitas Nama fasilitas yang akan dirawat. c. Bagian Lokasi dimana fasilitas berada. d. Nomor Inventarisasi Fasilitas Nomor inventaris fasilitas sesuai dengan yang telah ditentukan. e. Uraian spesifikasi kegiatan perawatan Uraikan kegiatan perawatan, perbaikan, modifikasi dan lain sebagainya yang akan dilaksanakan. f. Orang yang dihubungi Nama operator atau forman atau operator yang lebih tahu akan gejala dan terjadinya gangguan harus ditujukan ketika mesin dirawat. g. Skala prioritas pekerjaan Tingkat kebutuhan tugas dapat dinyatakan baik menurut prioritas maupun tanggal. h. Tanggal dan tanda tangan Tanggal ketika perintah kerja dibuat dan ditandatangani oleh yang berwenang. 3.5 Program Perawatan Program perawatan adalah suatu daftar yang berisi tentang kegiatan perawatan termasuk waktu pelaksanaannya masing- masing. Setelah ditentukan apa yang harus dirawat, dan bagaimana cara merawatnya, kemudian perlu ditentukan juga "kapan perawatan akan dilaksanakan". Program perawatan merupakan susunan daftar kegiatan perawatan untuk setiap peralatan yang EI ‘Manajemen Perawatan tercatat. Program perwatan tersebut berisi nama fasilitas, waktu perawatan, bagian yang akan dirawat, bagaimana perawatan tersebut dilakukan. Tujuan pembuatan program perawatan ialah : a. Untuk menerapkan pekerjaan yang direncanakan 1. Meratakan beban kerja perawatan yang terjadi dalam setahun. 2. Menjamin agar tidak terjadi kelalaian pckerjaan perawatan pada suatu peralatan. 3. Menjamin bahwa frekuensi perawatan yang dilakukan berdasarkan kebutuhannya masing-masing. 4. Mengkoordinasikan pekerjaan perawatan saling berhubungan. 5. Mengkoordinasikan pekerjaan perawatan dengan kebutuhan produksi. b. Mengajukan semua kebutuhan untuk pekerjaan perawatan, mengadakan program yang dijalankan untuk waktu sekarang dan berikutnya (dalam jangka pendek maupun jangka panjang). Membantu usaha dalam perencanaan pelayanan suku cadang, tenaga kerja yang dibutuhkan dan pengontrolan anggarannya. c. Untuk meningkatkan pekerjaan perawatan yang akan dilaksanakan (dalam jangka pendek). 1. Merumuskan rencana kerja mingguan (dalam waktu dekat). 2. Memberikan peluang waktu untuk kegiatan produksi. 3. Menyediakan waktu untuk pengawasan pekerjaan, suku cadang, sub kontraktor, dan lain-lain. Program perawatan harus dibuat dengan jangka waktu yang fleksibel, biasanya ditentukan berdasarkan periode tahunan. Bila pengoperasian pabrik dapat berlangsung selama dua tahun atau tiga tahun, maka rencana program untuk pekerjaan perawatan yang besar (overhaul) dapat diperpanjang periode waktunya. Dalam mempersiapkan program perawatan ini peru dikonsultasikan bersama departemen produksi untuk dipertimbangkan dengan jadwal produksi. Dengan demikian pelaksanaan _perawatan tidak ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El mengganggu kegiatan produksi dan kesiapan pabrik selalu terjaga. Semua pekerjaan perawatan harus dijadwalkan waktunya agar frekuensi pelaksanaannya sesuai yang ditentukan dan menurut selang waktu yang direkomendasikan. Pembuatan program perawatan untuk fasilitas yang saling berhubungan perlu digabungkan, seperti : mesin diesel dan generator pasangannya, kompresor dan perlengkapannya, motor listrik berikut komponennya, pompa-pompa dan motor penggeraknya. Untuk peralatan tertentu yang dalam pengoperasiannya harus mengikuti peraturan pabrik secara khusus, perlu diberi perhatian secara periodik. Dalam hal ini, peraturan yang berlaku untuk fasilitas pabrik selalu menjadi perhatian Khusus sejak mulai merencanakan program perawatan. Tindakan penting yang perlu direalisasikan menurut peraturan antara lain ialah mengadakan pengujian dan inspeksi terhadap beberapa fasilitas tertentu yang harus dilakukan dalam selang waktu yang telah ditetapkan. Ketentuan tersebut mutlak dilakukan dalam perawatan preventif, karena kerusakan yang terjadi pada fasilitas itu dapat langsung menimbulkan bahaya. Fasilitas yang perlu diuji dan diinspeksi termasuk yang ada pada bagian proses seperti : kompresor, tangki penerima, bejana bertekanan, ketel uap dan sebagainya. Peralatan-peralatan tersebut termasuk fasilitas yang Program Perawatannya dilakukan secara menyeluruh. Sedangkan perawatan untuk perlengkapan pada bagian lain, seperti: rantai, kerek, alat angkat dan sebagainya dapat dimasukkan dalam program perawatan yang terpisah. Kerusakan, kegagalan dan kejadian lain yang merugikan dapat dicegah atau dikurangi karena adanya peraturan yang ditaati dengan sungguh sungguh. Begitu pula, pekerjaan perawatan dan sesuai yang direncanakan apabila pelaksanaannya mengikuti program perawatan yang telah ditentukan. EI ‘Manajemen Perawatan 3.6 Perencanaan Waktu Perawatan Program perawatan dapat berjalan dengan adanya faktor- faktor yang menunjang seperti: metode, material, alat perkakas, suku cadang, pelaksana dan frekuensi perawatan yang dibutuhkan. Dalam hal ini, waktu pelaksanaan perawatan perlu ditentukan frekuensinyu menurut keperluan setiap peralatan. Pelayanan perawatan pada masing-masing peralatan perlu diseimbangkan, tidak terlalu kurang dan tidak terlalu lebih. Terlalu kurangnya perawatan (under maintained) dapat mengakibatkan timbulnya kerusakan yang lebih awal, sedangkan terlalu banyaknya perawatan (over maintained) dapat menimbulkan pekerjaan-pekerjaan yang tidak diperlukan sehingga terjadi pemborosan. Frekuensi pekerjaan perawatan dapat ditentukan berdasarkan: 1. Menurut skala waktu kalender, misalnya: Mingguan Bulanan Triwulan Semester ‘Tahunan, dan seterusnya. paose 2. Menurut waktu operasi: Jam operasi b. Putaran mesin c. Jarak tempuh 2 3. Gabungan poin 1 dan 2 Pelaksanaan perawatan yang ditentukan berdasarkan skala waktu kalender mempunyai keuntungan, karena pekerjaan perawatan dapat direncanakan untuk jangka panjang dan beban kerja perawatan dapat diatur. Sedangkan pelaksanaan perawatan yang ditentukan berdasarkan waktu operasi, jika diperhitungkan akan sebanding antara frekuensi perawatan yang dilakukan dengan pemakaian mesin dalam satu periodenya. Bila memungkinkan, pelaksanaan perawatan ditentukan berdasarkan sistem gabungan ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El menurut skala waktu kalender dan waktu operasi, sehingga dapat direncanakan untuk program tahunan. Dengan demikian, alternatif untuk penghentian mesin yang akan dilakukan perawatannya dapat ditentukan menurut jangka waktu atau menurut jumlah jam operasi. Mana yang lebih dahulu tiba waktu perawatannya, itulah yang dilaksanakan. Selain itu, beberapa peralatan yang dilengkapi dengan indi- kator seperti petunjuk tekanan, petunjuk perubahan temperatur, petunjuk batas isi pelumasan dan lain-lain, dapat berfungsi sebagai tanda peringatan akan kebutuhan perawatan. Dengan adanya indikator-indikator tersebut merupakan tanda harus dilakukannya tindakan perawatan tanpa mengikuti program yang direncanakan. Pada umumnya, pelaksanaan waktu perawatan untuk mesin-mesin dalam kondisi normal dapat dilakukan menurut peraturan yang ada dan berdasarkan dengan buku-buku manual yang direkomendasikan oleh pembuatnya. 3.7. Laporan Pekerjaan Laporan pekerjaan adalah suatu catatan yang menyatakan tentang pelaksanaan pekerjaan kondisi yang terjadi pada peralatan. Untuk efektivitas pelaksanaan perawatan, peflu ditunjang adanya informasi yang berkesinambungan dari para personil yang melakukan pekerjaan. Dengan adanya umpan balik ini merupakan hal yang penting untuk mengontrol dan mengatur suatu rencana pekerjaan. Dalam merencanakan program perawatan harus diketahui secara tepat tentang apa yang terjadi, sehingga bila ada suatu kesalahan dapat segera dilakukan tindakan perbaikannya. Tiap sistem harus disiapkan oleh personil yang juga melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kerja dan mempunyai ke- sempatan untuk melaporkan kembali mengenai keadaan yang terjadi pada peralatan, kerja yang telah dilakukan dan yang masih dilakukan. Dalam hal ini laporan secara lisan tidak dapat menjamin, sebab bisa terlupakan dan tidak dapat disimpan. Pada gambar 1.3 EI ‘Manajemen Perawatan menunjukkan suatu dokumen mengenai laporan pekerjaan untuk mencatat informasi yang relevan. Dalam laporan pekerjaan ini perlu dilengkapi dengan keterangan nama pelaksana, jenis pekerjaan dan kapan pekerjaan dilaksanakan. Pada keterangan laporan harus mencakup informasi pokok tentang : a. Pelaksanaan pekerjaan. b. Tindakan perbaikan yang dilakukan. c. Penyebab yang ditemui, koreksi dan hal-hal yang perlu diperhatikan. Observasi sebab akibat. Pekerjaan yang dilakukan menurut spesifikasinya. Penggantian komponen-komponen utama. Pengukuran clearance, keausan dan lain-lain. Waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan perawatan. i. Observasi umum mengenai kondisi peralatan. FRo-oe LAPORAN PEKERJAAN [Tanggal |No. Laporan jama Pelaksana Jam ke: Jienis Pekerjaan Keterangan Laporan| IBagian ‘ondisi/kerusakan : lakibat : [Tindakan perbaikan : aterial/suku cadang yang digunakan : engukuran/observasi : ‘eterangan : faktu yang dibutuhkan: lama Fasilitas, ILokasi: No. Inventarisasi Gambar 3.4 Contoh Laporan Pekerjaan. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El 3.8 Catatan Historis Catatan historis adalah ~~ suata_- dokumen —_yang menginformasikan tentang semua pekerjaan yang telah dilakukan pada peralatan. Keberhasilan suatu sistem hanya dapat dievaluasi dari hasil yang telah dicapai, fakta-fakta ini merupakan keputuan yang diambil untuk tindakan selanjutnya. Apabila sistem tersebut dapat efektif karena adanya pengontrolan, maka kemajuannya harus dimonitor untuk mengecek apakah hasilnya sesuai yang diinginkan. Kalau perlu, untuk menilainya perlu diukur dengan mengoreksi perkembangan kondisinya. Jadi, pengecekan hasil aktivitas perawatan harus dilakukun secara teratur pada setiap bagian dari sistem. Kemudian informasi mengenai data perawatan dimasukkan dan disimpan pada kartu catatan historis. Dari data yang tercatat, maka dapat dianalisis dan ditafsirkan adanya kelemahan atau po- kok-pokok penting dalam sistem yang terpakai untuk menunjang efektivitas fungsi perawatan. Hal ini merupakan cara yang sangat tepat untuk dilakukan. Namun demikian, perlu adanya penilaian terhadap data-data yang baru, kesesuaian dan kebenaran informasi yang diperlukan. Pencatatan mengenai kejadian-kejadian dalam perawatan harus dibuat menurut kondisi fasilitas atau bagian yang dirawat. Dalam hal ini perlu ditentukan a. Informasi apa yang harus dicatat. b. Bagaimana informasi harus dicatat dan disimpan. ¢. Infotmasi pokok yang perlu dicatat yaitu: nama fasilitas, nomor identifikasi, lokasi dan keterangan lainnya yang diperlukan. Secara kronologis, informasi yang dicatat ialah sebagai berikut : a. Inspeksi, perbaikan, pelayanan dan penyetelan yang dilakukan. b. Kerusakan dan kegagalan, akibatnya, penyebabnya, tindakan perbaikan yang dilakukan. EI ‘Manajemen Perawatan c. Pekerjaan yang dilakukan pada fasilitas, komponen- komponen yang diperbaiki atau diganti. d. Kondisi keausan, kebocoran, korosi dan lain-lain. e. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan, clearance, hasil pengujian dan inspeksi. f, Waktu dan biaya yang dibutuhkan untuk perawatan atau perbaikan yang dilakukan. KARTU CATATAN HISTORIS Nama Fasilitas: Lokasi: No.Inventaris Tanggal sd Tanggal | NoLembaran Nomor Ringkasan: Biaya/Waktu Tangeat | LaPra | Fasilitas, Kerusakan, | Perawatan | Perawatan '882" | Pekerjaan | Penyebab, Perbaikan, | Terencana | Tak Suku Cadang terencana Gambar 3.4 Contoh Kartu Catatan Historis. 