Anda di halaman 1dari 95

PENGGUNAAN DIKSI DALAM KARANGAN NARASI SISWA

KELAS VIII MTs FATHUL’ IBAAD MEKARBAKTI PANONGAN,


TANGERANG
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Untuk Menulis Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh
SATONO
NIM 1811013000021

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2014 M
ABSTRAK

Satono NIM 1811013000021: Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi


Siswa Kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dan mendeskripsikan hasil
temuan terkait dengan penggunaan diksi dalam karangan narasi dan selanjutnya
akan di jadikan sebagai sumber belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan
ialah metode kualitatif. Metode yang digunakan adalah pengumpulan data dengan
teknik dokumen. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan
penggunaan diksi khususnya ketepatan penggunaan diksi dengan sepuluh
persyaratan ketepatan penggunaan diksi dengan menggunakan teknik persentase.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti, maka diperoleh 37 data dari
tujuh karangan narasi siswa. Dari sepuluh jenis persyaratan ketepatan diksi yang
dianalisis maka diperoleh hasil ketidaktepatan penggunaan diksi sebagai berikut:
penggunaan kata umum dan khusus 20%, penggunaan kata konotatif dan denotatif
20%, penggunaan kata yang hampir bersinonim 20%, penggunaan kata idiom
8,6%, kelangsungan pilihan kata 17,1%, dan penggunaan kata indria 14%.
Dari hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan peneliti secara mendalam,
dari penggunaan bahasa yang digunakan cukup ringan dan kesalahan yang
ditemukan sebagian besar sudah tepat digunakan.
Kunci: Diksi, Karangan Narasi

i
ABSTRACT

Satono NIM 1811013000021: The Use of Diction in Narative Essay at 8th


grade Students of MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.
Education Majors Indonesia Language and Literature, Faculty of Tarbiyah
and Teaching, Negeri Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
2014.
This study aimed to obtain the data and describel the findings related to the
use of diction in the analysis of dictioan and will serve as a source of student
leaning. The method used is qualitatif method. The method used is the data
collection tecniques refer to the note. The research was done by describing the use
of diction in particular the use of dction accurary with ten diction accurary
requirements and the end result would be obtained by using percentages.
Based on the study conducted by researchers, the obtained data 37 from seven
columns headline used. Of the ten types of requirements are analyzed diction
accurary oollow: use common word special 20%, the use of the word connotative
and denotatve 20%, the use of the word is almost synonymous 20%, 8,6% use of
the word idiom contynuity 17,1% word choice, and the use of word senses 14%.
From the results obtained based on in-depth observations of researchers, from
the use of language used is quite mild and most of the errors found are
appropriately used.
Keywords: Essay Narative Diction

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt, karena atas karunia
dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan segaik-baiknya.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhamad Saw, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membawa seluruh umat manusia dari
kegelapan menuju keselamatan.

Penyusunan skripsi saya buat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar


Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dengan skripsi yang berjudul Penggunaan Diksi
dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti
Panongan, Tangerang.

Selama penulisan ini, banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dilalami,
namun berkat doa, kerja keras serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

1. Nurlena Rifa’i, M.A. Ph. D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dra. Hindun, M.Pd. Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
3. Makyun Subuki, M. Hum. Dosen pembimbing yang telah mengarahkan
dan membantu saya dengan sabar dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan
selama XII putaran.
5. Terima kasih yang tak terhingga saya haturkan kepada rekan kerja yang
telah memberikan dukungan baik moril maupun material.
6. Keluarga tercinta yang tak pernah bosan memberikan semangat kepada
saya untuk segera menyelesaikan skripsi ini agar dapat fokus lagi, serta

iii
saya ucapkan rasa sayang yang tempat dalam kepada anak-anak saya yang
telah memotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih saya ucapkan bagi nama-nama yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu. Ungkapan kata memang tak pernah cukup untuk membalas kebaikan
kalian. Semoga Allah selalu melimpahkan dan membalas kebaikan yang berlipat
ganda yang pernah kalian berikan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca serta dapat menambah ilmu pengetahuan dalam dunia
pendidikan.

Jazakumullah khairal jaza’

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Tangerang, 29 November 2014

Penulis

iv
DAFTAR ISI
Lembar Persetujuan
Lembar Pengesahan
Lembar Pernyataan Karya Sendiri
Abstrak ...................................................................................................... i

Abstract ...................................................................................................... ii

Kata Pengantar ......................................................................................... iii

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1


B. Identifikasi Masalah .................................................................. 4
C. Batasan Masalah........................................................................ 4
D. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
E. Tujuan ....................................................................................... 4
F. Manfaat ..................................................................................... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Menulis......................................................................................
B. Karangan Narasi ........................................................................ 9
C. Diksi (Pilihah kata) ................................................................... 15
D. Penelitian yang Relevan ............................................................ 26

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Peneliti.....................................................................29
B. Data dan Sumber Data .............................................................. 30
C. Subjek Penelitian..................................................................30
D. Korpus Data................................................................................ 30

v
E. Teknik Analisis Data ................................................................. 32
F. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 31
G. Langkah Analisis Data .............................................................. 32

BAB IV DESKRIFSI HASIL PENELITIAN

A. Analisis Penggunaan Diksi ........................................................ 33


B. Interpretasi Hasil Analisis ........................................................ 45

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan .................................................................................... 50
B. Saran ........................................................................................... 50

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Di dalam kehidupan sehari-hari bahasa digunakan sebagai alat untuk
berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia di arahkan agar
siswa terampil berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Dalam komunikasi
memiliki dua cara yaitu berkomunikasi secara langsung dan tidak langsung.
Berkomunikasi secara langsung merupakan proses dari kegiatan berbicara dan
menyimak, sedangkan secara tidak langsung merupakan proses dari kegiatan
membaca dan menulis. Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita
tidak diterima atau dipahami oleh orang lain.1
Keterampilan berbahasa dalam kurikulum sekolah mencakup empat
keterampilan menyimak, berbicaca, membaca, dan menulis. Menulis merupakan
suatu keterampilan berbahasa yang di gunakan untuk berkomunikasi secara tidak
langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Kemampuan menulis di
gunakan untuk sebuah karangan yang menceritakan sesuatu. Adapun macam-
macam karangan yaitu, karangan narasi, argumentasi, deskripsi dan eksposisi.
Dalam menulis karangan, penulis menuangkan ide pokok pikirannya, selain itu
penulis harus menggunakan bahasa yang baik dan benar, misalnya pada
penggunaan diksi atau pilihan kata agar pembaca mengerti apa yang penulis
sampaikan.
Pemilihan kata lebih luas dari pada sekadar jalinan kata-kata. Pemilihan kata
bukan saja digunakan untuk kata-kata mana yang perlu digunakan dalam
mengungkapkan suatu ide atau gagasan, melainkan juga meliputi persoalan gaya
bahasa dan ungkapan dalam kalimat. Yang paling penting dalam rangkaian kata-
kata tadi adalah pengertian yang tersirat dibalik kata yang digunakan itu.2

1
Gorys Keraf, Komposi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Penerbit Nusa Indah, 2004),
h. 4.
2
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Penerbit PT. Gramedia , Jakarta, 1984), h. 21.

