Anda di halaman 1dari 5

Generasi Unggul Kebanggaan Banua

Awan hitam tak selamanya menutupi indahnya langit, kita harus meyakini bahwa matahari
bahkan pelangi yang indah sekalipun akan datang menyilaukan bumi pertiwi. Aku adalah
anak desa yang dilahirkan di Indonesia dengan membawa sepangku harapan yang besar untuk
negeri. Aku ingin berbakti pada Indonesia dalam mewujudkan impiannya. Pada dasarnya, aku
hanyalah seorang anak remaja yang sedang mencari jati diri, berasal dari kampung,
masyarakat biasa, tetapi aku akan selalu berusaha untuk tidak ingkar kepadanya.

Aku tumbuh tidak menjadi seseorang yang bermalas-malasan terutama dalam hal pendidikan,
mudah putus asa, menutup diri, tergiur dengan kesenangan lingkungan. Aku adalah tipe
orang yang aktif, periang, terbuka, mudah beradaptasi, rajin, berjiwa kompeten, dan pantang
menyerah ketika menghadapi kegagalan, serta hal positif lainnya. Hal inilah yang
membedakan aku dengan yang lain, karena aku adalah Generasi unggul Kebanggan Bangsa
Indonesia.

Hidupku berasal dari seorang anak guru dan ibu rumah tangga, berasal dari daerah pelosok,
jauh dari keramaian kota. Aku mengenyam pendidikan dari TK, SD, dan SMP disana.
Kemudian saat SMA, aku bertekad untuk melanjutkan pendidikan di kota Banjarmasin,
dimana aku tinggal di tempat saudara dari ibuku. Menurutku, pendidikan bukan hanya
sekedar mendapatkan ijazah di sekolah, tetapi hal yang utama adalah bagaimana kita
menggali ilmu pengetahuan sampai ke akar-akarnya dan mampu beradaptasi bukan hanya di
desa tetapi juga di kota. Seperti yang dikatakan oleh Mahatma Gandhi seorang pemimpin
spiritual dan politikus dari India, “Hiduplah seolah engkau mati besok. Belajarlah seolah
engkau hidup selamanya.”

Ayahku adalah seorang guru disalah satu sekolah yang ada di desaku. Berbekal ilmu yang
dimiliki, beliau mengabdi di kampung terpencil yang jauh dari hiruk pikuk kota. Namun tetap
pada pendirian, memberikan secerca ilmu pengetahuan untuk para pencari ilmu yang ada di
pelosok negeri. Sebagai seorang tenaga pendidik, ayahku sangat memprioritaskan
pendidikanku terlebih aku adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Masalah finansial
bukanlah masalah dalam menuntut ilmu, kerja keras dan doa yang mampu membedakanku
selangkah dari teman-temanku, karena aku adalah Generasi Unggul Bangsa Indonesia.

Dalam mewujudkan mimpiku, aku harus bekerja keras. Sejak saat Sekolah Dasar (SD), aku
sering mengikuti lomba mengaji dan bisa mendapatkan beberapa juara dari lomba tersebut,
meskipun kadang juga menemui kegagalan. Tetapi, bukankah kegagalan suatu kesuksesan
yang tertunda?. Kalimat tersebut memotivasi aku untuk selalu memberikan yang terbaik bagi
diriku, orangtuaku, dan sekolahku. Kemudian saat SMP, aku memperdalam pengetahuanku di
bidang organisasi dan pada saat itu aku terpilih menjadi ketua osis di sekolahku. Organisasi
bukanlah hal yang menghambat ketekunanku dalam belajar dan mengikuti berbagai lomba,
justru dari sinilah aku mengembangkan potensiku dalam hal kepribadian tentang bagaimana
membagi waktu, menjadi seorang pemimpin, dan bersosialisasi dengan baik dengan orang
lain. Setelah berada di kelas 3 SMP, disitulah aku mulai berpikir bahwa dunia itu sangat luas,
kita harus bisa memperdalam ilmu yang kita miliki, bagaimana caranya aku bisa
membanggakan orang tuaku, terlebih lagi berguna nantinya bagi masyarakat, bangsa, dan
negaraku.

