P Bisnis
P Bisnis
KELOMPOK II
NO NIM NAMA
UNIVERSITAS UDAYANA
DAFTAR ISI
Daftar isi……………………………………………………….……..01
Bab I……………………………………………………….…………02
a. Benturnya dengan kepentigan masyarakat……………………..02
b. Etika bisnis……………………………………………………..05
c. Contoh kasus tanggung jawab suatu bisnis…………………….07
Bab II kesimpulan ………………………………………….…….…..09
Daftar pusaka…………………………………………………………10
1
BAB I
1.1 Pengertian
Tanggung jawab sosial suatu bisnis atau CSR (Corporate Social Responsibility) dapat
didefinisikan sebagai bentuk kepedulian suatu bisnis terhadap lingkungan eksternal suatu
bisnis melalui berbagai kegiatan yang dilakukan dalam rangka penjagaan lingkungan, norma
masyarakat, partisipasi pembangunan, menjaga ketertiban, serta berbagai bentuk tanggung
jawab sosial lainnya. Tanggung jawab suatu bisnis meliputi tiga hal :
a. Benturan Dengan Kepentingan Masyarakat
b. Dorongan Tanggung Jawab Sosial
c. Etika Bisnis
1.2 Pembahasan
2
Selain daripada itu sumber daya alam yang dapat diperbaharui harus dijaga agar jangan
sampai punah seperti hutan, unggas maupun satwa lainnya.
b. Klasifikasi Aspek Pendorong Tanggung Jawab Sosial
1. Dorongan Dari Pihak Luar, dari lingkungan masyarakat. Kendala yang
seringkali dihadapi adalah adanya biaya tambahan yang kadang cukup besar bagi
perusahaan. Sehingga pengelolaan lingkungan dan sumbangan kepeduliaan
kepada asyarakat yang seringkli diabaikan.
2. Dorongan dari dalam bisnis itu sendiri, sisi humanisme pebisnis yang
melibatkan rasa, karsa dan karya yang menjadi pendorong diciptakannya etika
bisnis yang baik dan jujur. Maka secara inter pelaksanaannya akan terbentur pada
pertimbangan untung dan rugi yang pada umumnya mendominasi an menjadi cirri
dari suau bisnis. Oleh karena itu mereka sering terdorong rasa kemanusiaannya
untuk menerapkan etika bisnis yang baik dan jujur.
e. Kepercayaan masyarakat dan konsumen akan meningkat dan hal ini merupakan
modal dasar bagi perkembangan selanjutnya dari perusahaan yang bersangkutan.
2. Ekologi dan Gerakan Pelestarian Lingkungan
3
Ekologi, yang menitikberatkan pada keseimbangan antara manusia dan alam
lingkunganya banyak dipengaruhui oleh proses produksi. Sebagai contoh maraknya
penebangan hutan sebagai bahan dasar industry perkayuan. Perburuan kulit ular yang
diperuntukan industry kerajinan kulit. Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan
peledak maupun racun yang merusak alam sekitar.
3. Penghematan Energi
Pengurasan secara besar-besaran energy yang berasal dari sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui seperti minyak,batubara dan gas telah banyak terjadi.
Kesadaran bahwa sumber daya tersebut tidak dapat diperbaharui telah mendorong
dilaksanakanya proses efisiensi serta mencari pengganti sumber daya tersebut. Yang
dapat disebut dengan sumber energy alternative diantaranya adalah pemanfaatan
tenaga surya, nuklir, angin, air serta laut. Banyak pihak pihak yang masih bersantai
santai seraya memboroskan penggunaan energinya tanpa memikirkan energi tersebut
akan habis di masa depan. Oleh karena itu masalah energi ini merupakan tantangan
sosial dan tantangan bisnis yang akan kita hadapi dan pasti akan terjadi jika kita tidak
menyadari pentingnya menghemat dan menjaga energi yang masih negara ini miliki.
