Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Suhu Reaktor Gasifier dan Ukuran Partikel terhadap

Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Limbah Kayu Pada Reaktor


Gasifier Type Downdraft
Bambang Sudarmanta, Djoko Sungkono, Sudjud Darsopuspito, Kadarisman, Isbunyamin
Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS Surabaya
Kontak Person:
Bambang Sudarmanta
Kampus ITS Jalan Arief Rahman Hakim Keputih-Sukolilo Surabaya, 60111
Telp.: (031) 5946230; Faks.: (031) 5922941; E-mail: sudarmanta@me.its.ac.id

ABSTRAK
Gasifikasi biomassa merupakan teknologi proses thermo-kimia yang mengubah berbagai jenis biomassa
padat dengan pemberian energi panas menjadi synthesis gas (CO, H2, CH4) pada suplai oksigen yang
terbatas. Pada penelitian ini biomassa yang digunakan sebagai material umpan adalah limbah kayu.
Sasaran penelitian adalah untuk mendapatkan pengaruh suhu reaktor gasifier dan ukuran partikel material
umpan limbah kayu terhadap performance gasifikasi yang dinyatakan dalam efisiensi gasifikasi dan
kualitas syn gas yang dihasilkan. Suhu reaktor gasifier dikondisikan mulai suhu 600 s/d 900 0C, sedangkan
material umpan limbah kayu dipotong dalam bentuk persegi dengan 3 macam variasi ukuran sisi, yaitu <
10 mm, 10 s/d 25 mm dan > 25 mm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada suhu reaktor gasifier yang
sama, ukuran partikel yang lebih kecil cenderung menghasilkan kenaikan yield gas dengan kandungan tar
dan arang lebih rendah, sedangkan untuk ukuran partikel yang sama, kenaikan suhu reaktor gasifier
cenderung menghasilkan kenaikan pada yield gas dengan kandungan tar dan arang lebih rendah. Pengaruh
perbedaan ukuran partikel terhadap yield gas signifikan pada suhu reaktor gasifier 600 s/d 800 0C,
sedangkan pada suhu diatas 800 0C, yield gas yang dihasilkan relatif konstan. Juga didapatkan
kecenderungan bahwa pada ukuran partikel < 10 mm menghasilkan komposisi H2 dan CO yang lebih tinggi
dibandingkan ukuran partikel >10 mm. Secara kuantitatif, karakterisasi biomassa limbah kayu
menghasilkan nilai kalor bawah sebesar 14,45 MJ/kg. Perhitungan efisiensi gasifikasi pada kondisi terbaik
bisa mencapai 34,20%, dengan komposisi syn gas sebagai berikut: H2 = 14,20 %, CO2 = 8,32%, CO =
10,42%, CH4 = 1,54%, dan C2H6 = 0,18% dengan nilai kalor bawah sebesar 3246,80 KJ/kg.
Kata kunci: Gasifikasi, limbah kayu, drying, pyrolisis, oksidasi parsial dan reduksi.

