Anda di halaman 1dari 11

RINGKASAN MATERI KULIAH PENGANTAR BISNIS (B2)

SEMESTER GANJIL 2019/2020

TANGGUNG JAWAB SOSIAL SUATU BISNIS

KELOMPOK II

NO NIM NAMA

07 1907521044 DEBORA DWI ARUM PUSPITALOKA

16 1907521054 RADJA BANU ROCHMANDA

19 1907521057 SI LUH MADE DWI APRILIA SANTIKA

21 1907521059 MARSELLINA NOVIYANTI

26 1907521064 NI MADE MAYA INDRA PRATIWI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS REGULER BUKIT

UNIVERSITAS UDAYANA
DAFTAR ISI

Daftar isi……………………………………………………….……..01
Bab I……………………………………………………….…………02
a. Benturnya dengan kepentigan masyarakat……………………..02
b. Etika bisnis……………………………………………………..05
c. Contoh kasus tanggung jawab suatu bisnis…………………….07
Bab II kesimpulan ………………………………………….…….…..09
Daftar pusaka…………………………………………………………10

1
BAB I

TANGGUNG JAWAB SOSIAL SUATU BISNIS

1.1 Pengertian

Tanggung jawab sosial suatu bisnis atau CSR (Corporate Social Responsibility) dapat
didefinisikan sebagai bentuk kepedulian suatu bisnis terhadap lingkungan eksternal suatu
bisnis melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma
masyarakat, partisipasi pembangunan, menjaga ketertiban, serta berbagai bentuk tanggung
jawab sosial lainnya. Tanggung jawab suatu bisnis meliputi tiga hal :
a. Benturan Dengan Kepentingan Masyarakat
b. Dorongan Tanggung Jawab Sosial
c. Etika Bisnis

1.2 Pembahasan

1.2.1 Benturan Dengan Kepentingan Masyarakat


a. Pembahasan
Di dalam menjalankan tugasnya yaitu memproduksi barang/jasa untuk disajikannya
kepada masyarakat atau konsumen, tidaklah jarang terjadi konflik kepentingan
masyarakat umum dengan kepentingan perusahaan. Benturan kepentingan tersebut
banyak terjadi baik terhadap perusahaan besar, menengah, ataupun perusahaan kecil.
Bentrokan kepentingan ini sering terjadi terutama dalam hal ditimbulkannya polusi oleh
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Tanggung jawab sosil suatu bisnis juga
tercermin dari dituntutnya ganti rugi yang cukup besar oleh masyarakat sekitar pabrik
yang menjadi korban atas meledaknya tangki nuklir dari suatu pabrik Gas Union Carbite
di Bopal, India pada tahun 1986. Anjuran bapak Presiden Soeharto dalam tahun 1990
kepada konglomerat yang telah menikmati lebih banyak hasil-hasil pembangunan untuk
membagikan sebagian sahamnya kepada koperasi, juga merupakan pencerminan dari
penjabaran tanggung jawab social suatu bisnis. Dari urian di atas dapat disimpulkan
bahwa tanggung jawab social suatu bisnis, dewasa ini menjadi suatu topik yang cukup
menonjol. Businessman dituntut untuk lebih banyak memperhatikan aspek aspek social
dan menerapkan etika bisnis secara jujur. Konflik kepentingan antara bisnis dan
kepentingan masyarakat itu akan selalu muncul apabila konflik tersebut mencapai jalan
buntu atau tidak teratasi maka biasanya masyarakat akan menggunakan tangan
pemerintah sebagai penengahnya. Disamping itu businessman juga harus memperhatikan
masalah menyusutnya sumber daya alam terutama yang tidak dapat diperbaharui seperti
minyak bumi, gas alam, batu bara, batu kapur dan lainnya.

2
Selain daripada itu sumber daya alam yang dapat diperbaharui harus dijaga agar jangan
sampai punah seperti hutan, unggas maupun satwa lainnya.
b. Klasifikasi Aspek Pendorong Tanggung Jawab Sosial
1. Dorongan Dari Pihak Luar, dari lingkungan masyarakat. Kendala yang
seringkali dihadapi adalah adanya biaya tambahan yang kadang cukup besar bagi
perusahaan. Sehingga pengelolaan lingkungan dan sumbangan kepeduliaan
kepada asyarakat yang seringkli diabaikan.
2. Dorongan dari dalam bisnis itu sendiri, sisi humanisme pebisnis yang
melibatkan rasa, karsa dan karya yang menjadi pendorong diciptakannya etika
bisnis yang baik dan jujur. Maka secara inter pelaksanaannya akan terbentur pada
pertimbangan untung dan rugi yang pada umumnya mendominasi an menjadi cirri
dari suau bisnis. Oleh karena itu mereka sering terdorong rasa kemanusiaannya
untuk menerapkan etika bisnis yang baik dan jujur.

