Anda di halaman 1dari 17

1

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT ARTHRITIS RHEUMATOID


DI TINJAU DARI KARAKTERISTIK LANSIA DI PUSKESMAS
TAMALANREA JAYA KOTA MAKASSAR

* Nursyamsi Norma Lalla *

Dosen Akademi Keperawatan Sandi Karsa Makassar

ABSTRAK

Penderita Arthritis Rheumatoid di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa, artinya 1
dari 6 orang di dunia ini menderita Artritis Rheumatoid. Diperkirakan angka terus bertambah
hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan. Munculnya
penyakit ini memang pada usia lanjut. Namun secara komulatif, jumlah penderita yang besar
adalah kelompok usia lanjut dan jumlah paling kecil pada balita. WHO melaporkan bahwa 20%
penduduk dunia terserang Artritis Rheumatoid dimana 5-10% adalah yang berusia diatas 60 tahun
(Taja, 2011)
Penyakit Arthritis Rheumatoid adalah penyakit kronis sistemik yang progresif pada jaringan
pengikat mencakup peradangan pada persendian sinovial yang simetris sehingga menyebabkan
kerusakan persendian,Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini Gambaran Tingkat
Pengetahuan Tentang Penyakit Arthritis Rhemotoid di tinjau dari karakteristik lansia Tujuan
Penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Tingkat pengetahuan tentang penyakit Atritis
Rheumatoid.
Penelitian ini menggunakan Desain Statistic Deskriptif. Pengambilan sampel penelitian
menggunakan tehknik total sampling sehingga sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah 30
responden.
Hasil Analisa Deskritif yang dilakukan secara keseluruhan menunjukkan bahwa dari 30
responden, yang memiliki pengetahuan dengan kategori baik sebanyak 13 orang (43,3 % ),
sedangkan yang memilki pengetahuan dengan kategori kurang sebanyak 17 orang ( 56,7 % ).
Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Sedangkan ada dua faktor yang mempengaruhi pengetahuan
responden yaitu pendidikan dan umur.
Kesimpulan yang diambil dari penilitian ini yaitu Sebagian besar Responden memiliki
Gambaran Pengetahuan yang kurang tentang Atritis Rhemotoid. Sedangkan saran dalam
penelitian ini adalah diharapkan petugas kesehatan melakukan penyuluhan kesehatan untuk lebih
meningkatkan pengetahuan klien maupun keluarganya tentang Arthritis Rhemotoid.

Kata Kunci : Pengetahuan,Arthritis Rhemotoid, lansia.