ABSTRACT
Biomass gasification technology is thermo-chemical process that converts various types of solid
biomass into synthesis gas (CO, H2, CH4) in a limited oxygen supply. In this study, biomass is used
as feed material is wood waste. Research target is to get the effect of reactor temperature gasifier
and waste feed material particle size on the performance of gasification of wood sticks that are
stated in gasification efficiency and quality of the resulting syn gas. Gasifier reactor temperature
conditioned starting temperature 600 s / d 900 0C, while wood waste feed material is cut in the
shape of a square with sides of 3 kinds of variations in size, ie <10 mm, 10 to 25 mm and> 25 mm.
The results showed that at the same gasifier reactor temperature, a smaller particle size tends to
result in the increase of gas yield with the tar and wood charcoal lower, while for the same particle
size, the increase in gasifier reactor temperature tends to produce an increase in gas yield with the
content tar and wood charcoal is lower. Effect of particle size difference of the gas yield is
significant at the gasifier reactor temperature of 600 s / d 800 0C, while at temperatures above 800
0
C, the resulting gas yield is relatively constant. Also found a tendency that the particle size <10
mm to produce the composition of H2 and CO is higher than the particle size >10 mm.
Quantitatively, the characterization of wood waste biomass to produce lower calorific value of
14.45 MJ/kg. The calculation of the efficiency of gasification in the best condition can reach
34.20%, with syn gas composition as follows H2 = 14.20%, CO2 = 8.32%, CO = 10.42%, CH4 =
1.54%, and C2H6 = 0.18% with a lower calorific value of 3246.80 KJ / kg.
Key words: Gasification, wood waste, drying, pyrolisis, partial oxidation and reduction.
1. PENDAHULUAN
Krisis energi dan lingkungan yang terjadi belakangan ini merupakan salah satu dampak dari
ketergantungan pada bahan bakar fosil sebagai sumber energi utama. Penggunaan bahan bakar fosil
yang berlebihan merupakan salah satu penyebab utama pemanasan global dan hujan asam, yang
sudah mulai mempengaruhi iklim, cuaca, dan ekosistem dibumi. Karena pertimbangan lingkungan
global dan keamanan energi nasional maka sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan perlu
dikembangkan dengan cepat[1]. Biomassa adalah bahan yang dihasilkan melalui kehidupan biologis
dengan kandungan utama karbon, hidrogen dan oksigen dan merupakan sumber energi yang benar-
benar terbarukan, karena di setiap penanaman atau pemanenan merupakan pembaruan sebagian
sumber energinya.
Teknologi konversi, untuk memproduksi hidrogen dari biomassa, dapat dipisahkan menjadi
dua kategori, yaitu proses biokimia dan termo-kimia[2]. Proses biokimia merupakan proses
produksi hidrogen yang dapat menghasilkan hidrogen lebih tinggi dibandingkan dengan proses
termo kimia. Namun, kestabilan dan efisiensi proses pada proses secara bio hidrogen tersebut belum
cukup menjadikan teknologi ini masih belum komersial [3]. Dalam teknologi konversi termo kimia,
gasifikasi biomassa dapat menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pirolisis.
Gasifikasi biomassa limbah kayu merupakan suatu proses dekomposisi termal dari bahan-
bahan organik melalui pemberian sejumlah panas dengan suplay oksigen terbatas untuk
menghasilkan synthesis gases yang terdiri dari CO, H2, CH4 (selanjutnya disebut dengan syn-gas)
sebagai produk utama dan sejumlah kecil arang karbon dan abu sebagai produk ikutan [4]. Secara
umum, proses gasifikasi melibatkan 4 tahapan proses berupa drying, pyrolisis, oksidasi parsial dan