Adapun penanganan masalah energi ini pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi
2 macam yaitu :
Problem jangka pendek, yaitu menyangkut penghematan pemakaian energi serta
konservasi sumber alam tersebut agar dapat lebih awet dan dapat bertahan cukup
lama
Problem jangka panjang, yaitu penciptaan sumber sumber energi
alternatif/pengganti yang meliputi koordinasi antara tujuan tujuan sosial dengan
bertambahnya kebutuhan energi. Untuk mensinkronisasikan antara kepentingan sosial
dengan bertambahnya kebutuhan akan energi dapat diakali dengan beberapa cara,
contohnya adalah mengatur penambahan alat alat transportasi umum. Penyediaan
alat transportasi umum yang bagus dan dalam jumlah serta kualitas yang nyaman
akan menekan kebutuhan transportasi pribadi yang notabene lebih boros daripada
kendaraan umum.
4. Partisipasi Pembangun Bangsa
Kesadaran masyarat pebisnis terhadap suksesnya pembangunan sangat diperlukan.
Karena denag adanya kesadran tersebut, akan membantu pemerintah menangani
masalah pengangguran dengan cara ikut melibatkan penggunaan tenaga kerja yang
ada, sebagai bentuk tanggung jawab social pada lingkungan sekitar perusahaan
beroprasi.
5. Gerakan Konsumerisme
4
Gerakan Konsumerisme adalah gerakan yang berusaha untuk memperjuangkan hak
hak konsumen untuk mendapatkan perlindungan terhadap pelayanan bisnis yang
sering merugikan kepentingannya. Awal perkembangannya tahun 1960-an di Negara
Barat yang berhasil meberlakukan Undang-undang Perlindungan Konsumen.Berikut
adalah Tujuan dari gerakan konsumerisme ini adalah :
a. Memperoleh perhatian dan tindakan nyata dari kalangan bisnis terhadap keluhan
konsumen atas praktek bisnisnya.
b. Pelaksanaan strategi advertensi atau periklanan yang realistic dan mendidik serta
tidak menyesatkan masyarakat.
c. Diselenggarakan panel-panel disuksi antara wakil konsumen dengan produsen.
Pelayanan purna jual yang lebih baik.
d. Berjalannya proses public relation (PR) yang lebih menitikberatkan pada
kepuasan konsumen daripada promosi semata.
e.
f.
1.2.3 Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul
dari perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis
dalam melakukan kegiatannya sehari-hari. Hal ini dapat dipandang sebagai etika
pergaulan bisnis. Seperti halnya manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar
manusia, maka pergaulan bisnis dengan masyarakat umum juga memiliki etika prgaulan
bisnis. Etika pergaulan bisnis dapat meliputi beberapa hal di antaranya :
1. Hubungan antara bisnis dengan konsumen
Hubungan anatara bisnis degan konsumennya adalah hubungan yang paling banyak
dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga pergaulannya secara baik dalam
hal ini. Berikut contoh pergaulan antara bisnis dengan konsumen:
a. Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi di
dalamnya, sehingga produsen perlu memberikan kejelasaan tentang isi serta
kandungan atau zat-zat yang terdapat di dalam produk tersebut.
b. Promosi terutama iklan merupakan gangguan etis yang paling utama. Oleh karena
itu sampai saat ini TVRI masih melarang ditayangkannya iklan dalam siarannya sejak
awal 1980-an.
c. Pemberian servis dan terutama garansi merupakan tindakan yang etis bagi suatu
bisnis.
5
Karyawan merupakan salah satu faktor internal kemajuan suatu perusahaan, maka
dari itu perusahaan harus memperhatikan pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan
bisnis dengan karyawan meliputi beberapa hal :
a. Penarikan (recruitment)
b. Latihan (training)
c. Promosi atau kenaikan pangkat
d. Transfer demosi (penurunan pangkat)
e. Lay off (pemecatan)
f. PHK (Pemutusan Hubungan Kerja)
Dalam hubungannya dengan karyawan, perusahaan harus bersikap adil. Seperti
melakukan penarikan tenaga kerja, harus melakukan seleksi yang jujur dan penilaian
tidak boleh subjektif. Seringkali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi
yang diterima adalah peserta atau calon yang berasal dari anggota keluarga sendiri. Di
samping itu, tidak jarang seorang manajer mencoba menaikkan pangkat para
karyawan dari generasi muda yang dianggapnya sangat potensial untuk membangun
organisasi menjadi lebih dinamis, tetapi hal tersebut mendapat protes keras dari para
karyawan generasi tua. Masalah lain lagi dan yang paling rawan adalah masalah
pengeluaran karyawan, masalah ini perlu mendapatkan perhatian ekstra dari para
manajer karena masalah ini menyangkut soal etik dan kemanusiaan..
