Anda di halaman 1dari 6

Era Yunita Fitri Wibowo

Keperawatan 2B

SISTEM PERNAPASAN
1. Pengertian

Perpenapasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara dari


luar yang mengandung (Oksigen) serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.

2. Anatomi Sistem Pernapasan

a. Rongga hidung

Hidung berfungsi untuk mempertahankan dan menghangatkan


udara yang masuk sebagai filter dalam membersihkan benda asing yang
masuk dan berperan untuk resonansi suara sebagai tempat reseptor
alfaktorius.

b. Faring

Faring merupakan tempat persimpangan antara jalan napas dan


jalan makanan, terdapat di bawah dasar tengkorak, di belakang rongga
hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

c. Laring

Laring merupakan tempat persimpangan antara jalan napas dan


antara orofaring dan trakea, fungsi dari laring adalah sebagai jalan
masuknya udara, membersihkan jalan masuknya makanan ke esofagus
dan sebagai produk suara. Laring terdiri atas :

 Epiglotis : Daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring


saat menelan.

 Glotis: Ostium antara pita suara dalam laring.


d. Trakea

Trakea merupakan organ tabung antara laring sampai dengan


puncak paru, panjangnya sekitar 10 - 12 cm, setinggi servikal b-torakai 5
disebut juga batang tenggorokan, ujung trakea bercabang menjadi 2
bronkus yang disebut korina.

e. Bronkus

Bronkus merupakan cabang dari trakea yang bercabang 2 ke paru-


paru, panjangnya sekitar kanan dan paru-paru kiri. Bronkus kanan lebih
pendek dan lebih besar diameternya, bronkus kiri lebih horizontal, lebih
panjang dan lebih sempit.

 Bronkus Terbagi menjadi kanan dan kiri, disebut bronkus lobaris


kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 lobus)

 Bronkus lobaris kanan terbagi 10 bronkus segmental dan bronkus


lobaris kiri terbagi 9 bronkus segmental.

 Bronkus segmentalis ini dibagi lagi menjadi subsegmental yang


dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri lempatik saraf.

f. Bronkiolus

 Bronkiolus segmental bercabang menjadi bronkiolus

 Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang membentuk


selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas.

g. Bronkiolus terminalis

 Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis


(yang tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia).

h. Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respiratori
yang dianggap paling sebagai saluran transisional antara jalan napas
konduksi dan jalan udara, pertukaran gas.
i. Paru paru
organ yang elastis berbentuk kerucut terletak dalam rongga dada
atau toraks kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi
jantung dan beberapa pembuluh darah besar setiap paru mempunyai
apeks dan basis paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus oleh
fisura interlobaris, paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2 lobus.
j. Alveolus
Merupakan bagian terminal cabang bronkus dan bertanggung
jawab akan struktur paru paru yang menyerupai kantong kecil terbuka
pada salah satu sisinya dan tempat pertukaran O2 dan CO2 terdapat
sekitar 300 juta yang bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2.

3. Fisiologi Sistem Pernapasan


Fungsi paru paru ialah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida,
oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas. Oksigen
masuk melalui trakea dan pipa bronkial alveoli dan dapat berhubungan erat
dengan darah di kapiler pulmonaris di dalam paru paru karbondioksida salah
satu hasil pembuangan metabolisme.

Semua proses diatur sedemikian sehingga darah yang meninggalkan paru


paru menerima jumlah tepat O2 dan CO2. Pada waktu gerak, badan lebih
banyak darah datang dari paru paru membawa terlalu banyak CO2 dan
terlampaui sedikit O2. Jumlah CO2 tidak dapat dikeluarkan, makan
konsentrasinya dalam darah arteri bertambah, hal ini merangsang pusat
pernapasan dalam otak untuk membesarkan kecepatan dan dalamnya
pernapasan. Penambahan ventilasi ini mengeluarkan CO2 dan memungut O2.
4. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
 Pemeriksaan dada dimulai dari thorax posterior, klien pada posisi
duduk.
 Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang
lainnya.
 Tindakan dilakukan dari atas (apex) sampai ke bawah.
 Inspeksi thorax poterior terhadap warna kulit dan kondisinya, skar,
lesi, massa, gangguan tulang belakang seperti : kyphosis, scoliosis dan
lordosis.
 Catat jumlah, irama, kedalaman pernafasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
 Observasi type pernafasan, seperti : pernafasan hidung atau
pernafasan diafragma, dan penggunaan otot bantu pernafasan.
 Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan
fase ekspirasi (E). ratio pada fase ini normalnya 1 : 2. Fase ekspirasi
yang memanjang menunjukkan adanya obstruksi pada jalan nafas dan
sering ditemukan pada klien Chronic Airflow Limitation
(CAL)/COPD.
 Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP)
dengan diameter lateral/tranversal (T). ratio ini normalnya berkisar 1 :
2 sampai 5 : 7, tergantung dari cairan tubuh klien.
 Kelainan pada bentuk dada (Barrel Chest, Pigeon Chest (Pectus
Carinatum), Kyphosocoliosis, Kiposis, Skoliosis.)
 Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau
tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru
atau pleura.
 Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang
dapat mengindikasikan obstruksi jalan nafas.
b. Palpasi
Dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
Palpasi thoraks untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat
inspeksi seperti : massa, lesi, bengkak.
Kaji juga kelembutan kulit, terutama jika klien mengeluh nyeri.
Vocal premitus : getaran dinding dada yang dihasilkan ketika
berbicara.
c. Perkusi
perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada
disekitarnya dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara
perkusi :
 Resonan (Sonor)
 Dullness
 Tympany
 Hiperresonan
d. Auskultasi
Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan
nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih. Suara nafas normal :
 Bronchial : suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan
yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi,
dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar
di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
 Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas
bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan
intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi.
Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup
oleh dinding dada.
 Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi.
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti
tiupan.
 Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan
karakter suara nyaring, musikal, suara terus menerus yang
berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang
menyempit.
 Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter
suara terdengar perlahan, nyaring, suara mengorok terus-menerus.
Berhubungan dengan sekresi kental dan peningkatan produksi
sputum.
 Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan ekspirasi.
Karakter suara : kasar, berciut, suara seperti gesekan akibat dari
inflamasi pada daerah pleura.
 Crackles
 Fine crackles : setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi.
Karakter suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati
daerah yang lembab di alveoli atau bronchiolus. Suara seperti
rambut yang digesekkan.
 Coarse crackles : lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara
lemah, kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan
atau sekresi pada jalan nafas yang besar.

5. Pengkajian Psikososial
Kaji tentang aspek kebiasaan hidup klien yang secara signifikan
berpengaruh terhadap fungsi respirasi. Beberapa kondisi respiratory timbul
akibat stress. Penyakit pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan
dalam peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah
keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan
mekanisme koping, perawat dapat mengkaji reaksi klien terhadap masalah
stres psikososial dan mencari jalan keluarnya.

Anda mungkin juga menyukai