Komposisi: Semen Ionomer Kaca (SIK) pertama kali diperkenalkan oleh Wilson dan Kent pada tahun
1971, yang terdiri dari bubuk kaca fluoroaluminosilikat dan larutan asam polikarboksilat. Merupakan semen
yang berbahan dasar air dengan bentuk reaksinya asam basa, dimana asam polialkenoat sebagai asam dan
kaca kalsium stronsium aluminosilikat sebagai basa.
Komposisi bubuknya terdiri dari kuarsa (SiO2), alumina (Al2O3), aluminium fluorida (AlF3), kalsium
fluorida (CaF2), natrium fluorida (NaF), kriolit (Na3AlF6), dan aluminium fosfat (AlPO4), yang digabung
dengan cara dipanaskan hingga suhu 1100–1500°C sehingga membentuk kaca yang homogen dengan bentuk
ikatan SiO2Al2O3CaF2Na3AlF6AlPO4.Untuk memberikan sifat radiopak maka ditambahkan lantanum
oksida (La2O3) dan stronsium oksida (SrO).4,12 Cairannya mengandung 40-50% larutan 2:1 kopolimer
asam akrilik-asam itakonik atau kopolimer asam maleik / asam akrilik. Asam itakonik atau asam maleik
meningkatkan reaktivitas cairan, mengurangi kekentalan, dan mengurangi kecenderungan menjadi gel.
Penambahan komponen asam tartarik untuk memudahkan pelepasan ion dari bubuk kaca, memperbaiki
karakteristik manipulasi, meningkatkan waktu manipulasi, dan memperpendek waktu pengerasan.
Kekurangan SIK adalah rentan terhadap desikasi, sensitif terhadap air saat proses pengerasan, resistensi yang
buruk terhadap abrasi, kurang estetik, dan kekuatan tensilnya kurang.
Bubuk : merupakan asam larut air kalsium aluminosilikat yang mengandung fluor. Terdiri atas silika, alumina,
kalsium fluorida, oksida metal dan metal fosfat pada suhu 1100-1500ºC. Fungsi komponen SIK: 1) Alumina
(Al2O3) : meningkatkan opasitas 2) Silika (SiO2) : meningkatkan translusensi 3) Fluorida: antikariogenik,
meningkatkan translusensi, working time, strength 4) Kalsium fluorida (CaF2): meningkatkan opasitas 5)
Aluminium fosfat: menurunkan melting time (waktu mencair), meningkatkan translusensi 6) Kriolit
(Na3AlF6): meningkatkan translusensi 7) Ion Na, K, Ca, Sr.
Fungsi komponen semen ionomer kaca terdiri atas asam poliakrilat dengan konsentrasi sekitar 50%. Asam
poliakrilat yang bertindak sebagai ko-polimer dengan asam lain seperti asam itakonat, maleat, dan
trikarboksilat. Asam polielektrolitik semen ionomer kaca disebut asam polialkenoat.
2. Sifat:
a. Adhesi : Adhesi semen ionomer kaca membantu dalam menyediakan pendekatan konservatif untuk restorasi
dan perlekatan yang sempurna.
b. Biokompatibilitas Pengaruh yang merugikan dari semen ionomer kaca pada jaringan hidup adalah minimal.
Tidak ada efek sakit disebabkan oleh asam poliakrilat karena merupakan asam lemah, yang menjadi lemah
ketika sebagian dinetralkan. Asam ini tidak dapat berdifusi ke dalam tubulus dentin karena berat molekul
tinggi dan ikatan rantai yang kuat dan akan mengendap oleh ion kalsium dalam tubulus.
c. Antikariogenik Semen ionomer kaca memiliki sifat kariostatik karena pelepasan fluoride jangka panjang,
yang memberikan resistensi terhadap karies tidak hanya pada gigi yang direstorasi tetapi juga pada gigi
sebelahnya. Pengaruh fluorida ditemukan pada zona resistensi terhadap demineralisasi, dengan ketebalan
restorasi semen ionomer kaca sekitar 3mm. Fluorida berkontribusi terhadap penghambatan karies dalam
lingkungan mulut dengan cara mekanisme fisikokimia dan biologis.