reduksi. Drying merupakan tahapan pertama dari proses gasifikasi, yaitu proses penguapan
kandungan air didalam biomassa melalui pemberian sejumlah panas pada interval suhu 100 ~
3000C. Proses drying dilanjutkan dengan dekomposisi termal volatile matter berupa gas dan
menyisakan arang karbon, dimana proses ini biasa disebut sebagai pirolisis. Proses pirolisis
merupakan proses eksoterm yang melepas sejumlah panas pada interval suhu 300 ~ 900 0C.
Selanjutnya sisa arang karbon akan mengalami proses oksidasi parsial, dimana proses ini
merupakan proses eksoterm yang melepas sejumlah panas pada interval suhu diatas 9000C. Panas
yang dilepas dari proses oksidasi parsial ini digunakan untuk mengatasi kebutuhan panas dari reaksi
reduksi endotermis dan untuk memecah hidrokarbon yang telah terbentuk selama proses pirolisis.
Proses reduksi gas CO2 dan H2O ini terjadi pada interval suhu 400 ~ 900 0C. Reduksi gas CO2
melalui reaksi kesetimbangan Boudouard equilibrium reaction dan reduksi gas H2O melalui reaksi
kesetimbangan water-gas reaction, dimana reaksi-reaksi tersebut secara dominan dipengaruhi oleh
suhu dan tekanan.
Pemilihan reaktor gasifikasi jenis downdraft didasarkan pada rendahnya kandungan tar yang
dihasilkan dibandingkan jenis updraft. Hal ini dikarenakan bahwa kandungan tar hasil pirolisis
terbawa bersama gas dan kemudian masuk ke dalam proses oksidasi parsial yang mencapai suhu
hingga 900 0C, dimana pada suhu tersebut kandungan tar dimungkinkan dapat terurai menjadi
senyawa yang lebih ringan. Hasil syn-gas dari gasifikasi sistem downdraft ini setelah direfinery dan
didinginkan dapat langsung dimasukkan ke dalam motor diesel yang dapat dioperasikan secara dual
system. Sistem dua laluan agent gas berupa udara dan steam dapat meningkatkan produksi hidrogen
pada reaktor gasifikasi [5,6].
Sasaran tulisan ini adalah untuk mendapatkan karakterisasi proses gasifikasi limbah kayu
menggunakan reaktor downdraft dengan dua tingkat laluan udara dengan variasi suhu ruangan
reaktor dan ukuran partikel limbah kayu. Karakterisasi yang dimaksud berupa identifikasi zone
tahapan proses gasifikasi, kestimbangan massa dan energi selama proses serta efisiensi thermal
proses konversi biomassa menjadi syn-gas
2. METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan secara eksperimental untuk mengetahui kualitas dan kuantitas syn-gas
yang dihasilkan dari reaktor gasifikasi downdraft dengan bahan baku limbah kayu serta perhitungan
unjuk kerja dari reaktor gasifikasi yang telah dibuat. Bahan baku yang digunakan adalah biomassa
limbah ranting kayu dari tanaman di kampus ITS Surabaya. Selengkapnya hasil proximate and
ultimate analysis ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil proximate dan ultimate biomassa limbah kayu
No Parameter Unit Nilai
1 Moisture content % wt 10.40
2 Ash content % wt 2.80
3 Volatile matter % wt 82.60
4 Fixed carbon % wt 14,60
5 Density Kg/m3 496
6 LHV MJ/kg 14.45
C % wt 46.70
H % wt 5.90
7 Komponen N % wt 0.64
S % wt 0.16
O % wt 46,60
Peralatan pengujian tersusun dari reaktor gasifikasi, syn-gas cooler dan burner gas, seperti
ditunjukkan pada Gambar 1. Reaktor dibuat dari batu tahan api yang mampu menahan suhu sampai
1100 0C dengan geometri bagian tengah menyempit (throat system). Dimensi reaktor adalah tinggi
1,5 m, dan diameter dalam 0,35 m. Di bagian bawah terdapat grate tempat meletakkan arang kayu
sebagai katalis dalam proses gasifikasi tersebut. Pengukuran suhu pada tahapan proses dilakukan
dengan pemasangan termokopel sepanjang ketinggian reaktor sebanyak 5 titik.

