Anda di halaman 1dari 10

1.

Komposisi: Semen Ionomer Kaca (SIK) pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun
1971, yang terdiri dari bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan asam polikarboksilat. Merupakan semen
yang berbahan dasar air dengan bentuk reaksinya asam basa, dimana asam polialkenoat sebagai asam dan
kaca kalsium stronsium aluminosilikat sebagai basa.
Komposisi bubuknya terdiri dari kuarsa (SiO2), alumina (Al2O3), aluminium fluorida (AlF3), kalsium
fluorida (CaF2), natrium fluorida (NaF), kriolit (Na3AlF6), dan aluminium fosfat (AlPO4), yang digabung
dengan cara dipanaskan hingga suhu 1100–1500°C sehingga membentuk kaca yang homogen dengan bentuk
ikatan SiO2Al2O3CaF2Na3AlF6AlPO4.Untuk memberikan sifat radiopak maka ditambahkan lantanum
oksida (La2O3) dan stronsium oksida (SrO).4,12 Cairannya mengandung 40-50% larutan 2:1 kopolimer
asam akrilik-asam itakonik atau kopolimer asam maleik / asam akrilik. Asam itakonik atau asam maleik
meningkatkan reaktivitas cairan, mengurangi kekentalan, dan mengurangi kecenderungan menjadi gel.
Penambahan komponen asam tartarik untuk memudahkan pelepasan ion dari bubuk kaca, memperbaiki
karakteristik manipulasi, meningkatkan waktu manipulasi, dan memperpendek waktu pengerasan.
Kekurangan SIK adalah rentan terhadap desikasi, sensitif terhadap air saat proses pengerasan, resistensi yang
buruk terhadap abrasi, kurang estetik, dan kekuatan tensilnya kurang.

Bubuk : merupakan asam larut air kalsium aluminosilikat yang mengandung fluor. Terdiri atas silika, alumina,
kalsium fluorida, oksida metal dan metal fosfat pada suhu 1100-1500ºC. Fungsi komponen SIK: 1) Alumina
(Al2O3) : meningkatkan opasitas 2) Silika (SiO2) : meningkatkan translusensi 3) Fluorida: antikariogenik,
meningkatkan translusensi, working time, strength 4) Kalsium fluorida (CaF2): meningkatkan opasitas 5)
Aluminium fosfat: menurunkan melting time (waktu mencair), meningkatkan translusensi 6) Kriolit
(Na3AlF6): meningkatkan translusensi 7) Ion Na, K, Ca, Sr.
Fungsi komponen semen ionomer kaca terdiri atas asam poliakrilat dengan konsentrasi sekitar 50%. Asam
poliakrilat yang bertindak sebagai ko-polimer dengan asam lain seperti asam itakonat, maleat, dan
trikarboksilat. Asam polielektrolitik semen ionomer kaca disebut asam polialkenoat.

2. Sifat:
a. Adhesi : Adhesi semen ionomer kaca membantu dalam menyediakan pendekatan konservatif untuk restorasi
dan perlekatan yang sempurna.
b. Biokompatibilitas Pengaruh yang merugikan dari semen ionomer kaca pada jaringan hidup adalah minimal.
Tidak ada efek sakit disebabkan oleh asam poliakrilat karena merupakan asam lemah, yang menjadi lemah
ketika sebagian dinetralkan. Asam ini tidak dapat berdifusi ke dalam tubulus dentin karena berat molekul
tinggi dan ikatan rantai yang kuat dan akan mengendap oleh ion kalsium dalam tubulus.
c. Antikariogenik Semen ionomer kaca memiliki sifat kariostatik karena pelepasan fluoride jangka panjang,
yang memberikan resistensi terhadap karies tidak hanya pada gigi yang direstorasi tetapi juga pada gigi
sebelahnya. Pengaruh fluorida ditemukan pada zona resistensi terhadap demineralisasi, dengan ketebalan
restorasi semen ionomer kaca sekitar 3mm. Fluorida berkontribusi terhadap penghambatan karies dalam
lingkungan mulut dengan cara mekanisme fisikokimia dan biologis.
d. Estetik Semen ionomer kaca memiliki derajat translusensi karena kandungan kacanya. Translusensi
tergantung pada pembentukannya. Penting untuk dicatat bahwa karena reaksi hidrasi lambat. Translusensi
meningkat seiring dengan usia semen. Resistensi terhadap stein sebagian besar tergantung pada permukaan
akhir yang baik. Warna tampaknya tidak terpengaruh oleh cairan oral dibandingkan dengan komposit yang
cenderung untuk menyerap warna.
e. Stabilitas Dimensi Pada kelembaban tinggi, semen cenderung menyerap air dan meluas dan pada
kelembaban rendah, terjadi penyusutan yang rendah.
f. Ketahanan Menurut sebuah penelitian, restorasi semen ionomer kaca dievaluasi pada lesi erosi abrasi, 83%
menunjukkan ketahanan bahkan setelah 10 tahun . Tingkat kegagalan berkisar 0-70%, yang lebih diukur dari
keterampilan dokter dari pada kualitas perlekatan bahan.
g. Kekuatan/Strength Salah satu keterbatasan utama dari semen ionomer kaca adalah kerentanannya terhadap
fraktur. Jika dibandingkan dengan komposit dan amalgam, semen ionomer kaca lebih lemah dan kurang
rigid. Kelemahan tampaknya berada dalam matriks, yang bersifat mudah retak.

3. Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Bahan Pengisi :


a. Semen Ionomer Kaca Konvensional Semen ionomer kaca secara luas digunakan untuk kavitas Klas V, hasil
klinis dari prosedur ini baik meskipun penelitian in vitro berpendapat bahwa semen ionomer kaca modifikasi
resin dengan ketahanan fraktur yang lebih tinggi dan peningkatan kekuatan perlekatan memberikan hasil
yang jauh lebih baik. Beberapa penelitian berpendapat bahwa versi capsulated lebih menguntungkan karena
pencampuran oleh mesin sehingga memberikan sifat merekatkan yanglebih baik. Penggunaan semen
ionomer kaca telah meluas antara lain sebagai bahan perekat, pelapik dan bahan restoratif untuk restorasi
konservatif Klas I danKlas II karena sifatnya yang berikatan secara kimia pada struktur gigi danmelepaskan
fluorida. Selain itu respon pasien juga baik karena teknik penempatan bahan yang konservatif dimana hanya
memerlukan sedikit pengeboran sehingga pasien tidak merasakan sakit dan tidak memerlukan anastesi lokal.
Meskipun demikian SIK tidak dianjurkan untuk restorasi Klas II dan klas IV karena sampaisaat ini
formulanya masih kurang kuat dan lebih peka terhadap keausan penggunaan jika dibandingkan dengan
komposit (McCabe, 2008). GIC konvensional pertama kali diperkenalkan pada tahun 1972 oleh Wilson dan
Kent. Berasal dari asam polyalkenoat cair seperti asam polyacrilic dan komponen kaca yang biasanya adalah
fluoroaluminosilikat. Saat bubuk dan cairandi campur terjadi reaksi asam basa kemudian asam polyalkenoat
mengalami percepatan hingga terjadi pengentalan sampai semen mengeras. Ini dapat dijadikan sebagai
bubuk kaca yang melepaskan ion dan larut dengan campuranyang mengandung asam polyacrilic cair dengan
dikeringkan melalui pembekuan untuk dicampur dengan air murni. Pabrik juga dapat menanbahkan sedikit
asam tartaric pada air yang dapat memperkirakan reaksi pengerasan yang lebih tepat (Gladwin, 2009).
b. Semen Ionomer Hybrid Komponen bubuk terdiri dari partikel kaca ion-leachable fluoroaluminosilicatedan
inisiator untuk light curing atau chemical curing. Komponen cairan biasanyaterdiri dari air dan asam
polyacrylic atau asam polyacrilyc yang dimodifikasidengan monomer methacrylate hydroxyethyl
methacrylate. Komponen yang duaterakhir bertanggung jawab untuk polimerisasi. Reaksi pengerasan awal
dari bahan ini terjadi melalui polimerisasi dari gugus methacrylate. Reaksi asam basayang lambat pada
akhirnya akan bertanggung jawab pada proses pematangan yangunik dan kekuatan akhir. Kandungan air
secara keseluruhan lebih sedikit untuk tipe ini untuk menampung bahan yang berpolimerisasi(Gladwin,
2009). Perbedaan yang paling nyata adalah berkurangnya translusensi dari bahan ini karena adanya
perbedaan yang besar pada indeks pembiasan antara bubuk dengan matrix resin yang mengeras. Tes in vitro
dari semen ionomer hibrid melepaskanflorida dalam jumlah yang sebanding dengan yang di lepaskan semen
ionomer kaca konvensional. Kekuatan tarik dari ionomer kaca hibrid lebih tinggi dariionomer kaca
konvensional. Peningkatan ini di akibatkan oleh moduluselastisitasnya yang lebih rendah dan deformasi
plastis yang lebih banyak yangdapat di tahan sebelum terjadinya fraktur. Sifat-sifat yang lain sulit untuk
dibandingkan karena formulasi bahan dan cara pengetesan (Lippincot, 2007). Mekanisme pengikatan
terhadap struktur gigi dari semen ini sama denganionomer kaca konvensional. Aktifitas ionik yang lebih
sedikit diharapkan karenaadanya pengurangan dari asam karboksilat dari cairan ionomer kaca
denganmodifikasi resin; namun bagaimanapun kekuatan ikat pada struktur gigi bisa lebihtinggi dari semen
ionomer kaca konvensional. Bila dibandingkan dengan ionomer kaca konvensional maka ionomer kaca
dengan modifikasi resin memperlihatkankekuatan ikat yang lebih tinggi kepada komposit berbasis resin. Ini
sepertinya dikontrol oleh gugus fungsi non polimerisasi residu didalam semen ionomer kacakonvensional.
Akibat polimerisasi, bahan ini seharusnya memilki derajat penyusutan yang lebih besar ketika mengeras.
Lebih sedikitnya kandungan air danasam karboksilat juga mengurangi kemampuan semen untuk membasahi
substratgigi, yang dimana akan meningkatkan kebocoran micro dibandingkan semenionomer kaca
konvensional (Anusavice, 2004.) Biokompatibilitas dari ionomer kaca hibrid dapat dibandingkan dengan
ionomer kaca konvensional. Tindakan pencegahan yang sama harus dilakukan,seperti penggunaan kalsium
hoidroksida untuk preparasi yang dalam. Peningkatan suhu sementara yang berhubungan dengan proses
polimerisasi juga menjadi pertimbangan (Gladwin, 2009). Karakteristik dari penanganan ionomer kaca
hibrid telah diatur sehingga dapat digunakan sebagai liners atau bases. Kekuatan tekan dan tarik dari liners
lebih rendah dari pada semen restorasi yang lain. Kegunaan yang paling utama dari liners ionomer kaca
adalah untuk bertindak sebagai bahan pengikat lanjut antara gigi dan restorasi komposit. Karena adanya
adhesi pada dentin, maka kemungkinan dari formasi celah pada tepi ginggival yang terletak pada
dentin,sementum atau keduanya disebabkan oleh penyusutan polimerisasi dari resin (Lippincot, 2007).