1
2

Persoalan pilihan kata bukan persolan yang sederhana. Persoalan pilihan kata
menyangkut persoalan yang bersifat dinamis, inovatif dan kreatif sejalan dengan
perkembangan masyarakat penuturnya, seperti seorang anak yang sedang dalam
proses pertumbuhan dan perkembangannya. Dalam proses pertumbuhan dan
perkembangan ini anak akan mencari dan menemukan bentuk-bentuk yang sesuai
dengan kemampuannya. Memilih kata yang mampu mengemban fungsi
sebagaimana mestinya tidaklah mudah. Kata yang tepat akan membantu seseorang
mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun
tulisan.3
Penulis yang belum berpengalaman sangat sulit untuk mengungkapkan ide
atau gagasan dan biasanya sangat miskin variasi bahasanya. Akan tetapi, ada pula
penulis yang sangat boros atau tidak efektif menggunakan pembedaharaan kata,
sehingga tidak ada isi yang terdapat dibalik kata-katanya. Kata-kata atau istilah
dapat digunakan penulis menyapa pesan makna yang terselubung atau simbolis,
sehingga jika dipahami memerlukan interpretasi dan renungan yang dalam.
Dengan demikian kata tidak hanya sekedar mengemban nilai-nilai indah (estetis)
melainkan juga nilai-nilai filosofis maupun pedagogis.
Berdasarkan pendapat tersebut, disimpulkan bahwa masalah diksi
menyangkut masalah kebebasan penulis untuk memilih kata istilah sesui dengan
makna yang tepat, baik makna leksikal, grametikal, denotasi, konotasi, masalah
sinonim, antonim maupun berbagai variasi majas. Hal ini benar-benar tergantung
pada kreatifitas menulis atau mengarang.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, masih banyak siswa yang melakukan
kesalahan berbahasa. Kesalahan berbahasa tidak hanya terdapat pada tuturan
tetapi juga terdapat pada bahasa terdapat pada bahasa tertulis. Bahasa tertulis
terikat pada aturan-aturan kebahasaan. Seperti ejaan, sistematika, dan teknik-
teknik penulisan. Salah satu ketidaktepatan tertulis yang dilakukan siswa adalah
diksi pada karangan narasi siswa MTs Fathul Ibaad. Ruang lingkup diksi yang
terbesar pada diksi, kemampuan menyusun kaimat efektif, kemampuan menyusun

3
Zaenal arifin, Amran Tasai, Cermat Berbahasa Indonesia, (Jakarta: Akademika Pressindo,
2010), h. 28.
3

paragraf. Selain itu di angkatnya permasalahan ini karena dari beberapa penelitian
yang pernah di lakukan menunjukan bahwa pemahaman dan penguasaan srtuktur
bahasa khususnya pemilihan kata (diksi), penggunaan kalimat efektif pada kalimat
dan penyusunan paragraf dalam bahasa tulis yang di miliki siswa rata-rata belum
benar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang perlu diteliti
adalah penggunaan diksi yang meliputi; unsur kata, bentuk kata, kata tugas (kata
depan, atau preposisi, konjungsi atau kata penghubung, interjeksi atau kata seru,
artikel atau kata sandang, partikel atau kata penegas. Penggunaan kalimat efektif
dan penyusunan paragraf pada karangan narasi siswa. Penyimpangan diksi yang
dilakukan siswa terjadi akibat kekurang pahaman siswa terhadap kaidah tata
bahasa yang digunakan atau mungkin faktor lain seperti kekhilafan atau
kecorobohan yang dilakukan siswa. Selain itu, diambilnya permasalahan ini
karena dari beberapa penelitian yang di lakukan menunjukan bahwa pemahaman
dan penguasaan serta kemampuan menggunakan struktur bahasa dan bahasa tulis
yang dimiliki siswa masih rendah. Sesungguhnya yang menentukan satuan
kalimat bukanya banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya.4
Berdasarkan alasan-alasan di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui dan
mempelajari lebih dalam tentang diksi pada karangan karangan narasi siswa kelas
VIII. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah analisis diksi dalam
karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan
,Tangrang.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, persoalan utama yang masih
mungkin untuk di ketahui dalam penulisan diksi dalam karangan narasi siswa
kelas VIII MTs Fathul’Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang sebagai berikut:
1. Kemampuan penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII
MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

4
M. Ramlan, Ilmu Bahasa Indonesia” Sintaksis “, (C.V Karyono Yogyakarta: 20005.), h. 21.
4

2. Kemampuan menyusun kalimat efektif dalam karangan narasi siswa kelas


VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang
3. Kemampuan menyusun paragraf dalam karangan narasi siswa kelas VIII
MTs Fathul’Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

C. Batasan Masalah
Permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi di atas merupakan hal-
hal yang sangat penting untuk di teliti karena merupakan masalah-masalah yang
sering di hadapi oleh penulis. Berkenaan dengan hal tersebut, maka peneliti
memfokuskan penelitian sebagai berikut:
“ Kemampuan Peningkatan Penggunaan Diksi dalam Karangan Narasi Siswa
Kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.”

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalah yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimanakah penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII
MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang?

E. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mendeteksi, dan mendeskrifsikan
bentuk-bentuk pemakaian diksi dalam karangan narasi yang di lakukan oleh siswa
kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang adalah:
1. Mendeskrifsikan penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII
MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

F. Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang bermanfaat baik
secara langsung bagi pembangun ilmu, maupun bagin kepentingan praktis
pengajaran bahasa Indonesia di dalam hal:
5

1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah
wawasan pengetahuan dalam bidang bidang kebahasaan yaitu menulis karangan
dengan memperhatikan unsur-unsur fungsional kalimat yaitu kemampuan
penggunaan diksi yang dilakukan siswa. Selain itu untuk merangsang di
adakannya penelitian yang mendalam berupa penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik bagi
guru maupun siswa yang menjadi sasaran utama dalam pembelajaran bahasa bagi
guru maupun siswa, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
kebahasaan dalam aspek menulis khususnya tentang ketepatan dan ketidaktepatan
penggunaan diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad
Mekarbakti Panongan, Tangerang. Dengan demikian, siswa dapat menghindari
kesalahan menulis karangan narasi.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Menulis
1. Definisi Menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
komunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain.
Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekpresif. Dalam kegiatan
menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan struktur bahasa dan kosa
kata. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus
melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur serta pendidikan yang
berprogram.1
Kaidah karang-mengarang adalah aturan dalam tulis menulis seperti ketepatan
dan kesesuaian pilihan dalam pemilihan kata-kata untuk suatu karangan.
Ketepatan dan kesesuaian itu mencakup ejaan dan diksi yang sudah diterima
sesuai dengan keadaan pendengar/pembacanya.2
Jadi, keterampilan menulis adalah kecakapan dalam kemampuan untuk
menyelesaikan tugas menulis. Keterampilan menulis ialah suatu kepandaian
seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang disampaikan
melalui bahasa tulis, yang realisasinya berupa simbol grafis sehingga orang lain
yaitu membaca, maupun memahami pesan yang terkandung di dalamnya.
Agar bisa terampil dalam menulis, seorang penulis harus menguasai aspek-
aspek kebutuhan khususnya aspek bahasa tulis harus memperhatikan norma-
norma yang berlaku dalam bahasa baku. Demi kejelasan makna, susunan kalimat
menjadi panjang. Sifatnya terikat, terutama alat tata bahasa dan diksi dengan tidak
menimbulkan keraguan dalam memahami isi dan menarik kesimpulan. Bahwa
keterampilan menulis tidak datang dengan sendirinya. Pilihan kata-kata yang

1
Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Penerbit Angkasa
Bandung: 2008), h. 9.
2
Ramlan A.Gani, Mahmudah Fitriyah ,Z.A. Disiplin Berbahasa Indonesia, (FITK PRESS
Ciputat: 2011), h. 122.

6
7

tepat, konkret dan khas akan jauh lebih menarik dari pada kata-kata yang hebat
dan megah tetapi membingungkan.3
Terampil dalam menggunakan bahasa merupakan tujuan terpenting dalam
kegiatan baku. Keterampilan berbahasa meliputi keterampilan menyimak,
keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis.
Tulisan yang baik akan menggairahkan para pembacanya. Pembaca yang baik
selalu merindukan tulisan yang bermutu.4 Oleh karena itu siswa dituntut agar bisa
menulis karangan.

2. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Menulis


Fungsi utama karangan yaitu sebagai sarana komunikasi secara tidak
langsung. Bagi seorang siswa, kegiatan mengarang berfungsi sarana untruk
berfikair. Dengan mengarang siswa dapat mengungkapkan gagasan, ide dan
perasaannya kepada orang lain sehingga kemampuan berpikirnyapun berkembang.
Chaer mengemukaan analisis bawahan langsung, sering disebut juga analisis
unsur langsung atau analisis bawahan terdekat, adalah suatu teknik dalam
menganalisis unsur unsur atau kontituen-kontituen yang membangun suatu satuan
bahasa entah satuan kata, frase, klausa maupun satuan kalimat.1
Secara luas dapat dikatakan bahwa “komunikasi” adalah suatu proses
pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang pasti terjadi sewktu-waktu bila
manusia atau binatang binatang ingin berkenalan dan berhubungan satu sama
lain.2 Mengarang sangat penting karena sebagai sarana untuk memunculkan
sesuatu, memunculkan ide baru, melatih mengorganisasi dan menjernihkan
berbagai konsep atau ide yang dimiliki, melatih sikap obyektif yang ada pada diri
seseorang, membantu untuk menyerap dan memproses informasi, memungkinkan
seseorang untuk berlatih memecahkan beberapa masalah sekaligus, dan
memungkinkan diri untuk menjadi aktif dan tidak hanya sebagai penerima
informsi.