Oleh sebab itu, aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikanku di Kota Banjarmasin.
Awalnya aku sangat ingin masuk ke sekolah favorit yang ada di kota seribu sungai tersebut,
tetapi setelah melihat nilaiku ternyata tidak mencukupi untuk masuk disekolah tersebut.
Namun, aku tidak patah semangat karena aku yakin bahwa Tuhan tidak pernah
menelantarkan hambanya yang bersungguh-sungguh dan akupun mendaftarkan diri di
sekolah yang jauh dari kata polusi, penuh pepohonan asri, dan ramah lingkungan. Pada
akhirnya, aku diterima disekolah tersebut, SMAN 11 Banjarmasin. Awal masuk sekolah, aku
merasa asing karena aku hanya orang biasa yang berasal dari kampung, memiliki logat yang
lucu, dan tidak mempunyai kenalan satupun dengan siswa yang ada di sekolah tersebut. Saat
itu, aku ditempatkan di kelas X 7 dimana bisa dikatakan, kelas orang-orang yang memiliki
nilai yang paling rendah diantara seluruh siswa yang mendaftar disekolah tersebut. Tapi aku
tidak merasa pesimis, tujuanku saat itu hanya bagaimana caranya agar aku bisa
membanggakan orangtuaku meskipun dari kampung yang tersembunyi dibelakang gajah.
Setelah naik kekelas selanjutnya, alhamdulillah aku bisa menempati kelas XI IPA 1 dan XII
IPA 1.

Selama SMA aku bisa mendapatkan peringkat 1 di kelasku terutama saat pengumuman
USBN dan UN program IPA di sekolahku. Aku juga aktif dalam kegiatan organisasi seperti
OSIS dan aku menjadi wakil ketua OSIS pada saat itu. Selama bertugas sebagai wakil ketua
osis, aku beberapa kali terlibat dalam kepanitiaan suatu kegiatan yang ada di sekolahku.
Seperti HUT Sekolah, Perpisahan, dan lain sebagainya. Aku juga pernah mewakili sekolah
untuk mengikuti Bimbingan Teknis di Hotel Biuti serta menghadiri sosialisasi perkawinan
anak usia dini yang diadakan di Gedung Mahligai Pancasila, Kota Banjarmasin. Selain itu,
aku juga aktif mengikuti kegiatan perlombaan yang ada di kota tersebut, seperti olimpiade,
cerdas cermat, baca puisi, pidato, bernyanyi, story telling, baca teks proklamasi. Salah satu
lomba yang berkesan bagiku adalah Olimpiade Pahlawan yang diadakan oleh MKKS Sejarah
dan diselenggarakan di Auditorium RRI Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada 15 Agustus
2017. Olimpiade Pahlawan merupakan lomba untuk memperigati Hari Pahlawan setiap
tahunnya dan pesertanya terdiri dari berbagai tim dengan setiap tim terbagi atas satu orang
yang bercerita dan dua orang yang debat. Saat itu aku dan teman satu timku meraih Juara
Satu, tingkat Povinsi Kalsel. Pada lomba tersebut aku menceritakan biografi salah satu tokoh
dari pahlawan Kalsel yaitu KH. Idham Cholid. Peserta yang mengikuti lomba tersebut,
berasal dari berbagai sekolah mulai dari SMAN 1 Banjarmasin hingga SMA Banua Kalsel.
Hal terkesan yang dapat kuambil adalah bisa melatih diri untuk tampil bercerita (berbicara)
dihadapan berbagai SMA di Kalimantan Selatan terutama dihadapan para Kepala Sekolah
dari berbagai SMA tersebut. Selain itu, aku bisa mengetahui kisah kehidupan dari tokoh yang
aku ceritakan dan bisa mengambil contoh dari tokoh tersebut.

Selain bergelut pada kegiatan perlombaan, aku juga pernah menjadi MC di acara perpisahan
di sekolahku serta aku pernah mengikuti kegiatan sosial, seperti memberi pendidikan kepada
anak yatim piatu yang diadakan oleh bimbingan belajar bahasa inggris MEC English Syariah
yang ada di kota baiman tersebut. Kegiatan tersebut bertemakan, “Teaching in Orphanage”
yang dilaksanakan di Panti Asuhan Al-Amin, Kota Banjarmasin. Aku menjadi salah satu
tenaga pendidik bersama dengan salah satu pengajar dari Bimbel tersebut. Memberi
pendidikan kepada orang lain merupakan perbuatan yang positif, terlebih kita berada di era
yang serba canggih dan tidak sedikit kita mendapati tulisan-tulisan dalam bahasa inggris.
Oleh sebab itu, kegiatan “Teaching in Orphanage” ini merupakan kesempatan bagiku untuk
bisa membantu memberikan secerca ilmu yang aku miliki, untuk para anak yatim piatu.