jumlah penduduk. Jumlah penduduk yang
Pendahuluan berusia lebih dari 60 tahun. Tahun 2011
A. Latar Belakang diperkirakan akan mencapai 19,5 juta jiwa
Penderita Arthritis Rheumatoid di atau 8,48% dari jumlah penduduk, jumlah
seluruh dunia telah mencapai angka 355 ini akan meningkat lagi pada tahun 2020
juta jiwa, artinya 1 dari 6 orang di dunia menjadi 28,8 juta jiwa atau 11,34% dari
ini menderita Artritis Rheumatoid. seluruh populasi. Peningkatan jumlah usia
Diperkirakan angka terus bertambah lanjut diperkirakan diikuti dengan
hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih peningkatan harapan hidup dan usia 59,8
dari 25% akan mengalami kelumpuhan. tahun pada tahun 2011 menjadi 71,1 tahun
Munculnya penyakit ini memang pada pada tahun 2020. Berdasarkan pada
usia lanjut. Namun secara komulatif, statistik Indonesia tahun 2011 populasi
jumlah penderita yang besar adalah usia lanjut di Indonesia diperkirakan
kelompok usia lanjut dan jumlah paling meningkat 41,4% atau empat kali lipat
kecil pada balita. WHO melaporkan pada tahun 2025 dan ini merupakan
bahwa 20% penduduk dunia terserang jumlah tertinggi di dunia (Depkes, 2012)
Artritis Rheumatoid dimana 5-10% adalah Prevalensi Arthritis Rheumatoid di
yang berusia diatas 60 tahun (Taja, 2011) Indonesia pada lutut cukup tinggi yaitu
Salah satu penyakit degeneratif yang mencapai 15,5% pada wanita dan 12,7%
perlu mendapatkan perhatian kita semua pada pria. Prevalensi yang cukup tinggi
adalah penyakit Arthritis Rheumatoid dan sifatnya yang lebih besar baik
yang banyak diderita masyarakat, baik di dinegara maju maupun dinegara
pedesaan maupun di perkotaan. Penyakit berkembang diperkirakan 1-2 juta orang
ini merupakan penyakit persendian yang penderita cacat karena tidak melakukan
menimbulkan gangguan kronik yang pencegahan/perawatan diri pada penderita
dapat menyerang berbagai sistem organ Arthritis Rheumatoid (Diana, 2011).
persendian (Noer, 2012). Faktor penyebab secara pasti belum
Penyakit Arthritis Rheumatoid ini dikatahui, tetapi Infeksi ini telah
tidak mengenal batas usia, dari anak-anak merupakan penyabab
sampai usia lanjut. Hanya saja golongan Arthritis Rheumatoid.
yang lebih banyak menderita Artritis Dugaan faktor infeksi sebagai penyebab
Rheumatoid ini terutama orang dewasa Arthritis Rheumatoid, juga timbul karena
muda sampai pertengahan (usia kerja). onset penyakit ini terjadi secara mendadak
Penyakit ini juga tidak mengenal jenis dan timbul sebagai gambaran inflasi yang
kelamin. Rematik atau Arthritis menolak. Walaupun hingga kini belum
Rheumatoid mengakibatkan peradangan berhasil dilakukan isolasi. Suatu
pada lapisan dalam pembungkus sendi. mikroorganisme dari jaringan sinovial, hal
Penyakit ini berlangsung tahunan, ini tidak memungkinkan bahwa terdapat
menyerang berbagai sendi biasanya sesuatu komponen endotoksin
simetris, jika radang ini menahun, terjadi mikroorganisme yang dapat mencetuskan
kerusakan pada tulang rawan sendi, tulang terjadinya Arthritis Rheumatoid. Agen
otot ligamen dalam sendi (Handriani, infeksius yang diduga merupakan
2011). penyebab Arthritis Rheumatoid antara lain
Seiring kemajuan tingkat perawatan adalah bakteri, mikroplasma dan virus
kesehatan dunia dan penurunan jumlah Menurut Noer, (2012).
kelahiran, jumlah penduduk usia lanjut Perjalanan RA bervariasi, tergantung
semakin meningkat. Keadaan ini tidak dari kepatuhan penderita untuk berobat
hanya terjadi di negara industri tetapi juga dalam jangka waktu yang lama. Sekitar
di negara berkembang. Lembaga 50-70 % penderita dengan RA akan
demografi UI 1985 memperkirakan mengalami remisi dalam 3 sampai 5 tahun
jumlah usia lanjut di Indonesia dewasa ini dan selebihnya akan mengalami prognosis
mencapai 15 juta jiwa atau 7,5% dari
yang sering pulang malam dan mandi
yang lebih buruk dan umumnya akan tidak menderita penyakit Arthritis
mengalami kematian lebih cepat 10-15 Rheumatoid, penduduk sub tropis yang
tahun dari pada penderita tanpa RA. berhawa dingin tidak semuanya dingin
Keadaan penderita akan lebih buruk menderita Arthritis Rheumatoid, dan
apabila lebih dari 30 buah sendi banyak pekerja yang bekerja di ruangan
mengalami peradangan dan sebagian ber AC tetap segar. Oleh karena itu peran
besar penderita akan mengalami RA perawat sebagai tenaga kesehatan maupun
sepanjang hidupnya (Handono & Isbagyo, dalam pendidikan, diharapkan mampu
2012). mengajak mereka untuk dapat mengatasi
Dengan bertambahnya umur, penyakitnya yang kronik itu dengan baik
penyakit ini meningkat baik wanita (Taja, 2011). Oleh karena itu yang
maupun laki laki. Puncak kejadianya pada diperlukan oleh masyarakat agar tidak
umur 20-45 tahun dan penyakit terjadi Arthritis Rheumatoid yaitu
Rheumatoid Arhtritis ini sering dijumpai pengetahuan untuk menjaga makanan,
pada usia di atas 60 tahun dan jarang pengetahuan tentang pantangan makanan
dijumpai pada usia di bawah 40 tahun yang penyakit Arthritis Rheumatoid.
(Indonesian Rheumatoid Assosiation Selain Pengetahuan faktor pendidikan
(IRA), 2013). Prevalensi lebih tinggi juga berpengaruh kepada individu,
wanita dibandingkan dengan laki laki, semakin tinggi tingkat pendidikan maka
lebih dari 75% penderita RA adalah semakin luas pengetahuan seseorang yang
wanita (Siswono, 2013). akan berdampak pada peningkatan
Proses menjadi tua berlangsung produktivitas dan juga semakin tinggi
secara alamiah terus menerus dan tingkat pendidikan seseorang maka akan
berkesinambungan, yang selanjutnya akan semakin mudah menerima informasi. Ini
menyebabkan perubahan anatomis, dapat diartikan bahwa semakin tingginya
fisiologis, dan biokemis pada jaringan tingkat pendidikan seseorang maka
tubuh dan akhirnya akan mempengaruhi semakin mudah ia menerima informasi
fungsi dan kemampuan tubuh secara tentang segala sesuatu yang akan terjadi
keseluruhan (Depkes RI, 2011). khususnya yang berhubungan dengan
Ketidakmampuan yang dialami penyakit Arthritis Rheumatoid (Handoko,
menimbulkan masalah baru untuk 2011).
keluarga seperti gangguan mobilitas, Berdasarkan data dari Dinas
ketidakmampuan fisik, dan menurunya Kesehatan Kota Makassar penderita
kemampuan melakukan perawatan diri Arthritis Rheumatoid pada tahun 2012