3
Keraf, Op.cit., h. 144.
4
Tarigan, Op.cit., h. 8.
5
Abdul Chaer, Linguistik Umum, ( Jakarta: Reneka Ccipta, 2012), h. 21.
6
Taigan.,Op.cit., h. 19.
8

Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi
yang tidak langsung. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena
memudahkan para pelajar berpikir, juga dapat menolong kita berpikir secara
kritis.3 Juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan-
hububgan, memperdalam daya tanggap atau persepsi, memecahkan masalah-
masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi pengalaman.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat di ketahui bahwa manfaat dan
keuntungan yang bisa di dapat dalam kegiatan mengarang sangatlah banyak.
Kegiatan mengarang perlu dilatih secara terus menerus agar seseorang lancar dan
benar dalam membuat karangan. Oleh karena itu, mengembangkan latihan
mengarang merupakan pengalaman produktif yang berharga bagi siswa.

B. Karangan Narasi
Narasi adalah rangkaian paragraf yang berupa kisah tentang seseorang atau
kisah tentang sesuatu.4 Narasi adalah cerita yang didasari pada urutan suatu cerita
(serangkaian tokoh), yang berdasarkan alur.5
Karangan narasi merupakan bentuk percakapan atau tulisan yang bertujuan
menyampaikan atau menceritakan rangkaian peristiwa atau pengalaman manusia
berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Narasi adalah suatu bentuk
wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca
tentang suatu peristiwa yang telah terjadi . Dari dua pengertian yang diungkapkan
oleh Atarsemi dan Keraf. Dapat kita ketahui bahwa narasi berusaha menjawab
sebuah proses yang terjadi tentang pengalaman atau peristiwa manusia dan
dijelaskan dengan rinci berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu.
Narasi artinya cerita. Dengan cerita, penulis mengajak pembaca untuk sama-
sama menikmati apa yang diceritakan tersebut.6 Dari pendapat-pendapat di atas,
dapat diketahui ada beberapa hal yang berkaitan dengan narasi. Hal tersebut

3
Tarigan, Op.cit,. h. 20.
4
Dadan Suwarna, Cerdas Berbahasa Indonnesia, (Jelajah Nusa 2012), h.78.
5
Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer, (Pustaka Jaya 1980 ), h. 96
6
Ramlan A. Gani, Mahmudah Fitriah ,ZA. Disiplin Berbahasa Indonesia, (FITK PRESS
Ciputat: 2011), h. 93.
9

meliputi: 1.) berbentuk cerita atau kisahan, 2.) menonjolkan pelaku, 3.) menurut
perkembangan dari waktu ke waktu, 4.) disusun secara sistematis.

1. Ciri-Ciri Karang Narasi


Narasi dibangun oleh sebuah alur cerita. Alur ini tidak akan menarik jika
tidak ada konfiks. Selain alur cerita, konfiks dan susunan kronlogis, ciri-ciri narasi
lebih lengkap lagi diungkapkan sebagai berikut:
a. Berupa cerita tentang peristiwa atau pengaalaman penulis.
b. Kejadian atau peristiwa yang disampaikan berupa peristiwa yang
benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi atau gabungan
keduanya.
c. Berdasarkan konfiks, karena tanpa konfiks biasanya narasi tidak
menarik.
d. Memiliki nilai estetika.
e. Menekankan susunan secara kronologis.
Ciri yang dikemukakan Keraf memiliki persamaan dengan Atar Semi, bahwa
narasi memiliki ciri berisi suatu cerita, menekankan susunan kronologis atau dari
waktu ke waktu dan memiliki konfiks. Perbedaannya, Keraf lebih memilih ciri
yang menonjolkan pelaku.
Di dalam sebuah narasi bisa terdapat alur saja, bisa pula lebih. Bisa pula
terdapat sebuah alur utama dan beberapa buah alur tambahan, atau sub-plot.7

2. Jenis-jenis Karangan Narasi


a. Narasi Ekspositorik (Narasi Teknis)
Narasi Ekspositorik adalah narasi yang memiliki sasaran penyampaian
informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan memperluas
pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi ekspositorik, penulis
menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang sebenarnya. Pelaku yang
ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku diceritakan mulai dari kecil sampai saat
ini atau sampai terakhir dalam kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh

7
Marahimim, op.cit., h. 96.
10

eksposisi, maka ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi


ekspositprik. Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis,
berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat objektif.
b. Narasi Sugestif
Narasi sugestif adalah narasi yang berusaha untuk memberikan suatu maksud
tertentu, menyampaikan suatu amanat terselubung kepada para pembaca atau
pendengar sehingga tampak seolah-olah melihat.
Karangan digolongkan menjadi lima jenis, yaitu narasi, deskripsi, eksposisi,
argumentasi, dan persuasi. Narasi adalah karangan yang menceritakan satu atau
beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya peristiwa-peristiwa secara
kronologis. Dalam narasi berisikan deskripsi tempat, waktu, dan manusia serta
tindakannya; tetapi titik berat diletakkan pada tindakan dalam penyajian ceritanya.
Deskripsi adalah jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar
dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal.
Eksposisi adalah karangan yang berisi kupasan, uraian, dan paparan sesuatu
untuk menerangkan sesuatu hal kepada penerima (pembaca) agar yang
bersangkutan memahaminya.
Argumentasi adalah karangan yang berisi argumen disertai contoh dan bukti
yang meyakinkan pembaca dalam menerima atau mengambil suatu doktrin atau
sikap tertentu.
Persuasi adalah karangan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi
pembaca/mitra tutur untuk melakukan tindakan sesuai yang diharapkan
penuturnya.

3. Tujuan Menulis Karangan Narasi


Dalam setiap bentuk penulisan, penulis atau peneliti tentu melakukannya
dengan tujuan tertentu. Untuk karangan narasi setidaknya karangan tersebut bisa
berfungsi untuk; 1) memberikan informasi atau wawasan dan memperluas
pengetahuan; dan 2) memberikan pengetahuan estetis kepada pembaca.
11

4. Langkah-Langkah Menulis Karangan Narasi


Sebenarnya dengan mengetahui definisi, unsur dan ciri-ciri tulisan narasi
seorang penulis dapat dengan mudah menulis sebuah karangan narasi. Narasi bisa
berisi fakta, bisa pula fiksi atau rekaan, yang direka atau dikhayalkan oleh
pengarangnya saja.8 Namun untuk belajar, penulis pemula dapat mencoba
mengikuti beberapa langkah membuat karangan narasi berikut ini:
a. Merumuskan tema yang jelas (fiksi nonfiksi)
b. Menentukan sasaran pembaca (fiksi nonfiksi)
c. Menentukan ide atau pemikiran yang akan disampaikan (fiksi nonfiksi).
d. Membuat daftar topik sesuai dengan tema, hal ini diperlukan agar penulis
mempunyai batasan dalam penulisannya. Tulisanya tidak dapat terlalu luas
namun juga tidak terlalu sempit (fiksi nonfiksi).
e. Merancang peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema
alur (fiksi).
f. Membuat rincian peristiwa-peristiwa kecil sebagai pendukung cerita
(fiksi).
g. Menyusun tokoh-tokoh, watak tokoh, latar, dan sudut pandang (fiksi).
h. Membuat kerangka karangan ( fiksi dan nonfiksi).
i. Menyunting karangan (fiksi nonfiksi).
Ingat bahwa sebuah karangan tidak bisa langsung jadi, penulis perlu dan
harus selalu membaca ulang tulisannya setelah selesai menulis serta jangan lupa
memberikan waktu jeda latihan melakukan editing pada tulisannya. Setelah semua
sudah benar, buat secara reduksi, alur cerita, penokohan, dan peristiwa yang ada
dalam karangan, baru penulis dapat menyelesaikan tulisannya.