d. Estetik Semen ionomer kaca memiliki derajat translusensi karena kandungan kacanya. Translusensi
tergantung pada pembentukannya. Penting untuk dicatat bahwa karena reaksi hidrasi lambat. Translusensi
meningkat seiring dengan usia semen. Resistensi terhadap stein sebagian besar tergantung pada permukaan
akhir yang baik. Warna tampaknya tidak terpengaruh oleh cairan oral dibandingkan dengan komposit yang
cenderung untuk menyerap warna.
e. Stabilitas Dimensi Pada kelembaban tinggi, semen cenderung menyerap air dan meluas dan pada
kelembaban rendah, terjadi penyusutan yang rendah.
f. Ketahanan Menurut sebuah penelitian, restorasi semen ionomer kaca dievaluasi pada lesi erosi abrasi, 83%
menunjukkan ketahanan bahkan setelah 10 tahun . Tingkat kegagalan berkisar 0-70%, yang lebih diukur dari
keterampilan dokter dari pada kualitas perlekatan bahan.
g. Kekuatan/Strength Salah satu keterbatasan utama dari semen ionomer kaca adalah kerentanannya terhadap
fraktur. Jika dibandingkan dengan komposit dan amalgam, semen ionomer kaca lebih lemah dan kurang
rigid. Kelemahan tampaknya berada dalam matriks, yang bersifat mudah retak.
B. Klasifikasi Semen Ionomer Kaca Berdasarkan sifat fisik dan kimia (Sulastri, 2017)
1. SIK Konvensional
- Berasal dari asam poli-alkenoat cair seperti asam poliakrilat dan komponen kaca yang biasanya adalah flour
alumino silikat GI
- Mengeluarkan flour kadar tinggi untuk proteksi permukaan pada daerah risiko tinggi.
- Restorasi pengganti dan restorasi oklusal minimal
2. Resin Modified SIK
- Bahan kombinasi reaksi basa ionomer kaca tradisional dengan reaksi polimerisasi amine perokside self cure
- Sistem light cured telah dikembangkan
3. Hybrid Ionomer
- Kekuatan tarik yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis semen ionomer konvensional
4. Tri – cure SIK
- Terdiri dari silikat kaca, sodium flouride dan monomer yang dimodifikasi dengan polyacid
5. Metal Reinforced SIK
4. Kelebihan kekurangan
Kelebihan SIK Sifat signifikan dari glass ionomer adalah adhesi dengan struktur gigi, pelepasan fluorida dalam
jangka waktu yang lama, efek minimal terhadap pulpa, biokompatibel, memiliki koefisien ekspansi termal
yang lebih kurang sama dengan struktur gigi, sewarna gigi, dan toksisitas yang rendah. Namun, peka
terhadap dehidrasi dini pada proses pengerasan, khususnya semen konvensional, dan rapuh/brittle sehingga
tidak cocok digunakan pada daerah yang menerima tekanan. Dilihat dari sifat ini, semen ionomer kaca dapat
digunakan sebagai bahan fisur sealant, restorasi proksimal anterior, restorasi servikal (baik karies dan non-
karies), pada gigi sulung, sebagai pelapis dan semen perekat, dan sebagai bahan band ortodontik dan braket.
Kekurangan SIK Disamping keuntungannya, semen ionomer kaca memiliki beberapa kelemahan seperti waktu
kerja pendek, brittleness, ketahanan terhadap fraktur rendah, daya tahan rendah terhadap pemakaian, rentan
terhadap kontaminasi uap atau dehidrasi selama tahap awal reaksi setting jika dibandingkan dengan
amalgam dan bahan resin komposit modern.