Keuntungan dari ionomer kaca di atas resin bonding agent yang menjamin ikatan adhesive, mengurangi
sensitivitas tekhnik dan membentuk mekanisme anti kariogenik melalui pelepasan florida. Ketika digunakan
pada keadaan ini, prosedur yang lebih di anjurkan adalah tekhik sandwich. Tekhnik ini memberikan
keuntungan berupa kualitas yang diinginkan dari ionomer kaca yang memberikanestetika dari restorasi
komposit. Tekhnik sandwich di rekomendasikan untuk restorasi komposit kelas 2 dan 5 ketika pasien
individual memiliki resiko karies yang tinggi. Hal tersebut berlaku untuk formulasi semen ionomer kaca
konvensional dan semen ionomer kaca hibrid like-curable (Lippincot, 2007).
c. Semen Ionomer Tri-cure Terdiri dari partikel kaca silicate, sodium florida dan monomer yang dimodifikasi
polyacid tanpa air. Bahan ini sangat sensitif terhadap cairan, sehingga biasanya disimpan didalam kantong
anti air. Pengerasan di awali oleh foto polimerisasi dari monomer asam yang menghasil bahan yang kaku.
Selama restorasi digunakan bahan yang telah di pasang menyerap air di dalam saliva dan menambah reaksi
asam basa antara gugus fungsi asam dengan matrix dan partikel kaca silicate. Reaksi asam basa yang di
induce memungkinkan pelepasan floridakarena tidak adanya air dalam formulasi, pengadukan semen tidak
self-adhesiveseperti semen ionomer kaca konvensional dan hibrid. Sehingga dentin-bondingagent yang
terpisah di perlukan untuk kompomer yang digunakan sebagai bahan restorasi (Gladwin, 2009). Akhir-
akhirini, beberapa bahan dengan 2 komponen, yang terdiri dari bubukdan cairan atu yang terdiri dari 2 pasta
telah dipasarkan sebagai kompomer untuk penerapan luting(luting application). Bubuknya memiliki
komposisi srontium aluminum fluorosilicate, metalik oksida, inisitor dengan aktivasi kimia atau cahaya.
Cairanya terdiri dari monomer asam karboksilat atau methacrylate yang bisa berpolimerisasi, monomer
multifungsional acrylate, dan air. Sedangkan yang berbentuk pasta memilki bahan yang sama disesuaikan
dengan bubuk dan cairan.Karena adanya air di dalam cairan , maka bahan ini bersifat self-adhesive danreaksi
asam basa dimulai pada saat pengadukan (Lippincot, 2007). Kekuatan ikat dari kompomer terhadap struktur
gigi memiliki rentang yangsama dengan semen ionomer kaca karena penggunaan dentin-bonding
agent.Meskipun kompomer satu pasta terutama di terapkan untuk restorasi pada area dengan tegangan
rendah, data klinis saat ini dibatasi mengingat penggunaan kompomer untuk restorasi kavitas kelas 3 dan 5
sebagai alternative ionomer kaca atau komposit resin (Lippincot, 2007).
d. Semen Ionomer Kaca yang diperkuat dengan Metal Semen glass ionomer kurang kuat, dikarenakan tidak
dapat menahan gayamastikasi yang besar. Semen ini juga tidak tahan terhadap keausan penggunaan
dibandingkan bahan restorasi estetik lainnya, seperti komposit dan keramik. Ada 2 metode modifikasi yang
telah dilakukan, metode I adalah mencampur bubuk logam campur amalgam yang berpartikel sferis dengan
bubuk glass ionomer tipe II. Semen ini disebut gabungan logam campur perak. Metode II adalah mencampur
bubuk kaca dengan partikel perak dengan menggunakan pemenasanyang tinggi. Semen ini disebut sebagai
cermet. Mikrograf skening electron dari bubuk cermet menunjukan partikel-partikel bubuk perak melekat ke
permukaan dari partikel-partikel bubuk semen.Jumlah dari fluoride yang dilepaskan dari kedua system
modifikasi logam ini cukup besar. Namun, fluoride yang dilepaskan dari semen cermet lebih sedikit daripada
yang dilepaskan dari semen ionomer kaca tipe II. Hal ini dikarenakan sebagian partikel kaca, yang
mengandung fluoride telah dilapisi logam. Pada awalnya semen gabungan melepas lebih banyak fluoride
daripada semen tipe II. Tetapi besarnya pelepasan ini menurun dengan berjalannya waktu. Karena partikel-
partikel logam pengisi tidak terikat pada matriks semen, sehingga permukaan antar semen menjadi berjalan
untuk pertukaran cairan. Ini sangatmeningkatkan daerah permukaan yang tersedia untuk pelepasan fluoride
(Anusavice, 2004). Dengan meningkatnya daya tahan terhadap keausan dan potensi antikariesnya, semen-
semen dengan modifikasi logam ini telah dianjurkan untuk penggunaan yang terbatas sebagai alternative dari
amalgam atau komposit untuk restorasi gigi posterior. Meskipun demikian, bahan-bahan ini
masihdiklasifikasikan sebagai bahan yang rapuh. Karena alas an inilah penggunaan bahan tersebut umumnya
terbatas pada restorasi konservatif dan umumnya kelas I (Lippincot, 2007). Semen-semen ini mengeras
dengan cepat sehingga dapat menerima tindakan penyelesaian dalam waktu yang relative singkat.
Bersamaan dengan potensi adhesi dan daya tahannya terhadap karies, sifat-sifat menjadikan semen tersebut
digunakan untuk membangun badan inti untuk gigi yang akan diperbaiki dengan mahkota cor penuh.
Namun, karena rendahnya kekuatan terhadap fraktur dan sifatnya yang rapuh, sebaiknya dilakukan
pendekatan yang konservatif. Bahan ini sebaiknya tidak digunakan jika bagian yang akan menggunakan
semen adalah lebih besar 40% dari keseluruhan. Untuk kasus seperti ini sebaiknya digunakan pasak atau
retensi bentuk lainnya (Gladwin, 2009).

Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan Kegunaannya


a. Type I – Luting cements SIK tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota,
jembatan,veneer dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit. Secara kimiawi berikatan dengan
dentin enamel, logam mulia dan porselen. Memiliki translusensiyang baik dan warna yang baik, dengan
kekuatan tekan tinggi. SIK yang diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion fluorida serta
berkurangnya sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini mengurangi timbulnya
kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen inlay komposit atau onlay (Craig, 2004).
b. Type II – Restorasi Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, SIK juga
digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi servikal. Abrasi awalnya
diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras (Craig, 2004).
c. Type III – Liners and Bases Pada teknik sandwich, SIK dilibatkan sebagai pengganti dentine, dan komposit
sebagai pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan cepat untuk kemudianmenjadi reseptor
bonding pada resin komposit (kelebihan air pada matriks SIK dibersihkan agar dapat memberikan kekasaran
mikroskopis yang nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi pengganti enamel (Anusavice, 2009).
d. Type IV – Fissure Sealants Tipe IV SIK dapat digunakan juga sebagai fissure sealant. Pencampuran bahan
dengan konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah gigi posterior yang sempit
(Powers, 2008).
e. Type V - Orthodontic Cements Pada saat ini, braket ortodonti paling banyak menggunakan bahan resin
komposit. Namun SIK juga memiliki kelebihan tertentu. SIK memiliki ikatan langsung ke jaringan gigi oleh
interaksi ion Polyacrylate dan kristal hidroksiapatit, dengan demikian dapat menghindari etsa asam. Selain
itu, SIK memiliki efek antikariogenik karena kemampuannya melepas fluor. Bukti dari tinjauan sistematis
uji klinis menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam tingkat kegagalan braket Ortodonti antara resin
modifikasi SIK dan resin adhesif (Powers, 2008).
f. Type VI – Core build up Beberapa dokter gigi menggunakan SIK sebagai inti (core), mengingat
kemudahanSIK dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik dalam koefisienekspansi
termal. Logam yang mengandung SIK (misalnya cermet, Ketac perak, EspeGMbH, Germanyn) atau
campuran SIK dan amalgam telah populer. Saat ini, banyak SIK konvensional yang radiopaque lebih mudah
untuk menangani daripada logamyang mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian, banyak yang
menganggapSIK tidak cukup kuat untuk menopang inti (core). Maka direkomendasikan bahwagigi harus
memiliki minimal dua dinding utuh jika menggunakan SIK (Powers, 2008).
g. Type VII - Fluoride releasing Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan
SIK dibandingkan dengan bahan lainnya. Namun, tidak ada review sistematis dengan atau tanpa meta-
analisis yang telah dilakukan. Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu tindak lanjut periode terpanjang,
menemukan bahwa SIK konvensional menghasilkan fluorida lima kali lebih banyak daripada kompomer dan
21 kali lebih banyak dari resin komposit dalam waktu 12 bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama 24
jam periode satu tahun setelah pengobatan, adalah lima sampai enam kali lebih tinggidari kompomer atau
komposit yang mengandung fluor (Craig, 2004).
h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique) ART adalah metode manajemen karies yang
dikembangkan untuk digunakan dinegara-negara dimana tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas namun
kebutuhan penduduk tinggi. Hal ini diakui oleh organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alatalat
tangan sederhana (seperti pahat dan excavator) untuk menerobos enamel dan menghapus karies sebanyak
mungkin. Ketika karies dibersihkan,rongga yang tersisa direstorasi dengan menggunakan SIK viskositas
tinggi. SIK memberikan kekuatan beban fungsional (Craig, 2004). i. Type IX - Deciduous teeth restoration
Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan kunyahdan usia gigi. Pada awal
tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer kaca dapat memberikan keuntungan restoratif bahan dalam
gigi susu karena kemampuan SIK untuk melepaskan fluor dan untuk menggantikan jaringan keras gigi, serta
memerlukan waktu yang cepat dalam mengisi kavitas. Hal ini dapat dijadikan keuntungan dalam merawat
gigi pada anak-anak. Namun, masih diperlukan tinjauanklinis lebih lanjut (Craig, 2004)