C. Diksi (Pilihan Kata)


1. Pengertian Diksi
Diksi merupakan pilihan kata atau kalimat yang tepat dan sesuai dengan
sesuatu yang diungkapkan atau diceritakan.9 “Zaenal Arifin dan Amran Tasai

8
Ibid., h. 96.
9
Kamus Beasar Bahasa Indonesia, (Jombang : Lintas h Media), h. 134.
12

mengatakan bahwa diksi merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia
karang mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari.10 Kata yang tepat akan
membantu seseorang mengungkapkan dengan tepat yang ingin disampaikannya,
baik lisan maupun tulisan.
Keraf mengemukakan bahwa pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa
yang dipantulkan oleh jalinan kata-kata itu.11 Istilah itu bukan saja digunakan
untuk menyatakan kata-kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide
atau gagasan, tetapi juga meliputi persoalan fraselogi, gaya bahasa dan
ungkapan.12
Di dalam bahasa manapun semua konsep dinyatakan dengan kata-kata atau
rangkaian kata. Kita dapat menguasai bahasa hanya jika menguasai sejumlah kata.
Meskipun demikian menguasai kata-kata saja belum berarti menguasai bahasa.13
Pilihan kata atau diksi jauh lebih luas dari apa yang dipantulkan oleh
hubungan kata-kata itu.14 Istilah itu bukan saja digunakan untuk menyatakan kata-
kata mana yang dipakai untuk mengungkapkan suatu ide atau gagasan, tetapi juga
meliputi persoalan fraselogi, gaya bahasa, dan ungkapan.15 Gaya bahasa sebagai
bagian dari diksi berhubungan dengan ungkapan-ungkapan yang individual dan
memiliki nilai artistik tinggi.
“Menurut Keraf berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan
ketepatan kata dan kesesuaian kata dalam posisi tertentu dalam sebuah kalimat,
serta tepat tidaknya penggunaan pilihan kata yang digunakan dalam berbagai
tingkatan masyarakat.”16 Oleh karena itu, sebuah kesalahan besar jika diksi atau
persoalan pemilihan kata dianggap persoalan sederhana, yang tidak perlu
dipelajari dan dibicarakan dengan alasan karena kesalahan tersebut merupakan
kejadian wajar yang terjadi pada manusia sewaktu-waktu.

10
Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Cermat dalam Berbahasa Indonesia. (Jakarta: CV
Akademika Pressindo, 2008), h. 28.
11
Keraf, Op.cit., h. 22.
12
Ibid., h. 23.
13
Dr. Sabarti Akhadiah, Dra, Maidar G. Arsjad, Dra, sakura H. Ridwan, Pembinaan
Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia ,(Penerbit Erlangga FPBSI IKIP Jakarta 1988), h. 82.
14
Keraf, op.cit., h. 22.
15
Ibid., h. 23.
16
Ibid., h. 117.
13

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berjumpa dengan seorang yang


mengalami kesulitan menyampaikan maksudnya karena kurangnya
perbendaharaan kata. Namun tidak sedikit pula kita menemukan orang yang
menggunakan pemborosan kata dan variasi bahasa bahkan mengobral kosa kata
yang dimilikinya. Akan tetapi, dibalik kalimat yang tersirat itu tidak memiliki arti.
Agar tidak terbawa dalam dua golongan orang tersebut, masyarakat harus
menyadari pentingnya arti penggunaan dan pemilihan kata untuk menyampaikan
informasi.
Kata yang tepat dapat membantu seseorang untuk mengungkapkan sebuah
maksud, baik secara lisan maupun tulisan. “ Zaenal mengatakan pilihan kata yang
tepat untuk untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lepas dari kamus
yang berisi kosa kata yang dapat memberikan ketepatan dalam pemakaian kata-
kata dan dalam hal ini makna kata yang tepatlah yang diperlukan.” 17 Oleh karena
itu, pemilihan kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu merupakan satu unsur
yang penting, baik dalam dunia kepenulisan maupun untuk digunakan dalam tutur
sehari-hari.
Pilihan kata tidak hanya mempersoalkan ketepatan kata, melainkan juga
mempersoalkan apakah kata yang dipilih itu dapat diterima dan tidak merusak
suasana yang ada. “Keraf mengatakan bahwa masyarakat yang diikat oleh
berbagai norma, menghendaki pula agar setiap kata yang digunakan harus cocok
dan serasi dengan norma dan sesuai dengan situasi masyarakat yang dihadapi.”18
Sebuah kata yang tepat sekalipun dalam penyampaian pesan tertentu dapat
diterima maksudnya oleh para pendengar atau pembaca. Oleh karena penggunaan
dan pemakaian diksi tidak hanya mementingkan persoalan ketepatan melainkan
juga kesesuaian.
Dengan uraian singkat di atas, Keraf membagi tiga kesimpulan utama
mengenai diksi:
Pertama, pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang
dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, bagaimana mengelompokan kata-
kata yang tepat atau menggunakan ungkapan-ungkapan yang tepat, dan gaya

17
Zaenal Arifin dan Amran Tasai, Op.cit., h. 28.
18
Ibid., h. 24.
14

mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau
diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk
yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya
dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan
kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud dengan pembendaharaan kata atau
kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah
bahasa.19

2. Jenis Diksi
a. Ketepatan Diksi
Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan
pokok, ketepatan pilihan kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau
garang yang akan diamanatkan, dan kesesuian atau kecocokan dalam
mempergunakan kata tadi.20 Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan
sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi
pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan oleh penulis.
b. Persyaratan Ketepatan Diksi
Menurut keraf, keteptan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah
kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengar, seperti apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh penulis dan
pembicara.21 Oleh sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata akan menyambut
pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang.
Setiap kalimat yang baik harus jelas memperhatikan kesatuan gagasan,
mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan
dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan yang lain yang tidak ada
hubungan, atau meggabungkan sama sekali. Bila dua kesatuan yang tidak
mempunyai hubungan disatukan, maka akan rusak kesatuan pikiran itu.22

19
Ibid., h. 24.
20
Ibid., h. 87.
21
Keraf., Op.cit., h. 87.
22
Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (Ende : Nusa Indah, 2004), h. 41.
15

Berikut merupakan persyaratan ketepatan diksi yang dikemukakan oleh keraf


untuk diperhatikan oleh setiap orang agar dapat mencapai ketepatan pilihan kata,
yaitu:
1. Pemakaian Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi
Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplesit. Makna
wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu
pengertian yang dikandung sebuah kata secara obyektif. Sering juga makna
denotatif disebut juga makna konseptual.23 Makna denotataif disebut juga dengan
beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna kognitif, makna
konseptual, makna ideasional, makna refrensial, atau makna proposisional. Abdul
chaer mengemukakan bahwa makna denotasi adalah makna asli, atau makna
sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem.24
Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa
ilmiah. Seorang penulis yang hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita,
dalam hal ini khususnya bidang ilmiah, akan bercenderungan untuk
mempergunakan kata-kata yang denotatif. Sebab pengarahan yang jelas terhadap
fakta yang khusus adalah tujuan utamanya; ia tidak menginginkan interpretasi itu
dengan memilih kata-kata yang konotatif.25
Makna konotataif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat
dari sikap sosial, sikap pribadi dan kreteria tambahan yang dikenakan pada sebuah
makna konseptual. Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara
eksplisit, maksudnya adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Makna
konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi,
dan kriteria tambahan dikenakan pada sebuah makna konseptual.26
2. Pemakaian Kata Bersinonim dan Berhomofon
Kata yang bersinonin berarti kata yang sejenis, sepadan, sejajar, serumpun
dan memiliki arti yang sama. “keraf mengatakan bahwa dalam ilmu bahasa yang
murni, sebenarnya tidak diakui adanya sinonim-sinonim, tiap kata mempunyai