1. Hopper
2. Reaktor gasifikasi
3. Lubang termokopel
4. Selubung reaktor
5. Laluan agent air
6. Lubang katalis
7. Throat
8. Grate arang
9. Tempat abu
10. Syn-gas cooler
11. Sentrifugal fan
12. Gas burner

Gambar 1. Skema pengujian gasifikasi biomassa [7]


Prosedur pengujian dimulai dengan memasukkan arang kayu yang berfungsi sebagai katalis
diatas grate secara merata. Kemudian biomassa limbah kayu dimasukkan melalui hopper dengan
posisi menutupi arang kayu. Selanjutnya biomassa limbah kayu dalam reaktor dinyalakan dan
induced fan dihidupkan untuk melakukan pemanasan awal pada reaktor. Pengisian umpan biomassa
limbah kayu dilakukan sampai penuh untuk sekali pengambilan data sistem batch. Suhu
menyeluruh dari reaktor gasifikasi dinaikkan step-by-step sampai suhu pada throat mencapai
minimal 600 0C. Setelah itu, pengukuran dapat dimulai, yaitu suhu pada lima posisi termokopel
diukur setiap interval waktu 3 menit. Gas yang dihasilkan diukur secara simultan menggunakan
flow meter gas. Biasanya pengujian mencapai kondisi steady setelah mencapai 15 menit dari
permulaan. Untuk meyakinkan keandalan hasil pengujian ini, setiap kondisi operasi diulang dua kali
dan hasil pengujian yang dipresentasikan disini adalah nilai rata-rata dari dua pengukuran tersebut.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 3.1 Karakterisasi Biomassa Limbah Kayu
Untuk mengetahui karakteristik suatu biomassa digunakan metode pengujian secara analitis
(proximate analysis) dan secara kimia (ultimate analysis). Proximate analysis melakukan pengujian
komposisi bahan bakar yang berupa kandungan air (moisture), volatile matter, fixed carbon, ash
serta nilai kalor yang dimiliki oleh biomassa, sedangkan ultimate analysis melakukan pengujian
terhadap komposisi kimia biomassa berupa karbon, hidrogen, nitrogen, belerang, dan oksigen.
Karakterisasi biomassa biomassa limbah kayu didasarkan pada hasil proximate dan ultimate
analysis seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Dari Tabel 1 terlihat bahwa kandungan moisture untuk
biomassa limbah kayu berkisar 10.40 % sehingga dalam pemanfaatan biomassa limbah kayu
menjadi syn-gas membutuhkan energi panas untuk mengeluarkan kandungan moisture tersebut.
Komposisi terbesar berupa volatile matter, yaitu mencapai 82,60%. Volatile matter merupakan hasil
dekomposisi pada saat proses pemanasan, terdiri dari flammable gas seperti H2, CO dan HC dan
non-flammable gas seperti CO2. Kandungan fixed carbon pada biomassa limbah kayu hanya 14,60
%, sedangkan sisa-sisa organik yang tidak teroksidasi berupa ash mencapai 2.80%.

3.2 Distribusi Suhu dalam Reaktor Gasifikasi


Distribusi suhu sepanjang reaktor gasifikasi ditunjukkan pada Gambar 2, dimana suhu diukur
pada 5 titik pengukuran dengan penempatan termokopel seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Urutan
penempatan termokopel dari atas berturut-turut adalah suhu drying, pirolisis, oksidasi parsial,
reduksi serta syn-gas. Dari Gambar 2 terlihat bahwa suhu drying berkisar antara 75 sampai dengan
150 0C, yaitu suhu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan kandungan moisture didalam biomassa
biomassa limbah kayu. Selama pengukuran ini suhu drying relative stabil dan tidak mengalami
fluktuasi. Hal ini dikarenakan pada tahap drying ini biomassa tidak mengalami penguraian unsur-
unsur kimianya, tetapi hanya terjadi pelepasan kandungan air dalam bentuk uap air.
Setelah tahap drying terlampaui, biomassa akan mengalami pirolisis hingga mencapai suhu
0
300 C. Pada tahap pirolisis ini, biomassa mengalami dekomposisi termal menjadi arang karbon, tar
dan gas. Proses pirolisis merupakan proses eksoterm yang melepas sejumlah panas pada interval
suhu 300 ~ 900 0C. Secara menyeluruh, proses dekomposisi termal biomassa pada tahap pirolisis
ditunjukkan sebagai berikut:
Biomassa → Arang karbon  tar  gases (CO2; CO; H2O; H2; CH4 dan CnHm) (1)
Sedangkan, reaksi pembentukan gas methana pada tahap pirolisis ini dituliskan sebagai berikut:

C  2 H 2  CH 4  75 kJ
mol
 (2)

Gambar 2. Profil distribusi suhu sepanjang reaktor


Sisa arang karbon dan hidrogen akan mengalami proses oksidasi parsial hingga mencapai
suhu 960 0C. Oksidasi parsial merupakan proses eksoterm yang memanfaatkan suplay oksigen
terbatas dalam reaktor dan melepas sejumlah panas. Panas yang dilepas dari proses oksidasi parsial
ini digunakan untuk mengatasi kebutuhan panas dari reaksi reduksi endotermis dan untuk memecah
hidrokarbon yang telah terbentuk selama proses pirolisis. Selengkapnya reaksi oksidasi ditunjukkan
pada persamaan 3 s/d 5.
C  O2 
1
4
CO2  408 kJ 
mol
 (3)


