Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
0
AKURASI DIAGNOSTIK PROKALSITONIN SEBAGAI
PENANDA SEROLOGIS UNTUK MEMBEDAKAN
ANTARA SEPSIS BAKTERIAL DAN VIRUS
KARYA AKHIR
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Spesialis
Kepada
ii
iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA AKHIR
Yang menyatakan,
iv
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya sehingga
tugas akhir ini dapat saya selesaikan, tentunya dengan bantuan semua
pihak dalam hal dukungan moril maupun materil, sehingga tugas akhir ini
dapat diselesaikan, ucapan terima kasoh kepada semua pihak yang turut
membantu.
Terima kasih kepada kedua orang tua saya A. Wahyuddin dan A. Ariani
yang selalu menyertakan nama saya disetiap doanya, selalu mendoakan
dan memberikan dukungan, membantu dengan segenap hati, mendorong
untuk terus berkembang dan selalu berkorban apapun untuk kesuksesan
anaknya, semoga kelak suatu saan saya bias membalas ketulusan hati
kedua orang tua saya.
Terima kasih kepada kedua adik saya Reza dan Amaliah atas bantuan
dan dukungannya untuk menyelesaikan pendidikan saya.
Terima kasih kepada pembimbing saya Dr.dr. Syafri K. Arif, Sp.An-KIC-
KAKV, Dr. Abdul Wahab, Sp.An, Dr.dr. A. Muh. Takdir Musba, Sp.An-
KMN, Prof. Dr.dr. Muh. Ramli Ahmad, Sp.An-KAP-KMN, dr. Syafruddin
Gaus, Ph.D, Sp.An-KMN-KNA dan Dr. dr. Ilham Jaya Patellongi, M. Kes.
yang telah membimbing saya dalam penyusunan karya akhir ini hingga
menjadi hasil yang layak dibaca.
v
vi
vii
DAFTAR ISI
PRAKATA ...................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................... vi
C. Hipotesa ................................................................... 5
A. Sepsis ...................................................................... 8
viii
2. Patofisiologi ......................................................... 10
3. Kriteria Diagnosis ................................................ 18
4. Biomarker Sepsis ................................................ 21
B. Prokalsitonin ............................................................. 25
C. Populasi .................................................................... 32
ix
A. Karakteristik Sampel ................................................ 45
C. Prokalsitonin ............................................................. 47
A. Kesimpulan ............................................................... 59
B. Saran ........................................................................ 59
LAMPIRAN ................................................................................... 64
x
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
xi
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
xii
DAFTAR GRAFIK
Nomor Halaman
xiii
DAFTAR SINGKATAN
IC : Infection Center
PCT : Prokalsitonin
LPS : Lipopolysacharides
INF : Interferon
NK : Natural Killer
IL : interleukin
PG : Peptidoglikan
xiv
ICAM : Intercelluler Adhesion Molecule
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
memerlukan biaya lebih dari $20 milyar (5,2 %) dari seluruh anggaran
biaya rumah sakit di Amerika Serikat pada tahun 2011. Lebih lanjut
implikasi sosial yang signifikan (Singer et al., 2016; Torio & Andrews,
Sepsis Global mencatat, tiap 3 denyut jantung, satu nyawa terenggut oleh
sepsis. Menjadi tugas dan pilihan kita bersama untuk lebih cepat, lebih
tinggi dan lebih kuat daripada sepsis (Sunarmiasih, 2013; Wibowo, 2013).
1
pengkodean yang lebih baik pada beberapa negara. Insidens sepsis di
50% (Iwashyna et al., 2012; Gaieski et al., 2013; Dellinger et al., 2012;
ke tahun, rerata jumlah kasus 3 tahun terakhir kurang lebih 275 pertahun
sindrom klinik yang disertai dengan adanya bakteri dalam darah. Sesudah
2
2% penyakit penyebab pasien masuk rumah sakit, dimana sekitar 9%
berat menjadi syok sepsis dan yang menyebabkan 10% kasus di Intensive
care unit (ICU). Penyakit ini menjadi penyebab kematian kedua non
yang sangat beragam dan tidak spesifik. Padahal diagnosis dan stratifikasi
dini sepsis dan derajat keparahannya sangat penting untuk memulai terapi
yang lama, biaya mahal dan belum tersedia di semua rumah sakit.