1.2.2 Dorongan Tanggung Jawab Sosial


Setiap perusahaan memiliki tanggung jawab sosial yang merupakan kesadaran
perusahaan mengenai bagaimana keputusan bisnisnya dapat mempengaruhi masyarakat.
Istilah tanggung jawab sosial terkadang digunakan untuk menjelaskan tanggung jawab
perusahaan terhadap komunitas dan lingkungannya.
Adapun masalah masalah social yang mendorong suatu bisnis melaksanakan tanggung
jawab sosialnya dapat diklasifikasikan menjadi 5 macam yaitu :
1. Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan
Pada umumnya kegiatan kegiatan inter yang terjadi didalam prusahaan menimbulkan
bentuk bentuk hubungan kedinasan yang kaku, keras dan otoriter. Prosedur
administrasi yang berbelit belit sering kali menimbulkan tekanan batin bagi para
pelaksana bisnis.
Manfaat Penerapan Manajemen Orientasi Kemanusiaan
a. Moral kerja karyawan akan meningkat dan kemudian akan mendorong semangat
kerja sehingga produktivitas kerja pun akan meningkat pula.
b. Partisipasi bawahan akan muncul dan menimbulkan rasa handarbeni/memiliki
dari para bawahan sehingga akan tercipta manajemen partisipatif.
c. Hubungan kerja yang baik dan menyenangkan akan membawa kenyaman kerja
sehingga absensi karyawan akan berkuang.
d. Rasa percaya diri dari para karyawan juga akan terbentuk dan hal ini akan
mempertinggi mutu/kualitas produksinya.

e. Kepercayaan masyarakat dan konsumen akan meningkat dan hal ini merupakan
modal dasar bagi perkembangan selanjutnya dari perusahaan yang bersangkutan.
2. Ekologi dan Gerakan Pelestarian Lingkungan
3
Ekologi, yang menitikberatkan pada keseimbangan antara manusia dan alam
lingkunganya banyak dipengaruhui oleh proses produksi. Sebagai contoh maraknya
penebangan hutan sebagai bahan dasar industry perkayuan. Perburuan kulit ular yang
diperuntukan industry kerajinan kulit. Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan
peledak maupun racun yang merusak alam sekitar.
3. Penghematan Energi
Pengurasan secara besar-besaran energy yang berasal dari sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui seperti minyak,batubara dan gas telah banyak terjadi.
Kesadaran bahwa sumber daya tersebut tidak dapat diperbaharui telah mendorong
dilaksanakanya proses efisiensi serta mencari pengganti sumber daya tersebut. Yang
dapat disebut dengan sumber energy alternative diantaranya adalah pemanfaatan
tenaga surya, nuklir, angin, air serta laut. Banyak pihak pihak yang masih bersantai
santai seraya memboroskan penggunaan energinya tanpa memikirkan energi tersebut
akan habis di masa depan. Oleh karena itu masalah energi ini merupakan tantangan
sosial dan tantangan bisnis yang akan kita hadapi dan pasti akan terjadi jika kita tidak
menyadari pentingnya menghemat dan menjaga energi yang masih negara ini miliki.
Adapun penanganan masalah energi ini pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi
2 macam yaitu :
Problem jangka pendek, yaitu menyangkut penghematan pemakaian energi serta
konservasi sumber alam tersebut agar dapat lebih awet dan dapat bertahan cukup
lama
Problem jangka panjang, yaitu penciptaan sumber sumber energi
alternatif/pengganti yang meliputi koordinasi antara tujuan tujuan sosial dengan
bertambahnya kebutuhan energi. Untuk mensinkronisasikan antara kepentingan sosial
dengan bertambahnya kebutuhan akan energi dapat diakali dengan beberapa cara,
contohnya adalah mengatur penambahan alat alat transportasi umum. Penyediaan
alat transportasi umum yang bagus dan dalam jumlah serta kualitas yang nyaman
akan menekan kebutuhan transportasi pribadi yang notabene lebih boros daripada
kendaraan umum.
4. Partisipasi Pembangun Bangsa
Kesadaran masyarat pebisnis terhadap suksesnya pembangunan sangat diperlukan.
Karena denag adanya kesadran tersebut, akan membantu pemerintah menangani
masalah pengangguran dengan cara ikut melibatkan penggunaan tenaga kerja yang
ada, sebagai bentuk tanggung jawab social pada lingkungan sekitar perusahaan
beroprasi.