3. Hubungan antar bisnis
Hubungan ini merupakan hubungan anatara suatu perusahaan dengan perusahaan lain.
Hal ini bisa terjadi hubungan dengan pesaingnya, dengan penyalurnya, dengan
grosirnya, dengan pengecernya, agen tunggalnya, maupun distributornya. Dalam
kegiatan sehari-hari tentang hubungan tersebut sering terjadi benturan-benturan
kepentingan antar keduanya. Dalam hubungan tersebut tidak jarang dituntut adanya
etika pergaulan bisnis yang baik. Sebagai contoh sebuah penerbit yang ingin
menyalurkan buku-buku terbitannya kepada para grosir yang bersedia membeli secara
kontan dalam jumlah besar dan kontinu dengan memperoleh potongan rabat yang
sama dengan penyalur. Rencana ini menjadi kandas karena mendapat protes keras
dari para penyalur yang memandang tindakan penerbit tersebut dapat merugikan
penyalur sedangkan omset dari para penyalur sendiri dalam beberapa tahun tidak
meningkat. Contoh lain adalah perebutan tenaga kerja ahli atau anajer professional
oleh perusahaan.
4. Hubungan dengan investor
Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah “go
public” harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada
6
para investor atau calon investornya.Oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang
ingin membeli saham harus diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap
perusahaan yang “go public”tersebut. Dalam hal ini peran pemerintah sangat
dibutuhkan dalam memberikan informasi serta prospectus dari perusahaan yang
menjual sahamnya di pasar bursa saham. Lembaga yang bergerak dala hal ini adalah
BAPEPAM atau Badan Pelaksana Pasar Modal, merupakan badan yang berada
langsung di bawah tanggung jawab menteri keuangan dan bertugas untuk
mengadakan penilaian terhadap perusahaan-perusahaan yang akan menjua sahamnya
melalui pasar modal. Tugas ini merupakan upaya untuk menilai apakah perusahaan
trsebut telah memenuhi persyaratan yang ditentukan serta layak dan sehat untuk go
public, menyelanggarakan bursa pasar modal secara efktif dan efisien, serta
menyusun dan mengumumkan perkembangan kurs efek-efek di pasar bursa tersebut,
Secara terus menerus memantau perkembangan perusahaan-perusahaan yang go
public tersebut.
7
Dua hal tersebut sudah tampak ketika rancangan pengeboran akhirnya tidak sesuai
dengan yang ada dilapangan. Rancangan pengeboran adalah sumur akan dibor dengan
kedalaman 8500 kaki (2590 meter) untuk bisa mencapai batu gamping. Lalu sumur
tersebut dipasang casing yang bervariasi sesuai dengan kedalaman sebelum mencapai
batu gamping. Namun setelah PT Lapindo mengebor lebih dalam lagi, mereka lupa
memasang casing. Mereka berencana akan memasang casing lagi setelah mencapai titik
batu gamping. Selama pengeboran tersebut, lumpur yang bertekanan tinggi sudah mulai
menerobosPT Lapindo mengira target sudah tercapai, namun sebenarnya mereka hanya
menyentuh titik batu gamping saja. Titik batu gamping itu banyak lubang sehingga
mengakibatkan lumpur yang digunakan untuk melawan lumpur dari bawah sudah habis
Pihak PT Lapindo Berantas mengatakan bahwa penyebab terjadinya kasus ini
karena bencana alam dan pada saat itu perusahaan terkesan lebih mengutamakan
penyelamatan asset-asetnya daripada mengatasi masalah lingkungan dan sosial yang
ditimbulkan.Setelah lebih dari 100 hari tidak menunjukkan perbaikan kondisi, baik
menyangkut kepedulian pemerintah, terganggunya pendidikan dan sumber penghasilan,
ketidakpastian penyelesaian, dan tekanan psikis yang bertubi-tubi, krisis sosial mulai
mengemuka.
