Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEKEMBANGAN ISLAM PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW


Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Mata Kuliah: Abd. Rouf, M.HI.

Oleh:
1. Mazida Hanina Maharani (19240046)
2. Saila Rahmatika (19240059)
3. Uzair Hanif (19240075)
4. Wahyudistira Tanjung (19240045)

KELAS B
JURUSAN ILMU AL-QURAN dan TAFSIR
FAAKULTAS SYARIAH
UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji dan syukur kita ucapkan kepada
Allah SWT yang telah memberikan kemampuan, kekuatan, keberkahan waktu, dan
tenaga serta pikiran kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah sebagai tugas
kami yang yang berjudul “Perkembangan Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW”
tepat pada waktunya.

Dalam enyusunan ini kami mendapat banyak sekali tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan berbagai pihak yang ikut berpartisipasi dalam penulisan
makalah ini segala tantangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penulisan makalah
ini bisa teratasi. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada Ustaz Abd. Rouf, M.HI. selaku dosen pada pada mata kuliah sejarah peradaban
islam atas bimbingan dan pengarahan yang diberikan pada kami dalam penulisan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini.
Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun sangat kami harapkan kepada
pembaca sekalian. Kami harap makalah ini bisa bermanfaat dan menambah ilmu bagi
siapa saja yang membacanya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 1
D. Manfaat Penulisan .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 3
A. FASE MEKKAH ....................................................................................................................... 3
1. Sistem Dakwah ...................................................................................................................... 3
B. FASE MADINAH ..................................................................................................................... 5
1. Sistem Sosial .......................................................................................................................... 5
2. Sistem Politik ......................................................................................................................... 6
3. Sistem Militer ........................................................................................................................ 7
4. Sistem Ekonomi ..................................................................................................................... 8
5. Sumber Keuangan ................................................................................................................ 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 10
A. KESIMPULAN ....................................................................................................................... 10
B. SARAN ..................................................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat Islam di seluruh dunia memiliki seorang panutan yang harus di hormati,
di junjung tinggi, dan dijadikan contoh dalam segala aktivitas kehidupan. Seorang yang
jadi panutan itu adalah Rasulullah Muhammad SAW yang perjalanan hidupnya harus
kita ketahui dan diambil ibrah dalam setiap langkah hidup beliau. Dimulai dari
kehidupan beliau di Mekkah sampai hijrah ke Madinah.
Kehidupan beliau di Mekkah memiliki cerita dan strategi yang disusun secara
matang agar dakwah beliau dapat berjalan dan diterima oleh orang Quraisy saat itu.
Sehingganya hal itu penting kiranya harus kita ketahui dan diambil pelajaran.
Begitu pula kehidupan beliau di Madinah sebuah kota yang di bangun
Rasulullah sehingga menjadi kota yang memiliki tatanan sosial, politik, ekonomi,
militer, dan sumber keuangan serta di tanam dalam jiwa keislaman masyarakatnya.
Serta penulisan makalah ini demi menyelesaikan tugas Sejarah Peradaban Islam
studi Ilmu Al-Quran dan Tafsir serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis
mengenai fase kehidupan Raulullah SAW di Mekah maupun di Madinah.
B. Rumusan Masalah
Dalam hal ini penulis ingin merumuskan beberapa poin mengenai
perkembangan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW sebagai berikut
1. Bagaimana sistem dakwah Nabi Muhammad SAW pada fase Mekah?
2. Bagaimana pembentukan sistem sosial umat Islam pada fase Madinah?
3. Bagaimana pembentukan sistem politik umat Islam pada fase Madinah?
4. Bagaimana pembentukan sistem militer umat Islam pada fase Madinah?
5. Bagaimana pembentukan sistem ekonomi umat Islam pada fase Madinah?
6. Bagaimana sumber keuangan umat Islam pada fase Madinah?
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini tidak jauh dari rumusan masalah yang kami ajukan pada
sub bagian B diatas:
1. Mengetahui sistem dakwah Nabi Muhammad SAW pada fase Mekah?
2. Mengetahui pembentukan sistem sosial umat Islam pada fase Madinah?
3. Mengetahui pembentukan sistem politik umat Islam pada fase Madinah?
4. Mengetahui pembentukan sistem militer umat Islam pada fase Madinah?