sehingga dibutuhkan tingkat kemandirian sebanyak 18.269 orang, tahun 2013
yang baik untuk lansia (Handono & sebanyak 16.530 orang dan pada tahun
Isbagyo, 2011). 2014 sebanyak 11.960 orang. Sedangkan
Pengetahuan tentang Arthritis Data Puskesmas Tamalanrea Jaya
Rheumatoid masih belum tersebar luas, Makassar pada tahun 2013 jumlah
banyak informasi dan mitos – mitos keliru penderita Arthritis Rheumatoid yaitu
yang beredar dimasyarakat yang sebesar 1.230 penderita dan tahun 2014
menyatakan kalau Arthritis Rheumatoid sebanyak 889 penderita.
ini disebabkan oleh hawa dingin, seperti Dari uraian di atas, maka penulis
mandi malam, ruang ber AC, sehingga tertarik mengangkat judul “ Gambaran
mereka tidak dapat mengatasi atau Tingkat Pengetahuan Tentang Penyakit
mencegah kekambuhan penyakit ini Arthritis Rheumatoid Dilihat Dari
sesuai dengan fakta sebenarnya seperti Karakteristik Usia, Jenis Kelamin,
melatih pergerakan, berjemur pada pagi Pendidikan Dan Pekerjaan Di Puskesmas
hari, istirahat dan tidur yang cukup. Tamalanrea Jaya Kota Makassar “.
Sebagaimana disampaikan oleh Tiksnadi
(2011), bahwa banyak pekerja pabrik
3. Hasil penelitian ini dapat digunakan
B. Rumusan Masalah sebagai bahan masukan dalam rangka
Berdasarkan uraian pada latar meningkatkan mutu pelayanan yang
belakang di atas maka di rumuskan dapat di berikan kepada pasien yang
masalah adalah bagaimanakah gambaran berkunjung khususnya di Puskesmas
tingkat pengetahuan tentang penyakit Tamalanrea Jaya Kota Makassar.
Arthritis Rheumatoid di tinjau dari 4. Untuk peneliti selanjutnya
karakteristik usia, jenis kelamin, Hasil penelitian ini diharapkan dapat
pendidikan dan pekerjaan di Puskesmas digunakan sebagai dasar atau masukan
Tamalanrea Jaya Makassar. untuk penelitian lebih lanjut.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran tentang
penyakit Arthritis Rheumatoid di
tinjau dari karakteristik Lansia di
Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota
Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran tingkat
pengetahuan tentang penyakit
Artritis Rheumatoid di tinjau dari
karakteristik usia di Puskesmas
Tamalanrea Jaya Kota
Makassar.
b. Diketahuinya gambaran tingkat
pengetahuan tentang penyakit
Arthritis Rheumatoid di tinjau
dari karakteristik jenis kelamin di
Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota
Makassar.
c. Daiketahuinya gambaran tingkat
pengetahuan tentang penyakit
Arthritis Rheumatoid di jinjau
dari karakteristik pendidikan di
Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota
Makassar.
d. Diketahuinya gambaran tingkat
pengetahuan tentang penyakit
Arthritis Rheumatoid di tinjau
dari karakteristik pekerjaan di
Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Untuk Institusi Pendidikan.
Sebagai data dasar dalam melakukan
penelitian selanjutnya yang
ubunberhgan dengan penelitian ini
dalam usaha mengembangkan ilmu
pengetahuan.
2. Untuk Puskesmas Tamalanrea jaya
Kota Makassar.
menginterpretasikan secara
Tinjauan Pustaka benar. Orang yang telah paham
A. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan terhadap obyek atau materi terus
1. Pengertian Pengetahuan dapat menjelaskan, menyebutkan
Pengetahuan adalah merupakan hasil contoh, menyimpulkan,
“tahu” dan ini terjadi setelah orang meramalkan sebagainya terhadap
mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek yang dipelajari.
suatu objek tertentu. Penginderaan c. Aplikasi (Application)
terhadap obyek terjadi melalui panca Aplikasi diartikan sebagai
indera manusia yaitu penglihatan, kemampuan untuk menggunakan
pendengaran, penciuman, rasa dan materi yang telah dipelajari pada
raba dengan sendiri. Pada waktu situasi ataupun kondisi rill
penginderaan sampai menghasilkan (sebenarnya). Aplikasi disini
pengetahuaan tersebut sangat dapat diartikan aplikasi ataupun
dipengaruhi oleh intensitas persepsi penggunaan hukum-
terhadap obyek. Sebagian hukum,rumus,metode,prinsip dan
pengetahuan manusia diperoleh sebagainya dalam konteks atau
melalui mata dan telinga situasi yang lain.
(Notoatmodjo, 2010) d. Analisis (Analysis)
Menurut teori WHO (World Health Analisis adalah suatu
Organization) yang dikutip oleh kemampuan untuk menyatakan
Notoatmodjo (2010), salah satu materi atausyatu objek kedalam
bentuk objek kesehatan dapat komponen-komonen tetapi masih
dijabarkan oleh pengetahuan yang di dalam struktur organisasi
diperoleh dari pengalaman sendiri. tersebut dan masih ada kaitannya
2. Tingkat Pengetahuan satu sama lain.
Pengetahuan yang tercakup dalam e. Sintesis (Syntesis)
domain kognitif mempunyai 6 tingkat Sintesis yang dimaksud
yaitu : (Notoatmodjo, 2011) menunjukkan pada suatu
a. Tahu (know) kemampuan untuk melaksanakan
Tahu diartikan sebagai atau menghubungkan bagian-
mengingat suatu materi yang bagian didalam seluruh suatu
telah dipelajari sebelumnya. keseluruhan yang baru. Dengan
Termasuk ke dalam pengetahuan kata lain sintesis adalah suatu
tingkat ini adalah mengingat kemamuan untuk menyusun
kembali (recall) terhadap suatu formulasi baru dari formulasi
uang spesifik dan seluruh bahan yang ada.
yang dipelajari atau rangsangan f. Evaluasi (Evaluation)
yang telah diterima. Evaluasi ini berkaitan dengan
Oleh sebab itu “tahu” ini adalah kemampuan untuk melakukan
merupakan tingkat pengetahuan justifikasi atau penilaian terhadap
yang paling rendah. Kata kerja suatu materi atau objek.
untuk mengukur bahwa orang Penilaian-penilaian itu
tahu tentang apa yang dipelajari berdasarkan criteria yang
yaitu menyebutkan, ditentukan sendiri atau
menguraikan, mengidentifikasi, menggunakan kriteria-kriteria
menyatakan dan sebagainya. yang telah ada.
b. Memahami (Comprehention)
Memahami artinya sebagai suatu
kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tantang obyek
diketahui dan dimana dapat
utama kelas II, khususnya HLA-
B. Tinjauan Umum Tentang Artritis DR A dengan AR seropositif.
Rheumatoid Pengemban HL a – DR memiliki
1. Pengertian Arthritis Rheumatoid resiko relatif 4:1 untuk menderita
Arthritis Rheumatoid adalah penyakit penyakit Artritis Rheumatoid.
kronis sistemik yang progresif pada b. Faktor hormonal