5. Indikasi kontraindikasi
Indikasi
Berikut adalah indikasi restorasi komposit klas I:
a. Restorasi yang berukuran kecil dan sedang
b. Kebanyakan restorasi pada premolar atau molar pertama, terutama ketika mempertimbangkan segi estetik
c. Restorasi yang tidak menyediakan seluruh kontak oklusal
d. Restorasi yang tidak memiliki kontak oklusal yang berat
e. Restorasi yang dapat diisolasi selama prosedur dilakukan
f. Beberapa restorasi yang dapat berfungsi sebagai landasan untuk mahkota
g. Sebagian besar restorasi yang digunakan untuk memperkuat sisa struktur gigi yang melemah
h. Jarak faciolingual preparasi kavitas tidak melebihi 1/3 jarak intercuspal. (Summit dkk, 2006)
Indikasi Type 1 : untuk sementasi inlay, mahkota, memperbaiki gigi tiruan sebagian, aplikasi ortodontik, dan
pengisian perawatan endodontik
Indikasi Type 2 : untuk restorasi yang lebih besar daripada kelas 1
Indikasi Type 3 : lining, sealing pits dan fissure (Antonio et al., 2015)
Kontraindikasi
a. Restorasi kelas II yang melibatkan marginal ridge
b. Restorasi kelas Iv
c. Gigi dengan kehilangan enamel yang luas didaerah bukal maupun ingual
Untuk tumpatan yang memerlukan estetik (Antonio et al., 2015)
d. Restorsi gigi posterior sebagai pengganti restorasi amalgam
e. Restorasi gigi yang memiiki beban kunyah yang beasar
f. Restorasi kelas IV dan kelas VI
g. Lesi yang melibatkan area luas pada daerah labial
h. Fraktur insisal
i. Restorasi kelas 2 termasuk marginal ridge
6. Prosedur
Prosedur Penumpatan Karies dengan Semen Ionomer Kaca
1. Isolasi daerah kerja
Isolasi daerah kerja merupakan tindakan yang penting sebelum melakukan perawatan kedokteran gigi. Hal ini
bertujuan untuk mencegah kontaminasi dari saliva ataupun darah, memberikan lapang pandang yang jelas saat
operator melakukan perawatan pada daerah kerja, dan melindungi daerah disekitar gigi yang dirawat seperti
jaringan lunak dari instrumen seperti bur, jarum, dan bahan-bahan yang digunakan selama perawatan
dilakukan. Beberapa alat isolasi daerah kerja, diantaranya:
a. Cotton Roll
Cotton roll dapat menyerap saliva cukup efektif sehingga menghasilkan isolasi jangka pendek pada rongga mulut.
Biasanyacotton roll harus sering diganti karena akan sering terbashi oleh saliva (Roberson dkk, 2002).
b. Saliva Ejector
Saliva Ejector digunakan untuk menghisap saliva yang tertumpuk didalam mulut. Penggunaan saliva
ejector adalah ujungnya dari diletakkan didasar mulut. Pada posisi ini terkadang membuat pasien tidak nyaman
karena diletakkan terus menerus didasar mulut.
c. Rubber Dam
Rubber dam merupakan alat isolasi yang digunakan dalam jangka waktu yang relatif panjang bila dibandingkan
dengan cotton roll karena berbahan dasar karet
2. Preparasi
Untuk membuat suatu restorasi yang baik dan tahan terhadap beban daya kunyah, dalam menggambar outline
form operator harus memperhatikan PRINSIP DESIGN PREPARASI menurut GV.Black ,yaitu:
a. Extension for prevention yang berarti perluasan untuk pencegahan, bahwa pit dan fissure yang dalam perlu
diikutsertakan dalam preparasi untuk mencegah terjadinya karies sekunder.
b. Resistance form yang berarti bahwa preparasi perlu dilakukan dengan tidak terlalu banyak membuang jaringan
gigi yang sehat sehingga sisa jaringan gigi tersebut cukup kuat menahan beban daya kunyah dan restorasi
disanggah oleh jaringan dentin yang sehat.
c. Retention form yang berarti bahwa preparasi perlu dilakukan dengan mengingat bahan restorasi tidak mudah
lepas, jadi perlu dilakukan pembuatan retensi, misalnya berupa undercut atau pembuatan dinding aksial yang
tegak atau konvergen kearah oklusal/divergen kearah servikal.
d. Removal of caries yang berarti membuang seluruh jaringan karies yang infeksius terutama jaringan dentin
yang lunak.
e. Finish of the enamel wall yang berarti menghaluskan seluruh bidang preparasi.
f. Convenience form yang berarti bahwa preparasi dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan operator
dalam menggunakan peralatan dan menempatkan bahan tumpatan kedalam kavitas gigi.
g. Toilet of the cavity yang berarti melakukan pembersihan sisa jaringan nekrotik dan bekas preparasi serta
sterilisasi kavitas dengan menggunakan bahan sterilisasi kavitas yang ada.
3. Persiapan bahan dan Manipulasi
Bahan Semen Ionomer Kaca:
a. Powder dan Liquid
Powder diambil dengan menggunakan sendok khusus sesuai dengan besar kavitas, ratakan di mulut botol,
letakkan di atas kertas / kaca pengaduk. Botol liquid didesain dengan prinsip dropper mechanism, di mana
hanya mengeluarkan satu tetes setiap aplikasinya. Prosedur pengadukannya bubuk dicampurkan ke dalam
cairan dan diaduk dengan cepat selama 30-60 detik tergantung produk dan konsistensi adonan yang didapat.