1
5. Mengetahui pembentukan sistem ekonomi umat Islam pada fase Madinah?
6. Mengetahui sumber keuangan umat Islam pada fase Madinah?
D. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat memahami bagaimana perkembangan dakwah Islam di
Mekkah dan Madinah pada masa Rasulullah SAW.
2. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana sistem dakwah, politik, ekonomi,
sosial, militer,dan sumber keuangan di Madinah pada masa Rasulullah SAW.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. FASE MEKKAH
Kondisi bangsa arab sebelum kedatangan Islam, terutama disekitar Mekkah
masih diwarnai dengan penyembahan berhala sebagai tuhan. Demikianlah keadaan
bangsa Arab sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa Islam di
tengah-tengah bangsa Arab.
Nabi Muhammad SAW lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal atau April 571 M.
beliau telah menjadi yatim piatu semenjak umur 8 tahun, dan beliau siasuh oleh kakek
dan pamannya. Pada umur 12 tahun Nabi Muhammad SAW sudah mengenal
perdagangan, sebab pada saat itu beliau telah diajak berdagang oleh paman beliau. Dari
pengalaman berdagang inilah beliau beranjak dewasa dan akhirnya bertemu dengan
saudagar kaya Siti Khadijah yang akhirnya jadi istri beliau.
Fase kenabian beliau dimulai ketika beliau bertahanus di gua hira. Ditempat
inilah menerima wahyu pertama yakni Surah Al-Alaq ayat 1-5. Namun setelah turunnya
wahyu kedua, yaitu Surah Al-Muddatsir ayat 1-7, Nabi Muhammad SAW diangkat
menjadi Rasul dan harus berdakwah. Dalam hal ini dakwah Nabi Muhammad SAW
dibagi menjadi dua periode yaitu:
 Periode Mekkah, ciri pokok dari periode ini adalah pembinaan dan pendidikan
tauhid.
 Periode Madinah, ciri pokok dari periode ini adalah pendidikan sosial dan
politik
1. Sistem Dakwah
Pada fase Mekkah ini, tiga tahun pertama, dakwah Islam dilakukan secara
sembunyi-sembunyi. Nabi Muhammad SAW mulai melaksanakan dakwah Islam
di lingkungan keluarga sendiri, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah,
kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, lalu Zaid bekas budak beliau. Disamping
itu juga ada Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bin Abi Waqqash,
Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, Al-Arqam
bin Abil Arqam, yang rumahnya dijadikan markas berdakwah.
Kemudian setelah turun ayat 94 surah Al-Hijr, Nabi Muhammad SAW memulai
berdakwah secara terang-terangan.

‫ع ِن ْال ُم ْش ِر ِكين‬ ْ ‫ع بِ َما تُؤْ َم ُر َوأَع ِْر‬


َ ‫ض‬ ْ ‫فَا‬
ْ َ ‫صد‬

3
Artinya; Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang
diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang musyrik. (QS. Al-
Hijr : 94)
Namun, dakwah yang dilakukan beliau tidaklah mudah karena mendapat
tantangan dari kaum kafir Quraisy. Hal tersebut timbul disebabkan oleh beberapa
faktor yaitu sebagai berikut:
 Mereka tidak membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira
tunduk pada Nabi Muhammad SAW berarti tunduk pada Bani Abdul Muthalib.
 Nabi Muhammad menyerukan persamaan hak antara bangsawan dan hamba
sahaya.
 Para pemimpin Quraisy tidak percaya tentang kebangkitan kembali dan hari
pembalasan
 Taklid kepada nenek moyang adalah kebiasaan yang berurat akar pada bangsa
Arab, sehingga sangat berat untuk ditinggalkan.
 Pemahat dan penjual patung menganggap islam sebagai penghalang rezeki.

Banyak cara yang dilakukan orang-orang Quraisy untuk mencegah dakwah nabi
Muhammad SAW, mulai dari bujuk rayuan sampai kekerasan secara fisik.
Puncaknya adalah pembaikotan yang dilakukan terhadap Rasulullah SAW,
pebaikotan ini berlangsung selama tiga tahun, dan merupakan tindakan yang paling
melemahkan umat Islam pada saat itu.

Tekanan dari orang kafir semakin keras terhadap gerakan dakwah Rasulullah
SAW terlebih setelah meniggalnya orang-orang terdekat Rasulullah SAW, yaitu
paman beliau Abu Thalib dan istri tercinta Khadijah. Peristiwa itu terjadi pada
tahun kesepuluh kenabiaan. Tahun ini merupakan tahun kesedihan bagi Nabi
Muhammad SAW sehingga dinamakan Amul Huzn. Untuk menguatkan hati
Rasulullah SAW Allah SWT mengisra’ dan memi’rajkan beliau pada tahun
kesepuluh kenabiaan itu.