Dari uraian kasus diatas diketahui bahwa kelalaian yang dilakukan PT. Lapindo
Brantas merupakan penyabab utama meluapnya lumpur panas di Sidoarjo, akan tetapi
pihak Lapindo malah berdalih dan enggan untuk bertanggung jawab. Jika dilihat dari sisi
etika bisnis, apa yang dilakukan oleh PT. Lapindo Brantas jelas telah melanggar etika
dalam berbisnis. Dimana PT. Lapindo Brantas melakukan eksploitasi yang berlebihan dan
melakukan kelalaian hingga menyebabkan terjadinya bencana besar yang mengakibatkan
kerusakan parah pada lingkungan dan sosial, serta memberikan dampak yang sangat
buruk dan merugikan bagi kesehatan masyarakat sekitar, karena bencana lumpur tersebut
dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, iritasi kulit dan kanker.
Eksploitasi besar-besaran yang dilakukan PT. Lapindo membuktikan bahwa PT.
Lapindo rela menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan. Dan keengganan
PT. Lapindo untuk bertanggung jawab membuktikan bahwa PT. Lapindo lebih memilih
untuk melindungi aset-aset mereka daripada melakukan penyelamat dan perbaikan atas
kerusakan lingkungan dan sosial yang mereka timbulkan. Hal tersebut menunjukkan
keadaan dalam kasus ini menggambarkan filosofi dari teori teologi yaitu egoisme.
Pandangan egoisme merupakan tindakan dari setiap orang pada dasarnya bertujuan untuk
mengejar kepentingan pribadi dan memajukan dirinya sendiri.
8
BAB II
Kesimpulan
Tanggung jawab sosial dunia bisnis bukanlah bentuk tanggung jawab yang dipaksakan
apalagi atas dasar tekanan, ancaman, atau paksaan, melainkan tanggung jawab yang didasari
kaidah moral, komitmen sosial, dan etika bisnis. Tanggung jawab sosial dunia bisnis dipengaruhi
oleh berbagai kekuatan, yaitu norma sosial dan budaya, hukum sertaregulasi, praktik dan budaya
organisasi.Jadi, boleh dikatakan dia terbentuk karenadorongan kemanfaatan, moralitas, dan
keadilan. Etika dalam berbisnis adalah mutlak dilakukan. Maju mundurnya bisnis yang
dijalankan adalah tergantung dari pelaku bisnis itu sendiri. Apa yang dia perbuat dengan
konsekuensi apa yang akan dia peroleh sudah sangat jelas.Pebisnis yang menjunjung tinggi nilai
etika akan mendapat point reward terhadap apa yang telah dia lakukan. Kemajuan perusahaan,
kepercayaan pelanggan, profit yang terus meningkat, pangsa pasar terus meluas, merupakan
dambaan bagi setiap pebisnis dan ini akan diperoleh dengan menjungjung tinggi nilai
etika.Sebaliknya, pelanggaran etika yang sedikit saja bias menyebabkan kondisi berbalik 180
derajat dalam waktu sekejap. Kehilangan pelanggan, deficit keuangan sampai ditutupnya
perusahaan dengan jumlah utang serta kerugian yang menggunung merupakan punishment dari
pelanggaran etika.
Daftar Pustaka
9
Gitosudarmo, Indriyo, Pengantar Bisnis, Edisi II, Yogyakarta: BPFE, 1996.
https://www.google.co.id/amp/s/ginayuputri.wordpress.com/2014/12/13/bab-13-tanggung-jawab-
sosial-suatu-bisnis/amp/
http://farinaseftiani.blogspot.com/2013/11/tanggung-jawab-sosial-suatu-bisnis-bab.html?m=1
Muhammad Ikhsan Isrofuddin. (2009). Tanggung Jawab Sosial Suatu Bisnis. [Online]. Tersedia :
http://my154n.wordpress.com/2009/12/30/tanggung-jawab-sosial-suatu-bisnis/ [30 Desember
2009].
10