Rasio bubuk yang dianjurkan tergantung merknya, tetapi umumnya berkisar antara 1,25-1,5 gram bubuk per
1 ml cairan.
b. Kapsul
Powder dan liquid dikemas dalam bentuk kapsul. Keduanya dicampur menggunakan mixing machine.
Perbandingan powder-liquid dapat dikontrol.
c. Pasta
Bentuk pasta biasa digunakan untuk luting cements, lining cements, endodontik dan orthodontic. Bentuk dua
pasta dikemas dalam dua syringe berbeda, setelah itu dicampur dengan teknik hand mixing. Ukuran partikel
yang halus dan memiliki setting time selama 3 menit. Campurkan material pasta secara cepat dengan
menggunakan spatula plastik selama 10-15 detik.
4. Aplikasi Semen Ionomer Kaca
a. Aplikasikan dentin conditioner yang mengandung asam poliakrilat 10% diletakkan selama 10 detik Selain
asam poliakrilat dapat juga menggunakan bahan seperti EDTA, ferric chloride, atau asam sitrat. Pemberian
dentin conditioner ini bertujuan untuk membantu aksi pembersihan dan membuang “smear layer” yang dapat
menyebabkan tubuli dentin tertutup.
b. Bersihkan dengan air (irigasi) selama 10 – 30 detik.
c. Kavitas dikeringkan tetapi buat permukaan kavitas dalam keadaan lembab.
d. Manipulasi bahan dengan handmixing apabila berupa bubuk dan cairan.
e. Aduk menggunakan spatula plastik yang dibawahnya dilembari kertas dan glass slab.Dengan perbandingan
powder dan liquid = 3 : 1 atau sesuai dengan aturan pabrik. SIK dapat diaplikasikan apabila sudah mencapai
kriteria konsistensi yang sesuai, yaitu terlihat kental dan berkilat di permukaan asam poliakrilat dan dapat
melekat ke struktur gigi.
f. Aplikasikan SIK ke tempat kavitas berada, dan bersihkan kelebihan SIK disekitar kavitas.
g. Setelah setting, lakukan finishing dan polishing dengan cara mengaplikasikan varnish untuk mencegah
kebocoran tepi.
Catatan yang harus diperhatikan dalam restorasi GIC : 1. Sebelum dilakukan preparasi daerah kerja diisolasi
terlebih dahulu dengan memasang rubber dam atau cotton roll juga dilakukan pemasangan saliva ejektor
2. Setelah dilakukan preparasi kavitas harus disterilkan dengan larutan NaOCl
3. Sebelum dilakukan restorasi sebaiknya kavitas dibasahi terlebih dahulu dengan asam poliakrilat agar
perlekatan lebih kuat karena glass ionomer menyukai ikatan dengan asam lemah, asam poliakrilat merupakan
asam lemah.
4. Apabila ketebalan dentin pada kavitas hanya tersisa ±0,5 mm maka perlu diaplikasikan liner untuk melindungi
pulpa seperti Ca(OH)2 karena glass ionomer mengandung asam lemah pada cairannya sehingga masih
memungkinkan terjadinya iritasi pada pulpa. Akan tetapi pada keadaan kavitas masih tebal pemberian liner
tidak diperlukan karena pada dasarnya glass ionomer sangat biokompatibel dengan jaringan pulpa. Glass
ionomer dapat melepaskan ion fluor dan berikatan dengan ion kalsium sehinggan membentuk ikatan
fluoroapatit yang mampu memberikan perlindungan terhadap zat kariogenik. Selain itu berat jenis molekul
asam poliakrilat yang tinggi menyebabkan dapat bergabung dengan mudah dengan ion kalsium sehingga sulit
masuk ke dalam tubuli dentin.
5 Powder glass ionomer dapat disimpan di dalam lemari pendingin untuk meningkatkan working time sementara
liquidnya tidak dapat disimpan di tempat dengan suhu dingin
6. Sebelum mencampur powder dengan liquid, powder terlebih dahulu dikocok di dalam botol agar komposisi
powder merata saat dicampurkan sehingga tidak kelebihan bahan glass saat pencampuran.
7. Liquid tidak dapat dibiarkan diluar tempat penyimpanan terlalu lama karena komposisi aquades pada liquid
glass ionomer mudah menguap.