jaringan pengikat mencakup Kecenderungan wanita untuk
peradangan pada persendian sinovial menderita Arthritis Rheumatoid
yang simetris sehingga menyebabkan dan sering dijumpai remisi pada
kerusakan persendian. (Reever, C. wanita yang sedang hamil
Dkk, 2011). Arthritis Rheumatoid menimbulkan dugaan
adalah penyakit inflamasi sistemik terdapatnya faktor keseimbangan
kronik dengan manifestasi utama hormonal sebagai salah satu
poliartritis dan melibatkan seluruh faktor yang berpengaruh pada
tubuh (Noer, 2011). penyakit ini, walaupun demikian
Arthritis Rheumatoid adalah suatu karena pemberian estrogen
penyakit autoimun dimana persendian eksternal tidak pernah
(biasanya tangan dan kaki), secara menghasilkan perbaikan
simetris mengalami peradangan, sebagaimana yang diharapkan,
sehingga terjadi pembengkakan nyeri sehingga kini belum berhasil
dan menyebabkan kerusakkan bagian dipastikan bahwa faktor
dalam sendi (Handriani, 2013). hormonal memang merupakan
Arthritis Rheumatoid (AR) Adalah penyebab penyakit ini.
penyakit autoimun yang di tandai c. Faktor infeksi
oleh sinovitis erosif yang simetris dan Infeksi ini telah merupakan
pada nenerapa kasus di sertai penyabab Arthritis Rheumatoid.
kerterlibatan jarinagn Dugaan faktor infeksi sebagai
ekatraartikular.sebagian besar kasus penyebab Artritis Rheumatoid,
pelayanan kronik fluktuatif yang juga timbul karena onset
mengakibatkan kerusakan sendi yang penyakit ini terjadi secara
progresif, kecatatan dan bahkan mendadak dan timbul sebagai
kematian dunia. gambaran inflasi yang menolak.
Dampak penting dari AR adalah Walaupun hingga kini belum
kerusakan sendi dan berhasil dilakukan isolasi. Suatu
kecatatan,kerusakan sendi pada AR mikroorganisme dari jaringan
terjadi trauma dalam 2 tahun pertama sinovial, hal ini tidak
perjalanan penyakit.kerusakan ini memungkinkan bahwa terdapat
bisa di cegah atau di kurangih dengan sesuatu komponen endotoksin
pemberian DMARM, sehinga mikroorganisme yang dapat
diaknosis dini dan terapi agresif mencetuskan terjadinya Arthritis
sangat penting untuk mencaga Rheumatoid. Agen infeksius yang
terjadinya kecatatan pada pasien AR. diduga merupakan penyebab
2. Etiologi Arthritis Rheumatoid antara lain
Menurut Noer, (2010) faktor adalah bakteri, mikroplasma dan
penyebab secara pasti belum virus.
dikatahui, tetapi ada beberapa faktor 3. Patofisiologi
yang diduga berperan dalam Pada Arthritis Rheumatoid,
timbulnya penyakit ini, diantaranya : reaksi Auto-Imun terutama
a. Faktor Genetik terjadi dalam jaringan sinovial
Hal ini terbukti dari terdapatnya proses fagositosis menghasilkan
hubungan antar produks enzim-enzim dalam sendi.
kompleks histokompabilitas
determinan HLa-DR pada
Enzim-enzim tersebut akan membran selnya, antigen yang
memecah kolagen sehingga telah diproses akan dikenali dan
terjadi edema, proliferasi diikat oleh sel CD 4 + bersama
membran sinovial dan akhirnya dengan determinan HLa-Dr yang
pembentukan pannus. Pannus terdapat pada membran APC,
akan menghancurkan tulang membentuk suatu kompleks
rawan dan menimbulkan erosi trimokuler (IL-1) selanjutnya
tulang. Akibatnya adalah (IL-1) akan mengekspresikan
menghilangnya permukaan sendi reseptor interleukin -2 (IL-2)
yang akan mengganggu gerak pada permukaan CD 4+. IL-2
sendi. Otot turut terkena karena yang disekresikan oleh CD 4+
serabut otot akan mengalami akan mengikat diri pada reseptor
degeneratif dengan spesifik pada permukaan sendiri
menghilangnya elastisitas otot dan akan menyebabkan
dan kekuatan kontraksi otot terjadinya mitosis dan froliferasi
(Sweitzer, 2012). sel-sel tersebut. Selain IL-2 CD
4. Manifestasi Klinis 4+ yang telah teraktivasi dan
a. Rasa nyeri dari juga mensekresi berbagai
pembengkakan sendi, panas, limfokin lain serta beberapa
eritema dan gangguan fungsi mediator lain yang bekerja
pada sendi merangsang megrofag untuk
b. Kaku sendi di pagi hari meningkatkan aktivitas
berlangsung lebih dari 30 fagosintesisnya dan merangsang
menit proliferasi dan aktivitas
c. Deformitas tangan dan kaki fagositosisnya dan merangsang
d. Nafsu makan berkurang proliferasi dan aktivitas sel B
e. Penurunan berat badan untuk memproduksi anti bodi.
f. Keadaan mudah lelah Setelah berikatan dengan antigen
g. Anemia yang sesuai, antibodi yang akan
h. Pembesaran kelenjar limfe dihasilkan membentuk kompleks
i. Fenofena kaynoud imun yang akan berdifusi secara
(vasospasme yang bebas ke dalam ruang sendi
ditimbulkan oleh cuaca pengendapan kompleks imun
dingin dan stress sehingga akan mengaktivasi sistem
jari-jari menjadi pucat atau komplemen Csa. Komponen
sianosis). komplemen Csa merupakan
5. Patogenesis faktor kemotatik yang selain
Dari penelitian mutakhir meningkat permeabilitas
diketahui bahwa patogenesis vaskuler yang dapat menarik
Arthritis Rheumatoid terjadi lebih banyak sel
akibat rantai peristiwa polimorfonuklear (PMN) dan
imunologis sebagai berikut: monosit ke arah lokasi tersebut.
(Noer, 2012) Pemeriksaan histopatologis
Suatu antigen penyebab artitis membran sinovial menunjukkkan
rheumatoid yang berbeda pada bahwa lesi yang paling dini
membran sinovial akan diproses dijumpai pada Arthritis
oleh antigen presenting sel Rheumatoid adalah peningkatan
(APC) yang terdiri dari berbagai permeabilitas mikrovaskuler
jenis seperti sel sinovial A, sel membran sinovial. Fagositosis
dedentrik atau magrifag yang komleks imun oleh sel radang
semuanya mengekspresikan
waktu mulai menggerakkan
akan disertai oleh pembentukan persendian yang meradang.
dan pembebasan radikal oksigen b. Artritis kronis
bebas, leukotrien, prostaglandin Gejala akibat kerusakan
dan stromelysisn yang struktur persendian yang
menyebabkan erosi rawan sendi bersifat ireversibel.
dan tulang. Radikal oksigen Kerusakan struktur
bebas dapat menyebabkan persendian akibat kerusakan
terjadinya depolimerasi rawan sendi dan erosi
hialuronat sehingga terjadinya tulang. Periartrikuler
penurunan viskositas cairan merupakan proses yang
sendi. tidak dapat diperbaiki lagi
Rantai peristiwa imunologis ini dan memerlukan modifikasi
sebenarnya akan terhenti bila mekanik atau pembebasan
antigen penyebab dapat rekonstruktif.
dihilangkan dari lingkungan Pada fase ini tedapat nodula-