A. Tipe Semen Ionomer Kaca : (Manappallil, 2003)


a. Tipe I Lutting
- Digunakan untuk : sementasi mahkota, jembatan, inlay, peralatan ortodontik
- Setting rate : cepat
- Translusen, Radiopak
- Mineralisasi solution/ dentine bonding agent
- Kelarutan : rendah
- Rasio P/L : 1,5 : 1
- Ketebalan film : 10-20 μm
- Pelepasan fluoride
- Kekuatan tekan tinggi (Khoroushi dan Keshani, 2013)
 Keuntungan
- Ketebalan lapisan/film baik
- Biokompatibel
- Pelepasan Flouride
- Kemudahan manipulasi
b. Tipe II Restorative
- Digunakan untuk restorasi estetik
 Tipe II.1 Restorasi Estetik (Khoroushi dan Keshani, 2013)
- Penggunaan : restorasi gigi amterior (kelas III, V)
- Rasio P/L : 2,9: 1 sampai 3,6: 1
- Setting rate: autocure - awal mengaplikasikan sampai 4 menit dari pengadukan ; resin modified – 20-40 detik
- Translusens
- Fluouride reservoir
- Radioopak
 Tipe II.2 Restorasi Reinforced
- Biasanya Sifat fisik estetika tidak penting
- Setting : cepat
- Penggunaan : restorasi gigi posterior (kelas I), inti pasak
- Rasio P/L : 3:1 sampai 4: 1
- Adesi lebih kuat
- Tahan terhadap kehilangan air
- Radioopak
- Ketahanan abrasi : cocok dengan amalgam dan resin komposit.
c. Tipe III Lining or Base
- Penggunaan : Liner untuk melindungi pulpa, sedangkan basis untuk meningkatkan adesi terhadap resin
komposit (sandwich technique)
- Rasio basis P/L : 3:1
- Rasio Liner P/L : 1,5 : 1
(Khoroushi dan Keshani, 2013)
1. Lining
- bagian tipis sebagai barries termal di bawah restorasi logam
- setting rate : autocure rapid resistance to water uptake dual cure auto cure plus light assited cure
2. Base - pengganti dentin
- Digunakan utk kombinasi dengan resin komposit dalam teknik lamina

B. Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan sifat fisik dan kimia (Sulastri, 2017)
1. SIK Konvensional
- Berasal dari asam poli-alkenoat cair seperti asam poliakrilat dan komponen kaca yang biasanya adalah flour
alumino silikat GI
- Mengeluarkan flour kadar tinggi untuk proteksi permukaan pada daerah risiko tinggi.
- Restorasi pengganti dan restorasi oklusal minimal
2. Resin Modified SIK
- Bahan kombinasi reaksi basa ionomer kaca tradisional dengan reaksi polimerisasi amine perokside self cure
- Sistem light cured telah dikembangkan
3. Hybrid Ionomer
- Kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis semen ionomer konvensional
4. Tri – cure SIK
- Terdiri dari silikat kaca, sodium flouride dan monomer yang dimodifikasi dengan polyacid
5. Metal Reinforced SIK
4. Kelebihan kekurangan
Kelebihan SIK Sifat signifikan dari glass ionomer adalah adhesi dengan struktur gigi, pelepasan fluorida dalam
jangka waktu yang lama, efek minimal terhadap pulpa, biokompatibel, memiliki koefisien ekspansi termal
yang lebih kurang sama dengan struktur gigi, sewarna gigi, dan toksisitas yang rendah. Namun, peka
terhadap dehidrasi dini pada proses pengerasan, khususnya semen konvensional, dan rapuh/brittle sehingga
tidak cocok digunakan pada daerah yang menerima tekanan. Dilihat dari sifat ini, semen ionomer kaca dapat
digunakan sebagai bahan fisur sealant, restorasi proksimal anterior, restorasi servikal (baik karies dan non-
karies), pada gigi sulung, sebagai pelapis dan semen perekat, dan sebagai bahan band ortodontik dan braket.
Kekurangan SIK Disamping keuntungannya, semen ionomer kaca memiliki beberapa kelemahan seperti waktu
kerja pendek, brittleness, ketahanan terhadap fraktur rendah, daya tahan rendah terhadap pemakaian, rentan
terhadap kontaminasi uap atau dehidrasi selama tahap awal reaksi setting jika dibandingkan dengan
amalgam dan bahan resin komposit modern.

5. Indikasi kontraindikasi
 Indikasi
Berikut adalah indikasi restorasi komposit klas I:
a. Restorasi yang berukuran kecil dan sedang
b. Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika mempertimbangkan segi estetik
c. Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal
d. Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat
e. Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan
f. Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan untuk mahkota
g. Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur gigi yang melemah
h. Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak intercuspal. (Summit dkk, 2006)
Indikasi Type 1 : untuk sementasi inlay, mahkota, memperbaiki gigi tiruan sebagian, aplikasi ortodontik, dan
pengisian perawatan endodontik
Indikasi Type 2 : untuk restorasi yang lebih besar daripada kelas 1
Indikasi Type 3 : lining, sealing pits dan fissure (Antonio et al., 2015)

 Kontraindikasi
a. Restorasi kelas II yang melibatkan marginal ridge
b. Restorasi kelas Iv
c. Gigi dengan kehilangan enamel yang luas didaerah bukal maupun ingual
Untuk tumpatan yang memerlukan estetik (Antonio et al., 2015)
d. Restorsi gigi posterior sebagai pengganti restorasi amalgam
e. Restorasi gigi yang memiiki beban kunyah yang beasar
f. Restorasi kelas IV dan kelas VI
g. Lesi yang melibatkan area luas pada daerah labial
h. Fraktur insisal
i. Restorasi kelas 2 termasuk marginal ridge

