Anda di halaman 1dari 5

Nama : M Habib Baihaqi (185080301111)

: Pitra Surya Pradipta (185080301111034)

1) Latar Belakang

Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi
masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami proses
pembusukan dan penurunan mutu dikarenakan daging ikan mempunyai kadar air yang tinggi,
pH netral, teksturnya lunak, dan kandungan gizinya tinggi sehingga menjadi medium yang
sangat baik untuk pertumbuhan bakteri.

Protein merupakan senyawa organik yang menyusun makhluk hidup dan


memperbarui jaringan yang rusak. Di Indonesia, gejala kekurangan protein lebih sering
terjadi pada ibu dan anak, di Indonesia pengolahan terhadap protein pada ikan cukup banyak
dan dana yang dikeluarkan juga cukup besar. Untuk masalah itu dibutuhkan inovasi bahan
dan tingkat protein dengan harga yg relatif murah. Sepat rawa (trichogaster trichopterus) ikan
ini sangat mudah ditemui di rawa2, danau, dan sungai. Karena alasan itu lah yang membuat
nilai ekonomis ikan ini tidak terlalu mahal, tetapi kadar protein dan kadar kalori/energi tidak
kalah dengan ikan lain nya tetapi belum banyak orang yang mengetahui akan hal ini.

a. Mengenalkan Fungsi Protein Pada Umumnya


b. Membahas Potensi Sumberdaya Ikan Sepat di Masyarakat
c. Memunculkan Solusi dalam menangani kekurangan protein dengan
Pemanfaatan Protein Ikan Sepat

2) Rumusan Masalah
a. Bagaimana kandungan protein yang terkandung pada ikan sepat?
b. Bagaimana mengetahui potensi populasi Ikan Sepat di masyaraka?
c. Bagaimana pengaruh pemanfaatan protein ikan sepat sebagai suplemen?
d. Bagaimana menjelaskan keefektifan suplemen ikan sepat sebagai pemenuh kebutuhan
protein?
3) Tujuan
a. Untuk menjelaskan kandungan protein yang terkandung pada ikan sepat
b. Untuk menjelaskan potensi populasi ikan sepat di masyarakat
c. Untuk menjelaskan pengaruh pemanfaatan protein ikan sepat sebagai suplemen
d. Untuk menjelaskan keefektifan suplemen ikan sepat sebagai pemenuh kebutuhan
protein

Isi

Sepat siam merupakan ikan sungai dan rawa yang cocok sekali di pelihara di kolam-
kolam. Jenis ikan ini dapat hidup pada perairan yang memiliki pH antara 6-7 dengan suhu
23-27 °C. Ikan ini termasuk jenis omnivora, makanan utama ikan ini adalah jentik nyamuk,
cacing, kutu air, udang renik, dan lumut.

Di Sumatera Selatan dan Kalimantan, ikan ini berkebang biak dengan cepat dan
menjadi ikan yang mendominasi daerah rawa. Hasil penangkapan suatu perairan umum di
Sumatera Selatan, 60% merupakan sepat siam. Pada umumnya ikan ini diolah sebagai ikan
asin yang diekspor ke Jawa, hal ini dikarenakan pembudidayaan ikan ini belum cukup
populer. Tetapi ikan ini bisa dikatakan cukup melimpah di Indonesia

Salah satu komoditas perikanan yang bernilai cukup tinggi serta digemari oleh
konsumen rumah tangga adalah ikan sepat siam (Trichogaster pectoralis). Ikan sepat siam
merupakan ikan konsumsi dan juga sebagai sumber protein. Selain dijual dalam keadaan
segar di pasar, ikan sepat siam juga diawetkan dalam bentuk ikan asin dan diperdagangkan
antar pulau di Indonesia.

Pada musim kemarau maupun musim hujan menjadikan faktor untuk melakukan
pengolahan ikan sepat siam dalam bentuk ikan asin. Hal ini juga dilakukan untuk
mengantisipasi kerusakan atau kemunduran mutu ikan sepat yang tidak habis dijual di
pasaran. Menurut Direktorat Jendral Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan (1996),
pengolahan mempunyai fungsi untuk memaksimumkan manfaat hasil tangkapan maupun
hasil budidaya, serta mendiversifikasikan kegiatan dan komoditi yang dihasilkan. Kegiatan
pengolahan sangat berpengaruh terhadap keadaan sosial-ekonomis nelayan atau petani ikan.
Ikan Sepat Siam merupakan ikan konsumsi yang penting, terutama sebagai sumber
protein yang bermafaat untuk masyrakat daerah pedesaan.Selain dijual dalam keadaan segar
di pasar, Ikan sepat siam kadang diawetkan dalam bentuk ikan asin dan diperdagangkan antar
pulau di Indonesia. Tak sulit untuk menangkap ikan ini karena ini hidup dirawa, sawah,
sungai, serta diwaduk diseluruh perairan indonesia. Ikan ini mampu berkembang biak dengan
pesat, kadang terdapat ikan sepat seperti dikolam pemeliharaan ikan lele, ikan patin, dan ikan
nila. Kandungan gizi terutama protein pada ikan sepat cukup tinggi.
PENDAHULUAN