tersebut. Akan tetapi pada nodula rheumatoid
Arthritis Rheumatoid, antigen deformitas sendi. (Noer,
atau komponen akan menetap 2011)
pada struktur persediaan 7. Penatalaksanaan Pasien Arthritis
sehingga proses destruksi sendi Rheumatoid
akan berlangsung terus. Menurut Smeitzer (2011) Setelah
6. Pembagian Penyakit dilakukan diagnosa Arthritis
Arthritis Rheumatoid Rheumatoid dapat ditegakkan
Menurut Handriani (2011), bahwa pendekatan pertama yang
Artritis Rheumatoid dibagi dalam harus dilakukan adalah segera
dua kategori, yaitu : berusaha untuk membina
a. Artritis akut hubungan baik antara pasien dan
Gejala inflamasi akibat keluarga dengan dokter tim
aktivasi sinovitis yang kesehatan yang merawatnya.
bersifat reversibel. Menurut a. Pendidikan pada pasien
Handriani (2013), pada fase mengenai penyakit
dini manifestasi sistemik b. Istirahat, latihan spesifik
yang terjadi adalah lesu, dapat bermanfaat dalam
anoreksia, penurunan berat mempertahankan fungsi
badan dan demam, sendi
terkadang lelah demikian c. Kompres panas pada
hebatnya. Persendian yang bengkak dan nyeri
paling sering terkena adalah d. Alat-alat pembantu mungkin
tangan, lutu, siku, kaki, diperlukan untuk melakukan
bahu, pinggul. Karakteristik aktivitas sehari – hari
distribusi ialah pada e. Pemberian obat sejak dini
persendian tangan dan kaki, untuk mengurangi rasa
metakarphalangeal dan ibu nyeri, aspirin dewasa dosis 3
jari, telunjuk, jari tengah dan – 4 x 1 / hari
jari manis serta sendi 8. Perawatan Penyakit Atritis
metatarsophalangeal dan Rhemotoid
keempat jari kaki. Gejala a. Diet
lokal awal adalah nyeri dan Menurut Smeitzer (2011),
kekakuan ringan (lebih dari untuk penderita Arthritis
1 jam) yang terutama Rheumatoid diet rendah
dirasakan pada pafi hari
Makanan yang
purin. Purin adalah protein mengandung purin
yang temasuk dalam rendah (dapat
golongan nukleoprotein, diabaikan) nasi, sayur,
hasil metabolisme purin singkong, jagung, roti,
asam urat. Peningkatan mie, bihun, tepung
kadar asam urat yang beras, cake, kue kering,
berlebihandalam darah, puding, susu, keju, telur,
dapat menyebabkan lemak, minyak, gula,
penimbunan asam uart pada sayuran dan buah-
sendi-sendi tangan dan kaki, buahan (kecuali sayuran
sehingga menyebabkan rasa dalam kelompok dua)
sakit, dapat juga menumpuk minuman: semua
pada ginjal, menyebabkan macam minuman
batu ginjal. kecuali mengandung
Pengelompokan bahan alkohol. Bumbu: semua
makanan menurut kadar macam bumbu,
purin dan aturan makan secukupnya.
1) Makanan yang harus b. Latihan
dihindari Menurut Reevers
Makanan yang (2013), latihan untuk
mengandung purin penderita Arthritis
tinggi (100-1000 Rheumatoid Jaga tubuh agar
mg/100 g bahan tetap pada kondisi fisik yang
makanan). Otak, hati, paling baik, kontrolah berat
jantung, ginjal, jeroan, badan, waktu istirahat dan
ekstrak daging / kaldu, waktu latihan.
bebek, ikan, makarel, 1) Penderita jangan sampai
remis, kerang. terlalu gemuk karena
2) Makanan yang harus berat badan yang
dibatasi berlebihan akan
Makanan yang membebani persendian
mengandung purin terntu.
sedang( 9 – 100 mg 2) Latihan setiap hari
/100 g bahan makanan): 3) Terapkan panas
maksimal 50 – 75 g ( 1 melakukan latihan
– 1 / 2 potong) untuk mengurangi rasa
daging,ikan atau sakit.
unggas, atau 1 4) Persiapkan latihan
mangkok(100g) sayuran peregangan lemah.
sehari. Daging sapi dan 5) Lakukan latihan aktif
ikan (kecuali yang jika memungkinkan,
terdapat dalam jika tidak
kelompok satu) ayam, memungkinkan minta
udang, kacang- bantuan orang untuk
kacangan dan hasil olah latihan pasif
seperti tahu dan tempe, 6) Lakukan latihan dengan
asparagus, bayam, daun dampak rendah seperti
singkong, kangkung, berenang, berjalan pelan
daun melinjo. atau bersepeda.
3) Makanan yang boleh
dimakan setiap hari
5) Setelah melakukan
7) Hentikan latihan jika kegiatan atau pekerjaan
rasa nyeri makin parah. segera istirahat yang
8) Penderita rematik cukup.
sebaiknya duduk atau C. Tinjauan Umum Tentang Usia
bangun dari kursi secara Lanjut
perlahan sambil 1. Pengertian Usia Lanjut
memegang tangan kursi. Usia lanjut adalah proses yang
c. Mengurangi rasa nyeri terus-menerus berlanjut secara
Menurut Priharjo alamiah, dimulai sejak lahir dan
(2012), nyeri sendi pada umumnya dialami oleh semua
penderita Arthritis mahluk hidup (Nugroho, 2012).
Rheumatoid dapat dikurangi Usia lanjut merupakan kelanjutan
dengan cara : dari usia dewasa yang pada masa
1) Istirahat pada bagian ini seseorang mengalami
yang nyeri kemunduran fisik, mental sosial
2) Istirahat tidak boleh sedikit demi sedikit sampai tidak
terlalu lama, diselingi dapat melakukan tugasnya
dengan relaksasi / sehari-hari lagi, sehingga bagi
istirahat 15 – 20 menit kebanyakan orang, masa lanjut
dan lakukan massage usia merupakan masa yang
3) Kompres dengan air kurang menyenangkan (Nugroho,
hangat 2012).
4) Kompres airi dingin Menurut UUD No.13 Tahun
5) Menjemur daerah sendi 1998 Dikatakan bahwa usia
dengan sinar matahari lanjut adalah seseorang yang
pagi jam 07.00-09.00 telah mencapai usia 60 tahun ke
WIB atas.
6) Saat nyeri tarik napas Usia lanjut adalah suatu proses
dalam alami yang tidak dapat
7) Berobat ke Puskesmas dihindarkan. Umur manusia
d. Istirahat sebagai mahluk hidup terbatas
Menurut Priharjo oleh suatu peraturan alam,
(2012), istirahat pada maksimal sekitar 6 (enam) kali
penderita Arthritis masa bayi sampai dewasa, atau 6
Rheumatoid meliputi : x 20 tahun, sama dengan 120
1) Istirahat setiap hari tahun. Proses menjadi tua
minimal siang hari 30- disebabkan faktor biologik yang
60 menit terdir dari 3 fase yaitu fase
2) Istirahat malam hari 8 – progresif, fase stabil dan fase
9 jam sehingga tidak regresif. Dalam fase regresif
menimbulkan kekakuan mekanisme lebih ke arah
sendi yang hebat kemunduran yang dimulai dalam
3) Pada penderita Arthritis sel, bagian terkecil dari tubuh
Rheumatoid posisi tidur manusia. Sel-sel manjadi aus
terlentang atau setengah karena lama berfungsi sehingga
duduk mengakibatkan kemunduran
4) Pada saat tidur malam yang dominan dibandingkan
balut daerah sendi dengan terjadinya pemulihan
dengan verban elastis (Depkes, RI, 2012).
atau kain
640