23
Zaenal Arifin dan Amran Tasai,Op.cit., h. 28.
24
Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h. 292.
25
Keraf, Op.cit., h. 28.
26
Amran Tasai, Op.cit., h. 28.
16

makna atau nuansa makna yang berlainan, walaupun ada ketumpang-tindihan


antara kata yang satu dengan kata yang lain.27 Zaenal dan Amran Tasai pun
mengemukakan bahwa sinonim kata tidak mutlak, tetapi hanya ada kesamaan atau
kemiripan kata. Dalam pemakaianya bentuk kata sinonim akan menghidupkan
bahasa seseorang dan mengonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan
komunikasi akan terwujud.28
Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus hati-hati dalam memilih kata-
kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkan
sehingga tidak menimbulkan intepretasi yang tidak diinginkan.
3. Pemakaian Kata Umum Kata Khusus
Kata umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknya cakupan
makna yang dikandungnya.29 Semakin luas rung lingkup acuan makna sebuah
kata, maka semakin umum umum sifatnya, sedangkan semakin sempit ruang
lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin khusus sifatnya. Dengan kata
lain, kata umum memberikan gambaran yang kurang jelas dan tepat, sedangkan
kata umum memberikan gambaran yang jelas dan tepat. Oleh karena itu untuk
mengefektifkan penuturan yang lebih tepat dipakai kata khusus dibandingkan kata
umum.
Pada umumnya, kata khusus digunakan untuk mencapai ketepatan pengertian
yang lebih baik dibandingkan dengan pemakaian kata umum. Kata umum dan
kata khusus harus dibedakan dengan kata denotatif dan konotatif. Kata konotatif
dibedakan berdasarkan maknanya, apakah ada makna tambahan atau nilai rasa
yang ada pada sebuah kata, sedangkan untuk kata umum khusus dibedakan pada
luas tidaknya cakupan makna kata yang dikandungnya.30
Kata umum disebut juga sebagai subordinat dan kata khusus disebut dengan
kata hiponim.31 Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas dari kata Hiu atau
Mujair. Ikan tidak hanya terdiri dari Hiu atau pun Mujair, akan tetapi ikan masih

27
Ibid.,h. 34.
28
Zaenal Arifin dan Amran Tasai.,op.cit, h.32.
29
Ibid., h. 89.
30
Ibid., h. 87.
31
Arifin dan Tasai, op.cit., h.31.
17

memiliki beberapa jenis yang beragam seperti ikan Gabus, ikan Lele, ikan Koki,
dan ikan Gabus merupaka jenis dari ikan. Dalam hal ini, dapat dilihat dengan jelas
bahwa kata yang acuannya lebih khusus atau lebih setuju langsung pada objek
seperti Hiu disebut kata khusus.
Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah maka semakin
dekat titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai oleh si penulis dan
pembaca. Sebaliknya semakin umum sebuah istilah, maka semakin jauh pula titik
pertemuan antara si penulis dengan pembaca.32
4. Kata Abstrak dan Konkret
Menurut Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arsjad “beberapa literatur kebahasaan
telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata abstrak adalah kata yang
mempunyai refren berupa konsep, sedangkan kata konkret adalah kata yang
mempunyai refren berupa objek yang dapat diamati.33 Dengan kata lain kata
abstrak lebih sulit dipahami daripada kata konkret. Oleh karena itu, kata abstrak
biasanya lebih sulit untuk dipahami dari kata konkret. Kata yang acuannya
semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkret, sedangkan kata yang
sulit untuk diserap pancaindra disebut kata abstrak.
Dalam hal menulis, kata-kata yang digunakan sangat bergantung pada jenis
penulisan dan tujuan penulisan. Bila sebuah tulisan yang akan dideskrifsikan
adalah suatu fakta maka yang lebih banyak digunakan adalah kata-kata konkret.
Akan tetapi jika yang digunakan adalah klasifikasi, maka yang banyak digunakan
adalah kata-kata abstrak.
5. Pemakaian Kata dan Istilah Asing
Dalam tata cara dan kehidupan ilmiah sering kali ada kata-kata asing yang
disisipkan saja di tengah-tengah kalimat yang mempergunakan bahasa lain. Dalam
teks bahasa Indonesia, dapat saja muncul kata-kata atau frase asing seolah-olah
kata asing itu berada dalam lingkungan yang asing itu.34

32
Ibid., h. 90.
33
Sabarti, dkk, Op.cit., h. 86.
34
Keraf, Op.cit., h. 58.
18

Penggunaan kata dalam lingkup masyarakat umum sedapat mungkin


menghindari kata atau istilah asing agar informasi yang hendak disampaikan dapat
diterima oleh pembaca atau lawan bicara.
“Sabarti Akhadiah, Maidar G.Arsjad dan Sakura H. Ridwan mengemukakan
dalam proses perkembangan bahasa mana pun selalu terjadi “peminjaman” dan
penyerapan unsur-unsur bahasa asing. Hal ini terjadi akibat adanya hubungan
antarbangsa dan kemajuan teknologi, terutama dibidang transportasi dan
komunikasi.”35
Yang dimaksud dengan kata asing di sini ialah unsur-unsur yang berasal dari
bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu
dengan bahasa Indonesia. Contohnya, kata-kata seperti optin dan stem. Sedangkan
kata-kata atau unsur-unsur serapan adalah unsur-unsur bahasa asing yang telah
disesuaikan dengan wujud/struktur bahasa Indonesia. Kata-kata semacam ini
dalam proses morfologi diperlukan sebagai kata asli. Banyak di antara kata-kata
serapan ini yang sudah tidak serasa lagi keasingannya. Kata-kata seperti pelopor,
dongkrak, sakelar, dan sebagainya.
Kata-kata yang ditulis miring pada kutipan di atas merupakan contoh unsur
serapan. Sebagian sudah tidak terasa keasingannya dan sudah menjadi
pembendaharaan kata populer.
6. Kelangsungan Pilihan Kata
Suatu cara untuk menjaga ketepatan pilihan kata adalah kelangsungan.
Kelangsungan pilihan kata adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa,
sehingga maksud atau pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan
ekonomis. Kelangsungan dapat terganggu bila seorang pembicara atau pengarang
mempergunakan terlalu banyak kata untuk suatu maksud yang dapat diungkapkan
secara singkat, atau mempergunakan kata-kata yang kabur yang bisa
menimbulkna ambiguitas (makna ganda)
c. Kesesuaian Diksi
Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana
yang akan digunakan dalam kesempatan tersebut, walaupun kadang-kadang masih
ada perbedaan tanbahan berupa perbedaan tata bahasa, pola kalimat, panjang atau
35
Ibid., h. 90.
19

kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan
kesesuaian dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita
dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan yang kita
masuki.
1. Syarat-syarat Kesesuaian Pilihan Kata
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut;
1. Hindari sejauh mungkin bahasa atau substandar dalam situasi yang formal.
2. Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi
yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata
populer.
3. Hindari jargon dalam tulisan untuk pembaca umum.
4. Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata
slang.
5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6. Hindari ungkapan-ungkapan usang (idiom yang mati).
7. Jauhkan kaa-kata atau bahasa yang artifisial.36
Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini;
1. Bahasa standar dan substandar
Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapt dibatasi sebagai tutur dari
mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang
cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli
bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur,
dan lain sebagainya.
Bahasa nonstandar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh
pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa,
tidak dipakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum
pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa nonstandar juga berlaku
untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar.
Bahasa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa nonstandar
biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.

36
Keraf, Op.cit., h. 103.
20

2. Pemakaian Kata Ilmiah/Kajian.


Sebagian besar kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata umum yang
dipakai oleh lapisan masyarakat, baik dari kaum terpelajar maupun kaum rakyat
biasa, dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Kata-kata inilah yang menjadi
tulang punggung masyarakat dalam menggunakan bahasa sehari-hari.
Kata-kata ini disebut dengan kata populer karena dipakai oleh semua lapisan
masyarakat. Kata-kata yang hanya dipahami oleh sebagian kaum terpelajar atau
kalangan atas terutama dalam tulisan ilmiah dan susah dipahami oleh masyarakat
biasa, maka kata-kata ini disebut dengan kata-kata ilmiah atau kajian.37
Dengan demikian, penulis harus memahami objek sasarannya. Jika objek
sasarannya masyarakat terpelajar, penulis dapat menggunakan kata-kata kajian
atau ilmiah. Jika objek sasarannya masyarakat umum, kata-kata yang digunakan
harus menghindari kata-kata kajian agar dapat dipahami oleh masyarakat umum.
Umumnya kata-kata ilmiah atau kata khusus dipergunakan oleh kaum
terpelajar berasal dari bahasa asing. Pada pertamanya digunakan dalam bahasa
Indonesia maupun adaptasi umnya ciri-ciri asingnya masih tetap dipertahankan.
Akan tetapi jika disesuaikan mengikuti struktur bahasa Indonesia asli maka tidak
akan terasa lagi ciri bahasa asingnya. “Keraf mengatakan bahwa proses
penyesuaian tersebut dikenal sebagai proses adaptasi, baik yang berupa adaptasi
morfologi maupun adaptasi Fonologis.38
Perbedaan antara kedua jenis kelompok ini dapat dibambarkan secara
sederhana dengan membandingkan pasangan kata-kata sebagai berikut:
Populer Kajian
batu batuan
penduduk populasi
besar makro
banyak tuntutan canggih
isi volume
bisul abses