5. Gerakan Konsumerisme

4
Gerakan Konsumerisme adalah gerakan yang berusaha untuk memperjuangkan hak
hak konsumen untuk mendapatkan perlindungan terhadap pelayanan bisnis yang
sering merugikan kepentingannya. Awal perkembangannya tahun 1960-an di Negara
Barat yang berhasil meberlakukan Undang-undang Perlindungan Konsumen.Berikut
adalah Tujuan dari gerakan konsumerisme ini adalah :
a. Memperoleh perhatian dan tindakan nyata dari kalangan bisnis terhadap keluhan
konsumen atas praktek bisnisnya.
b. Pelaksanaan strategi advertensi atau periklanan yang realistic dan mendidik serta
tidak menyesatkan masyarakat.
c. Diselenggarakan panel-panel disuksi antara wakil konsumen dengan produsen.
Pelayanan purna jual yang lebih baik.
d. Berjalannya proses public relation (PR) yang lebih menitikberatkan pada
kepuasan konsumen daripada promosi semata.
e.
f.
1.2.3 Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul
dari perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis
dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Hal ini dapat dipandang sebagai etika
pergaulan bisnis. Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar
manusia, maka pergaulan bisnis dengan masyarakat umum juga memiliki etika prgaulan
bisnis. Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal di antaranya :
1. Hubungan antara bisnis dengan konsumen
Hubungan anatara bisnis degan konsumennya adalah hubungan yang paling banyak
dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga pergaulannya secara baik dalam
hal ini. Berikut contoh pergaulan antara bisnis dengan konsumen:
a. Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi di
dalamnya, sehingga produsen perlu memberikan kejelasaan tentang isi serta
kandungan atau zat-zat yang terdapat di dalam produk tersebut.
b. Promosi terutama iklan merupakan gangguan etis yang paling utama. Oleh karena
itu sampai saat ini TVRI masih melarang ditayangkannya iklan dalam siarannya sejak
awal 1980-an.
c. Pemberian servis dan terutama garansi merupakan tindakan yang etis bagi suatu
bisnis.

2. Hubungan dengan karyawan

5
Karyawan merupakan salah satu faktor internal kemajuan suatu perusahaan, maka
dari itu perusahaan harus memperhatikan pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan
bisnis dengan karyawan meliputi beberapa hal :
a. Penarikan (recruitment)
b. Latihan (training)
c. Promosi atau kenaikan pangkat
d. Transfer demosi (penurunan pangkat)
e. Lay off (pemecatan)
f. PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)
Dalam hubungannya dengan karyawan, perusahaan harus bersikap adil. Seperti
melakukan penarikan tenaga kerja, harus melakukan seleksi yang jujur dan penilaian
tidak boleh subjektif. Seringkali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi
yang diterima adalah peserta atau calon yang berasal dari anggota keluarga sendiri. Di
samping itu, tidak jarang seorang manajer mencoba menaikkan pangkat para
karyawan dari generasi muda yang dianggapnya sangat potensial untuk membangun
organisasi menjadi lebih dinamis, tetapi hal tersebut mendapat protes keras dari para
karyawan generasi tua. Masalah lain lagi dan yang paling rawan adalah masalah
pengeluaran karyawan, masalah ini perlu mendapatkan perhatian ekstra dari para
manajer karena masalah ini menyangkut soal etik dan kemanusiaan..
3. Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan anatara suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
Hal ini bisa terjadi hubungan dengan pesaingnya, dengan penyalurnya, dengan
grosirnya, dengan pengecernya, agen tunggalnya, maupun distributornya. Dalam
kegiatan sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan
kepentingan antar keduanya. Dalam hubungan tersebut tidak jarang dituntut adanya
etika pergaulan bisnis yang baik. Sebagai contoh sebuah penerbit yang ingin
menyalurkan buku-buku terbitannya kepada para grosir yang bersedia membeli secara
kontan dalam jumlah besar dan kontinu dengan memperoleh potongan rabat yang
sama dengan penyalur. Rencana ini menjadi kandas karena mendapat protes keras
dari para penyalur yang memandang tindakan penerbit tersebut dapat merugikan
penyalur sedangkan omset dari para penyalur sendiri dalam beberapa tahun tidak
meningkat. Contoh lain adalah perebutan tenaga kerja ahli atau anajer professional
oleh perusahaan.
4. Hubungan dengan investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go
public” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada

6
para investor atau calon investornya.Oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang
ingin membeli saham harus diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap
perusahaan yang “go public”tersebut. Dalam hal ini peran pemerintah sangat
dibutuhkan dalam memberikan informasi serta prospectus dari perusahaan yang
menjual sahamnya di pasar bursa saham. Lembaga yang bergerak dala hal ini adalah
BAPEPAM atau Badan Pelaksana Pasar Modal, merupakan badan yang berada
langsung di bawah tanggung jawab menteri keuangan dan bertugas untuk
mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan menjua sahamnya
melalui pasar modal. Tugas ini merupakan upaya untuk menilai apakah perusahaan
trsebut telah memenuhi persyaratan yang ditentukan serta layak dan sehat untuk go
public, menyelanggarakan bursa pasar modal secara efktif dan efisien, serta
menyusun dan mengumumkan perkembangan kurs efek-efek di pasar bursa tersebut,
Secara terus menerus memantau perkembangan perusahaan-perusahaan yang go
public tersebut.

5. Hubungan dengan Lembaga Lembaga Keuangan


Hubungan dengan lembaga keuangan terutama Jawatan Pajak pada umumnya
merupakan hubungan pergaulan yang bersifat financial. Hubungan ini berkaitan
dengan penyusunan laporan keuangan yang berupa neraca serta laporan laba dan rugi,
misalnya laporan finansial tersebut harus disusun secara baik dan benar sehingga
tidak terjadi kecenderungan kea rah pengelapan pajak.

1.2.4 Contoh Kasus Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis


Banjir Lumpur Panas Sidoarjo atau Lumpur Lapindo, merupakan peristiwa
menyemburnya lumpur panas di lokasi pengeboran Lapindo Brantas di Dusun
Balongnongo Desa Renokenongo, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur,
sejak 29 Mei 2006 Lokasi semburan lumpur tersebut merupakan kawasan pemukiman
dan di sekitarnya merupakan salah satu kawasan industri utama di Jawa Timur.
Salah satu perkiraan penyebab meluapnya lumpur lapindo di Porong Sidoarjo 29 Mei
2006 lalu adalah PT Lapindo Brantas yang waktu itu sedang melakukan kegiatan di dekat
lokasi semburan. Kegiatan yang dilakukan oleh PT Lapindo Brantas waktu iu adalah
pengeboran sumur Banjar Panji pada awal maret 2006, kegiatan tersebut bekerjasama
dengan perusahaan kontraktor pengeboran yaitu PT Medici Citran Nusantara. Dugaan
atas meluapnya lumpur tersebut kepada PT Lapindo Brantas adalah kurang telitinya PT
Lapindo dalam melakukan pengeboran sumur dan terlalu menyepelekan.

