Anda di halaman 1dari 40

0

PANDUAN MANAJEMEN RISIKO


KLINIK QITA SAJA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOGOR


KLINIK QITA SAJA
Jalan Raya Atsiri Permai no 5 komplek Deptan Bojong gede
Telp. (021)87989096

TAHUN 2019
1

DAFTAR ISI

BAB I ........................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAAN ...................................................................................................................................... 2
A. LATAR BELAKANG ....................................................................................................................... 2
B. TUJUAN ........................................................................................................................................... 2
C. BATASAN OPERASIONAL ...................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................................................... 5
RUANG LINGKUP ..................................................................................................................................... 5
A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RESIKO ............................................................................... 5
B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RESIKO .......................................................................... 5
BAB III .......................................................................................................................................................... 8
TATA LAKSANA ......................................................................................................................................... 8
A. TETAPKAN KONTEKS ................................................................................................................. 9
B. IDENTIFIKASI RESIKO................................................................................................................. 9
C. ANALISIS RISIKO .................................................................................................................... 15
D. EVALUASI RISIKO .................................................................................................................. 16
E. KELOLA RESIKO ......................................................................................................................... 17
BAB IV........................................................................................................................................................ 37
PELAPORAN ............................................................................................................................................ 37
A. MEKANISME PELAPORAN ...................................................................................................... 37
B. BENTUK PELAPORAN ............................................................................................................... 37
BAB V ......................................................................................................................................................... 38
PENUTUP ................................................................................................................................................. 38
2

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan pasien (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan
pasien di Klinik. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan pasien di
Klinik yaitu keselamatan pasien itu sendiri, keselamatan petugas kesehatannya,
keselamatan bangunan dan peralatan Klinik yang bisa berdampak kepada
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan yang berdampak kepada
pencemaran lingkungan, serta Keselamatan keberlangsungan kemajuan Klinik itu
sendiri. Kelima aspek inilah yang nantinya menjadi penentu dalam peningkatan mutu
Klinik khususnya dalam penanganan manajemen risiko di Klinik.

B. TUJUAN
1. Memberikan panduan sistem manajemen risiko yang berlaku di Klinik Qita
Saja
2. Memastikan sistem manajemen risiko berjalan dengan baik agar proses
indentifikasi, analisa dan pengelolaan risiko dapat memberi manfaat bagi
peningkatan mutu dan keselamatan pasein di Klinik Qita Saja .
3. Membangun sistem monitoring dan komunikasi yang efektif diantara petugas
sehingga pencapaian tujuan dan penerapannya berjalan berkesinambungan.

C. BATASAN OPERASIONAL
1. Risiko : peluang / probabilitas timbulnya suatu insiden (menurut WHO),
yang akan berdampakmerugikan bagi pencapaian sasaran-sasaran
keselamatan pasien dan menurunkan mutu pelayanan.
2. Manajemen Risiko Klinik adalah upaya mengidentifikasi dan
mengelompokkanrisiko (grading) dan mengendalikan / mengelola risiko
tersebut baik secara proaktif risiko yangmungkin terjadi maupun reaktif
3

terhadap insiden yang sudah terjadi agar memberikan dampak negative


seminimal mungkin bagi keselamatan pasien dan mutu di Klinik.
3. Insiden Keselamatan Pasien (IKP) setiap kejadian yang tidak disengaja dan
kondisi yangmengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cidera pada
pasien. IKP terdiri dari KejadianTidak Diharapkan (KTD), Kejadian Nyaris
Cedera (KNC), Kejadian Tidak Cedera (KTC), danKejadian Potensial Cedera
(KPC).
4. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden yang mengakibatkan cidera
pada pasien.
5. Kejadian Nyaris Cidera (KNC) adalah insiden yang berpotensi menimbulkan
cidera pada pasientapi yang belum sampai terpapar ke pasien sehingga
tidak ada cidera pada pasien.
6. Kejadian Tidak Cedera (KTC) adalah insiden yang berpotensi
mengakibatkan cidera padapasien dan sudah terpapar ke pasien, tetap
ternyata tidak menimbulkan cidera pada pasien.
7. Kondisi Potensial Cedera (KPC) adalah kondisi yang sangat berpotensi
untuk menimbulkancidera, tetapi belum terjadi.
8. Kejadian Sentinel adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan dan telah
mengakibatkankematian atau cidera fisik / psikologis serius, atau kecacatan
pada pasien.Termasuk di dalam kejadian sentinel antara lain: kematian yang
tidak dapat diantisipasi dan tidakberhubungan dengan penyebab alami dari
penyakit pasien atau kondisi medis dasar pasien; bunuhdiri, kehilangan
permanen dari sebagian besar fungsi tubuh yang tidak berhubungan
denganpenyakit dasar pasien; pembedahan yang salah lokasi / salah
prosedur / salah pasien; penculikanbayi atau bayi yang dibawa pulang oleh
orang tua yang salah.
9. Pelaporan insiden keselamatan pasien adalah suatu sistim untuk
mendokumentasikan laporaninsiden keselamatan pasien, menganalisa dan
mengantisipasi / mengelola / mengendalikan insidensecara
berkesinambungan.
10. Risiko Sisa adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah
upaya pengendalian /tindakan dilakukan.
4