Populasi ikan sepat yang meningkat di masyarakat seakan hanya digunakan sebagai
ikan hias ataupun sebagai lauk. Yang mana kita ketahui bahwa ikan sepat memiliki kadar
protein yang tinggi. Di Indonesia, gejala kekurangan protein lebih sering terjadi pada ibu dan
anak. Kekurangan protein yang menimpa di masyarakat dapat menyebabkan banyak orang
mengalami berbagai penyakit yang berkaitan dengan pertumbuhan dan kinerja otak. Banyak
anak di Indonesia mengalami kekurangan asupan protein, salah satu penyebabnya adalah
protein belum menjadi prioritas dalam belanja masyarakat. Kurangnya pemahaman tentang
manfaat protein juga dapat menjadi penyebab permasalahan ini.

Menurut Anindita (2012) Hasil analisis uji Fisher Exact yang dilakukan pada balita di
kota Semarang diperoleh nilai p= 0,003 (p<0,05), sehingga dapat dikatakan ada hubungan
antara tingkat kecukupan protein dengan stunting (pendek) pada balita. Hasil pada penelitian
ini sebagian besar balita yaitu sebanyak 48,5% memiliki tingkat kecukupan protein yang
kurang. Penelitian lain juga menunjukan bahwa sebagian besar anak baduta mengalami
kekurangan protein sebanyak 75% dan hal tersebut menyebabkan pertumbuhan terhambat.

Protein telah terbukti sebagai salah satu zat gizi yang penting bagi tumbuh kembang
anak, pembentukan otot dan pencegahan berbagai penyakit. Namun faktanya 37% penduduk
Indonesia masih kekurangan asupan protein. Kondisi masih rendahnya kecukupan protein di
kalangan masyarakat Indonesia ini menurut Profesor Hardinsyah, Ketua Umum Perhimpunan
Pakar Gizi dan Pangan Indonesia yang juga merupakan Guru Besar Ilmu Gizi di Institut
Pertanian Bogor, disebabkan oleh berbagai faktor antara lain masih kurang tepatnya pola
konsumsi pangan masyarakat, belum diprioritaskannya pangan protein dalam pengeluaran
belanja masyarakat, rendahnya daya beli serta kurangnya pemahaman tentang protein
berkualitas.

Kurangnya asupan protein menjadi salah satu penyebab buruknya gizi masyarakat di
Indonesia. Pemilihan produk makanan bergizi di masyarakat masih sedikit, rata-rata
masyarakat memilih produk makanan yang lezat dan berkualitas tanpa memandang asupan
gizinya, salah satunya protein. Rendahnya konsumsi ikan di Indonesia juga merupakan
penyebab dari kurangnya asupan protein masyarakat Indonesia.
Masalah gizi kurang khususnya kekurangan energi protein (KEP) masih merupakan
masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat di Indonesia. Prevalensi balita gizi kurang
atau balita kurus masih tinggi. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007,
2010, dan 2013 belum menunjukkan perbaikan, bahkan ada sedikit peningkatan. Propinsi
dengan persentase balita gizi buruk tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (33%). Studi Diet
Total (SDT) 2014 menunjukkan bahwa sebanyak 55,7% balita masih mendapatkan asupan
energi kurang dari Angka protein yang paling banyak ada di darah manusia (60%) [7–10].

Upaya dalam meningkatkan kebutuhan asupan protein di masyarakat dapat dilakukan


dengan pemanfaatan ikan sepat sebagai suplemen kebutuhan protein. Selain mudah untuk
dikonsumsi dan tidak perlu penanganan khusus

DAPUS

Rinto., Elmeizi Arafah dan Susila Budi Utama., 2009. Kajian keamanan pangan
(formalin, garam dan mikroba) pada ikan Sepat Asin produksi Indralaya. Jurnal
Pembangunan Manusia. 8(2): 1-10.

Anindita Putri. 2012. Hubungan tingkat pendidikan ibu, pendapatan keluarga,


kecukupan protein dan zinc dengan stunting (pendek) pada balita usia 6-35 bulan di
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 1(2): 617-626.

Riansyah Angga., Agus Supriadi., Rodiana Nopianti., 2013. Pengaruh perbedaan suhu
dan waktu pengeringan terhadap karakteristik Ikan Asin Sepat Siam (Trichogaster pectoralis)
dengan menggunakan oven. Jurnal THP UNSRI. 2(1): 1-16.

Anggraeny Olivia., Chardina Dianovita., Ekanti Nurina Putri., Minarty Sastrina.,


Ratih Setya Dewi. Kolerasi pemberian diet rendah protein terhadao status protein, imunitas,
hemoglobin dan nafsu makan. Indonesian Journal Of Human Nutrition. 3(2): 105-122.

Anda mungkin juga menyukai