3
dengan rekomendasi dari American College of Chest Physicians (ACCP)
sesuai dengan hasil kultur sebagai baku emas sepsis. Gejala klinis sepsis
muncul sedangkan hasil kultur negatif atau sebaliknya. Assicot, 1993 pada
Iran. Chris dkk tahun 2008 melakukan studi kohort dengan hasil penelitian
4
hasil tes prokalsitonin pada sepsis di RSUP Kariadi Semarang dengan
(Frisca, 2012). Saat ini belum ada yang meneliti tentang sejauh mana
oleh bakteri dan non bakteri khususnya virus. Dari Uraian di atas, peneliti
untuk membedakan sepsis bakteri dan virus, serta mencari titik potong
menjadi dasar dalam diagnostik dan pemberian terapi pada sepsis lebih
awal.
B. Rumusan Masalah
membedakan antara sepsis bakterial dan virus pada pasien yang dirawat
di Intensive Care Unit (ICU) dan Infection Center (IC) RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo.
C. Hipotesa
5
pada pasien yang dirawat di ICU dan IC RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
virus.
c. Menentukan nilai titik potong yang optimal (cut off value) dari kadar
E. Manfaat Penelitian
6
2. Dengan mengetahui bahwa kadar prokalsitonin dapat digunakan
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Sepsis
1. Defenisi Sepsis
terhadap infeksi (Tabel 1). Sepsis dengan penyulit disfungsi organ disebut
sebagai sepsis berat, yang mana nantinya akan dapat berlanjut menjadi
Frekuensi pernapasan > 20 kali/ menit atau PaCO2 < 32 mmHg (4,3
kPa)
Jumlah leukosit > 12.000/mm3 atau < 4.000/mm3 atau 10% leukosit
immatur
8
Sebuah konferensi konsensus pada tahun 2001, menemukan
sepsis, syok sepsis dan disfungsi organ sampai saat ini masih tetap belum
satuan tugas yang terdiri atas 19 ahli intensivist, ahli penyakit infeksi, ahli
bedah, dan ahli ilmu paru untuk memperbaharui definisi dari sepsis dan
2016).
9
2. Patofisiologi
yang terjadi akibat respon tubuh terhadap adanya infeksi (dalam hal ini
sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berinteraksi satu sama
lain misalnya ada tidaknya faktor predisposisi, lokasi sumber infeksi, faktor
kekebalan tubuh dibagi dalam tiga bagian yaitu physical barrier atau
memory (Pool & Opal, 2008; Bougle et al., 2007; Ismail & Philiip, 2007;
10
PRRs, yaitu Toll Like Receptors/ TLRs, Nucleotide Oligomerization
pada saat proses bakteriolisis seperti Heat Shock Protein atau fragmen
Acid (LTA) gram positif atau antara dectin 1/ TLR2 dengan glucans
antara PRRs dengan PAMPs atau MAMPs akan memulai suatu rangkaian
proses yang melibatkan sistem imun innate dan adaptive diikuti dengan
2013; Pool & Opal, 2008; Bougle et al., 2007; Ismail & philiip, 2007; Ismail
11
Respon imun tubuh pada sepsis didasari oleh interaksi antara
12
bakteri. Lipopolisakarida akan dikenali oleh CD14. Signal LPS dimediasi
oleh interaksinya dengan protein plasma fase akut yang dikenal dengan
membawa LPS menuju CD14 (Crain et al., 2004; Levy et al., 2001;
Morgan, 2013).
seperti interferon-ᵞ (lFN-ᵞ), interleukin-1β (lL -1β), lL-2 dan lL-12, lL-18 dan
13
Bakteri gram positif menyebabkan sepsis melalui dua mekanisme:
presenting cells (APC) pada reseptor CD4 sel T dan makrofag, kemudian
sitokin seperti yang telah dijelaskan di atas (Gambar 2 dan Gambar 4).
membutuhkan interaksi dengan TLR yang lain, yaitu TLRO dan TLR1
(Russel, 2006).
