Anda di halaman 1dari 2

Perbanyakan tanaman generatif (Kakao)

A. Pendahuluan

1. Latar belakang

Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) merupakan salah


satu tanaman perkebunan yang dikembang luaskan dalam rangka
peningkatan sumber devisa negara dari sektor nonmigas. Indonesia
merupakan kepulauan yang terletak di sepanjang khatulistiwa,
dengan letak geografis antara 6 LU – 11 LS dan 95 BT – 141 BT,
secara geografis merupakan daerah tropis yang mempunyai potensi
baik untuk pengembangan kakao. Produksi potensial tanaman
ditentukan oleh sifat genetiknya, sedangkan produksi aktual di
lapangan ditentukan oleh lingkungan tempat tumbuhnya.
Kondisi yang sesuai untuk suatu jenis tanaman tertentu, akan
memberikan kenampakan pertumbuhan yang jagur dan sehat,
dengan perkembangan akar yang baik dan kuat sehingga tanaman
akan memberikan produksi yang tinggi. Oleh karena itu untuk
pengembangan kakao, terlebih dahulu perlu dilakukan pemilihan
dan penilaian kesesuaian lahan yang sesuai dengan persyaratan
tumbuhnya, dan diikuti teknik budidaya yang tepat sehingga
tanaman kakao dapat memberikan produksi yang tinggi sesuai
dengan yang diharapkan.
Mutu fisik Biji kakao umumnya dipengaruhi oleh keadaan
daerah seperti ketinggian daerah tanaman, iklim setempat,
pemeliharaan tanaman dan pengolahan. Selain itu teknik budidaya
dan varietas kakao juga berpengaruh terhadap mutu fisik biji kakao
yang akan dihasilkan. Hubungan Karakteristik fisik biji kakao
berdasarkan letak tumbuh pada ketinggian di atas permukaan
menunjukkan bahwa semakin tinggi letak ketinggian tumbuhnya
maka ukuran biji semakin besar, kadar kulit lebih rendah dan kadar
lemak relative lebih tinggi. Dengan dipengaruhinya letak tumbuh
tanaman kakao terhadap fisik biji kakao, maka dilakukakannya
penelitian pengukuran fisik biji buah kakao berdasarkan letak
ketinggian tumbuh tanaman di atas permukaan laut yang berbeda.

2. Tujuan praktikum
a) Mengetahui pengaruh asal letak biji dalam pesemaian
b) Mengetahui cara menghilangkan lender pada biji kakao
B. Tinjauan pustaka

T h e o b r o m a c a c a o L a d a l a h n a m a b i o l o g i s ya n g
d i b e r i k a n p a d a p o h o n kakao oleh Linnaeus pada tahun 1753. Tempat
alamiah dari genus Theobroma adalah di bagian hutan tropis dengan banyak
curah hujan, tingkat kelembaban tinggi, dan teduh. Dalam kondisi seperti
ini Theobroma cacao jarang berbuah dan hanya sedikit menghasilkan biji.
(Spillane,1995)

Kakao dibagi tiga kelompok besar yaitu criollo, forestero, dan


Trinitario. Sifat kakao criollo adalah pertumbuhannya kurang kuat, daya
hasil lebih rendah daripada forestero, relatif gampang terserang hama dan
penyakit, permukaan kulit buah criollo kasar, berbenjol dan alurnya jelas.
Kulit ini tebal tetapi lunak sehingga mudah dipecah. Kadar lemak dalam
biji lebih rendah daripada forestero tetapi ukuran bijinya besar, bulat, dan
memberikan cita rasa khas yang baik. Lama fermentasi bijinya lebih
singkat daripada tipe forestero. Berdasarkan tata niaga, kakao
criollo termasuk kelompok kakao mulia (fine flavoured),
sementara itu k a k a o f o r e s t e r t e r m a s u k k e l o m p o k k a k a o
lindak (bulk). Kelompok kakao Trinitario merupakan
hibrida criollo dengan forester. Sifat morfologi dan
fisiologinya sangat beragam demikian juga daya dan mutu hasilnya
(Prawoto dan Sulistyowati, 2001).

P a d a d a s a r n ya b u a h k a k a o t e r d i r i a t a s 3 b a g i a n
y a k n i : k u l i t , p l a c e n t a , pulp, dan biji. Buah kakao masak berisi 30-40
biji yang diselubungi oleh pulp dan placenta. Pulp merupakan jaringan halus
yang berlendir yang membungkus biji kakao, keadaan zat yang
menyusun pulp terdiri dari 80-90% air dan 8-14% gula sangat baik
untuk pertumbuhan mikroorganisme yang berperan dalam proses
fermentasi (Bintoro, 1997).

Untuk budidaya kakao perbanyakan tanaman kakao secara generatif


dengan menggunakan benih yang berasal dari sembarang biji tidak
dibenarkan. Benih diambil dari tanaman kakao yang sudah berproduksi,
baik dari pertanaman kakao klonal maupun kakao hibrida. Biji kakao yang
baik untuk benih adalah berukuran besar, bernas (tidak kosong), bebas dari
hama penyakit dan biji tidak kadaluarsa. Jenis kakao yang dianjurkan untuk
perbanyakan secara generatif adalah benih kakao hibrida yang tanaman
hibridanya telah teruji mempunyai produktivitas tinggi dan tahan terhadap
hama dan penyakit (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2004).

Anda mungkin juga menyukai