2C  O2  2CO  246 kJ
mol
 (4)
1

H 2  O2  H 2 O  242 kJ
2 mol
 (5)
Kecenderungan kurva suhu pada zone oksidasi parsial ini adalah terjadinya fluktuasi nilai
suhu oksidasi. Hal ini merupakan suatu phenomena yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Secara
general, phenomena tersebut dapat disebabkan deflagrasi O2 akibat dari akumulasi lokal. Hal ini
memberikan suatu inspirasi bahwa pengaturan suplay agent gasifikasi, baik itu berupa udara, O 2
maupun steam membutuhkan suatu mekanisme pengaturan yang baik. Mekanisme ini terutama
sekali dibutuhkan untuk reactor dengan multi stage “agent gasifikasi” untuk mencapai suplay O 2
yang seragam dan menghindari akumulasi lokal.
Proses reduksi gas CO2 dan H2O terjadi pada suhu 400 0C. Proses ini merupakan reaksi
endoterm yang dapat terjadi pada interval suhu 400 ~ 900 0C. Reduksi gas CO2 melalui reaksi
kesetimbangan Boudouard equilibrium reaction dan reduksi gas H2O melalui reaksi kesetimbangan
water-gas reaction, dimana reaksi-reaksi tersebut secara dominan dipengaruhi oleh suhu dan
tekanan. Gas CO2 dan H2O akan melewati lapisan karbon panas sehingga menimbulkan reaksi
reduksi yang berkelanjutan dan menghasilkan syn-gas berupa CO, H2 dan CH4. Hasil akhir dari
proses gasifikasi biomassa ini adalah syn-gas dengan suhu relatif konstan sebesar 350 0C
3.3 Analisis Suhu Reaktor dan Ukuran Butiran
Gambar 3 menunjukkan pengaruh suhu ruangan reaktor dan ukuran partikel biomassa limbah
kayu terhadap karakterisasi proses gasifikasi, khususnya produksi syn-gas. Sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 3 bahwa produksi syn-gas dari proses gasifikasi dipengaruhi secara
signifikan oleh kondisi operasi yaitu berupa suhu reaktor dan ukuran partikel biomassa. Semakin
kecil ukuran partikel biomassa limbah kayu menunjukkan produksi syn-gas yang semakin tinggi,
begitu juga dengan suhu ruangan reaktor, yaitu semakin tinggi suhu ruangan reaktor maka produksi
syn-gas juga semakin tinggi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa penambahan suhu reaktor dapat
mendorong terjadinya dekomposisi rantai karbon dan uap tar yang selanjutnya dikonversi menjadi
syn-gas melalui reaksi Boudouard dan thermal cracking.
0.8
< 10 mm
0.7
10 ~ 25 mm
Produksi gas (m3/kg)