11. Penilaian Risiko adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau
berpotensi terjadi dalam pelayanan di rumah sakit dengan
mempertimbangkan klasifikasi dan derajat (grading) kerugianyang mungkin
terjadi sebagai akibat dari terpapar risiko tersebut.
12. Penilai Risiko adalah anggota dari staf (manager atau yang lain) yang telah
menghadiripelatihan penilaian risiko. Hal ini adalah tanggung jawab
manajemen untuk memastikan bahwatiap unit kerja memiliki paling sedikit
satu penilai risiko yang terlatih.

.
5

BAB II
RUANG LINGKUP

A. RUANG LINGKUP MANAJEMEN RESIKO


Paduan ini mencakup seluruh manajemen resiko yang ada di Klinik Qita Saja yang
meliputi:
1. Manajemen resiko lingkungan:
 Keamanan lingkungan fisik(bangunan):
 Pemantauan keamanan aliran air
 Pemantauan keamanan aliran listrik
 Pemantauan keamanan gas oksigen dan gas elpiji
 Pemantauan keamanan jendela dan pintu
 Indentifikasi risiko lingkungan yang berdampak pada pasein, petugas
dan lingkungan sekitar Klinik:
 Pemantauan keamanan pembuangan limbah
2. Manajemen resiko layanan klinis:
 Resiko yang berhubungan dengan pasein / pengunjung Klinik
 Resiko yang berhubungan dengan petugas kesehatan
 Resiko yang berhubungan dengan staf Klinik lainnya
 Resiko yang berhubungan dengan peralatan atau metode yang
digunakan dalam memberikan pelayanan klinis
3. Manajemen resiko program kesehatan masyarakat:
 Resiko pelaksanaan program terhadap masyarakat sasaran
 Resiko pelaksanaan program terhadap lingkungan
 Resiko pelaksanaan program terhadap petugas pelaksana program

B. TANGGUNG JAWAB MANAJEMEN RESIKO


Dalam rangka mencapai tujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan resiko,
Klinik Qita Saja mengatur kewenangan dan tanggung jawab manajemen Klinik:
1. Tingkat Klinik oleh Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasein di Klinik.
2. Tingkat unit / poli oleh penanggung jawab masing-masing unit / poli/ program
6

Uraian tanggung jawab manajemen resiko:

a. Tanggung jawab Kepala Klinik:


 Menetapakan kebijakan mengenai manajemen resiko di Klinik
 Menetapkan dan membentuk Tim PMKP
 Mengawasi danmemeastikan sistem manajemen resiko berjalan
dengan baik dan berkembang
 Menerima laporan dan merekomendasikan penggelolaan
pengendalian resiko sertamenindak lanjuti sesuai arahan dan
kebijakan Klinik termasuk pendanaan
 Mengambil alih tanggung jawab pengelolaan insiden keselamatan
pasein sesuai tingkat resiko.
b. Tanggung jawab Manajemen Resiko (Tim.PMKP)
 Membuat rencana kerja manajemen resiko di Klinik
 Membentuk Tim Penilai Resiko
 Menerima daftar resiko yang diberikan oleh penanngung jawab unit /
poli, menganalisa, evaluasi serta menindak lanjutinya
 Menerima serta menganalisa temuan resiko yang berasal dari luar
(external)
 Memantau serta mendorong semua petugas untuk melaksanakan
manajemen resiko
 Melaporkan hasil temuan kepada Pimpinan Klinik dan melakukan
diskusi serta menindak lanjuti hasil diskusi
c. Tanggung jawab penanngung jawab unit / poli
 Menerima laporan temuan – temuaan resiko di ada di unit / poli
 Membuat daftar dan penilaian resiko
 Menganalisa sesuai tingkat kejadian apakah cukup diselesaikan di
tingkat unit
 Mendorong rekan – rekan kerja untuk melakukan manjemen resiko
 Melaporkan semua daftar resiko, resiko yang sudah diselesaikan di
tingkat unit / poli serta melakukan diskusi kepada Tim manajemen
resiko untuk langkah – langkah ke depannnya
7