37
Keraf, Op.cit., h. 105.
38
Ibid., h. 107
21

bunyi fonem
hasil produk, prestasi, keluaran
perbedaan kelainan
cara metode
sejajar kesejajaran
bagian unsur, komponen, suku cadang
berarti signifikan
tahap stadium
arang karbon
berarti bermakna
sah sahih
dapat dipercaya terandalkan.39
Dengan demikian kata-kata ilmiah dan kata-kata populer, setiap pengarang
atau penulis ingin menulis sebuah topik tertentu harus menetapkan dengan benar
siapakah yang akan menjadi sasaran tulisannya itu. Bila sasarannya itu sebuah
kelompok yang terikat oleh sebuah bidang ilmu, ia dapat mempergunakan kata-
kata ilmiah/kajian, tetapi bila sasarannya masyarakat biasa maka kata-kata
dipergunakan kata-kata populer. Jika penulis atau pengarang tidak
mempergunakan hal ini maka komunikasi akan terganggu dan tidak tepat sasaran.
3. Idiom
Idiom adalah pola srtuktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah yang
umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara
logis. Dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya, misalnya;
seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan. Siapa yang
berfikir bahwa makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau beruntung
besar, dan selanjutnya idiom-idiom yang menggunakan kata makan seperti:
makan garam, makan hati, dan sebagainya.

39
Sabarti, dkk, Op.cit., h. 88-89.
22

D. Penelitian yang Relevan


Setelah dilakukan peninjauan, banyak karya tulis yang membahas diksi,
seperti skripsi karya Maidatussalamiyah mahasiswi Universitas Islam Negeri Syrif
Hidayatullah Jakarta, yang berjudul “Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf
Deskrifsi Siswa Kelas X Semester Ganjil Di MAN 12 Jakarta Barat Tahun
Pelajaran 2011/2012.”40 Maidatussalamiyah melakukan penelitian mengenai
kesalahan diksi yang terdapat dalam karangan siswa berdasarkan pada kesalahan
diksi. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa kesalahan yang banyak
dilakukan dalam paragraf yang ditulis siswa adalah kesalahan yang disebabkan
oleh penggunaan kata ciptaan sendiri dan kesalahan penggunaan kata-kata tidak
baku yang dapat mempengaruhi pembaca.
Selain itu, skripsi karya Novitasari Rahayu mahasiswi Universitas Islam
Negeri syarif Hidayatullah Jakarta, dengan skripsi yang berjudul “Analisis Diksi
Pada Bab Nikah Buku Terjemahan Kitab Fat Al-Qarib.”41 Novitasari melakukan
penelitian pada tahun 2009, dalam penelitian tersebut, Novitasari ingin
mengetahui ketepatan penerjemah memilih diksi yang sesuai dengan bahasa
sumbernya. Hasil yang didapat oleh peneliti pada skripsi Novitasari adalah diksi
yang digunakan oleh penerjemah belum umum digunakan oleh masyakat umum,
sebagian diksi yang dipergunakn adalah penerjemahannya masih menggunakan
bahasa sumbernya.
Selanjutnya, mahasiswi Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni
Elida Oktapiani Choir yang meneliti diksi pada skripsinya berjudul “Penerapan
Diksi pada Paragraf Narasi Siswa Kelas X SMA Al-Hasra Sawangan Depok.”42
Elida melakukan penelitian pada tahun 2011, Elida melakukan penelitian untuk
mengetahui kemampuan siswa dalam menerapkan diksi pada paragraf narasi.
Hasil yang diperoleh Elida pada skripsinya adalah masih banyak siswa yang
belum tepat dalam menggunakan diksi untuk menulis paragraf narasi, Elida

40
Maidatussalamiyah, “Analisis Kesalahan Diksi dalam Paragraf Deskrifsi Siswa Kelas X
Semester Ganjil Di MAN 12 Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2011/2012,” (Jakarta: 2012)
41
Novitasari Rahayu, “Analisis Diksi pada Bab Nikah Buku Terjemahan Kitab Fat Al-
Qarib,”(Jakarta: 2009)
42
Elida Octapiani Choir, “Penerapan Diksi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X SMA Al-
Hasra Sawangan Depok, “(Jakarta: 2011)
23

menggunakan hasil persentase untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam


penerapan diksi.
Selanjutnya, mahasiswi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
yakni Siti Kartini mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
melakukan penjelitian tentang Analisis Penggunaan Diksi Pada Berita Utama
Tangsel Pos Sebagai Sumber Belajar Untuk Tingkat SMP. Hasil yang diperoleh
Siti Kartini pada skripsinya adalah “Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel
Pos sebagai Sumber Belajar Siswa Tingkat SMP.43
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang akan dilakukan oleh penulis tidaklah sama dengan apa yang akan
dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Penulis lebih memfokuskan penelitian
ini dan menekankan penggunaan diksi pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs
Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang, dan ingin mengetahui apakah
masih terdapat penggunaan diksi serta mejadikan penelitian ini sebagai sumber
belajar siswa.

43
Siti Kartini, “Analisis Penggunaan Diksi pada Berita Utama Tangsel Pos Sebagaim Sumber
Belajar Untuk Tingkat SMP, (Jakarta: 2013).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskripsi
kualitatif, sementara teknik yang digunakan adalah teknik studi dokumen. Teknik
studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan
kepada objek peneliti.1 Data tersebut digunakan untuk mengumpulkan
kemampuan siswa dalam membuat karangan narasi dengan menganalisis
penggunaan ketepatan diksi.
Istilah desain sebenarnya adalah suatu proses perencanaan yang
berkesinambungan dari suatu reduksi-reduksi tentang ketidak pastian yang diikuti
oleh ketidak pastian yang diikuti oleh ketidak pastian baru, dan kemudian diikuti
lagi oleh reduksi-reduksi lain yang lebih tidak pasti, sampai akhir nya
memunculkan kepastian yang diharapkan.2
Mc Millan & Schumacher berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah
suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan investigasi karena biasanya
peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi
dengan orang-orang ditempat penelitian. Dengan pendekatan kualitatif ini peneliti
akan menggambarkan dan menganalisis setiap individu dalam kehidupan dan
pemikirannya.3
Sugiono mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif memandang objek
sebagai sesuatu yang dinamis, hasil kontruksi pemikiran dan interprestasi terhadap
gejala yang diamati, serta utuh karena setiap aspek dari objek itu mempunyai satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.4 Jadi, menurut Sugiono dalam metode ini
sifatnya tidak tetap dan akan berubah sewaktu-waktu.

1
WWW. Studi Dokumen. Com.
2
Mukhtar, Metode Penelitian Deskriptif Kualitataif, (Referensi,GP Press Group: 2013), h. 39.
3
Syamsuddin, Vismaia S. Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung;
ROSDA, 2011), h. 73.
4
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2009), h.17.

24
25

Pada umumnya jangka waktu penelitian kualitatif cukup lama, karena tujuan
penelitian kualitatif adalah bersifat penemuan. Bahkan sekedar pembuktian
hipotesis seperti dalam penelitian kualitataif. Namun demikian kemungkinan
jangka penelitian berlangsung dalam waktu yang pendek, bila telah ditemukan
sesuatu dan datanya sudah jenuh. Ibarat mencari provokator, atau mengurai
masalah, atau memahami makna, kalau semua itu dapat ditemukan dalam satu
minggu, dan telah teruji kredibilitasnya, maka penelitian kualitatif dinyatakan
selesai, sehingga tidak memerlukan waktu lama. Penelitian kualitatif lebih banyak
mementingkan segi proses daripada hasil.5
Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitaif karena dalam
penelitian ini penulis menganalisis diksi dalam karangan siswa kelas VIII MTs
Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Bentuk penelitian ini
menganalisis dan mendeskripsikan penggunaan diksi khususnya ketepatan diksi
dalam karangan narasi siswa sebagai sumber belajar bahasa Indonesia . Oleh
karena itu, penggunaan metode deskriptif kualitatif ini sesuai untuk mengkaji dan
menganalisis data secara obyektif derdasarkan fakta nyata yang ditemukan
kemudian memaparkan secara deskriptif, dengan cara menganalisis diksi dalam
karangan narasi niswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan,
Tangerang.