0.6
> 25 mm
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
600 650 700 750 800 850 900
Suhu reaktor (0C)
Gambar 3. Pengaruh suhu reaktor dan ukuran butiran terhadap produksi syn-gas
Komposisi dan konversi proses pirolisis bergantung pada laju pemanasan dari partikel
biomassa. Semakin tinggi laju pemanasan biomassa maka akan menghasilkan lebih banyak light gas
dengan kandungan arang karbon dan kondensat yang lebih rendah. Partikel yang lebih kecil
berkontribusi pada luas permukaan kontak yang lebih besar sehingga laju pemanasannya jadi lebih
cepat. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3 bahwa ukuran partikel biomassa berpengaruh
secara sistematis. Pada suhu reaktor yang sama, ukuran partikel yang lebih kecil menyebabkan
produksi syn-gas yang lebih banyak, hal ini dapat disebabkan oleh dua hal. Pertama, ukuran partikel
berpengaruh pada proses perpindahan panas mulai pada proses pirolisis yang terjadi di permukaan
biomassa. Partikel biomassa yang lebih besar memiliki tahanan perpindahan panas yang lebih besar
sehingga menyebabkan suhu aktual didalam partikel biomassa menjadi lebih rendah. Hal ini
cenderung terjadi proses devolatilisasi. Akibatnya proses pirolisis terjadi belum tuntas sehingga
menghasilkan sisa arang karbon yang lebih besar. Kedua, kemungkinan penyebabnya adalah bahwa
proses pirolisis pada partikel biomassa yang lebih kecil utamanya dikendalikan oleh kinetika reaksi.
Semakin besar ukuran partikel maka proses pirolisis menjadi dikendalikan oleh diffusi gas
sehingga produksi gas didalam partikel biomassa menjadi lebih sulit untuk didorong keluar.
Pengurangan pengaruh ukuran partikel biomassa limbah kayu terjadi pada suhu ruangan
reaktor yang lebih tinggi. Ketika suhu ruangan reaktor mencapai 800 – 900 0C maka perbedaan
produk gas yang dihasilkan dari proses gasifikasi semakin kecil. Dalam interval suhu ini, ukuran
partikel biomassa limbah kayu hanya mempengaruhi intensitas reaksi dan tidak lagi mempengaruhi
mekanisme proses reaksi. Pengurangan ini disebabkan oleh bertambahnya konduktifitas termal
efektif yang terjadi akibat dari kenaikan kantribusi perpindahan panas radiasi.

3.4 Analisis Kesetimbangan Massa dan Energi


Perhitungan kesetimbangan massa dan energi dilakukan dengan pendekatan sistem batch
dengan penurunan persamaan kesetimbangan massa dan energi untuk kondisi steady sebagai
berikut:
Kesetimbangan massa:
 massamasuk   massakeluar (6)
mbiomassa  mudara1  mudara2  msyn gas  marangkabon  mash
Kesetimbangan energi:
 energi masuk   Energikeluar
  Energiberguna   energilosses (7)
 E syn gas  E arang karbon  E ash  E heat transfer
Dari persamaan kesetimbangan massa dan energi diatas selanjutnya diplotkan dalam Sankey
diagram. Sankey Diagram menunjukkan aliran energi yang terjadi pada keseluruhan sistem yang
nantinya digunakan untuk menghitung efisiensi sistem gasifikasi. Pada sistem gasifikasi yang
digunakan ini, energi yang masuk sistem adalah energi yang berupa bahan bakar yaitu biomassa
limbah kayu yang memiliki Low Heating Value (LHV) tertentu. Sistem ini juga membutuhkan
beberapa peralatan penunjang tertentu seperti blower yang memberikan energi ke dalam sistem.
Kemudian, energi outputnya berupa energi berguna, yaitu energi syngas, char, ash, heatloss dan
energy-energi lain yang tak terhitung nilainya. Dari perhitungan kesetimbangan energi yang masuk
dan yang keluar didapatkan Sankey diagram sebagai berikut:

Gambar 4. Sankey Diagram

Unjuk kerja reaktor gasifikasi dapat dirumuskan sebagai total energy yang dikandung syn-gas
dibagi dengan energy yang dikandung biomassa, seperti ditunjukkan pada persamaan berikut:
Energi Syn  gas
 gasifikasi  x100% (8)
Energy biomassa
Hasil perhitungan pada persamaan 15 menunjukkan bahwa suhu reaktor dapat meningkatkan
efisiensi gasifikasi hingga mencapai 34.20%. Hal ini terjadi pada suhu reaktor 900 0C.
4. KESIMPULAN
Pada suhu reaktor gasifier yang sama, ukuran partikel yang lebih kecil cenderung
menghasilkan kenaikan yield gas dengan kandungan tar dan arang lebih rendah, sedangkan untuk
ukuran partikel yang sama, kenaikan suhu reaktor gasifier cenderung menghasilkan kenaikan pada
yield gas dengan kandungan tar dan arang lebih rendah. Pengaruh perbedaan ukuran partikel
terhadap yield gas signifikan pada suhu reaktor gasifier 600 s/d 800 0C, sedangkan pada suhu diatas
800 0C, yield gas yang dihasilkan relatif konstan. Juga didapatkan kecenderungan bahwa pada
ukuran partikel <10 mm menghasilkan komposisi H2 dan CO yang lebih tinggi dibandingkan
ukuran partikel >10 mm. Secara kuantitatif, karakterisasi biomassa limbah kayu menghasilkan nilai
kalor bawah sebesar 14,45 MJ/kg. Perhitungan efisiensi gasifikasi pada kondisi terbaik bisa
mencapai 34,20%, dengan komposisi syn gas sebagai berikut: H2 = 14,20 %, CO2 = 8,32%, CO =
10,42%, CH4 = 1,54%, dan C2H6 = 0,18% dengan nilai kalor bawah sebesar 3246,80 KJ/kg.