d. Tanggung jawab petugas pemberi layanan klinis


 Memberikan informasi kepada penangunggung jawab unit/ poli setiap
bahaya, resiko serta kejadian yang ada di unit/ poli
 Melaksanakan panduan manajemen resiko yang telah ditetapkan
 Mencatat dan mendokumentasi apabila terjadi insiden resiko klinis
 Ikut serta dalam mengupayakan langkah-langkah pengendalian resiko
8

BAB III
TATA LAKSANA

Manajemen resiko adalah proses berkesinambungan dan berkelanjutan. Resiko


mungkin terpapar kepada pasein, staf, pengunjung dan organisasi yang terus-
menerus berubah dan harus diidentifikasi.
Program manjemen resiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:
9

1. Tetapkan konteks
2. Identifikasi resiko
3. Analisi resiko
4. Evaluasi resiko
5. Kelola resiko

A. TETAPKAN KONTEKS
Tujuan, sasaran, strategi,ruang lingkup,kegiatan pada tahap ini harus disusun dalam
bentuk pedoman manjemen resiko Klinik.

B. IDENTIFIKASI RESIKO
Risiko pontensial dapat diidentifikasi dari berbagai sumber, misalnya:
 Informasi dari internal yang didapat dari laporan masing-masing unit/poli
 Informasi external yang didapat dari pedoman pemerintah, organisai atau
lembaga penelitian
 Pemeriksaan atau audit eksternal

Berikut contoh daftar resiko berdasarkan ruang lingkupnya:

1. Area lingkungan
NO RESIKO
1 Sarana - Kerusakan bangunan atau
sarana dan prasaran
- Fasilitas sanitasi seperti
wastafel buntu, air tidak lancar,
sampah medis tidak tersedia,
toilet rusak
2 Keamanan lingkungan - Tersengat listrik
- Terpapar dengan bahan
berbahaya
- Tertimpa benda jatuh
- Tersiram air panas
- Terpeleset
10

- Pencurian
- Terjadi bencana gempa bumi
- Terjadi kebakaran
3 Limbah - Sistem pembuangan limbah
yang belum standar
- Paparan limbah pada
lingkungan

2. Area layanan klinis


Area layanan klinis terdiri dari unit / poli yang ada di Klinik

No Unit / Poli Resiko


1 Loket Pendaftaran dan Rekam - Pasien menunggu lama
Medis - Kesalahan pemberian identitas
rekam medis
- Kesalahan entry e rekam medis
- Kegagalan memperoleh inform
concent
- Kebocoran informasi rekam medis
- Ketidak lengkapan catatan dalam
rekam medis
- Konektivitas internet untuk E
rekam medis
2 POLI UMUM - Kesalahan mengidentifikasi
11

pasein
- Kesalahan dalam diagnosis
- Kesalahan dalam pemberian
resep
- Kesalahan dalam terapi
- Kesalahan dalam edukasi
- Tidak menggunakan Alat
Pelindung Diri
3 Ruang Tindakan - Kesalahan dalam mengdentifikasi
pasein
- Kesalahan tindakan yang
menimbulkan perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak
steril
- Tidak menggunakan Alat
Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Paparan dengan luka terbuka atau
cairan tubuh pasien
- Kesalahan pemberian obat /
injeksi
- Monitoring tindakan yang kurang
baik
4 FARMASI - Penulisan resep yang tidak baik
- Riwayat alergi obat yang tidak
teridentifikasi
- Kesalahan identifikasi pasein
dalam pemberian obat
- Kegagalan memantau efek
samping obat
12