Setelah peristiwa Isar’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuaan
dakwah Islam terjadi, yaitu dengan datangnya sejumlah penduduk Yastrib untuk
berhaji ke Mekkah. Mereka terdiri dari suku Aus dan Khazraj yang saling
bermusuhan, mereka datang untuk memeluk agama Islam dan dan menerapkan
ajaranya sebagai upaya untuk permusuhan antara kedua suku. Gelombang kedua,

4
pada tahun ke-12 kenabian mereka datang menemui nabi dan membuat perjanjian
yang dikenal dengan perjanjian “Aqabah Pertama”.rombongan ini kemudian
kembali ke Yastrib sebagai juru dakwah disertai oleh Mus’ab bin Umair yang
diutus nabi untuk berdakwah Bersama mereka. Gelombang ketiga, pada tahun ke-
13 kenabian, mereka datang kembali kepada Nabi Muhammad untuk hijrah ke
Yastrib. Mereka akan membaiat nabi sebagai pemimpin, Nabi Muhammad pun
menyetujui usul mereka untuk hijrah,k berjanjian ini disebut perjanjian “Aqabah
Kedua”.

Demikian fase Mekkah terjadi. Dalam periode ini Nabi Muhammad banyak
sekali mendapat hambatan dan kesulitan. Fase ini belum berfikir untuk menyusun
suatu masyarakat islam yang teratur, karena perhatian Nabi Muhammad SAW
lebih terfokus pada penanaman aqidah dan keimanan.1

B. FASE MADINAH
Pada fase Madinah ini lebih ditekankan pada dasar-dasar pendidikan
masyarakat dan pendidikan sosial kemasyarakatan. Oleh karena itu, nabi kemudian
meletakkan dasar-dasar masyarakat islam di Madinah, sebagai berikut.
1. Sistem Sosial

Mendirikan masjid adalah untuk mempersatukan umat Islam dalam satu majelis,
sehingga majelis ini umat islam bisa bersama-sama melaksanakan sholat jama’ah
secara teratur, mengadili perkara-perkara dan musyawarah. Masjid ini memegang
peranan penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempererat tali
ukhuwah Islamiyah.

Rasulullah SAW selanjutnya mempersatukan dan mempersaudarakan antara


keluarga-keluarga Muhajirin dan Anshar. Dengan mempersaudarakan antara kedua
golongan ini, Rasulullah SAW telah menciptakan suatu pertalian yang berdasarkan
agama pengganti persaudaraan yang berdasarkan kesukuan seperti sebelumnya.

Nabi Muhammad SAW dalam sebuah khutbah terkenal yang disampaikan saat
“haji perpisahan”

“Wahai manusia! Perhatikan kata-kataku dan camkan di hatimu!


Ketahuilah setiap muslim adalah setiap muslim adalah saudara bagi

1
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: AMZAH, 2018), hlm. 63-68.

5
yang, dan bahwa kalian dalam satu persaudaraan. Karena itu, kalian
tidak boleh mengambil sesuatu milik saudaranya kecuali jika ia
memberikannya dengan rela.”

Pernyataan itu menggantikan ikatan persaudaraan orang arab yang paling utama
yaitu kesukuan, dengan ikatan iman; sejenis Pakta Islam telah terbentuk di
Semenanjung Arab2.