14
Gambar 2. Regulasi sel TH oleh TLRs pada APC
Dikutip dari: Akira et al (2001)
15
Gambar 3. Pembentukan Trombus dan Kerusakan Endotel pada Sepsis
Keterangan: TFPI, Tissue factor Plasminogen Inhibitor; PAI-1,
Plasminogen Activator lnhibitor-1; t-PA, tissu-type plasminogen
activator; EPCR, Endothelial Protein C Receptor.
Dikutip dari: Carrigan et al (2004)
ditemukan pada pasien sepsis berat dan syok septik (Morgan, 2013).
16
dapat menstimulasi produksi berbagai jenis mediator inflamasi termasuk
IL-2, interferon gamma (IFN-γ) dan colony stimulating factor (CSF) yang
ikat, molekul prokoagulan (faktor jaringan dan faktor VII) yang dapat
aktivator plasminogen. Neutrofil, C3, C3a dan C5a akan diaktifkan oleh
17
3. Kriteria Diagnosis
18
[4]. Variabel Disfungsi Organ
Hipoksemia arteri (PaO2/ FiO2 < 300),
Oliguria akut (produksi urin < 0,5 mL/kgBB/jam selama minimal 2
jam walaupun telah dilakukan resusitasi cairan secara adekuat),
Peningkatan kreatinin > 0,5 mg/dL atau 44,2 µmol/L,
Gangguan koagulasi (INR > 1,5 atau aPTT > 60 detik),
Ileus (hilangnya bising usus),
Trombositopenia (hitung trombosit < 100.000 µ/L),
Hiperbilirubinemia (bilirubin total > 4 mg/dL atau 70 µmol/L).
[5]. Variabel Perfusi Jaringan
Hiperlaktatemia ( > 1 mmol/L),
Menurunnya pengisian kapiler atau ada bercak – bercak mottling
pada kulit
Syok Sepsis, The European Society of Intensive Care Medicine dan The
19
Gambar 5. Kriteria Klinis Sepsis, Konsensus Internasional Ketiga tahun
2016
Dikutip dari : Berkwits (2016)
dua atau lebih memiliki tingkat mortalitas kurang lebih sekitar 10% pada
populasi pasien di rumah sakit dengan dugaan infeksi. Maka skor SOFA
dengan pasien – pasien yang memiliki nilai skor SOFA kurang dari 2
dari skor SOFA (seperti kadar kreatinin atau kadar bilirubin) memerlukan
20
pemeriksaan laboratorium terlebih dahulu dan oleh karena itu mungkin
tidak dapat dengan cepat menangkap kejadian disfungsi yang terjadi pada
4. Biomarker Sepsis
21
diagnostik, monitoring, statifikasi, pengganti (surrogate). Penanda
derajat keparahan dan prognosis. Saat ini belum ada penanda diagnosis
22
selanjutnya. Jika terdapat infeksi maka perlu pemberian antibiotika agresif,
sebaliknya jika tidak didapatkan bukti infeksi dan lebih disebabkan oleh
superinfeksi bakteri pada pasien infeksi virus. Selain itu, prokalsitonin juga
23
rendah, biaya pemeriksaan yang mahal, waktu pemeriksaan yang cukup
lama (dapat lebih dari 24 jam), belum tersedia secara luas di seluruh
pada diagnosa awal dan menentukan keparahan sepsis. Juga dapat untuk
infeksi virus, jamur dan bakteri serta infeksi sistemik atau lokal. Biomarker
1). biomarker sitokin, 2). biomarker koagulasi, 3). biomarker protein fase
akut, 4). biomarker reseptor, 5). sel terkait penanda biomarker, 6).