- Kesalahan dosis / formula obat


- Kesal;ahan edukasi cara minum
obat
5 LABORATORIUM - Kegagalan pengambialn sampel
sehingga menimbulkan perlukaan
- Kesalahan pengambillan sampel
- Kesalahan pemberian label
sampel laboratorium
- Kesalahan penulisan hasil
pemeriksaan laboratorium
- Hasil pemeriksaan hilang atau
tertukar
- Sampel rusak atau hilang
- Tidak menggunakan Alat
Perlindungan Diri
- Tertelan bahan infeksius
- Tertusuk jarum
6 POLI GIGI - Kesalahan tindakan yang
menimbulkan perlukaan
- Menggunakan alat yang tidak
steril
- Tidak menggunakan Alat
Perlindungan Diri
- Insiden tertusuk jarum
- Limbah medis berceceran
- Tergigit pasein
- Kesalahan menulis resep dan
dosis obat
- Kesalahan diagnosa
- Kesalahan mengidentifikasi
pasein
13

- Alat kompresor tiba-tiba rusak


sehingga tindakan ditunda

Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan peringkatnya


(grading) dengan memperhatikan:
1. Tingkat peluang / frekwensi kejadian (likelihood)
2. Tingkat dampak yang dapat / sudah ditimbulkan (consequence)
14

Identifikasi risiko juga dapat dikategorikan berdasarkan dampak sesuai dengan jenis-
jenis insiden keselamatan pasien sebagaimana dicontohkan dalam tabel berikut:
15

C. ANALISIS RISIKO
Analisis dilakukan dengan menentukan score risiko atau insiden tersebut untuk
menentukan prioritaspenanganan dan level manajemen yang harus bertanggung
jawab untuk mengelola / mengendalikanrisiko / insiden tersebut termasuk dalam
kategori biru / hijau / kuning / merah.
.
16

Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko / insiden
dengan kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana
sedangkan untuk kategori kuning dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih
mendalam dengan metode RCA (root causeanalysis – reaktif / responsive) atau
FMEA (healthcare failure mode effect analysis – proaktif)

D. EVALUASI RISIKO

1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai skor
dan grading yang didapat dalam analisis.

2. Pemeringkatan memerlukan keterampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan


meliputi prosesberikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan suatu
skor
b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu peristiwa
terjadi danmenentukan suatu skor
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko

3. Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap.


17

a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai risiko yang terlatih, yang akan
mengidentifikasibahaya, efek yang mungkin terjadi dan pemeringkatan risiko.
b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh Kepala Unit Kerja yang akan
melakukanverifikasi tahap pertama dan membuat suatu rencana tindakan
untuk mengatasi risiko.
.

E. KELOLA RESIKO
Setelah analisis dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah
pengelolaan risiko insiden dengan target menghilangkan atau menekan risiko hingga
ke level terendah (risiko sisa) dan meminimalisir dampak atau kerugian yang timbul
dari insiden yang sudah terjadi.
18

D.1. Investigasi Sederhana


19

Dalam pengelolaan risiko / IKP yang masuk dalam kategori biru atau hijau, maka tindak
lanjutevaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan investigasi sederhana, melalui
tahapan:

1. Identifikasi insiden dan di-grading


2. Mengumpulkan data dan informasi: - observasi
- Telaah dokumen
- Wawancara
3. Kronologi kejadian
4. Analisa dan evaluasi sederhana:
a. penyebab langsung: - individu
- peralatan
- lingkungan tempat kerja
- prosedur kerja
b. penyebab tidak langsung: - individu
- tempat kerja
5. Rekomendasi: jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang
20
21

D.2.RCA ( Root Cause Analysis)

Langkah – langkah untuk melakukan analisis akar masalah (RCA)

1. Identifikasi Insiden: Root cause analysis digunakan untuk menganalisa dan


mengevaluasi IKP pada derajat kuning dan merah.
2. Tentukan tim investigator yang mewakili berbagai komponen:
1) Ketua PMKP
2) Tim penilai resiko ( penanggung jawab unit / poli)
3) Tim audit internal
4) Notulen ( Sekretaris PMKP)
Dalam hal insiden sentinel maka tim investigator harus terdiri dari:
1) Expert insiden dan analis expert external (misal yang tidak berlatar belakang
medis)
2) Senior management expert (misal direktur medis)
3) Senior clinical expert (misal konsultan senior)
4) Orang yang mengetahui unit kerja / bagian terkait dengan baik namun tidak
terlibat langsungdalam insiden tersebut .
22

3. Pengumpulan data dan informasi dilakukan di lapangan dengan berbagai cara:


a. Observasi
Observasi langsung kepada praktek di lapangan dan tempat kejadian
b. Telaah Dokumentasi
Meliputi penelusuran kepada rekam medik pasien dan seluruh pedoman /
panduan / SPO terkait dengan insiden untuk korelasi keduanya
c. Wawancara
Dilakukan dalam sesi tertutup kepada setiap personil terkait secara
terpisahtermasukkepada pihak yang dirugikan / pasien dalam insiden tersebut.