5. UCAPAN TERIMA KASIH


Artikel ini merupakan bagian dari kegiatan Stategis Nasional yang didanai oleh DIKTI
melalui LPPM ITS tahun anggaran 2010, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada Dirjen DIKTI atas pendanaan yang telah diberikan. Selain itu penulis juga
mengucapkan terima kasih pada team gasifikasi mesin, yaitu Made, Dimas, Jefri dan Wahyu yang
telah membantu pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Sheth, P.N. & Babu B.V., 2010, Production of hydrogen energy through biomass (waste
wood) gasification, i n t e rna t i o n a l j o u rna l o f hydrogen energy, pg. 1 – 8.
[2] Dogru, M .,2002., Fuel Processing Technology, Gasification of sewage sludge using throated
downdraft gasifier and uncertainty analysis, Vol. 75, pp. 55-82.
[3] Hanaoka, T., Inoue, S., Uno, S., Ogi, T & Minowa T.,2005, Effect of woody biomass
components on air-steam gasification, Biomass and Bioenergy, vol. 28 , pg. 69–76
[4] Higman, C. & Burgt, M., 2007., Gasification handbook, second edition,
www.gasification.higman.de.
[5] Pengmei Lv, Yuan, Z., Ma, L., Wu, C., Chen, Y. & Zhu, J., 2007., Hydrogen-rich gas
production from biomass air and oxygen/steam gasification in a downdraft gasifier, Journal of
Renewable Energy, vol. 32 , pg. 2173–2185.
[6] Sheth, P.N. & Babu, B.V., 2009, Experimental studies on producer gas generation from wood
waste in a downdraft biomass gasifier, Bioresource Technology, vol. 100, pg. 3127–3133.
[7] Sudarmanta, B. & Kadarisman, 2010, Pengaruh Suhu Reaktor dan Ukuran Partikel Terhadap
Karakterisasi Gasifikasi Biomassa Tongkol Jagung Pada Reaktor Downdraft, Proseding
Seminar Nasional Pasca Sarjana ITS.
[8] Tinauta, F. V., Melgara, A., Pérezb, J.F. & Horrilloc A., 2008, Effect of biomass particle size
and air superficial velocity on the gasification process in a downdraft fixed bed gasifier. An
experimental and modelling study, FUEL PROCESSING TECHNOLOGY, Vol. 8 9, pg. 10
76 – 1089
[9] Lou, S., Xiao, Bo, Ilu, Z., Liu, S, Guan, Y and Cai, L., 2010. Influence of particle size on
pyrolysis and gasification performance of municipal solid waste in a fixed bed reactor, Jurnal
of Bioresource Technology , pp. 6517-6520.
[10] Joan P. Manya, Jose L. Sanchez, Javier Abrego, Alberto Gonzalo, Jesus Arauzi, 2006.,.
Influence of Gas Residence Time and Air Ratio on the Air Gasification of Dried Sewage
Sludge in a Bubbling Fluidised Bed, Science direct, Spain.
[11] Rapagna, S. & Latif, A., 1997, Steam gasification of almond shells in a fluidised bed reactor :
the influence of temperature and particle size on product yield and distribution, Biomass and
Bioenergy, Vol. 12, No. 4, pg. 281-288.

Anda mungkin juga menyukai