a) Usia pertengahan (middle


Menurut UU No 4 tahun age): kelompok usia 45
2012 lansia mereka yang sampai 59 tahun
mencapai umur 45 tahun keatas, b) Lanjut usia (erderly)
tidak mempunyai atau tidak : Antara 60 dan 74
berdaya mencari nafkah sendiri tahun
untuk keperluan hidupnya sehari- c) Lanjut usia tua (old)
hari dan menerima nafkah dari : antara 75 dan 90
orang lain (Nugroho, 2011). tahun
2. Batasan Usia Lanjut d) Usia sangat tua (very old) :
Batasan usia lanjut sendiri diatas 90 tahun
mencakup : (Depkes, RI, 2012). 3. Karakteristik Klien
a. Pra usia lanjut ( 45 – 59 Karakteristik individu
tahun ) yang memanfaatkan pelayanan
b. Usia Lanjut ( 60 – 69 tahun ) kesehatan meliputi beberapa
c. Usia lanjut resiko ( > 70 faktor (Diana, 2013) yaitu :
tahun ) a. Usia
Di dalam struktur Usia adalah
anatomik proses menjadi tua satuan waktu yang
terlihat sebagai kemunduran di mengukur waktu keberadaan
dalam sel. Proses ini suatu benda atau makhluk,
berlangsung secara alamiah, baik yang hidup maupun
terus menerus dan yang mati. Umur diukur
berkesinambungan, yang sejak dia lahir hingga waktu
selanjutnya akan menyebabkan umur itu dihitung. Oleh yang
perubahan anatomis, fisiologis demikian, umur itu diukur
dan biokemis pada jaringan dari lahir sehingga masa kini
tubuh dan akhirnya akan Hungu (2011). Kelompok
mempengaruhi fungsi dan umur produktif cenderung
kemampuan tubuh secara lebih banyak menuntut dan
keseluruhan. Pada tahun 2011 berharap banyak terhadap
Birren dan Jenner mengusulkan kemampuan pelayanan
untuk membedakan antara: kesehatan dasar, dan
(Depkes, RI, 2012). cenderung mengkritik.
1) Usia Biologis yaitu jangka Kelopok umur dibagi;
waktu seseorang sejak lahir Dewasa Madya 26 s/d 50
berada dalam keadaan hidup. tahun dan Dewasa Lansia >
2) Usia Psikologis yaitu 50 tahun (Diana, 2013)
kemampuan seseorang untuk b. Jenis Kelamin
mengadakan penyesuaian- Menurut Hungu
penyesuaian kepada situasi (2010) jenis kelamin (seks)
yang dihadapinya. adalah perbedaan antara
3) Usia Sosial yaitu peranan perempuan dengan laki-laki
yang diharapkan atau secara biologis sejak
diberikan masyarakat kepada seseorang lahir. Seks
seseorang sehubungan berkaitan dengan tubuh laki-
dengan usianya. laki dan perempuan, dimana
Menurut Word Health laki-laki memproduksikan
Organizing (WHO) Nugroho, sperma, sementara
(2012), lanjut usia meliputi : perempuan menghasilkan sel
telur dan secara biologis
641

