Umur : 86 Tahun
Agama : Islam
BB : 50 kg
Riwayat penyakit sekarang : Klien mengeluh sesak napas tanggal 8 juli 2017
masuk ke ICU. Pada tanggal 11 juli 2017 klien masih mengeluh sesak nafas
dengan GCS : 15 ( E4 M6 V5 ), RR : 31, TD : 120/60 mmHg, MAP : 80 mmHg,
Nadi : 85 x/m Suhu : 36 ºC, klien terpasang Binasal kanul 4 L/m, dan terpasang
Infus RL 20 tpm.
Riwayat penyakit dahulu : - Riwayat saat di IGD: Klien datang ke IGD tanggal 6
juli 2017 Pukul 13:00 WIB, Klien merupakan klien rujukan dari RSU PKU
Muhammadiyah Gombong dengan keluhan sesak napas, GCS : 15 ( E4 M6 V5 ),
RR : 27 x/menit, TD : 120/60 mmHg, Nadi : 80 x/menit, Suhu : 36 oC. Klien
mengeluh sesak napas kurang dari 1 minggu yang lalu, dan dirawat 3 hari dengan
keluhan prostat.
riwayat peryakit hipertensi tidak mempunyai riwayat peryakit DM, Asma, dan
peryakit menular seperti HIV, TBC, Hepatitis dll.
3. Pengkajian Kritis B6
a. B1 (Breathing) - RR : 27 x/m
- Napas spontan
- Map : 80 mmHg
- N : 90 x/m
- S: 36 ºC
- akral dingin
- KU lemah
- Pupil Isokor
- Gelisah
- Abdomen supel
- Mukosa bibir kering
4. Pola fungsional
1. pola oksigenasi Sebelum sakit : klien dapat bernafas secara normal tanpa alat
bantu pernafasan. Saat dikaji : klien mengeluh sesak nafas, RR: 27 x/menit,
bernapas spontan, menggunakan binasal kanul 4l/m.
2. Pola nutrisi Sebelum sakit : keluarga klien mengatakan klien sebelum sakit
makan sehari 3x sehari 900gr dengan nasi dan lauk pauk, serta minum air putih ±8
gelas/hari 2500ml serta minum teh dan kopi. Saat dikaji : klien hanya
menghabiskan ½ porsi makanan RS.
3. Pola kebutuhan istirahat dan tidur Sebelum sakit : Klien dapat beristirahat
dengan nyenyak, tidur ± 5-6 jam Saat dikaji : Klien gelisah dan hanya bisa tidur 3-
4 jam.
4. Pola eliminasi Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien BAK 4-5
x/hari urin berwarna kuning jernih dan BAB 1 x/hari feses berwarna kuning
kecoklatan. Saat dikaji :Klien sudah BAB 1x terpasang dc UB 4 jam 100cc
5. Pola aktivitas Sebelum sakit : Klien dapat beraktivitas tanpa bantuan orang lain.
Saat dikaji : Klien beraktivitas di bantu oleh perawat.
6. Pola berpakaian Sebelum sakit : Klien dapat berpakaian secara mandiri Saat
dikaji : Klien dalam berpakaian dibantu oleh perawat
7. Pola menjaga suhu tubuh Sebelum sakit : Klien jika merasa dingin
menggunakan selimut atau pakaian tebal serta minum air hangat, jika panas
memakai pakaian tipis dan menggunakan kipas angin
-Saat dikaji : Klien menggunakan pakaian dari ruang ICU dan menggunakan
selimut.
8. Pola personal hygiene Sebelum sakit :Klien mandi 2x sehari dan menggosok
gigi 2x sehari secara mandiri Saat dikaji : Klien hanya diseka 2x/hari oleh perawat
9. Pola Aman dan nyaman Sebelum sakit : Klien merasa aman dan nyaman berada
diantara keluarganya dan mampu mengindari dari bahaya sekitar Saat dikaji :
Klien tampak gelisah
11. Pola rekreasi Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien senang
berkumpul dengan keluarganya untuk berekreasi Saat dikaji : Klien hanya
terbaring dan gelisah di tempat tidur.
12. Pola kebutuhan bekerja Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan hanya
bekerja sebagai pedagang sebelum masuk RS. Saat dikaji : Klien tidak bisa
berkerja karena sakit.
13. Pola kebutuhan belajar Sebelum sakit : Keluarga klien dan mengatakan belum
mengetahui peryakit yang diderita klien. Saat dikaji : Keluarga klien dan klien
nampak terlihat bingung mengatakan belum mengetahui peryakit klien dan
banyak bertanya.
14. Pola spiritual Sebelum sakit : Keluarga klien mengatakan klien dapat
beribadah sholat 5 waktu dan membaca Al- Quran Saat dikaji : Klien hanya
terbaring ditempat tidur.