7
Dua hal tersebut sudah tampak ketika rancangan pengeboran akhirnya tidak sesuai
dengan yang ada dilapangan. Rancangan pengeboran adalah sumur akan dibor dengan
kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk bisa mencapai batu gamping. Lalu sumur
tersebut dipasang casing yang bervariasi sesuai dengan kedalaman sebelum mencapai
batu gamping. Namun setelah PT Lapindo mengebor lebih dalam lagi, mereka lupa
memasang casing. Mereka berencana akan memasang casing lagi setelah mencapai titik
batu gamping. Selama pengeboran tersebut, lumpur yang bertekanan tinggi sudah mulai
menerobosPT Lapindo mengira target sudah tercapai, namun sebenarnya mereka hanya
menyentuh titik batu gamping saja. Titik batu gamping itu banyak lubang sehingga
mengakibatkan lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur dari bawah sudah habis
Pihak PT Lapindo Berantas mengatakan bahwa penyebab terjadinya kasus ini
karena bencana alam dan pada saat itu perusahaan terkesan lebih mengutamakan
penyelamatan asset-asetnya daripada mengatasi masalah lingkungan dan sosial yang
ditimbulkan.Setelah lebih dari 100 hari tidak menunjukkan perbaikan kondisi, baik
menyangkut kepedulian pemerintah, terganggunya pendidikan dan sumber penghasilan,
ketidakpastian penyelesaian, dan tekanan psikis yang bertubi-tubi, krisis sosial mulai
mengemuka.
Dari uraian kasus diatas diketahui bahwa kelalaian yang dilakukan PT. Lapindo
Brantas merupakan penyabab utama meluapnya lumpur panas di Sidoarjo, akan tetapi
pihak Lapindo malah berdalih dan enggan untuk bertanggung jawab. Jika dilihat dari sisi
etika bisnis, apa yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas jelas telah melanggar etika
dalam berbisnis. Dimana PT. Lapindo Brantas melakukan eksploitasi yang berlebihan dan
melakukan kelalaian hingga menyebabkan terjadinya bencana besar yang mengakibatkan
kerusakan parah pada lingkungan dan sosial, serta memberikan dampak yang sangat
buruk dan merugikan bagi kesehatan masyarakat sekitar, karena bencana lumpur tersebut
dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan kanker.
Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT.
Lapindo rela menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. Dan keengganan
PT. Lapindo untuk bertanggung jawab membuktikan bahwa PT. Lapindo lebih memilih
untuk melindungi aset-aset mereka daripada melakukan penyelamat dan perbaikan atas
kerusakan lingkungan dan sosial yang mereka timbulkan. Hal tersebut menunjukkan
keadaan dalam kasus ini menggambarkan filosofi dari teori teologi yaitu egoisme.
Pandangan egoisme merupakan tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk
mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya sendiri.

8
BAB II

Kesimpulan

Tanggung jawab sosial dunia bisnis bukanlah bentuk tanggung jawab yang dipaksakan
apalagi atas dasar tekanan, ancaman, atau paksaan, melainkan tanggung jawab yang didasari
kaidah moral, komitmen sosial, dan etika bisnis. Tanggung jawab sosial dunia bisnis dipengaruhi
oleh berbagai kekuatan, yaitu norma sosial dan budaya, hukum sertaregulasi, praktik dan budaya
organisasi.Jadi, boleh dikatakan dia terbentuk karenadorongan kemanfaatan, moralitas, dan
keadilan. Etika dalam berbisnis adalah mutlak dilakukan. Maju mundurnya bisnis yang
dijalankan adalah tergantung dari pelaku bisnis itu sendiri. Apa yang dia perbuat dengan
konsekuensi apa yang akan dia peroleh sudah sangat jelas.Pebisnis yang menjunjung tinggi nilai
etika akan mendapat point reward terhadap apa yang telah dia lakukan. Kemajuan perusahaan,
kepercayaan pelanggan, profit yang terus meningkat, pangsa pasar terus meluas, merupakan
dambaan bagi setiap pebisnis dan ini akan diperoleh dengan menjungjung tinggi nilai
etika.Sebaliknya, pelanggaran etika yang sedikit saja bias menyebabkan kondisi berbalik 180
derajat dalam waktu sekejap. Kehilangan pelanggan, deficit keuangan sampai ditutupnya
perusahaan dengan jumlah utang serta kerugian yang menggunung merupakan punishment dari
pelanggaran etika.

Daftar Pustaka

9
Gitosudarmo, Indriyo, Pengantar Bisnis, Edisi II, Yogyakarta: BPFE, 1996.

https://www.google.co.id/amp/s/ginayuputri.wordpress.com/2014/12/13/bab-13-tanggung-jawab-
sosial-suatu-bisnis/amp/

http://farinaseftiani.blogspot.com/2013/11/tanggung-jawab-sosial-suatu-bisnis-bab.html?m=1

Muhammad Ikhsan Isrofuddin. (2009). Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis. [Online]. Tersedia :
http://my154n.wordpress.com/2009/12/30/tanggung-jawab-sosial-suatu-bisnis/ [30 Desember
2009].

10

Anda mungkin juga menyukai