Tujuan pengumpulan informasi pada tahap ini:


1. Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan selama
investigasi dan jikakasus disidangkan ke pengadilan
2. Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan
3. Menggambarkan insiden secara akurat
4. Mengorganisasi informasi
5. Memberikan petunjuk kepada tim investigasi

Dokumentasi semua bukti yang berkaitan dengan insiden harus dikumpulkan


sesegera mungkin:
- Semua catatan medis dan catatan keperawatan
- Semua hasil pemeriksaan yang berhubungan dan penunjang diagnostik
- Incident report (laporan keselamatan pasien)
- Kebijakan dan prosedur
- Integrated care pathway yang berhubungan
- Pernyataan-pernyataan dan hasil observasi
- Bukti fisik
- Daftar staf yang terlibat
- Lakukan interview dengan semua orang yang terlibat
- Informasi mengenai kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya insiden
(misal pergantian jaga, ketersediaan petugas terlatih, kecukupan tenaga, dll)

4. Pemetaan kronologi kejadian dilakukan dengan cara:


23

a. Kronologi naratif : berguna pada laporan akhir insiden


b. Timeline: menelusuri rantai insiden secara kronologis dan berguna untuk
menemukanbagian dalan proses dimana insiden terjadi
c. Tubular Timeline: seperti timeline tapi lebih detail terutama dalam hal good
practice &CMP (care management problem), berguna untuk kejadian
yangberlangsung lama
d. Time-Person Grid: untuk mengetahui pergerakan dan keberadaan seseorang
sebelum,selama, dan sesudah kejadian. Berguna pada kejadian yangmelibatkan
banyak orang namun dalam periode waktu pendek.

5. CMP (Care Management Problem)


Adverse event yang berkaitan dengan penyimpangan dari standar pelayanan yang
telah ditetapkandan berdampak langsung atau tidak langsung kepada pasien.

6. Analisa Informasi
a. Tehnik 5 Whys (atau tehnik why – why)
Bertanya secara berlapis dengan tujuan menemukan akar penyebab masalah,
denganmengidentifikasi gejala, penyebab langsung, faktor kontributor, dan akhirnya
akar masalah.
Dengan tehnik ini, investigator tidak boleh berhenti bertanya walaupun sudah
menemukanpneyebab langsung sebelum menemukan akar penyebab masalah.

b. Analisis perubahan
Digunakan bila dicurigai adanya perubahan praktek daripada prosedur yang
seharusnya.

c. Analisis Barrier
d. Analisis Fish Bone
24

7. Rekomendasi dan tindak lanjut

D.3. FMEA (Failure Mode Effect Analysis)


Di dalam upaya mengurangi kemungkinan terjadinya suatu insiden, metode FMEA
digunakanuntuk mengidentifikasi modus kegagalan (kegagalan proses) yang berpotensi
terjadi kemudianmengidentifikasi dampak yang mungkin timbul diikuti analisis akar masalah,
sebelum melakukanredisain proses untuk meminimalisir risiko modus kegagalan /
dampaknya kepada pasien. FMEA merupakan proses pro-aktif untuk emperbaiki kinerja
dengan mencegah potensikegagalan sebelum terjadi sehingga akhirnya eningkatkan
keselamatan pasien. (F = failure, yaitusaat sistim tidak bekerja sesuai yang diharapkan; M =
mode, yaitu cara / perilaku yang dapatmenimbulkan kegagalan tersebut; E = effect, yaitu
dampak / konsekuensi dari modus kegagalantadi; A = analysis, yaitu upaya investigasi
terhadap proses secara detail).
Pada prinsipnya langkah-langkah untuk menjalankan FMEA meliputi:
1. Identifikasi proses yang berisiko tinggi (IDENTIFIKASI)
2. Bentuk tim FMEA (TIM)
3. Menggambarkan diagram dari proses tersebut (DIAGRAM PROCESS)
4. Analisis hazard (HAZARD ANALYSIS):
a. Brainstorming kemungkinan kegagalan proses dan menentukan dampaknya
25

b. Menentukan prioritas kegagalan proses yang akan diperbaiki


c. Menentukan akar masalah dari kegagalan proses yang sudah diprioritaskan tadi
5. Implementasi dan monitoring hasil dari redisain proses tersebut
(ACTION & OUTCOME MEASURE)