Saat kelas 3 SMA, aku mulai memfokuskan diriku untuk menigkuti SNMPTN dimana aku
memilih Pendidikan Dokter di ULM Banjarmasin sebagai pilihan pertamaku. Tidak sedikit
orang bilang bahwa dokter itu biayanya sangat mahal baik dari UKT, buku, dan kebutuhan
lainnya. Yang paling meyedihkan bagiku, saat Ibuku mengatakan padaku bahwa ada
seseorang yang mengatakan bahwa tidak mungkin anakmu menjadi dokter karena tidak
pernah ada anak seorang guru yang menjadi dokter dikampung tempatku dilahirkan. Seketika
setelah mendengar hal tersebut aku berkata pada ibuku bahwa aku menjadi dokter bukan
karena aku ingin menjadi orang terpandang, menjadi orang kaya, tetapi karena aku sangat
kasihan melihat masyarakat yang tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik
dikarenakan kendala biaya dan hal lainnya, aku juga mengatakan pada ibuku bahwa janjiku
pada Tuhanku untuk bisa memberikan yang terbaik pada keluargaku dan orang disekitarku
setelah aku menjadi dokter nantinya, Ibuku langsung menyambung perkataanku, “Jika itu
niatmu Insya Allah, Tuhan akan meloloskanmu”. Sejenak mendengar perkataan ibuku,
tubuhku langsung bergetar seperti sebuah pesan yang disampaikan oleh Tuhan untuk diriku
melalui malaikatku.

Saat pengumuman SNMPTN telah tiba, tepatnya setelah shalat jumat. Aku saat itu berada di
Kota Banjarmasin, bersama dengan ibuku menanti pengumuman yang sudah lama menjadi
impianku, sedangkan ayahku sedang berada di desa kelahiranku bersama adik-adikku.
Akupun membuka laptop dan dengan wajah penuh harapan tampak dari wajah ibuku. Setelah
kubuka pengumuman tersebut, seketika ibuku langsung memelukku dan menitikkan air mata.
Aku dinyatakan lolos Pendidikan Dokter di ULM Banjarmasin. Kerja kerasku selama di
SMA serta doa dan dukungan dari orang di sekelilingku menjadi hasil yang tidak terduga
oleh masyarakat yang ada di kampungku. Saat itu, aku yakin bahwa mungkin orang tidak
percaya akan diriku, tetapi Tuhanlah yang lebih tahu akan maksud dan tujuanku. Sekarang
mereka telah menyaksikan bahwa “Indonesia itu bhinneka bukan hanya suku, bahasa, agama,
ras, tetapi juga takdir. Mungkin aku adalah salah satu dari ribuan orang yang ditakdirkan
Tuhan untuk negeriku dengan berpijak sebagai generasi unggul yang bisa membanggakan
Bangsa Indonesia.

Keadaan Indonesia di masa depan semua bergantung pada generasi muda. Bung Karno
pernah mengatakan, “Beri aku 1000 orangtua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya,
beri aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Kalimat bijak tersebut, memberikan
arti betapa pentingnya generasi muda sebagai tonggak penerus perjuangan para pahlawan
bangsa. Indonesia tidak hanya butuh teori, tetapi juga praktik kerja di lapangan. Indonesia
memiliki sumber daya manusia yang banyak dan tidak kalah berkualitas. Bukan hanya dari
daerah perkotaan, tetapi juga daerah pelosok negeri. SDM yang banyak akan menjadi sia-sia
jika tidak dibarengi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Justru akan menjadi
hambatan bagi para pelajar untuk memahami dan mempelajari suatu pengetahuan. Selain itu,
banyak yang putus sekolah bahkan tidak sedikit yang tidak bersekolah dikarenakan masalah
finansial, membantu membiayai saudara, tidak tersedianya wadah untuk menempuh
pendidikan, dan kendala lainnya.

Aku tahu bahwa Indonesia membutuhkan seribu orang dan mungkin salah satu dari mereka
adalah aku. Menurut Dr. Christopher Murray, Direktur dari IHME (Institute for Health
Metrics and Evaluation) di Universitas Washington, Indonesia menduduki peringkat nomor
131 dalam hal investasi di bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan, yang merupakan
bukti dari komitmen pemerintah dalam upaya pertumbuhan ekonomi. Indonesia satu
peringkat di bawah Filipina (yang berada di peringkat 130) dan satu peringkat di atas Guinea
Khatulistiwa. Kedudukan peringkat ini dilihat dari bagaimana situasi dan kondisi human
capital selama 10 tahun terakhir, juga berapa lama seorang masing-masing individu dalam
populasi tersebut memperlihatkan kinerjanya di usia produktivitas mereka, juga
memperhitungkan angka harapan hidup, kondisi kesehatan mereka selama masa produktif,
lamanya pendidikan yang dapat mereka tempuh, serta hal-hal lainnya yang dapat dianggap
sebagai pembelajaran.