8. Liquid diteteskan diatas glass plate dengan posisi vertikal 9. Saat reaksi setting pH glass ionomer bertambah
dari yang awal berkisar 4-5 menjadi 6,7-7.
7. Reaksi
Reaksi Pengerasan Semen Ionomer Kaca Reaksi pengerasan dimulai saat cairan asam polielektrolit berkontak
dengan permukaan kaca aluminosilikat yang kelak akan menghasilkan pelepasan sejumlah ion. SIK
mengalami 3 fase reaksi pengerasan yang berbeda dan saling overlapping. Fase pertama adalah fase pelepasan
ion yang diawali reaksi ionisasiradikal karboksil (COOH) yang terdapat dalam rantai asam (asam
poliakrilat)menjadi ion COO- (ion karboksilat) dan ion H+. Ion H+ bereaksi pertama kalipada permukaan
partikel kaca menyebabkan terlepasnya ion-ion seperti Ca2+ dan Na+ ke dalam cairan. Kemudian ion H+
tersebut berpenetrasi kembali hinggamencapai struktur yang kurang terorganisasi menyebabkan terlepasnya
ion Al3+. Saat fase ini, dilepaskan panas dengan suhu berkisar antara 3oC sampai 7oC. Semakin besar rasio
bubuk dan cairan SIK maka panas yang dilepaskan akan semakin besar (Craig, 2004). Selama tahap awal
tersebut terjadi, SIK berikatan dengan struktur gigi. Secarafisik SIK terlihat berkilau. Penempatan pada
struktur gigi harus dilakukan padafase ini karena matriks poliasam bebas yang dibutuhkan untuk perlekatan
ke gigitersedia dalam jumlah yang maksimum. Pada tahap akhir dari fase pelepasan ionini, yang ditandai
dengan hilangnya tampilan berkilau SIK, matriks poliasambebas bereaksi dengan kaca sehingga kurang
mampu berikatan dengan strukturgigi atau struktur lainnya (Craig, 2004). Fase kedua dari reaksi pengerasan
SIK adalah fase hidrogel. Fase hidrogel terjadi 5 sampai 10 menit setelah pencampuran dilakukan. Selama
fase ini, ionionkalsium yang dilepas dari permukaan kaca akan bereaksi dengan rantai poliasam polianionik
yang bermuatan negatif untuk membentuk ikatan silang ionik. Pada fase hidrogel ini mobilitas rantai polimer
berkurang sehingga menyebabkan terbentuknya gelasi awal matriks ionomer. Selama fase hidrogel
berlangsung,permukaan SIK harus dilindungi dari lingkungan yang lembab dan kering karena ion kalsium
yang bereaksi dengan rantai poliasam polianionik mudah larutdalam air. Jika SIK tidak dilindungi, maka
ikatan silang ionik yang mudah laruttersebut akan melemahkan SIK secara keseluruhan dan terjadi penurunan
derajat translusensi sehingga turut mempengaruhi estetika (Craig, 2004). Pada fase hidrogel ini, SIK memiliki
bentuk yang keras dan opak. Opaksitastersebut disebabkan adanya perbedaan yang besar pada indeks refraksi
antarafiller kaca dan matriks. Opaksitas SIK ini sifatnya sementara dan akanmenghilang selama reaksi
pengerasan akhir terjadi. Fase terakhir adalah gel poligaram, yang terjadi ketika SIK mencapai pengerasan
akhir, dapat berlanjut selama beberapa bulan. Matriks yang terbentuk akan menjadi mature ketika ion-ion
aluminium, yang pelepasannya dari permukaan kaca lebih lambat, terikat ke dalam campuran semen
membantu membentuk hidrogel poligaram yang menyebabkan semen menjadi lebih kaku (Anusavice, 2009).
Fase gel poligaram ini menyebabkan SIK terlihat lebih menyerupai gigi, disebabkan indeks refraksi gel silika
yang mengelilingi filler kaca hampir sama dengan matriks. Hal tersebut menyebabkan berkurangnya
penyebaran cahaya dan opaksitas. Jika SIK masih terlihat opak, maka hal tersebut mengindikasikan bahwa gel
poligaram tidak terbentuk disebabkan karena adanya kontaminasi air. SIK yang telah mengeras secara
sempurna terdiri atas tiga komponen, yaitukaca pengisi, gel silika, dan matriks poliasam(Anusavice, 2009).