Anda di halaman 1dari 1

Value Chain Management

Value Chain Management (VCM) merupakan alat analisis bisnis strategis yang digunakan untuk
integrasi dan kolaborasi antara sumber daya dengan komponen value chain. VCM berfokus pada
meminimalkan sumber daya dan mengakses nilai di setiap tingkat rantaian proses untuk menghasilkan
integrasi proses yang optimal, penurunan biaya inventaris, produksi produk yang lebih baik, serta
peningkatan kepuasan pelanggan. Komponen-komponen yang diperlukan dalam VCM antara lain adalah
startegi rantai proses yang terpadu, rantai pasokan yang efisien, optimalisasi manajemen sumber daya
yang saling terintegrasi, dan insight dari pasar dan konsumen (Heizer et al. 2017).

IKEA merupakan contoh perusahaan yang menerapkan VCM dengan baik. IKEA menyelaraskan
model bisnisnya dan sistem operasinya dengan efektif sehingga dapat menghasilkan furniture dengan
kualitas yang baik dan harga terjangkau. Optimisasi value chain yang dilakukan oleh IKEA di setiap
komponen rantai nilainya adalah:

1. Proses desain produk


Sebelum mencapai toko IKEA, suatu produk harus memenuhi 4 kriteria, yaitu keterjangakuan,
sustainabilitas, desain yang baik, dan fungsionalitas. Rencana desain suatu produk IKEA dimulai
dengan menetapkan harga yang ingin dijual terlebih dulu sehingga designer harus dapat
memilih bahan baku dan Teknik produksi untuk memangakas biaya produksi. Selain itu, IKEA
melakukan standarisasi proses produksi dengan menggunakan pilihan yang terbatas terhadap
bahan baku dari range produknya dan menggunakan desain dasar yang sama untuk produk yang
berbeda. Strandarisasi ini menghasilkan cacat produk yang lebih rendah sehingga biaya dan
limbah yang dihasilkan lebih sedikit.

2. Produksi dan distribusi


IKEA memiliki lebih dari 50.000 SKU, terapi IKEA menerapkan forcasting produk yang sangat
internsif dan rencana produksi sudah di forecast sampai 5 tahun kedepan. Selain itu, IKEA
menyeimbangkan volume produksi ke lebih dari 1.000 pihak ke tiga yang melakukan manufaktur
untuk produknya. Setelah produksi selesai, produk di pindahkan ke 47 distribution center IKEA
dengan teknologi highly automated. Untuk memudahkan proses penyimpanan di gudang dan
transportasinya, produk akhir dikemas menajadi kemasan yang datar sehingga membuat biaya
transportasi dan warehousing menjadi lebih rendah.

3. Retail
Di toko retail IKEA, kosumen melalukan self-service dengan memilih, mengambil, dan
mengangkut, dan merakit produk yang dibelinya sendiri. Dengan ini, IKEA memangkas biaya
pekerja, pengiriman, dan biaya untuk proses perakitan produk

Berdasarkan komponen value chain ini, IKEA efektif mengelola elemen kunci yang dibutuhkan untuk
value chain produknya dari design mentah sampai ke retail. Dengan proses informasi dan kontril dari
satu titik supply ke lainnya, IKEA dapat untuk meminimalisir bullwhip effect yang biasa dialami oleh
perusahaan lain dalam mengelola inventory berdasarkan supply dan demand. Dengan konsep VCM yang
diterapkannya, IKEA dapat menghasilkan efisiensi operasional terhadap proses supply chain dan
berdampak kepada penurunan biaya dan lead time produksi.

Anda mungkin juga menyukai