6. Prosedur
Prosedur Penumpatan Karies dengan Semen Ionomer Kaca
1. Isolasi daerah kerja
Isolasi daerah kerja merupakan tindakan yang penting sebelum melakukan perawatan kedokteran gigi. Hal ini
bertujuan untuk mencegah kontaminasi dari saliva ataupun darah, memberikan lapang pandang yang jelas saat
operator melakukan perawatan pada daerah kerja, dan melindungi daerah disekitar gigi yang dirawat seperti
jaringan lunak dari instrumen seperti bur, jarum, dan bahan-bahan yang digunakan selama perawatan
dilakukan. Beberapa alat isolasi daerah kerja, diantaranya:
a. Cotton Roll
Cotton roll dapat menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi jangka pendek pada rongga mulut.
Biasanyacotton roll harus sering diganti karena akan sering terbashi oleh saliva (Roberson dkk, 2002).
b. Saliva Ejector
Saliva Ejector digunakan untuk menghisap saliva yang tertumpuk didalam mulut. Penggunaan saliva
ejector adalah ujungnya dari diletakkan didasar mulut. Pada posisi ini terkadang membuat pasien tidak nyaman
karena diletakkan terus menerus didasar mulut.
c. Rubber Dam
Rubber dam merupakan alat isolasi yang digunakan dalam jangka waktu yang relatif panjang bila dibandingkan
dengan cotton roll karena berbahan dasar karet
2. Preparasi
Untuk membuat suatu restorasi yang baik dan tahan terhadap beban daya kunyah, dalam menggambar outline
form operator harus memperhatikan PRINSIP DESIGN PREPARASI menurut GV.Black ,yaitu:
a. Extension for prevention yang berarti perluasan untuk pencegahan, bahwa pit dan fissure yang dalam perlu
diikutsertakan dalam preparasi untuk mencegah terjadinya karies sekunder.
b. Resistance form yang berarti bahwa preparasi perlu dilakukan dengan tidak terlalu banyak membuang jaringan
gigi yang sehat sehingga sisa jaringan gigi tersebut cukup kuat menahan beban daya kunyah dan restorasi
disanggah oleh jaringan dentin yang sehat.
c. Retention form yang berarti bahwa preparasi perlu dilakukan dengan mengingat bahan restorasi tidak mudah
lepas, jadi perlu dilakukan pembuatan retensi, misalnya berupa undercut atau pembuatan dinding aksial yang
tegak atau konvergen kearah oklusal/divergen kearah servikal.
d. Removal of caries yang berarti membuang seluruh jaringan karies yang infeksius terutama jaringan dentin
yang lunak.
e. Finish of the enamel wall yang berarti menghaluskan seluruh bidang preparasi.
f. Convenience form yang berarti bahwa preparasi dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan operator
dalam menggunakan peralatan dan menempatkan bahan tumpatan kedalam kavitas gigi.
g. Toilet of the cavity yang berarti melakukan pembersihan sisa jaringan nekrotik dan bekas preparasi serta
sterilisasi kavitas dengan menggunakan bahan sterilisasi kavitas yang ada.
3. Persiapan bahan dan Manipulasi
Bahan Semen Ionomer Kaca:
a. Powder dan Liquid
Powder diambil dengan menggunakan sendok khusus sesuai dengan besar kavitas, ratakan di mulut botol,
letakkan di atas kertas / kaca pengaduk. Botol liquid didesain dengan prinsip dropper mechanism, di mana
hanya mengeluarkan satu tetes setiap aplikasinya. Prosedur pengadukannya bubuk dicampurkan ke dalam
cairan dan diaduk dengan cepat selama 30-60 detik tergantung produk dan konsistensi adonan yang didapat.
Rasio bubuk yang dianjurkan tergantung merknya, tetapi umumnya berkisar antara 1,25-1,5 gram bubuk per
1 ml cairan.
b. Kapsul
Powder dan liquid dikemas dalam bentuk kapsul. Keduanya dicampur menggunakan mixing machine.
Perbandingan powder-liquid dapat dikontrol.
c. Pasta
Bentuk pasta biasa digunakan untuk luting cements, lining cements, endodontik dan orthodontic. Bentuk dua
pasta dikemas dalam dua syringe berbeda, setelah itu dicampur dengan teknik hand mixing. Ukuran partikel
yang halus dan memiliki setting time selama 3 menit. Campurkan material pasta secara cepat dengan
menggunakan spatula plastik selama 10-15 detik.
4. Aplikasi Semen Ionomer Kaca
a. Aplikasikan dentin conditioner yang mengandung asam poliakrilat 10% diletakkan selama 10 detik Selain
asam poliakrilat dapat juga menggunakan bahan seperti EDTA, ferric chloride, atau asam sitrat. Pemberian
dentin conditioner ini bertujuan untuk membantu aksi pembersihan dan membuang “smear layer” yang dapat
menyebabkan tubuli dentin tertutup.
b. Bersihkan dengan air (irigasi) selama 10 – 30 detik.
c. Kavitas dikeringkan tetapi buat permukaan kavitas dalam keadaan lembab.
d. Manipulasi bahan dengan handmixing apabila berupa bubuk dan cairan.
e. Aduk menggunakan spatula plastik yang dibawahnya dilembari kertas dan glass slab.Dengan perbandingan
powder dan liquid = 3 : 1 atau sesuai dengan aturan pabrik. SIK dapat diaplikasikan apabila sudah mencapai
kriteria konsistensi yang sesuai, yaitu terlihat kental dan berkilat di permukaan asam poliakrilat dan dapat
melekat ke struktur gigi.
f. Aplikasikan SIK ke tempat kavitas berada, dan bersihkan kelebihan SIK disekitar kavitas.
g. Setelah setting, lakukan finishing dan polishing dengan cara mengaplikasikan varnish untuk mencegah
kebocoran tepi.

