A. Validasi
Dalam pemodelan, model mental dari suatu sistem yang dimodelkan sangat
bergantung pada model mental si pemodel. Walaupun demikian, untuk memenuhi
kaidah-kaidah keilmuan, maka proses validasi perlu dilakukan. Validasi model sistem
dinamik pada dasarnya adalah suatu proses membangun kepercayaan pada kegunaan
model sebagai alat bantu analisis dan perancangan kebijakan. Dalam proses validasi
ini, sebuah model tidak akan dapat dinyatakan valid secara absolut, jika tidak terdapat
bukti bahwa model dapat merepresentasikan suatu realita dengan benar–benar mirip
secara absolut, sehingga dengan melakukan proses pengujian model sistem dinamik
terhadap bukti–bukti empiris akan meningkatkan kepercayaan seseorang terhadap
model. Dengan demikian pengujian validasi dilakukan untuk memperoleh keyakinan
sejauh mana keserupaan struktur model mendekati strukur nyata.
Validasi model dalam sistem dinamis dapat dilakukan melalui berbagai cara, namun
yang digunakan dalam kajian ini hanya 2 cara yaitu :
Dalam sistem dinamis, struktur diartikan sebagai pola keterkaitan antara satu variabel
dengan variabel lainnya. Untuk memvalidasi apakah struktur dalam model memang
benar-benar ada dalam struktur nyata, dilakukan dengan diskusi pakar dibidangnya
atau menggunakan referensi ilmiah yang sudah ada.
Secara empirik bahwa pertambahan total kebutuhan air dipengaruhi oleh kebutuhan air
domestik, perkotaan, industri dan irigasi. Peningkatan masing-masing sektor akan
meningkatkan total kebutuhan air pada Sub DAS Bengawan Solo Hulu. Berdasarkan
hasil simulasi terhadap sub model dinamik kebutuhan air memperlihatkan bahwa
peningkatan jumlah penduduk akan diikuti oleh peningkatan total kebutuhan air secara
eksponensial. Penelitian ini memperkuat simpulan dari Diah (2000) bahwa tingkat
kebutuhan air terbesar di Indonesia berdasarkan sektor kegiatan dapat dibagi dalam
tiga kelompok besar, yakni : kebutuhan domestik, kebutuhan irigasi pertanian dan
kebutuhan industri. Sejalan dengan pertambahan penduduk di Indonesia, maka
kebutuhan air ketiga sektor ini akan meningkat pula.
Cara kedua yang dilakukan untuk memvalidasi model adalah menggunakan data
eksisting yang dibandingkan dengan data simulasi. Metode pengujian validasi model
ini dengan melakukan uji statistik antara lain Absolute Mean Error (AME) yaitu
penyimpangan nilai rata-rata hasil simulasi terhadap nilai aktual. Adapun sebuah
model dapat dinyatakan valid jika dengan batas penyimpangan AME tersebut < 10 %
dimana :
Hasil validasi model khususnya untuk variabel jumlah penduduk dengan menggunakan
rumus AME adalah 0,008 (0,8 %). Nilai AME tersebut masih berada pada batas kriteria
pengujian <10 % (Gambar ..)
Gambar di atas menunjukkan bahwa trend pertumbuhan penduduk sejak tahun 2007
hingga tahun 2011 antara data simulasi dengan data faktual relatif sama. Jika dilihat
dari nilai AME yang sangat rendah, maka dapat dikatakan bahwa dinamika
pertumbuhan jumlah penduduk dalam model telah dapat menggambarkan dinamika
pertumbuhan penduduk secara aktual di lapangan.
Verifikasi
Pada sub model kebutuhan air, khususnya variabel tindakan adaptasi terhadap
perubahan iklim (penghematan air) dilakukan verifikasi model dengan tujuan untuk
mengetahui perilaku sistem model sehingga dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk pengambilan kebijakan (policy) sehingga bisa ditentukan langkah-
langkah strategis berkaitan dengan adaptasi perubahan iklim dengan menekan
penggunaan air.
1100000000 1
1 2
Kebutuhan air (m3)
1000000000
1 2 3
1 2 3 4
900000000
1 2 3 4
123 2 3 4
4
800000000
3 4
700000000
2.010 2.020 2.030 2.040 2.050 2.060
TAHUN
Dalam penentuan nilai air, salah satunya variabel yang berpengaruh terhadap besar
kecilnya nilai air adalah umur bangunan air, dalam hal ini waduk. Hal ini sesuai dengan
teori umum, bahwa nilai sesuatu barang investasi dalam analisis biaya salah satunya
harus memperhitungkan umur ekonomis barang tersebut.
Pedoman untuk melakukan perhitungan nilai air di BBWS Bengawan Solo atau PJT I
berdasarkan persamaan yang telah ditetapkan Kimpraswil (1998) yaitu:
1
( . 𝑀) + 𝑆 + 𝐿
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐴𝑖𝑟 = 𝑛
∝. 𝑉𝑠
Dimana :
n = perkiraan umur bangunan prasarana fisik konstruksi sumber daya air (SDA)
per tahun
M = biaya investasi untuk pembangunan prasarana fisik konstruksi SDA per tahun
S =biaya operasi dan pemeliharaan prasarana fisik konstruksi SDA per tahun
L = biaya kegiatan dan investasi untuk kelestarian penyediaan air baku per tahun
α =faktor pengali yang merupakan discount rate dari kehilangan air (pada
umumnya 10%),
Prinsip persamaan tersebut adalah jumlah komponen biaya dalam satuan waktu dibagi
dengan jumlah pengambilan air dalam satuan waktu yang sama. Berdasarkan
persamaan ini, maka jika umur bangunan air (waduk) atau n semakin berkurang, maka
akan menambah biaya komponen, yang pada akhirnya akan menaikkan nilai air yang
ada dengan asumsi penyediaan air bakunya setiap tahunnnya tetap. Hasil simulasi
menunjukkan bahwa penurunan umur waduk, maka nilai air akan juga mengalami
peningkatan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini.
700
600
nilai_air
500
400
300
2.010 2.020 2.030 2.040 2.050 2.060
Time