3.9 Pertanyaan/Tugas 1. Apa yang dimaksud dengan inventarisasi ? 2. Jelaskan, mengapa inventarisasi dibutuhkan ? 3. Sebutkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian inventarisasi pada fasilitas industri. 4, Jelaskan pengertian : a. Daftar Rencana Perawatan b. Program Perawatan c. Laporan Pekerjaan ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El d. Catatan Historis 5. Buatlah daftar inventarisasi untuk: a. Semua mesin yang terdapat institusi b. Semua suku cadang yang terdapat pada gudang institusi Ki ‘Manajemen Perawatan BAB 4 PENGELOLAAN SUKU CADANG Pergudangan dalam arti luas, termasuk —pengendalian persediaan, adalah suatu pekerjaan yang paling penting dan biasa diadakan dalam masyarakat industri kita, dan tersebar mulai dari bengkel di dusun yang sangat sederhana sampai yang sangat canggih dalam pengendalian bahan. Barang yang habis persediaannya dibengkel desa mungkin tidak begitu berpengaruh banyak terhadap sekitarnya, sedangkan tidak tersedianya satu bagian saja merupakan hal yang kritis terhadap pabrik kendaraan bermotor yang memproduksi mesin dalam kecepatan beberapa buah permenit. Diantara ke dua hal tersebut kita memerlukan pengendalian bahan dan pergudangan untuk menjamin departemen pemeliharaan suatu perusahaan dapat menyediakan jasa pemeliharaan yang mencukupi untuk menjamin pemeliharaan darurat minimum pada_biaya minimum . Suku cadang atau material merupakan bagian pokok yang perlu diperhitungkan dalam pengaruhnya terhadap biaya total perawatan. Keadaan ini tidak sama pada tiap-tiap industri yang berkaitan dengan suku cadang. Biaya material dan suku cadang untuk perawatan biasanya berkisar antara 40 sampai 50 % dari total investasi, termasuk adanya kerugian-kerugian karena kerusakan. Dengan demikian, rata-rata perusahaan mengeluarkan sekitar 15 sampai 25 % dari total biaya perawatan untuk suku cadang dan material. Oleh karena itu, pemakaian material atau suku cadang direalisasikan sehemat mungkin dan perlu pengontrolan dalam pengelolaannya. Perusahaan yang mengoperasikan dan memelihara pabrik dan mesin miliknya beberapa lama dan menyimpan catatan gudang dengan benar akan mempunyai sumber pengetahuan mengenai ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan ja | pemakaian bahan untuk pemeliharaan dan harus sudah bisa menyusun tingkat persediaan maksimum dan minimum gudang, dan mengetahui kuantitas pesanan yang ekonomis —_ dengan mempertimbangan biaya pengadaan dan biaya penyimpanan. 4.1 Lokasi & Tata Letak Gudang Tata letak fasilitas merupakan suatu perencanaan yang terintegrasi dari aliran atau arus komponen-komponen suatu produk (barang dan atau jasa) di dalam sebuah sistem operasi guna memperoleh interelasi yang paling efektif dan efesien antara pekerja, bahan, mesin dan peralatan serta penanganan dan pemindahan bahan, barang setengah jadi, dari bagian yang satu ke bagian yang lainnya. Aliran material merupakan hal yang paling penting dalam suatu fasilitas yang produktif dan hal ini harus direncanakan dengan seksama. Dalam perkembangannya dicegah bila menuju pada pola aliran yang tidak tepat, karena pola aliran yang tidak tepat akan menimbulkan ongkos pemindahan material yang besar. Dan sebaliknya tata letak fasilitas yang efektif dapat mengurangi ongkos pemindahan dan memberikan iklim kerja yang baik serta meningkatkan keefisienan proses produksi. Tujuan umum dari perencanaan tata letak adalah bagaimana mengatur suatu daerah kerja, peralatan dan perlengkapan, sehingga dapat beroperasi secara ekonomis, aman serta memuaskan baik itu bagi pekerja maupun bagi pelanggang. Setiap pihak yang terlibat mempunyai kepentingannya —masing-masing dalam —_usaha memperoleh tata letak yang baik. Berdasarkan kepentingan masing- masing pihak tersebut, tujuan yang hendak dicapai dari penyusunan tata letak gudang yaitu: a. Meminimumkan jarak perpindahan material b. Menggunakan ruangan secara efektif ¢. Meningkatkan keselamatan dan keamanan dalam bekerja d. Menjaga fleksibilitas pengaturan fasilitas sehingga mudah disesuaikan kembali bila ada perubahan tujuan perusahaan. Ha ‘Manajemen Perawatan Jarak perpindahan material yang minimum akan menurunkan ongkos penanganan material, serta total waktu produksi dapat ditekan, Semakin lama produk berada di dalam pabrik, semakin bertambah ongkos yang harus dikeluarkan. Dengan demikian, semakin rendah total waktu produksi, maka ongkos produksi yang harus dikeluarkan dapat dikurangi pula. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam penyusunan tata letak diantaranya: 1. Principle of Overall Integration ‘Tata letak yang baik dan benar adalah apabila dapat mengintegrasikan segenap tenaga kerja, bahan, mesin, peralatan serta perlengkapan lainnya dalam suatu cara tertentu sehingga dapat menghasilkan interelasi yang harmonis. 2. Principle of Minimum Distance Movement Tata letak fasilitas yang baik dan benar adalah apabila pergerakan tenaga kerja, bahan, barang setengah jadi dan atau barang jadi dari bagian yang satu ke bagian lainnya dengan jarak tempuh yang sependek mungkin. 3. Principle of Work Flow Tata letak yang baik dan benar adalah apabila dapat mengatur sedemikian rupa sehingga _memungkinkan pergerakan bahan, barang setengah jadi, dan atau barang jadi diantara bagian yang satu dengan bagian lainnya (stasiun kerja) secara cepat dan lancar, serta tanpa halangan yang berarti. 4. Principle of Maximum Space Utilization Tata letak fasilitas yang baik dan benar adalah apabila segenap ruangan yang ada telah dipergunakan secara efektif dan efisien baik secara vertical maupun horizontal. 5. Principle of Satisfaction and Safety Tata letak fasilitas yang baik dan benar adalah apabila yang membuat puas dan memberikan rasa aman tidak menimbulkan kecelakaaan bagi para pekerjanya ketika bekerja dilingkungan tempat mereka. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan ja | 6. Principle of Flexibility Tata letak fasilitas yang baik dan benar adalah apabila disusun sedemikian rupa sehingga luwes terhadap penyesuaian- penyesuaian akibat perubahan dalam hal tingkat keluaran yang dihasilkan, proses operasi yang baru, dan lain sebagainya yang dapat meminimalisasikan biaya operasi produksi. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan lokasi gudang yaitu: 1. Aliran kaluar masuknya suku cadang atau bahan dari gudang. 2. Jarak teknis gudang dengan lokasi penggunaan suku cadang harus srategis. 3. Integrasi dengan bengkel perawatan untuk menghemat waktu. Disamping itu, salah satu aspek yang perlu diputuskan secara bijak ialah pemilihan bangunan bertingkat atau tidak. Keuntungan bangunan tidak bertingkat bila dibandingkan yang bertingkat yaitu: 1. Penggunaan derek dan pengangkat lain lebih sedikit. Alat pengangkat harus diseduaikan dengan jenis bahan atau barang. Jenis alat pengangkat akan mempengaruhi ukuran dan rancangan bangunan gedung. 2. Pengawasan terhadap petugas lebih mudah dilakukan 3. Kapasitas lebih besar. Agar pergudangan efisien, haruslah dimungkinkan pengambilan setiap barang sangat mudah tanpa mencarinya terlalu lama, Suku cadang mesin paling baik diletakkan dalam kelompok menurut uraian mesin atau berdasarkan jenis barangnya. Untuk memudahkan pengelolaan dan pengontrolan suku cadang, biasanya dibagi dalam beberapa kelompok misalnya: 1. Suku cadang mesin : a. Mekanis : Roda gigi, sabuk, poros, bantalan, seal. b. Listrik Starter, relai , motor, gulungan c. Pelayanan: Sambungan pipa hidrolik & pnei\umatik, keran, kabel listrik. Ea ‘Manajemen Perawatan 2. Bahan yang habi . Perangkat umum p> Mur, baut, kertas, amplas, isolasi, dsb. b. Sediaan besi & pipa: Plat logam, lempeng & bulat, sudut T, dsb Pipa & poros lubang, kuningan, perunggu dsb c. Bahan lembaran : _Pelat logam, kuningan asbes, sambungan, plastik dsb. d. Bahan bangunan : Perabot jendela dan pintu, bahan atap dan bahan bangunan (kayu, bata, pasir, semen, cat, dsb) e. Pelumas : Minyak pelumas, gemuk. 3. Perkakas : a. Perkakas tangan : Termasuk perkakas jaringan listrik & pneumatik b. Mesinperkakas : Gurdi tangan, bor, perkakas bubut & trais, roda gerinda, dll . Instrumen & ujialat ukur : Mekanik & elektronik . Alat angkat : Talijerat, rantai, dongkrak, tangga, dsb. ao Dalam melindungi dan merawat suku cadang agar mudah diambil dan menggunakan luas lantai yang minimum, maka gedung gudang harus memiliki beberapa alat yang sering digunakan. Alat-alat tersebut ialah: Papan susun Kotak yang dapat dipindahkan Rak Perlengkapan bergerak. Container untuk bahan kimia Pembuat tanda SA PONe ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan ja | Kira-kira tt. 1m bac ame Gambar 4.1 Rak Gudang Komponen Gambar 4.1 memperlihatkan rak tempat penyimpanan suku cadang yang terdiri dua lemari yaitu lemari A dan B, terdiri dari beberapa kolom yaitu kolom 1 s.d kolom 13, terdiri dari beberapa baris yaitu bari A s.d G. Jumlah dan besar kolom maupun baris harus disesuaikan dengan jenis dan bentuk suku cadang yang akan disimpan. Gambar 4.1 juga memperlihatkan bahwa dalam satu lemari bisa saja memiliki tinggi baris tidak sama, namun disesuaikan dengan cuku cadang yang akan disimpan. Cara identifikasi bagian rak sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 4.1 tersebut yaitu identitas lemari kemudian kolom kemudian baris, misalnya suku cadang yang terletak pada BAC berarti suku cadang tersebut terletak pada lemari B kolom 4 dan baris C. Bebarapa contoh rak/lemari yang Jain diperlihatkan pada Gambar 4.2. Ea ‘Manajemen Perawatan Gambar 4.2 Beberapa Rak Tempat Penyimpanan Suku Cadang Untuk memudahkan pengambilan suku cadang pada gudang maka tata letak suku cadang harus diatur sedemikian rupa, Bahan yang sering digunakan diletakkan pada bagian depan sedangkan yang jarang digunakan diletakkan di bagian belakang. Selain itu, sediakan ruangan dan fasilitas yang representatif untuk melakukan pekerjaan pergudangan dengan baik. 4.2 Dokumentasi Gudang Dokumentasi harus dijaga operasinya sesederhana mungkin sesuai dengan efisiensi. Diperlukan empat dokumen dasar (kartu), yaitu: 1. Kartu Kotak (Bin card) Kartu Kotak disimpan di dalam kotak atau di dekat kotak dan berfungsi sebagai catatan penerimaan, pengeluaran dan sisa sediaan ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan ja | serta uraian dari barang-barang yang disimpan. Kartu ini dilengkapi dengan Label Suku Cadang. Oo Lokasi Kotak : No. Inventaris Spesifikasi Barang:..... Mesin Pembuat Gambar 4.3 Label Suku Cadang No. Inventaris Lokasi Kotak: Spesifikasi Barang: Mesin; Maksimum Pembuat: Minimum: Tanggal Rujukan Masuk Keluar Sisa Gambar 4.4 Bentuk Kartu Kotak Ki ‘Manajemen Perawatan 2. Kartu Permintaan Suku Cadang. Kartu atau dokumen ini yang disebut juga “bon bahan” adalah merupakan tanda terima petugas gudang mengenai barang yang sudah dikeluarkan bebas secara resmi. Tanda terima terima ini bisa diserahkan aslinya, tergantung sistem administrasi yang dipakai. Seluruh permintaan gudang, mengandung: a. Kode pusat biaya atau nomor akuntan. b. Nomor mesin atau nomor pekerjaan yang menggunakan bahan tersebut. Kode pemeliharaan, sebagai biaya dapat dialokasikan ke pemeliharaan, proyek atau ke non - pemeliharaan. PERMINTAAN SUKU CADANG NoSeri ‘Spesifikasi Mesin: Nomor Inventaris Mesin: Lokast Nomor Kode Biaya: Tanggal: Nomor. wo. | Nom raian | Kuantitas Harga Lokasi Inventaris Diminta | Dikeluarkan | Satuan_| jumlah | Kotak Pekerja Mandor Petugas Gudang ted ttd ttd Nama Nama Nama Gambar 4.5a Kartu Permintaan Suku Cadang ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El Nomor: KARTU PERMINTAAN 5 Logo Perusahan/ Institusi SUKU CADANG Penerima | Petugas Unit/Bagian: Nama Pemesan: Jabatan: Penggunaan: Tanggal: No. | No.lnventaris Nama Suku Cadang Jumlah Keterangan Kepala Gudang, Mandor, Pemesan, ttd ttd ttd Nama: Nama: Nama Gambar 4.5b Kartu Permintaan Suku Cadang Kartu Penerimaan sediaan Barang-barang yang diterima oleh gudang berasal dari : a. Dari pemasok (suplyer) atau service, sebagai respon terhadap pesanan pembelian. b. Barang kembalian dari bagian pemeliharaan, biasanya pengambilan terlalu banyak atau perubahan keadaan. Ei ‘Manajemen Perawatan PENERIMAAN SUKU CADANG NoSeri 5 Nomor | Nomor Inventaris Mesin: ‘Tanggal diterima: Nota: Pemasok: Nomor Kode Biaya: Nomor Pesanan: Nomor. Nomor Kuantitas | Lokasi No, Uraian Sisa Inventaris| Dipesan | Diterima Kotak Diterima Diperiksa Diperiksa ttd ttd ttd Nama Nama Nama Gambar 4.6 Kartu Penerimaan Suku Cadang 4. Kartu Pengendalian Persediaan. Kartu Pengendalian Persediaan terdiri dari dua bagian yang dicetak bolak balik yaitu Catatan Persediaan dicetak pada bagian depan (Gambar 4.5), dan Catatan Pesanan dicetak pada bagian belakang (Gambar 4.6). Kartu ini disimpan pada bagian pengendalian persediaan dan merupakan bagian dari pembelian__teknis, pengendalian bahan dan penentuan harga. Pengadaan kembali bahan atau suku cadang yang pemakainnya cepat harus dilakukan berdasarkan jumlah stok maksimum maupun minimum. Permintaan bahan atau suku cadang dan bukti penerimaan bahan atau suku cadang harus diberi harga oleh bagian pengendalian suku cadang sebelum diteruskan ke unit akuntansi. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Em” Gambar 4.7 Kartu Catatan Persediaan (Halaman Depan) oKLMDTASI GUDANG REKAYASA ARTY CATATAN FESANAN DAN CATATAN PENUPNDALIA BEDUAAR Gambar 4.8 Kartu Catatan Pesanan (Halaman Belakang) Eo ‘Manajemen Perawatan 4.3. Kontrol Suku Cadang. Biaya perawatan banya ditimbulkan karena adanya kebutuhan material, sedangkan biaya material terjadi karena : a. Harga bahan dan suku cadang. b. Biaya pengangkutan dan penyimpanan suku cadang. Untuk mengontrol biaya material yang dibutuhkan, perlu adanya sistem inventarisasi yang memadai. Dalam pekerjaan ini perlu adanya daftar perincian inventaris untuk mempermudah pengotrolan jumlah barang, kondisinya, dan harga setiap bagian yang diinventarisasikan, Oleh karena penyimpanan barang yang berlebihan dapat menimbulkan biaya besar. Kerugian biaya langsung dapat terjadi apabila material yang sudah dibeli tidak terpakai dalam periode waktu tertentu, dan kejadian ini merupakan modal investasi yang macet. Pengelolaan dan pengontrolan suku cadang yang baik, perlu adanya: a. Sistem pencatatan (record system) Penyimpanan suku cadang, material dan perlengkapan lainnya harus tercatat sistematis. Perlu adanya sistem penomoran dalam pembukaaan yang menjelaskan deskripsi, lokasi, biaya, sumber, dan lain-lain yang menjadi pokok dalam sistem pengolahan data. b. Sistem penyimpanan Sistem penyimpanan adapat diartikan sebagai sistematika dalam penempatan, penyimpanan dan pencatatan barang yang bertujuan akan mempermudah pelayanan pengoperasiannya secara prraktis dan ekonomis. Fungsi Kontrol Suku Cadang : a. Mengelola penyimpanan barang secara efektif b. Termasuk tata letak, sarana penyimpanan, pemanfaatan ruang gudang, perosedur penerimaan dan pengeluaran barang. c. Tanggung jawab teknis untuk keberadaan suku cadang. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Ell d. Termasuk metode penyimpanan, prosedr perawatan untuk mencegah kerusakan dan kehilangan barang e. Perawatan untuk bahan-bahan khusus, dalam pengiriman barang, dalam proses pemakaian, kesiapan suku cadang dalam jumlah dan spesifikasi sesuai kebutuhan. f Sistem pengontrolan stock Catatan inventarisasi, prosedur pemesanan, pengelolaan barang. Melindungi suku cadang dari kerugian atau kehilangan karena penyimpanan yang kurang terkontrol dan mencegah adanya pemindahan barang tanpa diketahui. oe Hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan suku cadang ialah bahwa penyimpanan stok tidak terlalu banyak atau kurang dari yang dibutuhkan. Jumlah maksimal dan minimal penyimpanan suku cadng harus ditentukan secermat mungkin. Batas-batas tersebut dapat ditentukan berdasarkan pengalaman dan kebutuhan nyata (lihat Gambar 4.9) Faktor-faktor yang mendasari pengontrolan suku cadang, yaitu : a. Persediaan stock maksimum Menunjukkan batas tertinggi penyimpanan suku cadagn dengan jumlah yang menguntungkan secara ekonomis. b. _Persediaan stock minimum Menunjukkan batas terendah peyimpanan suku cadang dengan batas yang aman. Untuk mengatasi bila timbul kebuthan suku cadang diatas batas normal, maka paling tidak harus ada persediaan (stock cadangan) dalam jumlah tertentu. c. Standar pemesanan Menunjukkan jumlah barang atau suku cadang yang dibeli pada setiap pemesanan. Pemesanan kembali dapat diadakan lagi untuk mencapai jumlah stock yang dibutuhkan. dd. Batas pemesanan kembali Menunjukkan jumlah barang yang dapat dipakai selama waktu pengadaannya kembali (sampai batas stock minimal). Pada saat EZ ‘Manajemen Perawatan jumlah persediaan batrang telah mencapai batas pemesanan, maka pemesanan yang baru segera diadakan. e. Waktu pengadaan Menunjukkan lamanya waktu mengadakan barang yang dipesan (sejak mulai dipesan sampai datangnya barang pesanan yang baru). jumlah )K. 30 Stok max Batas pesanan 13 ~~ ~~~ ~~ kembali 10 Stok min ' l T ' 1 ' Stok cadangan ' bo ° 10 12 Waktu pengadaan aki Gambar 4.9 Grafik Pemakaian dan Pemesanan Suku Cadang Dalam menentukan stock maksimal dan minimum. Dari setiap barang yang dibutuhkan maka pengadaanya perlu diperhitungkan berdasarkan faktor-faktor berikut: 1. Kemampuan ekonomis pada tiap pengadaan order 2. Penambahan modal 3. Waktu yang dibutuhkan untuk pengadaan barang ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Ell 4. Kemungkinan adanya penyusutan dan kerusakan 5. Jumlah permintaan barang Keuntungan adanya kontrol suku cadang adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui titik kritis antara input dan output 2. Memberikan kemungkinan adanya penambahan output 3. Mencegah terjadinya keterlambatan dalam pengadaan barang 4. Adanya keuntungan dari sejumlah potongan harga 5. Memanfaatkan keuntungan dari harga yang tidak menentu 44 Jumlah Pesanan Ekonomis Pemesanan bahan atau suku cadang dapat dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu: 1. Pendekatan titik pemesanan kembali (reorder point approach), yaitu menghendaki sejumlah persediaan yang tetap setiap kali melakukan pemesanan, apabila persediaan mencapai jumlah tertentu, maka pemesanan kembali harus dilakukan. Jumlah yang harus dipesan berdasarkan kepada " EOQ (Economic Order Quantity)" yang biasa dikenal Jumlah Pesanan Ekonomis. 2. Pendekatan tinjauan periodik (Periodic Review Approach) 3. Pendekatan Perencanaan Penerimaan Material (Material Requirement Planning Approach). Dalam penerapan pendekatan EOQ (jumlah pesanan ekonomis) digunakan 5 asumsi yaitu: 1. Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan Item yang dipesan independen dengan item lain Pesanan diterima dengan segera dan pasti Tidak terjadi stock out Harga item konstan vaeen Konsep EOQ ini digunakan untuk menjawab pertanyaan “ berapa jumlah yang harus dipesan’. Hal yang mempengaruhi dalam model ini yaitu 1. Permintaan dapat ditentukan secara pasti dan konstan El ‘Manajemen Perawatan Item yang dipesan independent dengan item yang lain Pesanan diterima dengan segera dan pasti Tidak terjadi stockout (tidak kekurangan sampai mencapai 0) Harga item konstan ARwn Apabila tidak memenuhi ke lima kriteria tersebut maka model EQ tidak dapat digunakan dalam memperkirakan persediaan yang harus dipesan. Model E0Q ini dapat diterapkan jika asumsi-asumsi berikut dipenuhi a. Permintaan deterministik dan tetap b. Tenggang waktu pengadaan = 0 c. _ pengadaan sekaligus d._harga per unit barang adalah tetap. ° Biaya pemesanan (B) dan penyimpanan (S) adalah tetap Penilain untuk pemesanan barang dalam jumlah ekonomis mencakup biaya-biaya: 1. Biaya pengadaan barang 2. Biaya inventarisasi barang Jumlah pesanan ekonomis dapat diperoleh apabila besarnya biaya pengadaan barang sama dengan besarnya biaya inventarisasi. Apabila : A = Jumlah barang yang dibutuhkan per tahun P = Biaya pengadaan barang per pesanan C = Biaya inventarisasi per barang per tahun Q = Jumlah pesanan ekonomis Maka : a. Biaya pengadaan barang pertahun sama dengan jumlah barang yang dibutuhkan pertahun dikali biaya pengadaan perpesanan dibagi jumlah pesanan ekonomis ; _ AxP Q ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Ell BP b. Biaya inventarisasi pertahun sama dengan harga rata-rata barang yang disimpan dalam setahun dikali biaya inventarisasi setiap barang pertahun ; = 2c 2 BI c. Harga total sama dengan Biaya pengadaan barang per tahun ditambah dengan biaya inventarisasi per tahun. BP=BI AxP _ QC Q 2 d. Harga total tersebut akan minimun apabila Biaya pengadaan barang per tahun sama dengan Biaya inventarisasi per tahun. 2xAxP = OxOxC Contoh : Jumlah barang yang dibutuhkan dari gudang ialah 20 unit per tahun. Biaya pemesanan termasuk ongkos-ongkos pengadaan barang ialah Rp 40.960.000,- per pesanan. Harga barang per unit ialah Rp 10.000.000,-. Biaya inventarisasi per tahun ialah 16 % dari harga rata- rata barang yang disimpan. Tentukanlah : a. Jumlah pesanan ekonomis b. Batas pemesanan kembali, bila waktu pengadaannya 3 bulan. Penyelesaian : C = Biaya inventarisasi per unit/tahun 20x10000000:x0,16 20 = Rp 1.600.000,- EZ ‘Manajemen Perawatan Jadi jumlah pesanan ekonomis : acne [2x20x40960000 Y 1600000 Q = 32unit Untuk menentukan batas pemesanan kembali, dimisalkan : Q. = Batas stok untuk titik pemesanan kembali a= Jumlah barang yang dibutuhkan per tahun to = Waktu pengadaan Q, =at, 20 poe 12 to=3bulan jadi : Q=5Sunit Jadi, bila persediaan barang di gudang tinggal lima unit maka pemesanan kembali segera disediakan. 4.5 Penyimpanan Suku Cadang Penyimpanan suku cadang dapat ditempatkan dalam gudang perawatan dan dikelola dengan baik sehingga mempermudah penyediaannya pada saat dibutuhkan. Dalam hal ini, penyimpanan stok barang, material atau suku cadang dapat dibagi menjadi beberapa bagian gudang menurut kelompoknya. Penyimpanan suku cadang dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu : 1. Gudang suku cadang khusus Gudang ini untuk menyimpan suku cadang yang biasa dipakai pada peralatan atau mesin-mesin tertentu dan sangat vital fungsinya. Yang termasuk ke dalam kelompok suku cadang ini antara lain seperti: - Motor listrik khusus - Bantalan khusus ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Ea - Roda gigi pengganti, dsb. Ciri-ciri suku cadang khusus adalah : a. Digunakan untuk mesin yang kalau terjadi kemacetan alan mengakibatkan kerugian besar b. Digunakan untuk satu atau dua mesin tertentu. c. Pemakaiannya lebih lama daripada suku cadang biasa. d. Sulit untuk pengadaanya dengn cepat. e. Relatif lebih mahal daripada suku cadang lainnya. 2. Gudang suku cadang biasa Untuk menyimpan suku cadang yang tidak istimewa dan dalam pemakaiannya cenderung lebih cepat sehingga sering diganti, seperti : - Packing - Seal oil - Fitting pipa, dsb 3. Gudang perawatan umum. Gudang ini menyimpan berbagdai sarana atau perlengkapan yang diperlukan untuk pekerjaan perawatan. Perlengkapan yang di simpan dalam gudang perawatan umum antara lain : - Perlengkapan pelumasan dan pengecatan - Peralatan perkakas tangan - Kunci-kunci - Alat-alat potong, pembersih, ukur - Alat-alat bantu perawatan yang tidak terdapat di gudang lain. Semua perlengkapan yang ada disimpan dengan cara teratur menurut jenis dan fungsinya, sehingga dapat mempermudah pengambilannya pada saat akan digunakan. 