5. Pemeriksaan umum Keadaan Umum : Lemah kesadaran : Compos Mentis GCS
: 15 ( E4 M6 V5 ) TD : 120/60mmHg MAP : 80 mmHg N : 90 x/menit RR : 27
x/menit S : 36 ºC
a. Pemeriksaan fisik
4) Telinga : simetris, tidak terdapat serumen 5) Mulut : tidak ada stomatitis, gigi
tampak sedikit kotor, gigi tampak mulai ompong
6) Dada Paru-paru Inspeksi : Simetris, tidak ada lesi, terdapat retraksi dinding
dada Palpasi : Focal vremitus tidak teraba, expansi dinding dada simetris Perkusi :
Sonor Auskultasi : Bunyi paru vesikuler.
Jantung
Abdomen
Inspeksi : Supel, tidak ada lesi dan tidak ada bekas operasi
perkusi : Timpani
8) Ekstermitas :
o Atas : Tidak ada edema.
2. Ventilator Mekanik
1.Pengertian
Ventilator adalah suatu system alat bantuan hidup yang dirancang untuk
menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Tujuan utama
pemberian dukungan ventilator mekanik adalah untuk mengembalikan fungsi
normal pertukaran udara dan memperbaiki fungsi pernapasan kembali ke keadaan
normal.
1) Gagal Napas
2) Insufisiensi Jantung
3) Disfungsi Neurologis
4) Tindakan operasi
4. Intubasi
g. Penurunan kesadaran
a. Kegagalan Ventilasi
1) Neuromuscular Disease
4) Musculosceletal disease
b. Tidal volume
Waktu ekspirasi
Keterangan :
Rasio inspirasi : ekspirasi biasanya disetiing 1:2 yang merupakan nilai normal
fisiologis inspirasi dan ekspirasi. Akan tetapi terkadang diperlukan fase inspirasi
yang sama atau lebih lama dibandingkan ekspirasi untuk menaikan PaO2.
Pressure limit berfungsi untuk mengatur jumlah tekanan dari ventilator volume
cycled. Tekanan terlalu tinggi dapat menyebabkan barotrauma.
g. Sensitifity/trigger
h. Alarm
a. Controlled Ventilation
b. Assist/Control
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot
tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas
spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan
tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
e. Positive End-Expiratory pressure
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan
pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini
adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-otot pernafasan sebelum
pasien dilepas dari ventilator.
8. Komplikasi
b. Hipertensi
c. Tension pneumotoraks
d. Atelektase
e. Infeksi pulmonal
g. Gastrointestinal.
a. Tes penyapihan
b. Pengaturan ventilator
1) PaCO2 normal
d. Selang Endotrakeal
e. Nutrisi
f. Jalan nafas
g. Obat-obatan
h. Emosi
Setting Ventilator
1. Tentukan “Minute Volume” (M.V.) yaitu :
M.V = Tidal Volume (T.V) x Respiratory Rate (R.R)
Normal T.V = 10 – 15 cc/kg BB
Normal R.R = – pada orang dewasa = 10 – 12 x/menit
Pada pasien dengan COPD, T.V lebih kecil, yaitu 6 – 8 cc/kg BB.
Pemantauan
1. Periksa analisa gas darah tiap 6 jam, kecuali ada perubahan seting, analisa
gas darah diperiksa 20 menit setelah ada perubahan seting.
Nilai standar : PCO2 = 35 – 45 mmHg
Saturasi O2 = 96 – 97 %
PaO2 = 80 – 100 mmHg
Bila PaO2 lebih dari 100 mmHg, maka FiO2 diturunkan bertahap 10 %.
Bila PCO2 lebih besar dari 45 mmHg, maka M.V dinaikkan.
Bila PCO2 lebih kecil dari 35 mmHg, maka M.V diturunkan.
2. Buat foto torax setiap hari untuk melihat perkembangan klinis, letak ETT
dan komplikasi yang terjadi akibat pemasangan Ventilator.
3. Observasi keadaan kardiovaskuler pasien : denyut jantung, tekanan darah,
sianosis, temperatur.
4. Auskultasi paru untuk mengetahui :
– letak tube
– perkembangan paru-paru yang simetris
– panjang tube
5. Periksa keseimbangan cairan setiap hari
6. Periksa elektrolit setiap hari
7. “Air Way Pressure” tidak boleh lebih dari 40 mmHg
8. “Expired Minute Volume” diperiksa tiap 2 jam
9. Usahakan selang nasogastrik tetap berfungsi.
10. Perhatikan ada tidaknya “tension pneumothorax” dengan melihat tanda-tanda
sebagai berikut :
– gelisah, kesadaran menurun
– sianosis
– distensi vena leher
– trachea terdorong menjauh lokasi “tension pneumothorax”
– salah satu dinding torak jadi mengembang
– pada perkusi terdapat timpani.
Perawatan :
1. Terangkan tujuan pemakaian ventilator pada pasien dan atau pada
keluarganya bagi pasien yang tidak sadar.