meningkat sesuai dengan


mampu untuk menstruasi, meningkatnya pendidikan
hamil dan menyusui. seseorang dan kemampuan
Perbedaan biologis dan ini berhubungan erat dengan
fungsi biologis laki – laki sikap seseorang terhadap
dan perempuan tidak dapat pengetahuan yang
dipertukarkan diantara diserapnya ( Diana, 2013 ).
keduanya, dan fungsinya Seseorang dengan
tetap dengan laki-laki dan tingkat pendidikan tinggi
perempuan pada segala ras cenderung lebih banyak
yang ada di muka bumi. menuntut terhadap
Pria lebih banyak pelayanan yang diterimanya,
menuntut dan berharap lebih begitupula sebaliknya bila
banyak terhadap seorang yang tingkat
kemampuan pelayanan pendidikan rendah
kesehatan dasar daripada cenderung akan lebih
wanita. Hal ini dikarenakan banyak menerima karena
pria yang bekerja mendapat tidak tahu apa yang
pengaruh dari lingkungan dibutuhkannya, asal sembuh
luar yang tidak pernah puas sudah saja sudah cukup
terhadap hal yang baginya. Katagori
diterimanya, begitu pendidikan di bagi: SD,
sebaliknya perempuan yang SMP, SMU, dan sarjana
lebih banyak di lingkungan (Diana, 2013).
tempat tinggal ( Diana,
2011). d. Pekerjaan
c. Pendidikan Menurut Hungu ( 2012 )
Menurut Ahmadi ( 2012 ) pekerjaan dalam arti luas
Pendidikan adalah usaha adalah aktivitas utama yang
sadar dan terencana untuk dilakukan oleh manusia.
mewujudkan Dalam arti sempit, istilah
suasana belajar dan proses pekerjaan digunakan untuk
pembelajaran agar peserta suatu tugas atau kerja yang
didik secara aktif menghasilkan uang bagi
mengembangkan potensi seseorang. Dalam
dirinya untuk memiliki pembicaraan sehari-hari
kekuatan spiritual istilah ini sering dianggap
keagamaan, pengendalian sinonim dengan profesi.
diri, kepribadian, Pekerjaan yang dijalani
kecerdasan, akhlak mulia, seseorang dalam kurun
serta keterampilan yang waktu yang lama disebut
diperlukan dirinya sebagai karier.Seseorang
dan masyarakat. mungkin bekerja pada
Pendidikan adalah beberapa perusahaan selama
suatu proses untuk kariernya tapi tetap dengan
memperoleh kemampuan pekerjaan yang sama.
untuk kebiasaan berfikir Kelompok masyarakat yang
untuk suatu kegiatan yang bekerja cenderung
intellegent atau ilmiah dalam dipengaruhi oleh lingkungan
memecahkan masalah di pekerjaan juga lingkungan
dalam kegiatan. Kemahiran keluarga. Hal ini ada
menyerap pengetahuan akan
populasi dijadikan sampel dalam
hubungan dengan teori penelitian (Arikunto, 2010).
bahwa seseorang yang Besar sampel menurut Arikunto
bekerja akan cenderung (2010), jika populasi kurang dari 100
lebih banyak menuntut lebih baik diambil semua, jika
terhadap pelayanan yang populasi lebih dari 100 dapat diambil
diterimanya dibandingkan 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau
dengan seorang yang tidak lebih. Karena jumlah populasi dalam
bekerja. Katori pekerjaan penelitian ini sebanyak 30 orang
dikatagorikan; PNS, Swasta maka responden mengambil sampel
/ Wiraswasta, Pedagang, dan 30 orang.
TNI / Polri, serta petani Pengambilan sampel dalam
( Diana, 2013 ). penelitian ini berdasarkan kriteria
inklusi dan ekskulsi yang ditetapkan
oleh peneliti.
METODE PENELITIAN Menurut Notoatmodjo (2010),
kriteria inklusi adalah kriteria atau
A. Desain Penelitian cirri – cirri yang perlu dipenuhi oleh
Desain penelitian adalah sesuatu yang setiap populasi yang dapat diambil
memungkinkan pemaksimalan control sebagai sampel, sedangkan kriteria
beberapa factor yang biasa mempengaruhi eksklusi adalah ciri-ciri anggota
hasil. Desain penelitian nmerupakan suatu populasi yang tidak dapat diambil
strategi penelitian dalam mengidentifikasi sebagai sampel.
permasalahan sebelum perencanaan akhir Dalam pengambilan sampel ini
pengumpulan data digunakan untuk peneliti menetapkan beberapa
mengidentifikasi struktur dimana kriteria, antara lain :
penelitian dilaksanakan ( Kriteria inklusi :
Hidayat,A.A, 2012 ) a. Bersedia menjadi responden
Penelitian ini menggunakan Desain b. Pasien yang menderita penyakit
Statistic Deskriptif yang bertujuan untuk Artritis Rheumatoid.
menggambarkan tingkat pengetahuan c. Dapat diajak berkomunikasi.
tentang penyakit Artritis Rheumatoid d. Berusia antara tahun > 60 tahun.
Kriteria eksklusi : Tidak
B. Populasi dan Sampel kooperatif / tidak bersedia
1. Populasi menjadi responden
Populasi adalah keseluruhan objek Jumlah sampel yang diambil
penelitian atau yang diteliti sesuai dengan kriteria inklusi
(Notoatmodjo, 2010). Populasi dalam dalam penelitian ini berjumlah
penelitian ini adalah semua lansia 30 responden kesimpulan dari
yang datang di Puskesmas hasil penelitian yang telah
Tamalanrea Jaya Kota Makassar diperoleh.
sebesar 30 lansia. 3. Identifikasi Variabel Penelitian
2. Sampel 1. Identifikasi Variabel
Sampel adalah sebagian populasi Variabel adalah perilaku atau
yang akan diteliti atau sebagian karakteristik yang memberikan nilai
jumlah dari karakteristik yang beda terhadap sesuatu (Nursalam,
dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2011) dalam penelitian ini dibedakan
2011). Pengambilan sampel dalam antara variabel independen dan
penelitian ini dilakukan dengan dependen.
teknik total sampling yaitu teknik
pengambilan sampel jika jumlah
Puncak kejadianya pada umur 20-45 tahun dan
a. Variabel Independen penyakit Rheumatoid Arhtritis ini sering
Variabel independen adalah faktor dijumpai pada usia di atas 60 tahun dan jarang
yang diduga sebagai faktor yang dijumpai pada usia di bawah 40 tahun
mempengaruhi variabel dependen (Indonesian Rheumatoid Assosiation) (IRA),
(Notoatmojo, 2013). Variabel 2012). Prevalensi lebih tinggi wanita
independen pada penelitian ini adalah dibandingkan dengan laki – laki, lebih dari 75
tingkat pengetahuan dan penyakit % penderita RA adalah wanita ( Siswono,
atritis rhemotoid. 2012 ).
b. Variabel Dependen Proses menjadi tua berlangsung secara
Variabel dependen adalah variabel alamiah terus menerus dan berkesinambungan,
yang dipengaruhi oleh variabel yang selanjutnya akan menyebabkan
independen atau bebas (Notoatmojo, perubahan anatomis, fisiologis, dan biokemis
2013). Variabel dependen dalam pada jaringan tubuh dan akhirnya akan
penelitian ini adalah penyakit Artritis mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh
Rheumatoid. secara keseluruhan ( Depkes RI, 2012).
Ketidakmampuan yang dialami menimbulkan
masalah baru untuk keluarga seperti gangguan
Pembahasan mobilitas, ketidakmampuan fisik, dan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menurunya kemampuan melakukan perawatan
mengenai Gambaran Tingkat Penegtahuan diri sehingga dibutuhkan tingkat kemandirian
Tentang Penyakit Atritis Rhemotoid Dilihat yang baik untuk lansia (Handono & Isbagyo,
Dari Karakteristik Lansia Di Puskesmas 2013).
Tamalanrea Jaya Kota Makassar sejak 03 juli Berdasarkan hasil penelitian juga
sampai dengan 07 juli 2015 di Puskesmas diperoleh data berdasarkan jenis kelamin
Tamalanrea Jaya Kota Makassar dan telah dimana jumlah persentase Laki – laki dan
dilakukan pengolahan data maka selanjutnya perempuan yaitu sebanyak 15 responden
dilakukan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan peresentase 50,0 %.
dengan variabel yang diteliti. Menurut Hungu (2010) jenis kelamin
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (seks) adalah perbedaan antara perempuan
lebih banyak responden berusia 60 tahun yaitu dengan laki-laki secara biologis sejak
sebanyak 7 responden dengan presentase 23,3 seseorang lahir. Seks berkaitan dengan tubuh
%,yang berusia 64 Tahun yaitu 6 responden laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki
dengan presentase 20,0 %, dibandingkan yang memproduksikan sperma, sementara
berusia 62 dan 63 tahun yaitu sebanyak 5 perempuan menghasilkan sel telur dan secara
responden dengan presentase 16,7 % , biologis mampu untuk menstruasi, hamil dan
sedangkan yang berusia 65 tahun yaitu 4 menyusui. Perbedaan biologis dan fungsi
responden dengan presentase 13,0 %.dan yang biologis laki-laki dan perempuan tidak dapat
berusia 61 Tahun 3 responden dengan dipertukarkan diantara keduanya, dan
presentase 10,0%. fungsinya tetap dengan laki-laki dan
Usia adalah satuan waktu yang mengukur perempuan pada segala ras yang ada di muka
keberadaan suatu makhluk, baik bumi.
yang hidup maupun yang mati. Umur diukur Pria lebih banyak menuntut dan berharap
sejak dia lahir hingga waktu umur itu dihitung. lebih banyak terhadap kemampuan pelayanan
Oleh yang demikian, umur itu diukur dari lahir kesehatan dasar daripada wanita. Hal ini
sehingga masa kini Hungu (2010). Kelompok dikarenakan pria yang bekerja mendapat
umur produktif cenderung lebih banyak pengaruh dari lingkungan luar yang tidak
menuntut dan berharap banyak terhadap pernah puas terhadap hal yang diterimanya,
kemampuan pelayanan kesehatan dasar, dan begitu sebaliknya perempuan yang lebih
cenderung mengkritik (Diana, 2011). banyak di lingkungan tempat tinggal (Diana,
Bertambahnya umur, penyakit ini 2011).
meningkat baik wanita maupun laki laki.
Hasil penilitian menunjukkan bahwa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden pekerjaannya
lebih banyak responden yang pendidikannya sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 15
SLTA yaitu sebanyak 9 responden dengan responden dengan presentase 50,0 %, yang
presentase 30,0%, yang pendidikannya Sarjana pekerjaanya sebagai PNS dan yang Tidak
yaitu sebanyak 8 responden dengan presentase bekerja yaitu sebanyak 7 responden dengan
26,7 %, yang pendidiannya Diploma yaitu presentase 23,3 %, sedangkan yang
sebanyak 6 responden dengan presentase 20,0 pekerjaanya TNI yaitu sebanyak 1 responden
%, yang pendidikannya SLTP sebanyak 4 dengan presentase 3,3 %.
responden dengan presentase 13,3 %, Menurut Hungu (2010) pekerjaan dalam
sedangkan yang pendidikannya Tamat SD arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan
yaitu sebanyak 3 responden dengan oleh manusia. Dalam arti sempit, istilah
presentase 10,0 %. pekerjaan digunakan untuk suatu tugas atau
Seseorang dengan tingkat pendidikan kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang.
tinggi cenderung lebih banyak menuntut Dalam pembicaraan sehari-hari istilah ini
terhadap pelayanan yang diterimanya, sering dianggap sinonim dengan profesi.
begitupula sebaliknya bila seorang yang Pekerjaan yang dijalani seseorang dalam kurun
tingkat pendidikan rendah cenderung akan waktu yang lama disebut sebagai karier.
lebih banyak menerima karena tidak tahu apa Seseorang mungkin bekerja pada beberapa
yang dibutuhkannya, asal sembuh sudah saja perusahaan selama kariernya tapi tetap dengan
sudah cukup baginya (Diana, 2012). pekerjaan yang sama.
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka Kelompok masyarakat yang bekerja
semakin luas pengetahuan seseorang yang cenderung dipengaruhi oleh lingkungan
akan berdampak pada peningkatan pekerjaan juga lingkungan keluarga. Hal ini
produktivitas dan juga semakin tinggi tingkat ada hubungan dengan teori bahwa seseorang
pendidikan seseorang maka akan semakin yang bekerja akan cenderung lebih banyak
mudah menerima informasi. Ini dapat menuntut terhadap pelayanan yang
diartikan bahwa semakin tingginya tingkat diterimanya dibandingkan dengan seorang
pendidikan seseorang maka semakin mudah ia yang tidak bekerja (Diana, 2012).
menerima informasi tentang segala sesuatu Hasil penelitian menunjukkan bahwa
yang akan terjadi khususnya yang lebih banyak responden memiliki pengetahuan
berhubungan dengan penyakit Arthritis yang baik tentang penyakit Arthritis
Rheumatoid (Handoko, 2013). Rheumatoid dengan menjawab benar yaitu
Pendidikan adalah suatu proses untuk sebanyak 17 responden dengan presentase
memperoleh kemampuan untuk kebiasaan 56,7 %, sedangkan responden yang memiliki
berfikir untuk suatu kegiatan yang intellegent pengetahuan kurang tentang penyakit Atritis
atau ilmiah dalam memecahkan masalah di Rhemotoid dengan menjawab salah yaitu
dalam kegiatan. Kemahiran menyerap sebanyak 13 responden dengan presentase
pengetahuan akan meningkat sesuai dengan 43,3 %.
meningkatnya pendidikan seseorang dan Pengetahuan tentang Artritis Reumatoid
kemampuan ini berhubungan erat dengan masih belum tersebar luas, banyak informasi
sikap seseorang terhadap pengetahuan yang dan mitos – mitos keliru yang beredar
diserapnya (Diana, 2011). dimasyarakat yang menyatakan kalau Arthritis
Menurut Ahmadi (2013) Rheumatoid ini disebabkan oleh hawa dingin,
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana seperti mandi malam, ruang ber AC, sehingga
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses mereka tidak dapat mengatasi atau mencegah
pembelajaran agar peserta didik secara aktif kekambuhan penyakit ini sesuai dengan fakta
mengembangkan potensi dirinya untuk sebenarnya seperti melatih pergerakan,
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, berjemur pada pagi hari, istirahat dan tidur
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, yang cukup.
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat.
PENUTUP
Tiksnadi (2011) menyatakan bahwa
banyak pekerja pabrik yang sering pulang A. Kesimpulan
malam dan mandi tidak menderita penyakit