2. Sistem Politik
Ketika masyarakat Islam terbentuk maka diperlukan dasar-dasar yang kuat bagi
masyarakat yang baru terbentuk tersebut. Oleh karena itu, ayat-ayat Al-Quran yang
diturunkan dalam periode ini terutama ditujukan kepada pembinaan hukum. Ayat-
ayat ini kemudian diberi penjelasan oleh rasulullah, baik dengan lisan ataupun
perbuatan beliau sehingga terdapat dua sumber hukum Islam yaitu Al-Quran da
Hadis. Dari kedua sumber hukum inilah lahir didapat suatu sistem untuk bidang
politik, yaitu system musyawarah
Pemerintahan negara Madinah telah membentuk satu susunan
karta politik yang sempurna dengan perpaduan nilai kearifan lokal dan
ajaran Islam. Nabi Saw sebagai kepala negara bertanggung jawab penuh melantik
dan mengangkat dewan penasihat (mustasyar),sekretaris (kātib) staf khusus, ajudan,
(rusul), jurubicara, staf ahli (syu’arā dan kutabā’), gubernur, kepala daerah, dan
pejabat umum (wali), manajer lokal atau pejabat sipil (ru’asā’), pengawas
(nākib),hakim dan jaksa (quḍāt), dan pejabat serta petugas pasar dan
keuangan (ṣāhib al-sūq). Setiap lembaga negara yang bertugas mengurusi
rakyat bertanggung jawab penuh kepada kepala negara dan diawasi oleh
badan pengawas khusus yang tergabung dalam majlis nuqabā’. Struktur
kekuasaan juga dibagi dalam perwakilan, dalam situasi mendesak dan darurat, Nabi
akan melantik pejabat khusus, tentunya setelah melalui musyawarah dengan dewan
penasihat.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam membuat perjanjian antara kaum
Muhajirin dengan kaum Anshar. Dalam perjanjian tersebut, Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam tidak memerangi orang-orang Yahudi, membuat perjanjian
dengan mereka, mengakui agama dan harta mereka dan membuat persyaratan bagi

2
Phillip K. Hitti, History of Arab, (Jakarta: Serambi, 2013), hlm. 151

6
mereka3. Piagam Madinah mencakup urusan ibadah, kebijakan, dan toleransi, dan
melahirkan lambang kedaulatan Negara Madinah dan kekuasaan serta kematangan
pemerintahan. Isi piagam Madinah tersebut setidaknya ada 47 pasal yang mengatur
tentang kehidupan kaum muslimin di Madinah

3. Sistem Militer
Untuk melanggengkan kekuasaan yang memberikan kemakmuran
dan menjanjikan masa depan yang cemerlang bagi eksistensi sebuah
negara agama secara berkesinambungan, memerlukan corak hubungan dan
pertalian politik yang kental. Hubungan dengan berbagai kabilah,
komunitas, dan entitas lain telah menyumbang konsesi dan apresiasi ke
arah hubungan yang lebih erat dan kokoh utamanya untuk daya tahan
negara dalam memupuk hubungan global yang lebih menjanjikan
stabilitas. Reformasi model pemerintahan pada akhirnya juga mesti
diarahkan pada kebijakan militer untuk menciptakan angkatan perang yang
terlatih, maju, dan disegani lawan.
Formasi angkatan perang atau tentara Islam meniscayakan
pembentukan pasukan pejuang yang konstruktif dengan penerapan sistem
pertahanan pelbagai lini dari panglima angkatan perang (umarā’al-saraya),
pasukan khusus dan kesatuan garda terlatih (‘arz), pengurusan senjata (alat
perang) dan angkutan perang atau kuda (aṣhāb al-silah wa al-fars), angkatan
sayap (umarā’al-khamis), pengawal dan penjaga malam (haras), pembawa
bendera dan panji-panji (aṣhāb al-awiyah wa al-rayat), pasukan peninjau yang
mampu menginviltrasi (tali’ah), pasukan pengintip (‘uyun), pemandu arah
(dalil), pegawai urusan rampasan dan tawanan perang, dan pengawal
pribadi.
Angkatan laut juga turut mendapat perhatian, dan turut
menyumbang tegaknya negara hukum di rantau Afrika di bawah pimpinan
‘Alqamah bin Mujazzi yang mewakafkan dirinya untuk perjuangan Islam
bersama tiga ratus orang pejuang lain yang menyeberang ke selatan diṢu’abah dan
memberantas habis kezaliman tentara Habasyah (Etiopia) yang

3
Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Munafir, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Jakarta Timur: DARUL
FALAH, 2000), hlm. 372