B. Data dan Sumber Data


Data adalah seluruh informasi empiris dan dokumentatif yang diperoleh di
lapangan sebagai pendukung kearah kontruksi ilmu secara ilmiah dan akademis.6
Data yang diperoleh nantinya akan diolah sehingga menjadi informasi baru yang
dapat dimanfaatkan oleh pembacanya. Dalam penelitian ini, data diperoleh
melalui analisis diksi dalam karangan siswa.

5
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), h.
11.
6
Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriftif Kualitatif, (Ciputat: Referensi,2013), h. 99.
26

Sumber data adalah sumber-sumber yang dimungkinkan seorang peneliti


mendapatkan sejumlah informasi atau data-data yang dibutuhkan dalam sebuah
penelitian, baik data primer maupun data sekunder.7
Sumber data yang digunakan penulis adalah karangan narasi siswa kelas VIII.
Penulis menggunakan karangan narasi siswa karena ingin meneliti diksi yang
terdapat dalam karangan siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti
Panongan, Tangerang.

C. Subjek Penelitian
Lokasi penelitian dalam skripsi ini adalah MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti
Panongan, Tangerang. Adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa
kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad yang berjumlah 34 orang, yaitu terdiri dari 14 siswa
laki-laki dan 20 orang siswa perempuan.
Alasan peneliti memilih kelas VIII adalah karena siswa di kelas tersebut
teridentifikasi masalah rendahnya kemampuan menulis karangan, dan peneliti
berupaya untuk mendeskripsikan kemampuan penggunaan diksi dalam karangan
narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

D. Korpus Data
Korpus data yang digunakan dalam penelitian ini adalah diksi dalam karangan
narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.
Peneliti menggunakan teks karangan narasi siswa karena dalam pembelajaran
bahasa Indonesia khususnya bagian kepenulisan dapat menggunakan teks
karangan siswa untuk dijadikan sumber pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti
menggunakan karangan narasi siswa untuk melihat penggunaan diksi dalam
karangan siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang
apakah diksi yang digunakan sudah tepat atau masih terdapat banyak
ketidaktepatan. Peneliti hanya menggunakan 7 (tujuh) teks karangan narasi siswa
yang akan dianalisis dalam penelitian ini.

7
Ibid., h. 107.
27

E. Teknik Analisis Data


Data pada penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis
data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis, data yang
diperoleh bisa dari hasil menulis siswa dalam bentuk karangan narasi, sehingga
data dapat mudah dipahami dan hasil dari temuannya dapat diinformasikan
kepada orang lain.
Analisis data kualitatif bersifat indukstif. Sugiyono mengungkapkan bahwa
“data yang diperoleh dikembangkan menjadi hipotesis, jika data yang telah
dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi kemudian hipotesis
diterima, maka hipotesis tersebut akan berkembang menjadi sebuah teori baru.”8
Menurut Bogdan dan Biklen,” Analisis data adalah proses pelacakan dan
pengaturan secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan , dan bahan-
bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan-
bahan tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain.”9
Dalam analisis data ini, peneliti menggunakan teknik studi dokumen.Teknik
ini adalah dalam penelitian ini peneliti hanya berperan sebagai pengamat
penggunaan bahasa oleh informannya, sedangkan peneliti tidak terlibat dalam
peristiwa pertuturan yang bahasanya sedang diteliti.10
Proses analisis yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis diksi.
Dikatakan analisis diksi karena dalam penelitian ini peneliti menganalisis
pemilihan kata yang tepat atau diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs
Oleh karena itu, penulis mengunakan teknik ini untuk meneliti penggunaan
bahasa secara tertulis yakni analisis diksi dalam karangan narasai siswa. Penulis
hanya berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa terhadap seseorang yang
menulis teks karangan narasi dengan mencatat penggunaan diksi dalam karangan
narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang.

8
Sugiyono, Op.cit., h. 335
9
Syamsuddin, Vismaia Damaianti, Metode Penelitian Pendidikan Bahasa, (Bandung:
Rosdakarya: 2011), h. 110.
10
www. Study Documen.Com.
28

F. Teknik Pengumpulan Data


Peneliti menggunakan metode pengumpulan data dengan teknik studi
dokumen, karena data yang digunakan dalam penelitian ini berupa pengumpulan
data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek peneliti. Dengan menggunakan
teknik studi dokumen peneliti melakukan pengumpulan data dengan cara
mengumpulkan data, dan menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan cara
mencatat hasil analisis kemudian akan dideskripsikan sesuai dengan hasil analisis.

G. Langkah Analisis Data


Setelah mengumpulkan data berupa teks karangan narasi, selanjutnya adalah
analisis data. Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis
berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan
tertentu atau menjadi hipotesis, berdasarkan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang
sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau
ditolak sampai menjadi teori baru.11 Data penelitian dianalisis melalui langkah-
langkah sebagai berikut;
1. Peneliti mengklasifikasi bentuk-bentuk bagian ketepatan diksi pada teks
karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan
Tangerang.
2. Mentranskripsi data bentuk-bentuk penggunaan diksi pada karangan narasi
siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad.
3. Mengidentifikasi data penelitian yang berupa teks karangan narasi siswa
kelas VIII dengan cara mendeskripsikan bentuk penggunaan diksi tepatnya
pada ketepatan penggunaan diksi.
4. Data kemudian dianalisis dan dideskrifsikan. Hasil dari analisis data
tersebutakan tergambar bentuk diksi yang termasuk dalam ketepatan diksi.
5. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data.

11
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alvabeta,2013), h. 335.
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Analisis Penggunaan Diksi


1. Diksi dalam Karangan Narasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks karangan narasi siswa
kelas VIII MTs Fathul‟ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Peneliti akan
menganalisis penggunaan pada karangan narasi siswa tersebut. Dari hasil analisis
akan diperoleh gambaran mengenai diksi pada karangan narasi, berikut analisnya;

2. Ketepatan Diksi
a. Kata-kata yang Hampir Bersinonim
Berikut ini merupakan penggunaan kata yang hampir bersinonim
1.1.1 Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan-makanan ringan lainya
yang nanti dihidangkan kepada sanak saudara, teman ataupun tamu-tamu yang
datang kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung tali
silaturahmi.
Kata membikin pada kalimat 1.1.1 mempunyai sinonim membuat. sekalipun
kata-kata itu tidak memiliki makna yang persis sama, masing-masing memiliki
sebagian kesamaan makna. Kesamaanya adalah keduanya terkait dengan
“menyiapkan”. Penggunaan kata membikin tidak tepat karena kata tersebut
merupakan dialek.
7.1.2 Karena tidak ada umpan, pekerja disana memberi tau saya kalau ikan di
Empang itu suka makan daun jadi saya mencobanya.
Kata Di Empang pada kalimat 7.1.2 bersinonim di kolam dan di tambak.
Kata Di Empang memiliki makna tempat menahan air, di kolam memiliki makna
bak tempat air. Kata di tambak memiliki makna di tepi laut untuk memelihara
ikan Bandeng. Masing-masing mempunyai kesamaan makna yakni “tempat
memelihara ikan”. Namun kata di tambak lebih menekankan dan lebih
menyakinkan bahwa benar-benar tempat memelihara ikan.