24
B. Prokalsitonin
septic shock maupun suatu reaksi inflamasi sistemik berat yang lain jika
bakteri. PCT terutama diinduksi dengan jumlah yang banyak saat terjadi
infeksi bakterial, akan tetapi konsentrasi PCT di dalam tubuh rendah pada
rantai asam amino katalsin. PCT dapat diinduksi oleh adanya stimulus
25
endotoksin bakteri, sitokin proinflamatori, dan kejadian pencetus kenaikan
deretan asam amino (Jin & Khan, 2010). Prokalsitonin terdiri dari 116
prohormon, yaitu kalsitonin (32 asam amino), katalsin (21 asam amino),
amino) (Khoshdell et al., 2008). Kadar PCT dalam darah akan naik 3
sampai 6 jam setelah terjadinya infeksi (Zhao et al., 2014). Pada literatur
lain, sintesis PCT dapat dideteksi dalam serum darah dalam waktu 4 jam.
jam dan akan menurun dalam 48 sampai 72 jam (Khoshdell et al., 2008;
secara fisiologis dan akan turun beberapa hari pertama setelah lahir jika
26
jaringan tubuh terhadap infeksi juga akan menstimulasi sintesis tumor
nekrosis factor (TNF) yang nantinya akan diperlukan oleh jaringan tubuh
disebabkan oleh virus murni. Hal ini diperkirakan diakibatkan oleh adanya
2. Cut-off prokalsitonin
pemberian antibiotik. Pada keadaan normal kadar PCT dalam darah <1
ng/ml (Jin & Khan, 2010). Jika terjadi inflamasi oleh bakteri kadar PCT
selalu >2 ng/ml sedangkan pada infeksi virus kadar PCT <0,5 ng/ml
(Vincent, 2008).
peningkatan yang berarti, jika yang terjadi hanya inflamasi sistemik. Nilai
sepsis, severe sepsis, septic shock, maupun bukan sepsis. Kriteria ini
27
Pada studi ProHOSP kadar PCT yang dapat digunakan sebagai
bakteri (PCT <0,1 ng/ml), infeksi bukan bakteri (PCT 0,1-0,25 ng/ml),
disebabkan oleh bakteri (PCT >0,5 ng/ml) (Soreng & Levy, 2011).
antara 0.5-3.5 ng/ml, pada severe sepsis 6.2-9.1 ng/ml dan pada septic
28
Gambar 7. Cut off point prokalsitonin untuk diagnosis sepsis
Dikutip dari : Ahmadinejad et al (2009)
disesuaikan dengan kebutuhan klinik dan situasi karena semakin tinggi cut
2009).
29
C. Kerangka Teori
Mikroorganisme Patogen
Bakteri Virus
TLR1, TLR2,
TLR4, TLR6 Anti viral
Stimulasi immune
Sel T Respon
inflamasi
inflamasi
PROKALSITONIN
BAB III
KERANGKA KONSEP
30
BAKTERIAL
Pasien
PROKALSITONIN
Sepsis
VIRUS
Usia
Keterangan Kemoterapi
Keganasan
: Variabel Bebas Hematologi
: Variabel Antara
: Variabel Kendali
: Variabel tergantung
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
31
A. Desain Penelitian
rekam medik pasien. Metode yang digunakan adalah uji diagnostik untuk
C. Populasi
pasien dengan klinis sepsis yang dirawat di ICU dan IC RSUP. Dr.
Wahidin Sudirohusodo.
sepsis (sepsis dan Syok sepsis) yang dirawat di ICU dan IC RSUP Dr.
32
E. Perkiraan Besaran Sampel
n= N.Z21-α/2 .P. Q
(N-1).d2 + Z21-α/2.P.Q
Keterangan:
N = Besar populasi
Q =1–P
(94-1)x(0,05)2 + (1,96)2x0,85x0,15
1. Kriteria inklusi
33
b. Usia 18-65 tahun
2. Kriteria eksklusi
H. Metode Kerja
1. Jenis Data
34
Data yang diambil adalah data sekunder dari rekam medik pasien
dengan diagnosa klinis sepsis di ruang Intensive Care Unit (ICU) dan
2. Cara Penelitian
I. Alur Penelitian
35
Rekam medis pasien klinis
sepsis
Kriteria
Pengumpulan data Eksklusi
Kriteria inklusi
Mencatat nilai
prokalsitonin
Analisa
Data
Hasil
1. Identifikasi variabel
a. Sepsis
b. Sepsis bakterial
c. Sepsis virus
d. Usia
e. Prokalsitonin
f. Kemoterapi
2. Klasifikasi variabel
36
a. Berdasarkan jenis data dan skala pengukuran
hematologik
K. Definisi Operasional
1. Sepsis
infeksi.