2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, untuk
mencegah infeksi.
3. “Breathing circuit” sebaiknya tidak lebih tinggi dari ETT, agar
pengembunan air yang terjadi tidak masuk ke paru pasien.
4. Perhatikan permukaan air di “humidifier”, jaga jangan sampai habis, air
diganti tiap 24 jam.
5. Fiksasi ETT dengan plester dan harus diganti tiap hari, perhatikan jangan
sampai letak dan panjang tube berubah.
Tulis ukuran dan panjang tube pada “flow sheet”
6. Cegah terjadinya kerusakan trachea dengan cara :
Tempatkan tubing yang dihubungkan ke ETT sedemikian rupa sehingga
posisinya berada diatas pasien. Tubing harus cukup panjang untuk
memungkinkan pasien dapat menggerakkan kepala.
7. Memberikan posisi yang menyenangkan bagi pasien, dengan merubah
posisi tiap 2 jam. Selain itu perubahan posisi berguna untuk mencegah
terjadinya dekubitus.
8. Memberi rasa aman dengan tidak meninggalkan pasien sendirian.
9. Teknik mengembangkan “cuff” :
– kembangkan “cuff” dengan udara sampai tidak terdengar suara bocor.
– “cuff” dibuka tiap 2 jam selama 15 menit.
E. Dukungan Nutrisi
Pada pasien dengan dipasangnya Ventilasi Mekanik dukungan nutrisi harus
diperhatikan secara dini. Apabila hal ini terabaikan tidak sedikit terjadinya
efek samping yang memperberat kondisi pasien, bahkan bisa menimbulkan
komplikasi paru dan kematian.
Bila saluran gastrointestinal tidak ada gangguan, Nutrisi Enteral dapat
diberikan melalui Nasogastric tube (NGT) yang dimulai dengan melakukan
test feeding terlebih dahulu, terutama pada pasien dengan post laparatomy
dengan reseksi usus.
Alternatif lain apabila tidak memungkinkan untuk diberikan nutrisi melalui
enteral bisa dilakukan dengan pemberian nutrisi parenteral.
F. Perawatan Mata
Pada pasien dengan pemasangan Ventilasi Mekanik perawatan mata itu sangat
penting dalam asuhan keperawatan. Pengkajian yang sering dan pemberian
tetes mata/zalf mata bisa menurunkan keringnya kornea. Bila refleks berkedip
hilang, kelopak mata harus di plester untuk mencegah abrasi kornea, kering
dan trauma. edema sclera dapat terjadi pada pasien dengan Ventilasi Mekanik
bila tekanan vena meningkat. ® ….. Atur posisi kepala lebih atas/ekstensi.
2. Terapi Antibiotik
Perawat sebaiknya memeriksa sedikitnya setiap 3 jam bahwa kateter atau prong
tidak tersumbat oleh mukus dan berada di tempat yang benar serta memastikan
semua sambungan baik.
Sumber oksigen utama adalah silinder. Penting untuk memastikan bahwa semua
alat diperiksa untuk kompatibilitas dan dipelihara dengan baik, serta staf
diberitahu tentang penggunaannya secara benar.
- Mengurangi gejala
1. Edukasi
2. Obat - obatan
3. Terapi oksigen
4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
Edema paru :
Pengurangan Preload
Pengurangan preload akan menurunkan tekanan hidrostatik kapiler paru dan akan
Vasodilator
Nitrogliserin dapat diberikan dalam bentuk tablet atau spray sublingual yang dapat
diulangi setiap 5-10 menit bila TD tetap >90-100mmHg. Nitrogliserin juga dapat
200mcg/mnt. Isosorbid intravena juga dapat menjadi pilihan dengan dosis awal
1mg/jam dapat dititrasi hingga 10mg/jam. Morfin juga sudah lama diketahui dapat
diberikan pada EPA, namun belum ditemukan data yang menunjukkan efek
Diuretik
Furosemide diberikan dalam dosis 20-40 mg intravena. Pada pasien dengan
riwayat penggunaan diuretik rutin, dosis pemberian pada EPA bisa ditingkatkan
atau paling tidak sama dengan dosis rutin diuretik. Efek pertama sebagai
venodilator dicapai dalam 5 menit, dan efek kedua sebagai diuretic dicapai dalam
Pengurangan Afterload
perfusi renal. Kondisi ini akan membantu diuresis pada pasien kelebihan cairan.
Inotropik/Vasopressor
Pasien dengan gangguan fungsi ventrikel kiri dapat memberikan gejala hipotensi.
penyebab dasar dari EPA. Pemberian cairan intravena harus dibatasi, mengingat
Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikel Bedah Edisi 8. EGC. Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Alih Bahasa
Tim Penerjemah PSIK UNPAD. Editor Monica Ester, Edisi 8.Jakarta: EGC