4.6 Pertanyaan/Tugas 1. Sebutkan dan jelaskan dokumen dasar yang harus dimiliki oleh suatu gudang. 2. Sebutkan fungsi-fungsi kontrol suku cadang. EI ‘Manajemen Perawatan 3. Sebutkan faktor-faktor yang mendasari pengontrolan suku cadang. 4, Jelaskan tentang tatacara penyimpanan suku cadang yang tepat. 5. Buatlah dokumen-dokumen dasar pada gudang material. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Em BABS PENINGKATAN JADWAL KERJA PERAWATAN Banyak industri mengeluarkan biaya yang besar untuk pekerjaan perawatan. Hal ini terjadi selama adanya perkembangan dalam menerapkan metode dan analisa pekerjaan untuk mencapai efisiensi yang tinggi. Oleh karena itu, perlu adanya upaya melalui perencanaan kerja yang baik agar dapat mencapai hasil yang lebih tepat. Pelaksanaan pekerjaan dalam kondisi normal dapat dicapai berdasarkan pertimbangan waktu rata-rata. Jadwal perawatan mesin semestinya dapat mudah ditemukan dan dibentang secara transparan sehingga visualisasi ini akan memotivasi semua bagian untuk menjaga bahwa perawatan fasilitas itu penting dilaksanakan tepat waktu. Tujuan dilakukannya penjadwalan perawatan yaitu: a. Meningkatkan utilitas fasilitas yang dimiliki sehingga waktu menganggurnya fasilitas tersebut berkurang. b. Mengurangi jumlah pekerjaan yang menunggu, dan jumlah pekerjaan yang terlambat. c. Sebagai dasar untuk melakukan kontrol atau pengawasan. El ‘Manajemen Perawatan JADWAL PERAWATAN thee = mf '5.Membrikanperhatan bla ada masalah segera respon 6: Mudah membandingkan nat folate 7. Mudah ditetahui pengulanngannya wh PERAWATAN ‘Minggu 10: = 21-1-03:Coling pump | Gambar 5.1 Contoh Jadwal Kerja 5.1 Program Efisiensi Perawatan Pemakaian material yang tidak efisien dapat mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk mencegah terjadinya kerusakan tersebut, dapat diatasi dengan cara : mengurangi pemakaian bahan melebihi kebutuhan, mengganti suku cadang yang baru walaupun yang lama masih dapat digunakan, mengganti suku cadang yang tidak efisien, selalu menyediakan suku cadang yang sangat dibutuhkan. Faktor yang berpengaruh terhadap pengaturan jadwal kerja ialah jadwal induk produksi, waktu kerja yang tersedia, ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El dan waktu penyelesaian pembuatan produk. Langkah-langkah yang dapat dilakukan agar perawatan efisien adalah : 1. Pengukuran waktu yang dibutuhkan untuk banyaknya pekerjaan 2. Perencanaan dan penjadwalan : Menentukan jenis pekerjaan dan sapa yang melaksanakan. 3. Penerapan latihan, metode dan kelayakan kondisi pekerjaan. 4, Perawatan preventif + Dijadwal sebelumnya atau pekerjaan ulangan. 5. Perawatan korektif : Karena lemahnya komponen yang diranang untuk peralatan. Langkah-langkah tersebut di atas saling berhubungan, dan setiap program mempunyai kekhususan dalam bidangnya tanpa mengabaikan kepentingan yang lain untuk mencapai tujuan perawatan. Suatu perencanaan kerja yang baik sekalipun akan sia-sia apabila pengawasnya tidak mengetahui berap jumlahnya pekerja dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Jadi, bukan ukuran yang realistia atau tidak akurat, apabila seorang foreman menugaskan pekerja yang tidak terampil sehingga mengakibatkan rusaknya alat-alat dalam melakukan pekerjaan. Kejadian tersebut merupakan perbuatan yang merugikan dan menyusahkan bagi foreman, sehingga perlu melakukan perbaikan ulangan karena pekerjaan yang gagal. Untuk perbaikan itu perlu adanya program yang dibuat secara sederhana dan ditekankan pada ukurannya yang cukup logis.Ukuran yang baik dapat dicapai dengan adanya dukungan dari fungsi administratif yang dapat mengembangkan efektivitas tenaga kerja, efisiensi perencanaan dan penjadwalan, faktor beban kerja, ketelitian perhitungan biaya, serta data analitis untuk perawatan preventif dan perawatan korektif. Hal ini akan menimbulkan juga adanya kebutuhan latihan dan studi metode, akalu diadakan. Jadi untuk pengembangan jangka panjang yang teratur, perlu direncanakan melalui program dasar yang mempunyai tolok ukur terbaik dan memenuhi persyarata El ‘Manajemen Perawatan Biasanya, pengembangan standar waktu yang benar-benar akurat untuk pekerjaan perawatan terlalu sulit bahkan hampir tidak mungkin, ini merupakan pernyataan yang keliru. Suatu metode penjadwalan yang telah dikembangkan dapat diterapkan untuk menentukan standar waktu perawatan guna menghasilkan produk yang relatif lebih cepat dan lebih mudah. Selama masih dalam penelitian konsepsi dari waktu rata-rata untuk penyelesaian suatu pekerjaan dalam rantang waktu tertentu dapat diterima. Faktor penentu harus berdasarkan pada contoh yang cukup mewakili dari banyaknya waktu rata-rata yang terpakai. Bila hal ini dilakukan, maka peningkatan dari data tersebut dapat menunjukkan ketelitian yang tinggi. Untuk membuat jadwal yang efektif diperlukan adanya tolak ukur berdasarkan perhitungan yang tepat dan benar. Dengan adanya petunjuk waktu, merupakan suatu kebutuhan pokok yang menjadi pedoman dan sebagai jaminan dalam penyelesaian pekerjaan. Dalam kenyataaannya, biasa dinyatakan sebagai bagian dan merupakan ukuran pekerjaan yang dilaksanakan pada waktu yang telah dijadwalkan. Misalnya, suatu pekerjaan yang dilaksanakan dalam enam hari setiap pekan dengan sistem jadwal kerja tiga shift dapat mencapai 80%, sedangkan jika dilaksanakan dengan sistem satu shift dapat mencapai 90% dari pekerjaan yang dilaksanakan. Perawatan preventif merupakan suatu metode yang efisien dalam penjadwalan pekerjaannya. Pemantapan program perawatan preventif dapat mengurangi permasalahan dalam penjadwalan karena lebih mudahnya pekerjaan perawatan yang dapat diselesaikan. Sedangkan perawatan korektif merupakan perawatan yang dilakukan untuk mengupayakan cara memperpanjang masa pakai suatu alat. Aktivitas ini sangat_membantu dalam mengurangi beban kerja, terutama pada bagian-bagian yang sering membutuhkan perbaikan Latihan, metode, lingkungan merupakan faktor-faktor pokok untuk meningkatkan kualitas pearawatan dengan biaya yang ekonomis. Untuk mencapai kualitas perawatan melalui langkah- ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El langlah yang baik tidak akan terwujud bila tidak ditunjang oleh keterampilan, peralatan, lingkungan yang mendukung, perlengkapan yang memadai dan sistem pengawasannya. Semua itu merupakan faktor yang harus mendapat perhatian, program latihan yang ditujukan baik bagi pengawas maupun para operator perlu dilaksanakan untuk menambah pegetahuan dan meningkatkan keterampilan. Bagaimanapun juga, dengan melalui latihan secara intensif dan terprogram akan dapat meningkatkan kualitas pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan. Serangkaian pekerjaan harus diselesaikan oleh sekelompok pekerja yang masing-masing memiliki keterampilan yang berbeda. Hal ini merupakan suatu kenyataan yang memerlukan penanganan serius baik dalam penentuan metode maupun pengaturan jadwal dan prioritas pekerjaan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut dalam waktu yang efisien. Penyelesaian pekerjaan tersebut harus dilakukan dengan mempertimbangkan segala hal yang mempengaruhinya, termasuk kebutuhan tenaga kerja, peralatan, material, dan perlu menghindari faktor-faktor penghambat agar supaya tidak terjadi penundaan waktu penyelesaian pekerjaan. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan hambatan pekerjaan ialah : a. Menunggu order yang terlalu lama b. Mengunjungi suatu tempat untuk mengetahui apa yang harus dilakukan ¢. Mengadakan perjalanan yang tidak perlu Banyak waktu untuk mengambil dan mengembalikan alat Terlalu banyak pekerja untuk pekerjaan yang dapat diselesaikan meski sedikit tenaga kerja Menunggu selesainya pekerjaan lain Mencari tempat kerja Hilangnya waktu karena pembatalan order Tidak tersedia material yang dibutuhkan e2 roam Ei ‘Manajemen Perawatan 5.2. Metode Praktis Membuat Jadwal Perawatan Sistem penjadwalan yang baik akan menunjang kelancaran dalam penyelesaian suatu pekerjaan, olehnya itu harus terhindar dari faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya hambatan. Jadwal harus dibuat oleh orang yang cermat, dan teliti dalam mempertimbangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan tersebut, karena orang tersebut bertugas menyiapkan susunan pekerjaan, menetapkan waktu penyelesaian, membuat rencana kerja, dan sebaigainya. Dalam hal ini, perlu disusun semua pekerjaan yang akan dilakukan kecuali pekerjaan yang terjadi secara mendadak. Dengan demikian, secara umum tidak ada pekerjaan yang dilakukan tanpa perencanaan terlebih dahulu. Untuk pekerjaan yang dilakukan secara mendadak, harus dapat ditentukan dengan cepat tentang apa yang perlu dikerjakan dan dapat dilakukan selama mesin mengalami kemacetan. Material yang digunakan dalam pekerjaan_tersebut sedapat mungkin disiapkan pada lokasi yang terpisah dari tempat kerja, tetapi memungkinkan persediaannya secara tepat. Sebagai sarana penunjang dalam pekerjaan perawatan perlu juga disediakan “chart” sebagai peta perencanaan aktivitas yang biasa digunakan untuk jangka panjang. Chart yang dipakai ini dapat dipasang pada papan jadwal. Daftar pada papan jadwal secara visual harus mudah diperiksa untuk menyediakan tenaga kerjanya. Hal ini juga berfungsi untuk memberitahukan kepada perencana proyek atau pengawas sehingga dapat memeriksa semua pekerjaan dengan cepat. Banyak persoalan dalam jadwal kerja yang dapat diselesaikan dengan sistem ini dan mencapai hasil yang baik. Namun demikian, pelaksanaan tugas tidak selamanya dapat berakhir dengan lancar dan sempurna, kemungkinan terjadi adanya perubahan-perubahan dan perbaikan metoda pada jadwal yang telah diterapkan. Banyak jenis chart atau grafik yang digunakan di industri, semuanya bertujuan untuk menunjukkan hubungan dari berbagai fungsi. Chart merupakan suatu alat bantu peraga yang dapat ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Em memberikan informasi melalui proses komunikasi. Oleh karena itu, chart harus dipahami mengenai prinsip-prinsip pokok yang ditinjau, serta maksud yang akan disampaikan harus mudah dimengerti dengan cepat dan jelas. Salah satu metode praktis yang digunakan dalam membuat jadwal perawatan adalah membuat chart yang berfungsi sebagai peta perencanaan aktifitas yang biasanya digunakan untuk jangka panjang. 5.3. Pembuatan Chart Chart adalah suatu alat bantu yang dapat memberikan informasi melalui proses komunikasi. Olehnya itu, chart harus dapat dimengerti mengenai prinsip-prinsip pokok yang ditinjau, serta maksud yang akan disampaikan harus mudah ditangkap dengan cepat dan jelas. Chart yang umum digunakan ialah Gantt Chart, yang pertama kali diperkenalkan oleh Henry L. Grant (1861 - 1919, sarjana Amerika).chart dibuat dengan bentuk basis empat persegi panjang, semua aktifitas yang akan dilakukan diurutkan kebawah secara terpisah sedangkan waktu yang digunakan untuk setiap pekerjaan diurutkan memanjang dari kiri ke kanan secara horizontal. Unit waktu menunjukkan lamanya program kerja yang direncanakan, dan biasa ditentukan berdasarkan waktu harian atau mingguan. Gantt chart adalah suatu alat yang bernilai_khususnya untuk proyek-proyek dengan jumlah anggota tim yang sedikit, proyek mendekati penyelesaian dan beberapa kendala proyek. 