Kriteria objektif :
37
a. Sepsis : bila ditemukan dua atau lebih gejala SIRS dengan fokus
medik.
2. Sepsis bakterial
Pasien dengan klinis sepsis yang dibuktikan dengan hasil kultul darah
positif ditemukannya biakan kuman bakteri baik gram (+) maupun (-).
3. Sepsis virus
4. Usia
5. Prokalsitonin
38
> 0,5 - 2,0 ng/ml : kemungkinan infeksi sistemik (sepsis)
7. Sensitivitas
8. Spesifisitas
positif.
11. Akurasi
39
0,9 – 1,0 : Sempurna
1. Analisis Univariat
2. Analisis Bivariat
a. Uji independent t.
40
Digunakan untuk membandingkan variabel berskala numerik antara
Wilk.
kelompok atau lebih yang tidak berpasangan. Dalam hal ini untuk
kultur darah.
Kelompok Sepsis
Prokalsitonin
(ng/ml) Bakterial Virus Jumlah
≥X A B A+B
<X C D C+D
Jumlah A+C B+D A+B+C+D
X: batas kadar prokalsitonin yang hendak diuji satu persatu
1. Sensitivitas
41
Penghitungan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga
1. Sensitivitas
2. Spesifisitas
5. Akurasi
5. 5.
Akurasi
Akurasi
5. Akurasi
Akurasi adalah suatu uji yang menunjukkan ketepatan dari suatu
Akurasi adalah suatu uji yang menunjukkan ketepatan dari suatu
Akurasi
pemeriksaan. adalah suatu uji yang menunjukkan ketepatan dari suatu
pemeriksaan.
pemeriksaan.
atau respon
95%bilangan
untuk kontinyu. Kurvabesarnya
menentukan ini menghubungkan
peluang nilai sensitivitasdengan
kadar prokalsitonin
digunakan
1-spesifisitas. Area untuk membedakan
di bawah antara
kurva ROC dapatsepsis bakterial
digunakan untukdan non
menilai
bakterial.
keakuratan suatu diagnosis. Garis diagonal terdiri atas titik dengan nilai
buruk hasilnya. Titik potong yang terbaik adalah titik terjauh di sebelah kiri atas
42
garis normal.
Hasil uji hipotesis ditetapkan sebagai berikut :
M. Jadwal Penelitian
Persiapan : 1 minggu
N. Personalia Penelitian
43
Pelaksana : dr. A. Muh. Farid Wahyuddin
Universitas Hasanuddin.
BAB V
44
HASIL PENELITIAN
Unit (ICU) dan Infection Center (IC) RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
dua kelompok yakni kelompok sepsis bakterial dan kelompok sepsis virus.
A. Karakteristik Sampel
dan sebaran jenis kelamin pada pasien sepsis dapat dilihat pada Tabel 6
Data disajikan dalam bentuk nilai mean ± SD (standar deviasi). Nilai p < 0,05 dinyatakan
berbeda secara bermakna. variabel umur diuji dengan independent T test.
kelompok virus yaitu yaitu 38 (±10) tahun dan kelompok bakterial yaitu
yaitu 43 (±12) tahun, dengan rentang usia dari 19 tahun sampai dengan
45
dapat dinyatakan homogen. Perbandingan umur kedua kelompok
dinyatakan bermakna.
Data disajikan dalam bentuk angka dan persentase (%). Nilai p < 0,05 dinyatakan
berbeda secara bermakna. variabel jenis kelamin diuji dengan Chi Square test.
B. Diagnosis Pasien
46
Sepsis Virus Sepsis Bakterial
Variabel (n=39) (n=41) P
n % n %
Diagnosis
Data disajikan dalam bentuk angka dan persentase (%). Nilai p < 0,05 dinyatakan
berbeda secara bermakna. variabel diagnosa diuji dengan Chi Square test.
yang bermakna (p < 0,05) pada sebaran diagnosis pasien sepsis dan
C. Prokalsitonin
Data disajikan dalam bentuk nilai mean ± SD (standar deviasi). Nilai p < 0,05 dinyatakan
berbeda secara bermakna. variabel prokalsitonin diuji dengan Uji Deskriptif.