Arthritis Rheumatoid penduduk sub tropis Berdasarkan hasil dari penilitian di


yang berhawa dingin tidak semuanya dingin atas menunjukan bahwa sebagian besar
menderita Arthritis Rheumatoid, dan banyak responden memiliki pengetahuan yang
pekerja yang bekerja di ruangan ber AC tetap baik tentang penyakit Arthritis
segar. Oleh karena itu peran perawat sebagai Rheumatoid dengan menjawab benar yaitu
tenaga kesehatan maupun dalam pendidikan, sebanyak 17 responden, sedangkan
diharapkan mampu mengajak mereka untuk responden yang memiliki pengetahuan
dapat mengatasi penyakitnya yang kronik itu kurang tentang penyakit Arthritis
dengan baik (Taja, 2012). Oleh karena itu yang Rheumatoid dengan menjawab salah
diperlukan oleh masyarakat agar tidak terjadi yaitu sebanyak 13 responden
Arthritis Rheumatoid yaitu pengetahuan untuk B. Saran
menjaga makanan, pengetahuan tentang 1. Untuk di Puskesmas Tamalanrea Jaya
pantangan makanan yang penyakit Arthritis Kota Makassar
Rheumatoid Perjalanan RA bervariasi, Hasil penelitian ini diharapkan dapat
tergantung dari kepatuhan penderita untuk dijadikan masukan dalam
berobat dalam jangka waktu yang lama. meningkatkan mutu pelayanan
Sekitar 50-70 % penderita dengan RA akan kepada pasien yang berkunjung
mengalami remisi dalam 3 sampai 5 tahun dan khususnya di Puskesmas, Tamalanrea
selebihnya akan mengalami prognosis yang Jaya sehingga mutu pelayanan
lebih buruk dan umumnya akan mengalami Kesehatan di Puskesmas dapat lebih
kematian lebih cepat 10-15 tahun dari pada di tingktkan..
penderita tanpa RA. Keadaan penderita akan 2. Untuk Institusi Pendidikan
lebih buruk apabila lebih dari 30 buah sendi Hasil penelitian ini diharapkan
mengalami peradangan dan sebagian besar dijadikan literatur atau referensi
penderita akan mengalami RA sepanjang untuk perpustakaan Sandi Karsa
hidupnya (Handono & Isbagyo, 2012). Makassar, sehingga dapat bermanfaat
bagi mahasiswanya yang
membutuhkan informasi tentang
Arthritis Rheumatoid Untuk Peneliti
Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan acuan bagi peneliti
selanjutnya yang tertarik dengan
penelitian sejenis dengan
mengembangkan, dengan variabel
lain yang berhubungan dengan
Arthritis Rheumatoid
DAFTAR PUSTAKA

Sjaifoellah, (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit


Ahmadi, Abu. (2013). Ilmu Pendidikan. dalam Jilid I ( edisi ketiga). Jakarta :
Rineka Cipta. Jakarta. Balai penerbit FKUI.
Aprianto (2011) Gambaran Tingkat Kejadian Smeltzer, Suzanne C. (2011). Buku Ajar
Artritis Reumatoid Di Tinjau Dari Keperawatan Medikal Bedah (edisi
Umur Dan Jenis Kelamin Di 8). (vol.3). Jakarta: EGC.
Poliklinik Penyakit Dalam. Sudoyo, Arru. (2011). Ilmu Penyakit Dalam.
Arikunto, Suharsimi, (2010). Prosedur Jilid 2.Edisi 4. Jakarta: FKUI
Penelitian Suatu Pendekatan Taja. (2011). Harapan Baru bagi Penderita
Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.UU Reumatik. Majalah Intisari. Jakarta:
No.13 Tahun 1998 Tentang Lanjut PT. Gramedia.
usia. Republik Online. (2010). Radang
Depkes RI, (2012). Indikator Indonesia Sehat Sendi Tak Kenal Usia. Diakses
2010. Jakarta : Depkes RI Januari 2013.
Depkes RI. (2012). Pedoman Pembinaan http://www.republika.co.id
Kesehatan Usia Lanjut bagi
Petugas Kesehatan. Jakarta:
Depkes RI
Dinas Kesehatan Kota makassar Tahun
2012,2013,2014.dengan penyakit
Artritis Reumatoid.
Diana, Sari. (2011). Osteoartritis, Artritis
Reumathoid, dan Penyakit Sendi.
Januari 2013. www.blogspotsari.com.
Puskesmas Tamalanrea jaya kota Tahun
2013,1014 dengan penyakit. Artritis
Reumatoid..
Handriani. (2011). Kesehatan Gaya Hidup
Modern bisa Disebabkan Reumatik.
Diakses 29 Januari 2013.
http://www.tempo.co.id
Hidayat, A. A dkk (2012) . Metedologi
Penelitia Sosial dan Pendidikan.
Jakarta
Noer, Sarwono. (2012). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I (Edisi Ketiga).
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metode
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rhineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Promosi
Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta. Nugroho,
Wahyudi. (2012). Keperawatan Gerontik,
Penerbit Buku Kedokteran,
EGC: Jakarta.
Reevers, (2011). Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta: Salemba Medical.

Anda mungkin juga menyukai