1. Gantt chart secara luas dikenal sebagai alat fundamental dan mudah diterapkan oleh para manajer proyek untuk memungkinkan seseorang melihat dengan mudah waktu dimulai dan selesainya tugas-tugas dan sub-sub tugas dari proyek. 2. Semakin banyak tugas-tugas dalam proyek dan semkin penting urutan antara tugas-tugas maka semakin besar kecenderungan dan keinginan untuk memodifikasi gantt chart. EI ‘Manajemen Perawatan 3. Gantt chart membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan “what if’ saat melihat kesempatan-kesempatan untuk membuat perubahan terlebih dahulu terhadap kebutuhan. Keuntungan menggunakan Gantt chart yaitu: a. Sederhana, mudah dibuat dan dipahami, sehingga sangat bermanfaat sebagai alat komunikasi dalam penyelenggaraan proyek. b. Dapat menggambarkan jadwal suatu kegiatan dan kenyataan kemajuan sesungguhnya pada saat pelaporan c. Bila digabungkan dengan metoda lain dapat dipakai pada saat pelaporan Sedangkan kelemahan Gantt Chart ialah: a. Tidak menunjukkan secara spesifik hubungan ketergantungan antara satu kegiatan dan kegiatan yang lain, sehingga sulit untuk mengetahui dampak yang diakibatkan oleh keterlambatan satu kegiatan terhadap jadwal keseluruhan proyek. b. Sulit mengadakan penyesuaian atau perbaikan/pembaharuan bila diperlukan, karena pada umumnya ini berarti membuat bagan balok baru. Penerapan Gantt Chart pada suatu pabrik yang akan dioverhaul, dimana semua aktivitas pekerjaan dalam overhaul tersebut disusun seperti pada Tabel 5.1 berikut ini. Tabel 5.1 Contoh Chart Overhaul Pabrik No. | Aktivitas | Dimulai pada awal Lamanya Diselesaikan pada akhir minggu ke aktivitas (pekan) peken ke: 1 a 1 4 4 2 B 5 6 10 3 C ir 5 15 4 D 3 8 10 5 E 7 6 12 6 F I 5 5 7 G T 8 8 ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Ea Berdasarkan dengan penyusunan aktivitas sebagaimana pada Tabel 5.1, maka dibuatlah Gantt Chart-nya seperti pada tabel 5.2 berikut ini. Tabel 5.2 Gantt Chart Overhaul Pabrik Aktivitas Jumlah Pekan 1[2]3]4[5[6[7]8 [9 | 10 | 11 | 12 [13 [14 [15 Dari Tabel 5.2 tersebut dapat diperoleh informasi sebagaimana pada Tabel 5.3. Chart dapat juga berfungsi untuk memberikan keterangan, namun dalam pemakainnnya tidak selalu mampu menanggulangi segala persoalan yang timbul. Dalam chart ini tidak ditunjukkan secara jelas adanya faktor yang saling ketergantungan dari berbagai aktivitas yang satu dengan lainnya. Oleh karena itu, hal ini tidak dapat ditandai atau dibedakan mengenai aktivitas yang harus dilaksanakan secara ketat menurut jadwal agar seluruh proyek dapat diselesaikan pada waktunya. Untuk membantu mengatasi hal tersebut dapat memungkinkan diterapkan sistem berangkai__guna menhubungkan berbagai aktivitas yang saling berkaitan, Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda anak panah kegiatan yang saling berkaitan, antara kegiatan awal dan kegiatan yang mengikutinya. EI ‘Manajemen Perawatan Tabel 5.3 Laporan Kemajuan Overhaul Pabrik No. | Aktivitas | Kemajuan tugasyang | Kemajuantugas | Keterangan direncanakan: yang terjadi 1 A__| Harus selesai Selesai 2 B___| Harus % selesai Hanya 1/6 selesai_| Terlambat 3 C__| Tidak harus selesai Belum dimulai 4 D__| Harus 5/8 selesai Hanya %selesai__ | Terlambat 5 E__| Harus 1/6 selesai % selesai Lebih cepat 6 F__| Harus selesai Belum dimulai Terlambat 7 G | Harus 7/8 selesai Selesailengkap | Lebih Cepat Dengan adanya tambahan informasi seperti pada tabel 3.3 di atas, maka dapat lebih nyata dalam aplikasinya, yaitu : - Aktifitas A harus selesai sebelum aktifitas B dimulai - Aktifitas B harus selesai sebelum aktifitas C dimulai - Aktifitas D harus selesai sebelum aktifitas C dmulai - Aktifitas E harus selesai pada waktu aktifitas C selesai 2/5 bagian - Aktifitas F harus selesai sebelum aktifitas E dimulai - Aktifitas A, F, G harus dimulai secara bersamaan 5.4 Proyek Perencanaan Sumber Suatu. proses terdiri dari lima unit utama yang saling berhubungan, harus dihentikan untuk dilakukan kegiatan perawatan, perbaikan dan modifikasi. Personil yang melakukan pekerjaan ini ditugaskan dari pusat bagian perawatan, setiap personil hanya dapat melaksanakan tugas menurut keahliannya masing-masing. Personil yang terlibat dalam pekerjaan perawatan, umumnya terdiri dari a. Pekerja mekanik 1 orang b. Pekerja listrik 1 orang c. Pekerja istrumen 1 orang d. Pekerja las 1 orang ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Ea e. f. Pekerja insulator 1 orang Pekerja pembersihan kimia 1 orang Perkiraan alokasi waktu kerja (dalam hari) dari masing-masing elemen pekerjaan pada tiap unit, dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel 5.4 Waktu Kerja Perawatan Urutan Unit Pekerjaan A B Cc D E Pekerjaan | Pekerjaan | Pekerjaan | Pekerjaan | Pekerjaan 1 instrumen | Mekanik | Mekanik | Mekanik | listrik (2) (2) (2) 3) QQ) Pekerjaan | Pekerjaan | Pekerjaan | Pekerjaan _ | Pekerjaan 2 las instrumen | listrik listrik Mekanik (2) (6) (4) (B) ) Pekerjaan | Pekerjaan | Pekerjaan | Pemasa- | Pemasang 3 listrik Mekanik | instrumen | ngan an insula- (4) (4) (5) insulator tor panas panas @ (3) Pekerjaan | Pekerjaan | Pekerjaan | Pembersiha 4 las las Mekanik | nkimia @) (a) 3) Q Pemasang 5 an insulator panas @) Dalam penyelesaian pekerjaan, pada tidap ahir periode ditambah satu hari untuk pemeriksaan seua unit secara serentak. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa : Penyusunan urutan pekerjaan pada tidap unit dapat saling 1 menunjang Setiap pekerjaan, sekali dimulai dapat berlangsung terus tanpa terjadi pemisahan, sehingga akan menghasilkan : ED ‘Manajemen Perawatan a. Waktu yang optimum untuk menyelesaikan pekerjaan termasuk pemeriksaannya. b. Program kerja dapat diterapkan pada tiap unit c. Program kerja pada tiap unti melibatkan seluruh pekerja yang bersangkutan. Walaupun pelaksanaan ini menyangkut adanya alokasi tenaga kerja secara khusus, prinsip dan prosedur yang sama dapat pula diterapkan untuk pengaturan sumber-sumber lainnya, misalnya dalam pengalokasian peralatan pabrik seperti : kompressor, alat angkat, generator dan lain sebagainya yang bisa digunakan pada setiap tempat. Kemungkinan yang sangat mudah , lebih cepat dan mudah dipahami ialah dengan menggunakan metode penyusunan program berdasarkan chart Gant. Prosedur dalam mengalokasikan seluruh pekerjaan perawatan ialah sebagai berikut : 1. Waktu kerja total yang dibutuhkan untuk overhaul pada tiap unit dengan cara menjumlahkan waktu dari masing-masing elemen pekerjaannya. Lihat Gambar 5.1. UnitA=2+2+44+3+2 13 hari kerja UnitB=2+64+44+4 16 hari kerja UnitC=2+44+5+3 14 hari kerja Unit D=3+3+3+2 11 hari kerja Unit E=1+1+3 = Sharikerja 2. Mengkalkulasi alokasi pekerjaan untuk tiap jenis keahlian, seperti yang diperlihatkan Gambar 5.2. Pekerjaan mekanik = 15harikerja Pekerjaan listrik 12 hari kerja Pekerjaan instrumentasi 13 hari kerja Pekerjaan las 9 hari kerja Pekerjaan insulator panas = 8 hari kerja Pembersihan kimia = 2harikerja ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Ea 3. Mempertimbangkan point (1) dan (2) di atas Dalam perencanaan ini, waktu overhaul yang dibutuhkan unit B ialah 16 hari kerja, dan unit B ini membutuhkan waktu yang terbanyak, oleh karena itu diambil sebagai dasar dalam menentukan banyaknya waktu yang diperlukan untuk penyelesaian seluruh pekerjaan, Seluruh pekerjaan yang telah diselesaikan perlu dilakukan pemeriksaan untuk menjamin kesiapannya, dan untuk kepentingan pemeriksaan tersebut membutuhkan waktu 1 hari, sehingga total waktu yang dibutuhkan unit B ialah menjadi 17 hari kerja. Lihat Gambar 5.3. Namun, hal ini sulit terlaksana karena ada pekerjaan mekanik yang berlangsung secara bersamaan pada Unit B, C, dan D. Disisi lain, setiap jenis pekerjaan hanya membutuhkan 1 tenaga kerja. 4, Merencanakan setiap unit pekerjaan pada blok chart dengan skala yang tepat dan menganalisis urutan pekerjaan yang akan dilakukan. 5. Menyusun program kerja Tujuan penyusunan program kerja ialah untuk mengurangi terjadinya kemacetan. Sebagai langkah awal dapat direncanakan bahwa waktu minimum yang dibutuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan ialah 17 hari kerja. Sebenarnya cara ini dilakukan untuk semua elemen pekerjaan pada unit B yang kritis, dan semua elemen pekerjaan yang termasuk dalam unit A, C, D dan E harus disesuaikan susunannya terhadap unit B. 6. Dengan informasi yang dikutip dari program kerja, maka jadwal waktu untuk tiap jenis pekerjaan dapat ditentukan susunannya. Setelah disusun berdasarkan dengan jenis dan urutan pekerjaan pada setiap unit maka diperoleh waktu keseluruhan kegiatan overhaul yaitu 19 hari kerja termasuk 1 hari kerja untuk pengetasan, sebagaimana yang diperlihatkan pada Gambar 5.4. Ei ‘Manajemen Perawatan Urutan Unit Pekerjaan Pekerjaan | Pekerjaan Mekanik | Mekanik (2) (2) Pekerjaan Mekanik (3) Pekerjaan Mekanik Pekerjaan Mekanik (4) Pekerjaan Mekanik @) Gambar 5.1 Waktu Perawatan Setiap Unit ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Ea uvelrayag stua/ denag myeay Z's xequiey, yepun{ (ueq) mye AERA ueelioyaq ‘Manajemen Perawatan Gambar 5.1 menunjukkan waktu yang dibutuhkan setiap unit yaitu: a. Unit A membutuhkan waktu sebanyak 13 hari Unit B membutuhkan waktu sebanyak 16 hari Unit C membutuhkan waktu sebanyak 10 hari Unit D membutuhkan waktu sebanyak 11 hari Unit E membutuhkan waktu sebanyak 5 hari paos Bila kegiatan disusun berdasarkan jenis pekerjaan sebagaimana pada Gambar 5.2, maka: a. Pekerjaan Mekanik membutuhkan waktu sebanyak 15 hari Pekerjaan Listrik membutuhkan waktu sebanyak 12 hari Pekerjaan Instrumen membutuhkan waktu sebanyak 13 hari Pekerjaan Las membutuhkan waktu sebanyak 9 hari Pekerjaan Insulator Panas membutuhkan waktu sebanyak 8 hari Pekerjaan Pembersihan Kimia membutuhkan waktu sebanyak 2 hari meeaos ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Ea ueelroyag weyNINjasay NAR M E's TEqUIED wt €L | 7 IL) 01} 6 £ z T| (eq) mye, wo PNP (ese weeksayeg © @ qqueyayy ueeliayeq qqueyayy weelzyq ) @ oqueyayy— weelroyeg qqueyayy wee(rayeq ‘Manajemen Perawatan uee(rayad ueyninasay nae A ¥°¢ ZequIED ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Gambar 5.4 menunjukkan waktu keseluruhan yang dibutuhkan dalam pekerjaan overhaul tersebut. Berdasarkan Gambar 5.4 tersebut, waktu keseluruhan yang dibutuhkan yaitu 19 hari kerja sudah termasuk kegiatan pengetesan 1 hari. 5.5 Pertanyaan/Tugas 1. Jelaskan cara menghindari kerugian yang dialami oleh industri sebagai akibat dari pemakaian material yang tidak efisien. 2. Sebutkan langkah-langkah yang dapat dilakukan agar supaya perawatan menjadi efisien. 3. Sebutkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan hambatan pekerjaan. 