Langkah 1. IDENTIFIKASI PROSES BERISIKO TINGGI


Proses yang dimaksud dapat merupakan proses yang baru dan belum dilakukan
(misalnyapembelian alat baru, pemakaian rekam medik elektronik, redisain kamar bedah),
proses yangsudah berjalan, berisiko tinggi walaupun belum menimbulkan insiden (misalnya
pemeriksaan dilaboratorium), proses klinik (misalnya proses pelayanan kateterisasi jantung),
atau proses nonmedik (pembayaran tagihan pasien asuransi). Dalam menentukan proses
yang hendak dianalisisdengan FMEA, kumpulan proses yang ada digrading untuk
menentukan skor risikonya
(sebagaimana dalam prosedur RCA, risk assessment).
26

Langkah 2. TIM INVESTIGASI


Komposisi dan prosedurnya mirip seperti RCA di atas, terdiri dari orang-orang multidisiplin
yangtidak lebih dari 10 orang (idealnya 4-8 orang), memahami proses yang akan dianalisa,
mewakiliunit yang akan dianalisa, dan memiliki kemampuan berpikir kritikal.
27

Lankah 3. GAMBARKAN ALUR PROSES


Gambarkan seluruh tahapan dalam alur proses beserta dengan sub-proses dari masing-
masing tahapan proses:

Kemudian uraikan modus kegagalan (dalam sub proses) dari masing-masing tahapan dalam
alurproses tersebut.
28
29
30

Langkah 4. HAZARD ANALYSIS


Failure Mode (Kegagalan Proses) yang dipilih dijabarkan lebih lanjut dan lebih detail dalam
tabelberikut:
31
32
33
34
35

Bila dari analisa Pohon Keputusan berakhir pada STOP, maka tidak perlu lagi
meneruskanpencarian akar masalah untuk hazard ini karena berarti hazard tersebut tidak
prioritas. Sedangkanhazard yang berakhir pada titik hijau sebagaimana gambar di atas,
perlu ditindaklanjuti sebagailangkah ke-5.

Langkah 5. ACTION & OUTCOME MEASURE


1. Tentukan apakah potensial penyebab modus kegagalan dapat dikontrol,
eliminasi, terima
2. Jelaskan tindakan untuk setiap potensial modus kegagalan yang akan di eliminasi atau
di kontrol
3. Identifikasi Ukuran Outcome yang digunakan analisa dan uji redisain proses
36

4. Identifikasi penanggung jawab untuk melaksanakan tindakan tersebut


5. Tentukan apakah diperlukan dukungan manajemen puncak untuk melaksanakan
rekomendasi
37

BAB IV
PELAPORAN

A. MEKANISME PELAPORAN

Pengelolaan
Resiko

Alur Pelaporan Insiden

Insiden

Buat Lapoaran Insiden


- Isi Fomulir Kejadian
Penemu
- Waktu Pelaporan paling lambat 2x 24 jam
Insiden
LAPOR Penagung jawab unit /poli

Melakukan grading resiko


Atasan yang
INVESTIGASI SEDERHANA Dilaporkan

Melapor ke Tim PMKP

Ketua Tim PMKP

Kepala Klinik

Hasil dari pelaporan disampaikan dan di diskusikan dalam loka karya lintas
program di Klinik setiap Tri wulan.

B. BENTUK PELAPORAN

Terlampir
38

BAB V
PENUTUP

Demikian panduan ini disusun sebagai pedoman dalam menjalankan layanan


pasein yang aman, khususnya dalam rangka mencegah resiko-resiko yang ada dan
mungkin terjadi dalam memberikan pelayanan kesehatan yang baik dan bermutu di
Klinik Qita Saja.
Panduan ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu panduan akan ditinjau
kembali 2 samapi 3 tahun sesuai dengan tuntutan layanan dan standar akreditasi
Klinik.
39

Anda mungkin juga menyukai