Pembahasan yang sering diangkat dalam diskusi nasional adalah penyebaran dokter yang
tidak merata di Indonesia. Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng Mohammad
Faqih menuturkan jumlah dokter di Indonesia sudah mencukupi tetapi hanya tidak merata
penempatannya. Sekarang, Kementerian Kesehatan RI kita Ibu Nila F. Moeloek melakukan
berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Hasilnya telah terjadi
perbaikan baik sumber daya manusia (SDM) maupun fasilitas kesehatan dengan harapan
mampu bersaing di era digital 4.0. Perbaikan itu dilakukan pada tataran SDM, pemerataan
fasilitas kesehatan, pemerataan tenaga kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Hal itu diwujudkan dalam Program Indonesia Sehat. Menkes RI mengatakan pemerintah
mendorong pembangunan kesehatan melalui Program Indonesia Sehat. Program Indonesia
Sehat terdapat 3 komponen yakni Mewujudkan Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan
Kesehatan, dan Jaminan Kesehatan Nasional.

Untuk mewujudkan cita-cita Bangsa Indonesia yang sejalan Pancasila. Menurutku para
generasi muda bisa berpedoman pada prinsip KEKAR :

K (Kerja Keras) : Seperti slogan Presiden RI Bapak Joko widodo yaitu KERJA NYATA,
yang berarti mengerjakan suatu pekerjaan tidak sebatas rencana belaka, tetapi juga dibuktikan
dengan hasil yang tampak oleh mata dan diiringi dengan kerja keras dari para pembangunnya.

E (Etika) : Di era modern sekarang ini, dunia tidak hanya membutuhkan kecerdasan yang
luar biasa, tetapi juga etika yang baik yang bisa membangun negaranya menjadi lebih baik.
Sebagaimana dalam pancasila disebutkan pada sila kedua yaitu, “Kemanusiaan yang adil dan
beradab,” yang artinya setiap warga negara harus memiliki sikap dan tingkah laku yang baik
dan penuh keadilan terhadap siapapun.

K (Ketekunan) : Waktu tidur yang efektif bagi manusia adalah 7 sampai 8 jam sehari.
Namun, beberapa tokoh memiliki waktu tidur yang cukup sedikit, seperti Sir Isaac Newton
yang memliki waktu tidur hanya 3 sampai 4 jam tiap harinya, Thomas Alva Edison yang
menyatakan bahwa dirinya tidur kurang dari 5 jam tiap harinya, BJ. Habibie membutuhkan
tidur hanya 5 jam, dan tokoh-tokoh lainnya. Hal ini dikarenakan ketekunan yang mereka
miliki dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yang diembannya. Sehingga, mereka bisa
menikmati hasil dari jerih payah yang mereka telah lakukan.

A (Aktif) : Seseorang dikatakan sebagai generasi unggul jika mampu aktif di berbagai bidang
dan mampu menguasai bidang tersebut. Contohnya, aktif dalam kegiatan OSIS, ikut
berpartisipasi dalam kegiatan organisasi di masyarakat, aktif dalam kegiatan perlombaan
sebagai sarana penyaluran bakat, dan kegiatan positif lainnya.

R (Rajin) : Seseorang yang hidupnya bermalas-malasan tidak akan mampu membangun


pribadinya menjadi lebih baik apalagi negaranya. Bukan karena bawaan, tetapi karena
kurangnya kesadaran akan pentingnya suatu hal. Sikap rajin sangat diperlukan dalam
mempercepat pembangunan Indonesia agar bisa bersaing dengan negera lainnya.

Prinsip tersebut, menggambarkan sikap yang harus dimiliki oleh Generasi unggul Bangsa
Indonesia agar bisa menjadi orang yang berhasil, bukan hanya dari segi kemampuan diri
pribadi, tetapi juga kemampuan dalam membangun bangsa ini menjadi lebih baik.

Izinkan aku, Fuad Fajar Akhlis, untuk mengabdi pada negeri dengan berkontribusi pada
bidang kesehatan dan membantu menciptakan kehidupan yang merata terutama di daerah
pelosok negeri. Ribuan generasi diluar sana mungkin lebih baik dariku, terlebih aku hanya
dari kampung yang tak tampak di kelopak mata. Namun, beri aku izin untuk bisa menikmati
fasilitas yang ada di Tanah Airku agar bisa kujulurkan tanganku dan kemampuan yang aku
miliki dengan membangun Indonesia ke arah yang lebih baik bersama generasi unggul
lainnya. Izinkan aku untuk mewujudkan janjiku pada Tuhanku untuk bisa berguna bagi
keluarga, bangsa, dan negaraku. Kalaupun aku tidak bisa menjadi salah satu bagian dari
Generasi Unggul Kebanggaan Dunia, biarkan aku menjadi salah satu bagian dari Generasi
Unggul kebanggaan bagi Tanah Airku, Indonesia.

Banjarmasin, 29 Juli 2019

Hormat Saya,

Fuad Fajar Akhlis

NIM : 1910911110019

Anda mungkin juga menyukai