4, Jelaskan tentang cara yang praktis membuat jadwal perawatan 5. _Jelaskan tentang chart Gantt Buatlah suatu perencanaan sumber daya untuk perawatan mesin Genset. Ey ‘Manajemen Perawatan BAB6 PERENCANAAN JARINGAN KERJA Suatu pekerjaan yang dilakukan secara acak tanpa perencanaan sebelumnya, maka hasil yang akan diperoleh dari pekerjaan tersebut tidak sebaik bila didahului suatu perencanaan yang tepat. Mungkin saja kualitas pekerjaan tersebut sama, akan tetapi dari penggunaan tenaga kerja, waktu dan biaya serta peralatan tidak seefisien dan seefektif dengan pekerjaan yang didahului dengan suatu perencanaan yang tepat. Suatu pekerjaan terdiri dari beberapa kegiatan yang bila diperhatikan antara kegiatan yang satu dengan kegiatan lainnya memiliki hubungan yang erat sekali dan ketergantungan diantara keduanya. Network Planning (NP) atau perencanaan jaringan kerja merupakan salah satu alat manajemen untuk perencanaan , pengendalian, dan pengawasan yang cermat, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan (kegiatan-kegiatan) yang tidak berulang (non- repetitive work). NP juga merupakan suatu gagasan untuk menggambarkan hubungan ketergantungan tersebut dengan suatu logika yang benar sehingga diperoleh suatu jaringan yang dibatasi dari saat pekerjaan tersebut dimulai hingga pekerjaan tersebut selesai dilaksanakan. Mengapa dinamakan teknik network planning? Karena suatu proyek yang terdiri dari kegiatan-kegiatan yang mendukungnya, digambarkan secara sederhana dalam suatu diagram disertai simbol- simbol, sehingga menyerupai sebuah jaringan. NP merupakan suatu diagram yang menggambarkan rencana_kegiatan-kegiatansuatu proyek, urut-urutan dari kegiatan- kegiatan yang harus dilaksanakan serta hubungan ketergantungan dari kegiatan-kegiatan tersebut satu sama lain, sehingga dari diagram-gambar tersebut dapat dianalisalebih lanjut kemajuan dari proyek tersebut. Teknik NP ini ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El pertama-tama ditemukan pada pelaksanaan proyek pembuatan peluru kendali “Polaris” oleh Angkatan Laut Amerika Serikat , yang bersamaan dengan proyek pembangunan pabrik oleh Du Pon Company yang menggunakan teknik tersebut . Proyek peluru kendali yang rumit menggerakkan sejumlah besar orang, peralatan, uang, dan lain-lain dapat menghemat biaya karena memperpendek waktu pembuatan dari 5 tahun menjadi 3 tahun . Juga Du Pon Company dapat menghemat 1 (satu) juta dollar dalam membangun salah satu pabriknya dengan memakai metode/teknik tersebut. Teknik NP terutama digunakan pada proyek-proyek yang : rumit, besar, membutuhkan koordinasi antara sejumlah bagian, memerlukan informasi teratur dan kontinyu, dan proyek yang dilaksanakan dalam waktu dan biaya yang terbatas. 6.1 Penyusunan Diagram Jaringan Kerja Elemen-elemen NP : a. Kegiatan (Activity) : Digambarkan dengan tanda anak panah:: ———> Kegiatan adalah merupakan pekerjaan yang dilakukan diantara dua kejadian dimana kejadian pertama dinamakan kejadian pendahulu sedangkan kejadian berikutnya dinamakan kejadian pengikut. Simbol yang digunakan ialah anak panah yang akan menghubungkan antara dua kejadian. Anak panah tersebut menunjukkan apa yang akan dicapai. Uraian kegiatan dapat dituliskan secara lengkap atau diberi kode tulisan seperti A, B, C dan sebagainya sedangkan lamanya kegiatan itu dikerjakan dituliskan di bawah anak panah dengan kode tulisan seperti 1, 2, 3 dan seterusnya yang ditulis dalam satuan waktu misalnya jam, hari, minggu, bulan maupun tahun. b. Kejadian (Event) : Digambarkan dengan lingkaran: Eo ‘Manajemen Perawatan Kejadian adalah suatu keadaan atau situasi pada suatu waktu tertentu. Simbol yang digunakan ialah lingkaran. Kejadian mengisyaratkan kapan suatu kegiatan dimulai dilaksanakan dan kapan kegiatan tersebut harus selesai dilaksanakan sehingga kejadian merupakan ujung pertemuan dari satu atau lebih kegiatan c. Kegiatan semu (Dummy) : Digambarkan dengan anak panah terputus-putus. > Dummy adalah kegiatan yang tidak memerlukan sumber daya, baik sumber daya waktu, biaya maupun sumber daya lainnya. Dummy digunakan untuk memperlihatkan saling ketergantungan antara kejadian yang satu dengan kejadian lainnya. Dummy merupakan pemberitahuan , seolah-olah berpindahnya suatu kejadian ke kejadian lain, Dummy tidak mempunyai duration (jangka waktu tertentu) karena tidak memakai/menghabiskan resources (manpower, peralatan, dan materials). 6.2 Bentuk Penggambaran NP Penggambaran dari NP dapat dijelaskan dengan contoh-contoh sebagai berikut : 1) Aharus selesai sebelum kegiatan B dapat dimulai : ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El 2) P,Q.dan R harus diselesaikan terlebih dahulu sebelum kegiatan S dapat dimulai : Dalam pembuatan NP dari suatu proyek bagaimanapun rumitnya dapat dilakukan dengan prosedur langkah demi langkah (step by step) dalam merinci tiap-tiap kegiatan, dengan dengan pertanyaan . a. Kegiatan mana yang langsung mengikuti kegiatan i b. Kegiatan mana yang langsung mendahului kegiatan ini, dan cc. Kegiatan mana yang dapat dilaksanakan bersamadangan kegiatan ini . Contoh penggambaran sebuah NP : 1. Kegiatan-kegiatan AB dan C merupakan kegiatan awal dari suatu proyek yang dapat dimulai bersama-sama . 2. Bila kegiatan B telah diselesaikan, Kegiatan D dan E baru dapat dimulai . Ea ‘Manajemen Perawatan 3. Bila kegiatan A telah diselesaikan, kegiatan F baru dapat dimulai. 4. Kegiatan H baru dapat dimulai bila kegiatan E telah diselesaikan dan kegiatan ini merupakan kegiatan akhir . 5. Kegiatan G baru dapat dimulai bila kegiatan C telah diselesaikan 6. Kegiatan I tak dapat dimulai bila kegiatan E dan G belum diselesaikan . 7. Kegiatan J dapat dimulai bila kegiatan L telah selesai dan merupakan kegiatan akhir . 8. Kegiatan K dapat dimulai bila kegiatan-kegiatan F dan D telah diselesaikan, dan kegiatan K ini merupakan kegiatan akhir . Dari keterangan-keterangan diatas, dapat disusun suatu tabel ketergantungandari kegiatan sebagai berikut : No | Kegiatan | Ketergantungan Waktu | Keterangan 1 A - 4 Kegiatan Awal 2 B - 8 Kegiatan Awal 3 c - 7 Kegiatan Awal 4 D B 6 - 5 E B 12 6 F A 15 7 G c 9 : 8 H E 10 Kegiatan Akhir 9 1 E&G 11 : 10 J 1 5 Kegiatan Akhir 1 K D&F 3 Kegiatan Akhir 6.3. Perhitungan Waktu Kejadian Waktu kejadian (Event Times) 2 macam, yaitu : a. Earliest Event Times (EET) atau waktu kejadian paling cepat , yaitu waktu paling cepat suatu kejadian dapat terjadi. b. Latest Event Time (LET) atau waktukejadian paling lambat , yaitu waktu paling lambat suatu kejadian dapat diakhiri (boleh ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El diakhiri) agar kegiatan berikutnya tidak akan terlambat mulainya. EET dan LET untuk tiap kejadian dituliskan pada diagram network sebagai berikut : 1. Menghitung EET: Perhitungan kedepan (dari kiri ke kanan), yang diperhatikan ialah kegiatan yang masuk “Lingkaran kejadian”. Harga yang dipakai ialah yang terbesar Contoh : 2. Menghitung LET: Perhitungan kebelakang (dari kanan ke kiri), yang diperhatikan ialah kegiatan yang meninggalkan_lingkaran kejadian. Harga yang dipakai adalah yang terkecil. Pada event akhir EET = LET karena kalau tidak, proyek akan mengalami kelambatan. Contoh : 3. Event Slack: Perbedaan antara LET dan EET pada suatu lingkaran kejadian dinamakan “Even Slack” atau “Event Float”. Event Slack jalah jangka waktu dimana event atau kejadian yang bersangkutan dapat/boleh terjadi_ tanpa_mempengaruhi Ey ‘Manajemen Perawatan selesainya proyek. Lingkaran kejadian dimana LET = LET atau slacknya adalah nol disebut “Event Kritis” (lingkaran kejadian yang kritis). Contoh : Sebuah proyek kecil sebagai berikut No | Kegiatan | Ketergantungan | Waktu | Keterangan 1 A - 10 | Kegiatan Awal 2 B A 20 : 3 c A 40 : 4 D B 25 | Kegiatan Akhir 5 E c 15__| Kegiatan Akhir Proyek tersebut diatas dapat digambarkan sebagai berikut : 6.4 Perhitungan Waktu Kegiatan Waktu-waktu kegiatan (activity times) ada 4 macam, yaitu : a. Earliest Start Time (EST), yaitu waktu paling cepat dimana kegiatan dapat dimulai. b. Earliest Finish Time (EFT), yaitu waktu paling cepat dimana kegiatan daapat diselesaikan. c. Latest Start Time (LST), yaitu waktu paling lambat dimana suatu kegiatan masih boleh dimulai. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El d. Latest Finish Time (LFT), yaitu waktu paling lambat dimana suatu kegiatan masih boleh/harus segera diselesaikan. Contoh : PsJ ® \ fs) Waktu penyelesaian kegiatan Q = 20, maka dapat dihitung untuk kegiatan Q: Bila diketahui EST = 10 EFT Bila diketahui LFT = 35 LST Pada suatu kegiatan, apabila EST = LST Kegiatan tersebut tidak © mempunyai_— waktu kelonggaran, jadi harus segera dimulai agar kegiatan berikutnya tidak terlambat. EFT = LFT Kegiatan tersebut tidak mempunyai waktu kelonggaran untuk penyelesaian, jadi harus segera diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, agar kegiatan berikutnya dapat segera dimulai. Perbedaan antara EST dan LST, atau EFT dan LFT suatu kegiatan juga disebut “Float” yaitu “Activity Float”. Ada dua macam float dalam suatu kegiatan, yaitu : a. Total Float (TF) Waktu untuk penundaan (atau untuk bisa terlambat) yang terdapat pada suatu kegiatan tanpa mempengaruhi selesainya proyek keseluruhan. b. Free Float (FF) Waktu untuk penundaan (atau untuk bisa terlambat) dari suatu kegiatan tanpa mempengaruhi dimulainya kegiatan yang langsung mengikutinya. Ez ‘Manajemen Perawatan Untuk mengetahui lebih jelas pengertian dari kedua macam float tersebut dan untuk menghitung besar kecilnya float (harganya), harus diperhitungkan semua EET dan LET dari tiap- tiap kejadian serta durasi masing-masing kegiatan. lnm ~~ [en pee x = namakegiatan i = nomor dari “lingkaran kejadian” yang merupakan “ekor” (permulaan) dari kegiatan x j= nomor dari “lingkaran kejadian” yang merupakan “kepala” (akhir) dari kegiatan x Dij = durasi (waktu pelaksanaan dari kegiatan i - j) Kedua macam Float yaitu FF dan TF dapat dihitung masing- masing dengan rumus berikut ini : FF = FFij=EETj-EETi-Dij TF = TFij=LETj-EETi-Dij 6.5 Lintasan Kritis Lintasan Kritis adalah lintasan yang terpanjang dalam suatu jaringan kerja yang menentukan waktu pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Kejadian-kejadian dimana EET = LET, mempunyai slack = 0 merupakan kejadian kritis (event kitis). Kegiatan yang menuju ke “kejadian” tersebut harus segera selesai pada waktunya, dan kegiatan berikutnya yang keluar dari “kejadian” tersebut segera dimulai kegiatannya. Kegiatan yang menghubungkan “kejadian-kejadian” kritis tersebut, disebut lintasan kritis atau “critical path”, dengan kata lain kegiatan-kegiatan (dari awal sampai akhir proyek) dimana EST = LST atau EFT = LFT disebut kegiatan krtis. Syarat kegiatan kritis ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan Ea apabila kegiatan tadi dilalui “lintasan kritis”. Sedang kejadian kritis apabila slack = 0 Lintasan yang terpanjang waktu pelaksanaannya yaitu lintasan yang melalui kegiatan B, E, dummy, I dan J, merupakan “lintasan kritis”, Selain itu lintasan kritis juga melalui lingkaran kejadian : 0, 2,5, 6, 7, 8 Garis yang menghubungkan lingkaran kejadian kritis ialah kegiatan kritis, tetapi tidak berlaku mutlak. Kegiatan H menghubungkan 2 buah lingkaran kejadian kritis, tetapi kegiatan H tersebut bukan kegiatan kritis karena tidak dilalui “lintasan kritis” (lintasan yang terpanjang). Biasanya untuk suatu jaringan kerja dibuat suatu tabel perhitungan waktu-waktu berdasarkan kegiatan. Dari contoh diatas dapat dibuatkan tabel sebagai berikut : Angka-angka pada tabel diatas diperoleh dengan rumus : EST+D = EFT LFT-D = LST FFij EETj - EETi - Dij TFij LET) - EETi - Dij Langkah-langkah untuk membuat jaringan kerja dan perhitungan lintasan kritisnya yaitu : 1. Tentukan lingkup dan tujuan akhir suatu pekerjaan (proyek) 2. Tentukan kegiatan-kegiatan yang diperlukan_—_ untuk melaksanakan tujuan akhir kegiatan pekerjaan tersebut. 3. Carilah hubungan-hubungan dan interrelasi dari masing-masing kegiatan tersebut dengan menggunakan pertanyaan untuk setiap kegiatan : a. Kegiatan apa yang dapat dikerjakan bersama-sama dengan kegiatan ini. . Kegiatan apa yang segera dapat dimulai bila kegiatan ini diselesaikan. . Kegiatan apa yang harus diselesaikan sebelum kegiatan ini dapat dimulai. = EI ‘Manajemen Perawatan 4. Tentukan waktu penyelesaian tiap-tiap kegiatan tersebut. 