Berdasarkan Tabel 9, terlihat bahwa rata-rata nilai prokalsitonin yaitu
29,01 (±58,010) ng/ml dengan rentang dari 0,43 ng/ml sampai dengan
200,00 ng/ml.
47
Tabel 10. Deskriptif prokalsitonin pasien sepsis jenis bakterial dan virus
Data disajikan dalam bentuk nilai mean ± SD (standar deviasi). Nilai p < 0,05 dinyatakan
berbeda secara bermakna. variabel prokalsitonin diuji dengan *Mann Whitney test.
perbandingan yang bermakna (P < 0,05) antara pasien sepsis jenis virus
dengan rata-rata 1,12 (±0,622) ng.ml dan pasien sepsis jenis bakterial
normal (p < 0,05) dapat dilihat pada lampiran 4. Maksud dari berdistribusi
48
Hasil pemeriksaan prokalsitonin berdasarkan pasien sepsis jenis
PCT
AUC = 0,841
Dari hasil analisis kurva ROC pada Grafik 2, ditemukan bahwa area
dengan nilai AUC sebesar 0,841, artinya jika terdapat 100 pasien yang
populasi tersebut.
49
Pada penelitian ini diperoleh kadar ambang diagnostik yaitu 1,40
spesifisitas, nilai duga positif, nilai duga negatif dan akurasi sebagai
berikut.
Data disajikan dalam bentuk angka dan persentase (%). variabel prokalsitonin diuji
berdasarkan ROC test.
prokalsitonin 1,40 ng/ml sehingga 1,60 ng/ml adalah nilai terbaik untuk
dijadikan cut off pada penelitian ini sehingga menjadi nilai paling optimal
50
BAB VI
PEMBAHASAN
prevalensi dan insiden yang masih tinggi. Fokus dari penelitian kami
A. Karakteristik Sampel
Care Unit (ICU) RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo periode 1 Januari 2014
51
sampai dengan 31 agustus 2016, didapatkan 80 sampel penelitian yang
uji Chi-Square. Dari hasil uji ini tidak didapatkan perbedaan yang
sampel penelitian ini dinyatakan bersifat homogen. Hal ini sejalan dengan
infeksi bakteri dan infeksi virus pada anak. Mereka menyimpulkan bahwa
untuk variabel umur, berat badan, dan rasio jenis kelamin laki-laki dan
perempuan.
dengan 200,00.
Dari hasil analisis kurva ROC, ditemukan bahwa area under the
52
AUC sebesar 0,841, artinya jika terdapat 100 pasien yang diteliti maka
Dari nilai AUC tersebut diperoleh cut off point sebesar 1,60.
antara 0.5-3.5 ng/ml, pada severe sepsis 6.2-9.1 ng/ml dan pada septic
disesuaikan dengan kebutuhan klinik dan situasi karena semakin tinggi cut
2009).
berat menjadi syok sepsis dan yang menyebabkan 10% kasus di Intensive
care unit (ICU). Penyakit ini menjadi penyebab kematian kedua non
53
ini sebenarnya merupakan mekanisme perlindungan tubuh dengan tujuan
faktor yang saling berinteraksi satu sama lain misalnya ada tidaknya faktor
sesuai dengan hasil kultur sebagai baku emas sepsis. Gejala klinis sepsis
muncul sedangkan hasil kultur negatif atau sebaliknya. Assicot, 1993 pada
dan berkorelasi kuat dengan luas dan derajat keparahan infeksi bakteri.
54
superinfeksi bakteri pada pasien infeksi virus. Selain itu, prokalsitonin juga
lama (dapat lebih dari 24 jam), belum tersedia secara luas di seluruh
Iran.