7
membuat kekacauan di sana. Mereka menaiki marākib (perahu) dari pantai
Jeddah, dan menyeberang ke Pulau Tengah di Laut Merah dan
mengikrarkan perjuangan membawa perubahan secara aman dan
menerapkan risalah dengan jalan dakwah dan damai.
4. Sistem Ekonomi
Prinsip transparansi dan akuntabilitas akan mengangkat kemajuan ekonomi dan
meningkatkan pendapatan negara, sekaligus memajukan pelayanan finansial
regional dan internasional. Untuk merangsang pertumbuhan ekonomi dan
memperluas jaringan investasi, Madinah merencanakan langkah keuangan yang jitu
untuk mendorong usaha rakyat (sektor riil) dalam bidang pertanian dan
perdagangan serta menggerakkan kemampuan mereka menjadi masyarakat maju
yang menguasi ekonomi dan penghayatan Islam sebagai sistem hidup yang
menyeluruh. Terbukti kemudian, lahir konglomerat-konglomerat tangguh semisal
Usman bin Affan dan Abdurrahman bin Auf dengan tujuan untuk menjadikan
Madinah sebagai pusat perdagangan Islam internasional di Semenanjung
Arab, dan dibangun pasar-pasar untuk merangsang kewirausahaan sebagai
salah satu pemicu pertumbuhan ekonomi.
5. Sumber Keuangan
Muhajirin yang mayoritas pedagang, dan Anshar yang mayoritas petani,
sudah cukup untuk mengenal konsep ekonomi dan paham bahwa sumber
pendapatan negara perlu senantiasa ditingkatkan untuk memperkuat daya
tahan dan daya saing ekonomi dalam menghadang tantangan global dan
regional. Sistem keuangan negara Islam menampilkan corak perdagangan
dan investasi semua lini merangsang pertumbuhan dan mendorong
peningkatan belanja dalam negeri dan pencapaian tahap kematangan
ekonomi yang lebih meyakinkan. Kerja sama regional dan internasional
yang menguatkan daya tahan dan kekuatan ekonomi negara yang menyumbang
sumber pendapatan baitulmal berupa infak, sadaqah, rampasan perang, tanah,
pungutan jizyah, beacukai, dan pendapatan dari hasil pengawasan wilayah.
Pelibatan para ahli sebagai perancang ekonomi juga diwujudkan untuk memastikan
dasar keuangan dan fiskal. Reformasi keuangan juga dikemas dalam pengurusan

8
sistem logistik dengan menyediakan kawasan tanah lahan baru dan usaha
revitalisasi pertanian4.

4
Abdul Mukti Thabrani, “Tata Kelola Pemerintahan Negara Madinah Pada Masa Nabi Muhammad SAW”,
Jurnal Syariah Vol. 4 No. 1, 2014, Hal 14- 27

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi dua fase yaitu
fase di Mekkah dan fase di Madinah. Pada masing-masing fase Rasulullah SAW
memiliki cara sendiri untuk menyebarkan dakwah islam. Di Mekkah Rasulullah SAW
lebih terfokus pada pembinaan dan pendidikkan tauhid umat islam. Rasulullah SAW
memiliki strategi dengan berdakwah secara sembunyi-sembunyi kepada orang-orang
terdekat, mulai dari istri, sepupu, sahabat, dan orang terdekat lainnya. Orang-orang
yang awal-awal masuk Islam inilah yang disebut dengan assabiqunal awwalun. Setelah
berhasil dalam dakwah secara sembunyi-sembunyi untuk mengumpulkan kekuatan,
agar lebih mudah dalam menjalankan dakwah secara terang-terangan.
Setelah dakwah di kota Mekkah yang dimana beliau mendapat siksaan yang
begitu berat, Rasulullah SAW memutuskan untuk berhijrah ke kota Madinah. Nabi
Muhammad SAW lebih terfokus pada pendidikan sosial dan politik. Di kota Madinah
Rasulullah SAW membangun kota Madinah dan peradaban umat muslim di berbagai
bidang. Dimulai pada tatanan sosial, politik, militer, ekonomi, dan sumber keuangan
dengan baik melalui metode-metode dan petunjuk yang ada di Al-Quran.
B. SARAN
Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat dan
menambah wawasan serta ilmu bagi para pembacanya. Apabila ada saran dan kritik
yang ingin disampaikan, silakan sampaikan kepada kami selaku pembuat dan
penaggung jawab makalah ini
Apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam pembuatan serta pemaparan
makalah ini kami mohon maaf dan meminta saran dan kritikan yang membangun dari
pembaca sekalian. Karena kami baru belajar dan perlu tambahan ilmu agar makalah di
kemudian hari menjadi lebih baik lagi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Amin, SM. 2018. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: AMZAH.

Philip K. Hitti, ed. 2013. History of Arab. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet Riyadi.
Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Abu Muhammad Abdul Malik bin Hisyam Al-Muafiri, 1994. As-Sirah An-Nabawiyah li Ibni
Hisyam. Fadhli Bahri. Jakarta: Darul Falah.

Abdul Mukti Thabrani. 2014. Tata Kelola Pemerintahan Negara Madinah Pada Masa Nabi
Muhammad SAW. 4(1):14-27

11

Anda mungkin juga menyukai