5. Gambarkan diagram network untuk pekerjaan (proyek) tersebut. 6. Berilah nomor pada tiap-tiap lingkaran kejadian, dimulai kejadian awal dengan 0 7. Hitunglah EET untuk tiap-tiap kejadian dengan melakukan perhitungan kedepan, dimulai dengan EET = 0 8. Lakukan perhitungan mundur untuk mendapat LET tiap-tiap kejadian mulai dengan kejadian akhir dimana EET = LET 9. Buatlah tabel untuk tiap kegiatan dimana telah dihitung EST, LST, EFT, dan LFT tiap kegiatan tersebut. 10. Kejadian kritis ialah kejadian dimana EET = LET 11. Kegiatan kritis ialah kegiatan dimana EST = LST dan EFT = LFT. 12, Tentukan dan beri tanda lintasan-lintasan kritis pada network. Pada pelaksanaan suatu pekerjaan atau proyek, digunakan beberapa sumber daya yaitu : 1. Tenaga kerja/manusia Peralatan/mesin Biaya Bahan/material Waktu Pada pengadaan peralatan atau material yang dibutuhkan, ada 4 (empat) jenis harga dalam perolehan peralatan/material tersebut, yaitu : a. Harga Free On Board (FOB) b. Harga Insurance And Freight (IAF) c. Harga pada Sale Agent/agen tunggal (SA) d. Harga pada lokasi proyek atau tempat yang telah disepakati/ditentukan. VRwN ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El 6.6 Pertanyaan/Tugas 1. Jelaskan secara ringkas dimana awal digunakannya sistem jaringan kerja. 2. Sebutkan elemen-elemen sistem jaringan kerja 3. Sebutkan jenis-jenis waktu kejadian dan waktu kegiatan 4. Apayang dimaksud dengan lintasan kritis. 5. Buatlah sistem jaringan kerja pada penyelesaian proyek akhir saudara. No. Simbol Kegiatan Waktu (hari) Ketergantungan 1 A 4 a 2 B 3 A 3 Cc 7 BG 4 D 5 Cc 5 E 4 D 6 F 6 = 7 G 10 F 8 H 6 F 9 I 5 H 10 J 8 I I K 2 = 12 L 4 K 13, M 4 L 14 N 15, MH 15 P 5 EIN Ea ‘Manajemen Perawatan BAB7 LATIHAN KERJA PERAWATAN Pada saat seorang penerbang akan menerbangkan pesawat udara, sebelum tinggal landas tentu dia harus dengan hati-hati mengikuti prosedur yang ketat dan disiplin. Kemudian setelah dia menerbangkan pesawat dengan mencapai total waktu sepuluh ribu jam terbang, dia tetap mengikuti prosedur yang sama meskipun telah terlatih dan berpengalaman bertahun-tahun lamanya. Berdasarkan pengalaman tersebut, tumbuh keyakinan bahwa melalui latihan secara intensif akan menghasilkan cara kerja yang lebih baik, disip!in akan dapat menyelesaikan pekerjaan besar maupun kecil dengan sukses dan aman. Dalam bidang perawatan, latihan (training) kerja ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan keahlian tenaga kerja yang. diharapkan akan mampu menyelesaikan tugas-tugas perawatan. Selain itu, adanya latihan yang berkaitan dengan keahlian teknik adalah usaha untuk lebih meningkatkan kemampuan tenaga kerja terampil dalam pekerjaan perawatan pada saat ini maupun untuk perbaikan di masa datang. Kebutuhan training ini terasa sangat diperlukan sehubungan dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih. Pada dasarnya tenaga kerja perawatan merupakan tenaga kerja yang dipekerjakan pada bagian perawatan. Produktivitas atau keahlian tenaga kerja pada bagian perawatan biasanya akan ditentukan oleh motivasi kerjanya yang diberikan oleh pimpinan perusahaan di samping keterampilan yang telah dimiliki oleh para karyawan yang bersangkutan. Penerimaan tenaga kerja pada bagian perawatan biasanya dilakukan secara lebih efektif dengan persyaratan keterampilan atau kecakapan yang sesuai dengan kebutuhan ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El perusahaan adalah merupakan syarat yang utama. Oleh Karena itu, diasumsikan keterampilan berpengaruh secara tidak langsung terhadap produktivitas tenaga kerja bagian perawatan. Sedangkan pemberian motivasi kerja sangat berpengaruh terhadap produktivitas dan tergantung kepada lingkungan dan manajerial pimpinan perusahaan, di samping hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan. 7.1 Penentuan Program Latihan Kerja Perawatan. Latihan (training) merupakan kegiatan positif yang sangat menunjang untuk mencapai keberhasilan. Namun demikian, perlu diamati apakah program latihan harus diadakan atau tidak, karena untuk pelaksanaannya membutuhkan waktu dan biaya yang cukup besar. Pada banyak industri, latihan diadakan untuk memecahkan permasalahan rendahnya kemampuan tenaga kerja atau adanya kerugian akibat kerusakan peralatan. Sebelum mengadakan program latihan, perlu dipelajari apakah suatu persoalan dapat dipecahkan tanpa melalui latihan. Dalam hal ini dapat dilihat, apa yang dicapai dari tenaga kerja setelah menyelesaikan pekerjaannya dengan melalui latihan, dan apa yang dapat dicapai dari tenaga kerja yang tidak pernah mengikuti latihan. Pada bidang perawatan, masalah ini dapat diketahui dari catatan kondisi mesin, biaya perawatan, keterlambatan produksi, pekerjaan ulang, penggantian suku cadang, keselamatan kerja, dan adanya keluhan-keluhan dalam penyelesaian pekerjaan. Data-data tersebut dikumpulkan, dikelompokkan dan dianalisa apakah ada petunjuk kuat yang memungkinkan bahwa permasalahan itu dapat dipecahkan melalui latihan. Dengan informasi yang terkumpul, penyebab suatu masalah akan dapat diketahui. Sehingga dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang perlu ditingkatkan dapat dirumuskan, kemudian diusulkan untuk masuk dalam program latihan, Masalah pokok dalam program latihan kerja perawatan ialah bagaimana agar latihan Ea ‘Manajemen Perawatan tersebut dapat mencapai hasil yang bisa diandalkan, dan bagaimana mengukur keberhasilannya, Untuk itu perlu adanya standar evaluasi yang ditentukan dalam mengukur tingkat keberhasilan program latihan. Program latihan harus mempunyai tujuan nyata dalam bentuk pencapaian kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh para peserta setelah mengikuti latihan. Tujuan program latihan dalam bidang perawatan ialah untuk mencapai tingkat kemampuan kerja yang dapat diukur berdasarkan : 1. Standar kualitas 2. Standar kuantitas 3. Standar waktu. 7.2 Faktor Penunjang Program Latihan. Untuk —mengadakan latihan kerja perawatan, _perlu dipertimbangkan adanya faktor-faktor dasar yang dapat menunjang prograrn latihan. a. Apa yang dbutubkan untuk program latihan? Dalam hal ini, program latihan akan diadakan kalau bisa men- datangkan keuntungan melalui peningkatan kerja dalam bidang pe- rawatan, dan sedikit pun tidak merugikan berbagai pihak di industri, sehingga biaya yang telah dikeluarkan tidak sia-sia. Setiap program latihan yang diajukan masing-masing disesuaikan dengan kebutuhan industri. Jawaban pertanyaan-pertanyaan berikut dapat membantu dalam menentukan program latihan : 1. Apakah orang-orang yang diharapkan untuk dapat memajukan bidang perawatan, karena alasan lain akan pindah atau me- ninggalkan tugasnya dalam beberapa tahun lagi? 2. Apakah dampak adanya otomatisasi pada pabrik, dan bagaimanakah reorganisasi tenaga kerja yang akan diperlukan? 3. Dimanakah penempatan/posisi mereka yang tepat dalam pabrik, setelah menyelesaikan program latihan? ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El Jawaban-jawaban dari pertanyaan tersebut di atas juga meru- pakan informasi yang menjadi dasar pertimbangan untuk menen- tukan perlu tidaknya program khusus dalam latihan. b. Dimana latihan dilalsanakan? Setelah menetapkan kebutuhan-kebutuhan yang mendasar, kemudian memutuskan tentang pelaksanaan program latihan yang telah disusun. Iangkah selanjutnya adalah menentukan dimana latihan akan dilaksanakan. Haruskah dilaksanakan di industri, di luar industri seperti di lembaga pendidikan dan latihan, atau di politeknik? Dimanapun latihan dilaksanakan, yang penting program latihan secara umum dapat difokuskan pada tujuannya dan dilaksa- nakan dengan jadwal yang ketat serta disiplin. Dalam kaitan ini perlu mendapat perhatian, bahwa maksud diadakannya program latihan adalah untuk membentuk tenaga kerja ahli dan terampil dalam melakukan tugas perawatan mesin, perlengkapan dan instalasi pabrik yang akan mereka hadapi sehari- hari di lingkungan kerjanya. Dengan demikian, untuk menentukan tempat latihan perlu dipertimbangkan pula akan adanya faktor- faktor penunjang seperti: tenaga pengajar/instruktur, Fasilitas untuk latihan (ruang belajar, bengkel praktek kerja, laboratorium), dan Media pendidikan dan latihan. ¢. Bagaimana Latihan Dilaksanakan? Apabila kegiatan latihan dilaksanakan di industri, perlu di- tentukan apakah program latihan diarahkan pada kerja produktif (kerja yang sebenarnya di dalam pabrik), atau pada kerja non produktif (membuat program kerja khusus untuk latihan). Beberapa industri mengambil kebijaksanaan bahwa latihan kerja yang dilaksanakan di industri dengan sistem di luar kerja produktif dianggap lebih memadai, karena jadwal kegiatan latihan lebih terbuka luas, lebih banyak, peserta latihan mendapat kesempatan belajar dengan lebih baik. Di samping itu suatu pengoperasian Ei ‘Manajemen Perawatan dapat diulangi sebanyak mungkin menurut kepentingannya sehingga keterampilan tersebut benar-benar bisa dikuasai. Industri lain menvatakan bahwa pelaksanaan program latihan di luar kerja produktif tidak realistis. Kondisi ideal yang diberikan merupakan perspektif yang kurang tepat menurut situasi kerja sebenarnya, Sedangkan latihan yang dilakukan pada sistem kerja produktif dapat memperkuat proses belajar, memberikan pendalam- an pekerjaan dan menumbuhkan kepercayaan diri yang tidak dimi- liki sebelumnya. Akhirnya pengarahan program latihan ini tergantung juga pada pandangan masing-masing industri, karena berkaitan dengan masalah biaya, jadwal pelaksanaan dan tujuan yang akan dicapai. d. Siapakah yang bertanggung jawab untuk Pelaksanaan Latihan? Apakah tanggung jawab untuk pelaksanaan latihan kerja pe- rawatan tetap pada bagian perawatan atau pada fungsi lain seperti bagian “industrial relations” yang erat kaitannya? Pertanyaan ini ditujukan, terutama bila program latihan dilaksanakan pada sistem kerja produktif. Banyak pendapat, bahwa orang perawatan terlalu mengurusi masalah batas waktu kerja lengkap dengan persyaratannya yang diperlukan. Orang perawatan biasanya ingin menugaskan para peserta latihan sebaik personilnya dalam menekuni pekerjaan-pe- kerjaan kritis yang harus diselesaikan dengan cepat dan akurat. Oleh sebab itu,tanggung jawab untuk tugas-tugas latihan tidak di- serahkan pada orang perawatan. Dilain pihak menyatakan bahwa tanggung jawab tersebut akan lebih kuat dipercayakan pada orang perawatan, perhatiannya pada rnasalah batas waktu cukup realistis dan beralasan. Sehingga pada suatu saat, bagian perawatan dapat mengandalkan kemampuan para peserta latihan untuk memenuhi ketepatan waktu kerja, karena mereka telah mendapat dorongan yang kuat selama dalam latihan ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El secara meyakinkan. Uniuk efektivitas pelaksanaan program latihan, maka tanggung jawabnya dapat dipegang oleh dua bagian yang bekerja sama, yaitu: bagian “industrial relations" menyiapkan keahlian dalam bidang teknik latihan, dan bagian perawatan menyiapkan dalam bidang penerapan praktis. Pada tahap awal, semua tanggung jawab untuk tugas latihan perlu ditentukan dengan jelas berdasarkan spesialisasi pekerjaannya. e. Siapa sebenarnya yang memberikan instruksi untuk tugas- tugas latihan? Apakah seorang supervisor perawatan, tenaga ahli atau seseorang yang ditunjuk khusus dapat menginstruksikan tugas-tugas latihan? Dalam hal ini, tentu ada keuntungan dan kerugiannya salah pemilihan instruktur diantara mereka. Seorang supervisor tentu banyak mengetahui tentang keteram- pdan yang dimiliki tenaga kerjanya, tetapi tugas utama seorang supervisor ialah bertanggung jawab dalam mengawasi penyelesaian pekerjaan dengan tepat, memenuhi standar waktu, kontrol biaya, dan banyak menangani masalah pekerjaan personilnya. Sehubungan dengan tugas-tugasnya tersebut, apakah ia mempunyai cukup waktu untuk memberi perhatian penuh dalam pelaksanaan program latihan, apalagi untuk meningkatkan kemampuan peserta lat ihan yang pada mulanya relatif tidak memiliki keterampilan. Setelah memperhatikan rencana pelaksanaan latihan tenaga kerja perawatan, kita akan bertanya siapakah orang yang tepat un- tuk menjadi tenaga pengajar (instruktur) dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Sebagai dasar pertimbangan untuk pemilihannya, ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh setiap instruktur, yaitu : 1. Berpengalaman dalam bidangnya, dan menguasai teknik pe- rawatan. 