55
belum memuaskan. Penanda yang ideal haruslah memiliki nilai
yang lama, biaya mahal dan belum tersedia di semua rumah sakit.
bakteri. PCT terutama diinduksi dengan jumlah yang banyak saat terjadi
infeksi bakterial, akan tetapi konsentrasi PCT di dalam tubuh rendah pada
digunakan. Saat ini belum ada yang meneliti tentang sejauh mana akurasi
bakteri dan non bakteri khususnya virus. Dari Uraian di atas, peneliti ingin
membedakan sepsis bakteri dan virus, serta mencari titik potong kadar
dasar dalam diagnostik dan pemberian terapi pada sepsis lebih awal.
56
Selanjutnya dengan menggunakan uji statistik Chi Square test,
diperoleh cut off point sebesar 1,60 dengan sensitivitas 82,4%, spesifisitas
sebesar 65,2%, nilai duga positif 77,3%, nilai duga negatif 94,4%, dan
akurasi sebesar 88,7%. Nilai ini adalah nilai paling optimal untuk
nilai prokalsitonin.
pemberian antibiotik. Pada keadaan normal kadar PCT dalam darah <1
ng/ml (Paramythiotis et al., 2009). Jika terjadi inflamasi oleh bakteri kadar
PCT selalu >2 ng/ml sedangkan pada infeksi virus kadar PCT <0,5 ng/ml
(Vincent, 2008).
bakteri (PCT <0,1 ng/ml), infeksi bukan bakteri (PCT 0,1-0,25 ng/ml),
disebabkan oleh bakteri (PCT >0,5 ng/ml). Pada infeksi yang bukan
57
Pemberian terapi antibiotik yang sesuai akan menurunkan kadar
akan menaikkan kadarnya (Silva & Nizet, 2009). PCT akan meningkat
pada trauma seiring dengan derajat keparahan luka. Kadar PCT akan naik
gram positif (Khoshdell et al., 2008). Pada penelitian pada bayi prematur,
umur dan jenis kelamin tidak memiliki kaitan yang signifikan pada
58
BAB VII
A. Kesimpulan
3. Nilai titik potong yang optimal (cut off value) dari kadar prokalsitonin
antara sepsis bakterial dan virus adalah 1,60 ng/ml berbeda dengan
B. Saran
59
DAFTAR PUSTAKA
Crain MC, Stolz DJ, Bingisser R, Gencay MM, Huber PR, Tamm M. et al.
Effect of procalcitonin-guided treatment on antibiotic use and
outcome in lower respiratory tract infection:cluster-randomised,
single-blinded intervention trial. The Lancet. 2004;363:600-7.
Frisca Putu. Faktor yang berhubungan dengan hasil tes prokalsitonin pada
sepsis.UNS press. 2012. 44-50
Gaieski DF, Edwards JM, Kallan MJ, Carr BG. Benchmarking the
incidence and mortality of severe sepsis in the United States. Crit
Care Med. 2013;41(5):1167-74.
60
Guntur A. Sepsis. Dalam: Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
S s, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing; 2009.p.2889-900.
Iwashyna TJ, Cooke CR, Wunsch H, Kahn JM. Population burden of long-
term survivorship after severe sepsis in older Americans. J Am
Geriatr Soc. 2012;60(6):1070-7.
Jin M, Khan AI. Procalcitonin: use in the clinical laboratory for the
diagnosis of sepsis. Lab Med. 2010;41(3):173-77.
Levy MM, Fink MP, Marshall JC, Abraham E, Angus D, Cook D. et al.
2001 SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS international sepsis definitions
conference. Intensive Care Med. 2003;29:530-8.
Morgan BL. Identification and management of the patients with sepsis. Crit
Care concepts. 2013;46:436-64.
61
shock-understanding a serious killer. Greece; University Hospital
Thessaloniki. 2009.p.103-124.
Torio CM, Andrews RM. National inpatient hospital costs: the most
expensive conditions by payer 2011. Statistical Brief #160.
Healthcare Cost and Utilization Project (HCUP) statistical briefs.
2013. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK169005. Accesed July
26, 2016.
62
Whang KT, Steinwald PM, White JC, Nylen ES, Snider RH, Simon GL. et
al. Serum calcitonin precursor in sepsis and systemic inflammation.
JCE & M. 1998;83(9):3296-3301.
63