Catatan yang harus diperhatikan dalam restorasi GIC : 1. Sebelum dilakukan preparasi daerah kerja diisolasi
terlebih dahulu dengan memasang rubber dam atau cotton roll juga dilakukan pemasangan saliva ejektor
2. Setelah dilakukan preparasi kavitas harus disterilkan dengan larutan NaOCl
3. Sebelum dilakukan restorasi sebaiknya kavitas dibasahi terlebih dahulu dengan asam poliakrilat agar
perlekatan lebih kuat karena glass ionomer menyukai ikatan dengan asam lemah, asam poliakrilat merupakan
asam lemah.
4. Apabila ketebalan dentin pada kavitas hanya tersisa ±0,5 mm maka perlu diaplikasikan liner untuk melindungi
pulpa seperti Ca(OH)2 karena glass ionomer mengandung asam lemah pada cairannya sehingga masih
memungkinkan terjadinya iritasi pada pulpa. Akan tetapi pada keadaan kavitas masih tebal pemberian liner
tidak diperlukan karena pada dasarnya glass ionomer sangat biokompatibel dengan jaringan pulpa. Glass
ionomer dapat melepaskan ion fluor dan berikatan dengan ion kalsium sehinggan membentuk ikatan
fluoroapatit yang mampu memberikan perlindungan terhadap zat kariogenik. Selain itu berat jenis molekul
asam poliakrilat yang tinggi menyebabkan dapat bergabung dengan mudah dengan ion kalsium sehingga sulit
masuk ke dalam tubuli dentin.
5 Powder glass ionomer dapat disimpan di dalam lemari pendingin untuk meningkatkan working time sementara
liquidnya tidak dapat disimpan di tempat dengan suhu dingin
6. Sebelum mencampur powder dengan liquid, powder terlebih dahulu dikocok di dalam botol agar komposisi
powder merata saat dicampurkan sehingga tidak kelebihan bahan glass saat pencampuran.
7. Liquid tidak dapat dibiarkan diluar tempat penyimpanan terlalu lama karena komposisi aquades pada liquid
glass ionomer mudah menguap.
8. Liquid diteteskan diatas glass plate dengan posisi vertikal 9. Saat reaksi setting pH glass ionomer bertambah
dari yang awal berkisar 4-5 menjadi 6,7-7.

7. Reaksi
Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca Reaksi pengerasan dimulai saat cairan asam polielektrolit berkontak
dengan permukaan kaca aluminosilikat yang kelak akan menghasilkan pelepasan sejumlah ion. SIK
mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan saling overlapping. Fase pertama adalah fase pelepasan
ion yang diawali reaksi ionisasiradikal karboksil (COOH) yang terdapat dalam rantai asam (asam
poliakrilat)menjadi ion COO- (ion karboksilat) dan ion H+. Ion H+ bereaksi pertama kalipada permukaan
partikel kaca menyebabkan terlepasnya ion-ion seperti Ca2+ dan Na+ ke dalam cairan. Kemudian ion H+
tersebut berpenetrasi kembali hinggamencapai struktur yang kurang terorganisasi menyebabkan terlepasnya
ion Al3+. Saat fase ini, dilepaskan panas dengan suhu berkisar antara 3oC sampai 7oC. Semakin besar rasio
bubuk dan cairan SIK maka panas yang dilepaskan akan semakin besar (Craig, 2004). Selama tahap awal
tersebut terjadi, SIK berikatan dengan struktur gigi. Secarafisik SIK terlihat berkilau. Penempatan pada
struktur gigi harus dilakukan padafase ini karena matriks poliasam bebas yang dibutuhkan untuk perlekatan
ke gigitersedia dalam jumlah yang maksimum. Pada tahap akhir dari fase pelepasan ionini, yang ditandai
dengan hilangnya tampilan berkilau SIK, matriks poliasambebas bereaksi dengan kaca sehingga kurang
mampu berikatan dengan strukturgigi atau struktur lainnya (Craig, 2004). Fase kedua dari reaksi pengerasan
SIK adalah fase hidrogel. Fase hidrogel terjadi 5 sampai 10 menit setelah pencampuran dilakukan. Selama
fase ini, ionionkalsium yang dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai poliasam polianionik
yang bermuatan negatif untuk membentuk ikatan silang ionik. Pada fase hidrogel ini mobilitas rantai polimer
berkurang sehingga menyebabkan terbentuknya gelasi awal matriks ionomer. Selama fase hidrogel
berlangsung,permukaan SIK harus dilindungi dari lingkungan yang lembab dan kering karena ion kalsium
yang bereaksi dengan rantai poliasam polianionik mudah larutdalam air. Jika SIK tidak dilindungi, maka
ikatan silang ionik yang mudah laruttersebut akan melemahkan SIK secara keseluruhan dan terjadi penurunan
derajat translusensi sehingga turut mempengaruhi estetika (Craig, 2004). Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki
bentuk yang keras dan opak. Opaksitastersebut disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks refraksi
antarafiller kaca dan matriks. Opaksitas SIK ini sifatnya sementara dan akanmenghilang selama reaksi
pengerasan akhir terjadi. Fase terakhir adalah gel poligaram, yang terjadi ketika SIK mencapai pengerasan
akhir, dapat berlanjut selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk akan menjadi mature ketika ion-ion
aluminium, yang pelepasannya dari permukaan kaca lebih lambat, terikat ke dalam campuran semen
membantu membentuk hidrogel poligaram yang menyebabkan semen menjadi lebih kaku (Anusavice, 2009).
Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih menyerupai gigi, disebabkan indeks refraksi gel silika
yang mengelilingi filler kaca hampir sama dengan matriks. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya
penyebaran cahaya dan opaksitas. Jika SIK masih terlihat opak, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa gel
poligaram tidak terbentuk disebabkan karena adanya kontaminasi air. SIK yang telah mengeras secara
sempurna terdiri atas tiga komponen, yaitukaca pengisi, gel silika, dan matriks poliasam(Anusavice, 2009).

Anda mungkin juga menyukai