2. Menguasai manajemen perawatan, mampu mengelola program latihan, mengestimasi biaya perawatan, menentukan pekerjaan EI ‘Manajemen Perawatan perawatan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol, mengevaluasi dan sebagainya. 3. Kemampuan dalam berkomunikasi, dapat menyampaikan informasi dan instruksi dengan jelas. 4. Mempunyai cukup waktu untuk melaksanakan program latihan sampai selesai. 7.3. Pertanyaan/Tugas 1. Jelaskan cara menentukan perlu tidaknya suatu kegiatan latihan dilakukan 2. Sebutkan dan jelaskan kriteria yang harus dimiliki oleh tenaga instruktur pada suatu latihan. 3. Buatlah suatu proposal kegiatan tentang pelatihan bagi tenaga perawatan ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan EI DAFTAR PUSTAKA Badri, S. 1997. Dasar-Dasar Network Planning.Rineka Cipta: Jakarta. Clifton, RH. 1984. Principle of Planned Maintenance. Edward Arnold: London. Corder, AS., Hadi, K. 1988. Teknik Manajemen Pemeliharaan. Penerbit Erlangga: Jakarta. Daya,M.B, Duffuaa, S.0., Raouf,A,Knezevic, J, Kadi,D.A. 2009. Handbook of Maintenance Management and Engineering. Springer-Verlag: London Herjanto, E. 1999. Manajemen Produksi & Operasi. Gramedia Widiasarana Indonesia: Jakarta. Higgins, LR., Morrow, L.C. 1971, Maintenace Engineering Handbook. Mc Graw-Hill Book Company: New York. Kurniawan, F. 2013. Manajemen Perawatan Industri. Graha Ilmu: Yogyakarta. Prawirosentono, S. 1997. Manajemen Produksi & Operasi. Bumi Aksara: Jakarta. Soekarno, K. 1980. Dasar-Dasar Manajemen. Miswar: Jakarta Supandi. 1995. Manajemen Perawatan Industri. Ganeca Exact: Bandung. ‘Tjiptono, F. 1997. Prinsip-Prinsip Total Quality Service. Penerbit Andi: Yogyakarta. El ‘Manajemen Perawatan GLOSARIUM Catatan historis : Suatu dokumen yang menginformasi- kan tentang semua pekerjaan yang telah dilakukan pada peralatan. Chart : Suatu alat bantu yang dapat memberikan informasi melalui proses komunikasi. Daftar Fasilitas : Suatu lembaran yang berisi catatan mengenai data-data teknik dari suatu fasilitas. Daftar Inventaris : Suatu lembaran yang berisi keterangan semua fasilitas yang ada diseluruh bagian, ruangan maupun lokasi. Daftar Rencana Perawatan: Suatu Lembaran yang berisi rencana pekerjaan perawatan yang akan dilakukan —berdasarkan —_luasnya kejadian. Down Time : Masa dimana fasilitas produksi dalam keadaan berhenti untuk dirawat. Earliest Event Times : Waktu paling cepat suatu kejadian dapat terjadi Earliest Finish Time : Waktu paling cepat dimana kegiatan dapat diselesaikan. Earliest Start Time : Waktu paling cepat dimana kegiatan dapat dimulai. Inventarisasi : Pencatatan semua fasilitas yang dimiliki perusahaan atau institusi termasuk bangunan dan isinya, baik fasilitas yang diam maupun yang bergerak. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El Latest Event Time : Waktu paling lambat suatu kejadian dapat diakhiri agar kegiatan berikutnya tidak akan terlambat mulainya. Latest Finish Time : Waktu paling lambat dimana suatu kegiatan masih boleh/harus segera diselesaikan. Latest Start Time : Waktu paling lambat dimana suatu kegiatan masih boleh dimulai. Lintasan Kritis : lintasan yang terpanjang dalam suatu jaringan kerja yang menentukan waktu pelaksanaan proyek secara keseluruhan. Manajemen : Suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu melalui kerjasama dengan orang lain. Manajemen Perawatan : Suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga atau memperbaiki_ fasilitas hingga Kondisi yang dapat diterima melalui kerjasama dengan orang lain. Organisasi : Suatu sistem kegiatan kerjasama dari sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Perawatan : Suatu kegiatan yang dilakukan untuk menjaga atau memperbaiki suatu fasilitas hingga kondisi dapat diterima. Perawatan Berhenti : Pekerjaan perawatan yang hanya dapat dilakukan pada ketika fasilitas harus dalam keadaan berhenti. Perawatan Berjalan : Pekerjaan perawatan yang hanya dapat dilakukan pada ketika fasilitas dalam keadaan beroperasi. El ‘Manajemen Perawatan Perawatan Darurat : Kegiatan perbaikan yang harus segera dilakukan karena terjadi kerusakan yang tidak terduga Perawatan Pencegahan : Kegiatan perawatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan. Perawatan yang dilakukan pada selang waktu yang telah _—_ditentukan sebelumnya. Kegiatan perawatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan, atau kegiatan perawatan yang direncanakan untuk melakukan pencegahan. Perawatan Korektif : Kegiatan perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas hingga _mencapai kondisi yang dapat diterima. Perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian yang telah terhenti untuk memenuhi suatu kondisi yang dapat diterima. Perawatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kondisi fasilitas/peralatan _sehingga mencapai standar yang dapat diterima PerawatanTerencana : Perawatan yang ddiorganisir_ dan dilakukan dengan pemikiran ke masa akan datang, _pengendalian, dan pencatatan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Program Perawatan : suatu daftar yang berisi tentang kegiatan perawatan termasuk waktu pelaksanaannya masing-masing. ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El Rusak : Kegagalan yang =~ menyebabkan ketidaktersediaan Fasilitas. Fasilitas tidak bisa memenuhi fungsinya sebagaimana mestinya. SpesifikasiPekerjaan : Suatu keterangan secara__rinci mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Tingkat Prioritas : Urutan pelaksanaan perawatan_ bila terjadi kerusakan pada _fasilitas tersebut. El ‘Manajemen Perawatan RIWAYAT HIDUP PENULIS Muhammad Arsyad dilahirkan pada hari Senin 30 Zulhijjah tahun 1386 H bertepatan dengan 10 April 1967 M dari pasangan bapak Habe dan ibu Suhara disuatu dusun Bakingnge di kota Rappang, sekitar 188 km ke utara Makassar, ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. 5 Pendidikan SD, SMP, dan SMA diselesaikan di Rappang pada tahun 1986. Sejak tahun 1986 hijrah ke Makassar dan tercatat sebagai mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas), dan Gelar Sarjana Jurusan Teknik Mesin (Ir) diperoleh pada tahun 1992. Pada tahun 2001, Muhammad Arsyad Habe melanjutkan pendidikan Pasca Sarjana di Unhas dan memperoleh gelar Master Teknik (M.T.) bidang Teknik Mesin pada tahun 2004. Pada tahun 2015, Muhammad Arsyad memperoleh Gelar Doktor bidang Teknik Mesin pada Universitas Brawijaya Malang. Sejak menyelesaikan pendidikan sarjana di Unhas, Muhammad Arsyad langsung diterima sebagai tenaga pengajar di Politeknik Rekayasa Unhas, (tahun 1998, mandiri dengan nama Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP). Sejak resmi menjadi tenaga pengajar di Politeknik Negeri Ujung pandang(PNS, 1994), Muhammad Arsyad aktif melakukan penulisan bahan ajar, penelitian (terapan), dan pengabdian pada masyarakat. Baik yang dibiayai oleh dana DIPA PNUP, maupun yang dibiayai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Salah satu hasil kegiatan penelitian yang sukses yaitu Perancangan dan Pembuatan Mesin Pencetak Batu Bata. Akhir-akhir ini, Muhammad Arsyad memfokuskan penelitian pada bidang material yaitu komposit berpenguat serat alam. Selain di PNUP, Muhammad Arsyad juga aktif mengajar beberapa Peguruan Tinggi Swasta (PTS) ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El hingga tahun 2012. Atas keaktifannya melaksanakan tri darma perguruan tinggi, pada Oktober 2008 telah mencapai pangkat Golongan Vc pada jabatan Lektor Kepala. Selain itu, Muhammad Arsyad juga pernah menduduki beberapa jabatan di PNUP, salah satunya sebagai Pembantu Direktur Bidang Kemahasiswaan dari tahun 2006 hingga 2010. Buku Manajemen Perawatan merupakan Buku Kedua, dan Buku Pertama yaitu Mekanisme Kinematika Dan Dinamika Mesin Dalam Industri Pertambangan. El ‘Manajemen Perawatan RIWAYAT HIDUP PENULIS 2 Ahmad Zubair Sultan, lahir di Selayar, sebuah pulau kecil di provinsi Sulawesi Selatan. Menyelesaikan pendidikan Sarjana Teknik di Universitas Hasanuddin pada tahun 1997. Bergabung sebagai staf pengajar Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Ujung Pandang pada tahun 1999. Menyelesaikan pendidikan Magister di Institut Teknologi Sepuluh November di bidang Manufacturing System pada tahun 2007. Gelar Ph.D dibidang Manufacturing Technology di peroleh dari Universiti Teknologi Malaysia pada tahun 2016. Selama menempuh pendidikan doktor terlibat aktif dalam proyek kerjasama industri Unisteel-UTM ‘Muhammad Arsyad & Ahmad Zubair Sultan El aspek kehidupan manusia di berbagai negara terutama negara berkembang, termasuk di Indonesia. Baik sebagai pelaku maupun sebagai pengguna. Banyak hasil kemajuan teknologi tersebut masuk ke Indonesia, baik berupa peralatan, mesin-mesin, maupun barang investasi lainnya. Bahkan ada kesan bahwa begitu mudahnya menanam investasi membeli mesin-mesin dari luar negeri, akan tetapi cenderung tidak memperhatikan perawatan mesin-mesin tersebut. Bahkan tidak sedikit berpendapat bahwa kegiatan perawatan merupakan kegiatan sia-sia yang membuang waktu, tenaga, dan uang. Padahal kegiatan perawatan merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melestarikan dan memperlancar jalannya proses produksi yang telah direncanakan sebelumnya. Ks teknologi dunia demikian pesatnya yang masuk disegala Buku Ajar Manajemen Perawatan disusun untuk melengkapi salah satu sarana dan prasarana dalam kegiatan perkuliahan pada Program Diploma D3 Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang. Sarana dan prasarana berupa Buku Ajar akan sangat membantu baik dosen maupun mahasiswa sehingga bisa menghasilkan alumni yang berkualitas. Buku Ajar ini menjadi referensi materi mata kuliah Manajemen Perawatan yang akan disampaikan dosen kepada mahasiswa. Buku Ajar ini terdiri dari Pendahuluan, Sistem Perawatan Terancana, Faktor Penunjang Perawatan Terencana, Pengelolaan dan Pengontrolan Suku Cadang, Peningkatan Jadwal Kerja Perawatan, Perencanaan Jaringan Kerja, dan Latihan Kerja Perawatan. Dalam Buku Ajar ini mahasiswa diarahkan untuk mempelajari dan memahami tentang penerapan materi manajemen perawatan yang dapat dijumpai dalam industri termasuk industri pertambangan. Berdasarkan informasi tersebut diharapkan mahasiswa lebih termotivasi untuk belajar dan memahami materi kuliah. Penerbit Deepublish (CV BUDI UTAMA) JI Rajawali, Gang Elang 6 No.3, Orono, Sardonoharlo, Ngai, Sleman JL Nalurang km 9,3 Yogyakarta 55581 Telp/Fax: (0274) 4533427 ‘Anggota iKAPI(076/01¥/2012) © @deepublish.co.id @ @penerbitbuky_deepublish © Penerbit Deepubish @ www.penerbitbukudeepublish.com MN 786024 | 539870

Anda mungkin juga menyukai