29
30

12.1.3 Si ayah lalu menuding jari ke arah burung gagak itu sambil bertanya,
”Nak apakah benda itam itu.”
Kata menuding pada kalimat 12.1.3 bersinonim menunjuk, sekalipun kata-
kata tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama, namun kata memiliki
tujuan makna yang sama yakni “memperlihatkan ke arah” Kata keduanya tidak
dapat ditukar karena memiliki nuansa yang berbeda. Menunjuk memiliki makna
memperlihatkan diri, sedangkan menuding memiliki makna memiringkan arah ke
bawah. Jadi penulis menggunakan kata menuding dengan tepat.
17.1.4 Kami memang sudah biasa, setiap hari libur tiba selalu berkunjung
ke rumah nenek. Tapi sayang, dua tahun terakhir setiap kami mengunjungi
rumah nenek, sosok nenek tidak tanpak, nenek telah di panggil oleh Sang
Maha Kuasa, Allah Swt.
Kata sosok pada kalimat 17.1.4 memiliki sinonim wujud. Sekalipun kata-
kata itu tidak memiliki nuansa makna yang percis sama, namun kata tersebut
memiliki tujuan makna yang sama yakni “ Wajah seseorang”. Kata keduanya
tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda. Sosok memiliki
makna bentuk dari pada wujud atau rupa. Sedangkan kata wujud memiliki makna
dapat dilihat. Penggunaan kata sosok pada kalimat tersebut sudah tepat, karena
mrupakan bentuk wajah.
22.1.5 Tiba-tiba terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian.
Kata gaduh pada kalimat 22.1.5 memiliki sinonim ribut. Sekalipun kata kata
tersebut tidak memiliki nuansa makna yang sama yakni “ huru hara”. Kedunya
tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna berbeda, gaduh memiliki
makna gempar karena perkelahian. Ribut memiliki makna berisik. Kata-kata
tersebut memang memiliki makna yang hampir sama , namun kata ribut lebih
menekankan dan lebih menyakinkan bahwa benar-benar telah terjadi
ketidaknyamanan.
26.1.6 Kualunkan kakiku menuju istana ilmu dan akupun duduk di
sekolah singga sana.
Kata kualunkan pada kalimat 26.1.6 memiliki sinonim kulangkahkan. Kata
keduanya tidak tidak dapat ditukar karena memiliki nuansa makna yang berbeda,
31

kualunkan berarti langkah perlahan-lahan, sedangkan kulangkahkan berarti


gerakan kaki menuju maju mundur. Meskipun memiliki nuansa makna yang
berbeda, keduanya memiliki tujuan yang sama yakni ” mengayunkan kaki untuk
berjalan menuju tujuan.
28.1.7 Liburan kemaren paling menarik dalam hidupku adalah ketika ayah
mengajak berkunjung kedesa kelahiranya.
Kata kemaren pada kalimat 28.1.7 memiliki campur kode kemarin. Kata-kita
itu memiliki makna yang percis sama, masing-masing memiliki makna “ setelah
hari ini.” Penggunaan kata kemaren pada kalimat tersebut kurang tepat seharusnya
kemarin karena kata tersebut merupakan dialek dari daerah betawi.

b. Umum Khusus
Berikut ini merupakan penggunaan kata yang bermakna umum khusus.
2.2.1 Beberapa hari sebelum memasuki hari raya Idul Fitri, kelusrgaku sangat
sibuk menyampaikan kedatangannya dengan bermacam-macam kegiatan.
Penggunaan kata Idul Fitri pada kalimat 2.2.1 sudah tepat, karena penulis
memberikan penjelasan kepada pembaca bahwa idul Fitri mengacu pada objek
yang khusus, yaitu hari raya umat islam, sehingga pembaca mudah mengerti yang
dimaksud penulis.
8.2.2 Pada tanggal 2 Maret 2014, kami sekeluarga pergi ke sawah kakek
yang ada di Bugel Tigaraksa.
Kata Bugel Tigaraksa merupakan kata khusus yang tidak akan menimbulkan
salah interpretasi pada pembaca. Penulis telah memberikan penjelasan yang
khusus pada pembaca sehingga pembaca mudah mengerti maksud yang ingin
disampaikan oleh penulis. Kata Bugel Tigaraksa pada kalimat 8.2.2 sudah tepat.
13.2.3 Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba akan
menghabiskan waktu liburnya ke kota, meninggalkan semua aktivitas kota
yang padat.
Kata aktivitas pada kalimat 13.2.3 merupakan yang sifatnya umum, karena
kata aktivitas masih memiliki cakupan sejumlah kata yang lebih khusus seperti:
aktivitas harian, aktivitas mahasiswa, aktivitas keluarga dan sebagainya yang
32

sifatnya kegiatan. Namun demikian, kata aktivitas pada kalimat 13.2.3 yang
digunakannpenulis telah menjelaskan bahwa aktivitas yang akan digunakan untuk
kegiatan liburan ke Jakarta.
18.2.4 Ada seorang pemuda sedang duduk dengan tatapan kosong
mengarah kehamparan air telaga.
Seperti yang dikemukakan di atas bahwa kata tatapan merupakan kata umum
yang dapat membingungkan pembaca. Namun pada kalimat 18.2.4 kata tatapan
kosong merupakan kata khusus yang digunakan penulis belum tepat, seharusnya
tatapan mata yang kosong. Sehingga pembaca tidak keliru apa yang dimaksud
penulis.
23.2.5 Suhu udara sangat dingin, dengan rasa tegang ku guyurkan
segayung air ke tubuhku setelah itu berangkat ke sekolah.
Kata suhu pada kalimat 23.2.5 merupakan kata umum. Sebagai kata umum
suhu dapat mencakup pada sejumlah kata yang khusus seperti yang telah
dijabarkan pada kalimat tersebut yakni dapat berupa suhu ruangan, suhu badan,
suhu iklim dan sebagainya. Penggunaan kata suhu pada kalimat 23.2.5 sudah tepat
karena penulis sebelumnya telah menjelaskan bahwa suhu atau cuaca disekitar itu
hawanya dingin, sehingga tidak menimbulkan salah paham oleh pembaca.
27.2.6 Liburan ke marin yang paling menarik dalam hidupku, bapak akan
mengajak berkunjung ke desa kelahirannya.
Kata bekunjung pada kalimat 27.2.6 merupakan kata khusus. Penulis dengan
rinci memberitahukan pembaca bahwa berkunjung itu mendatangi. Kata
berkunjung yang digunakan pada kalimat 27.2.6 sudah tepat karena mengacu pada
objek, sehingga tidak akan menimbulkan salah interpretasi pada pembaca.
29.2.7 Hari demii hari aku menunggu surat balasan dari nenek, sebulan
kemudian surat balasan dari nenek itu datang.
Kata surat balasan pada kalimat 29.2.7 merupakan kata khusus, kata surat
balasan pada kalimat teersebut tidak akan menimbulkan salah interpretasi kepada
pembacanya. Penulis telah memberitahukan dengan spesifik mungkin mengenai
surat yang di maksud, yaitu balasan dari nenek yang ditunggu.
33

c. Denotasi dan Konotasi


Berikut ini merupakan penggunaan kata yang bermakna denotasi konotasi.
3.3.1 Tak terasa sudah hampir sebulan penuh kita berpuasa.
Frasa hampir sebulan pada kalimat di atas dimasukan kedalam golongan kata
yang bermakna konotatif, karena kata hampir sebulan pada kalimat diatas
memiliki makna abstrak. Frasa hampir setahun tidak menjelaskan dengan jelas
sebeberapa hari puasa telah dilasanakan,sehingga pembaca dengan bebas
menginterprestasikan makna dari kata tersebut. Penggunaan pada kata tersebut
sudah tepat karena umumnya pembaca setidaknya mengetahui bahwa makna dari
hampir sebulan adalah dua puluh lima hari dan akan selesai sebulan.
9.3.2 Pada tanggal 2 maret 2014, kami sekeluarga pergi ke sawah kakek
yang ada di Bugel Tiga Raksa.
Pada kata 2 Maret 2014, merupakan golongan kata denotatif karena
maknanya sudah jelas di ketahui, yakni hari minggu 2 maret 2014. Dengan
demikian pembaca tidak lagi menginterpretasikan tanggal berapa kami sekeluarga
pergi ke sawah kakek. Jadi penulis sudah tepat dalam menggunakan kata tersebut.
14.3.3 Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba akan
menghabiskan waktu liburnya ke luar kota, meninggalkan semua
aktivitas ibu kota yang padat.
Kata aktivitas pada kalimat 14.3.3 merupakan kata konotatif. Makna
sebenarnya dari kata aktivitas adalah kesibukan. Kata aktivitas merupakan
penggunaan makna konotatif yang yang bernilai rasa baik. Penggunaan kata yang
bermakna konotatif ini sudah tepat karena penulis hanya hanya ingin
menggunakan kata dengan nilai rasa lebih baik dan variasi saja.
19.3.4 Ada seorang pemuda sedang duduk tatapan kosong mengarah
kehamparan telaga.
Frase tatapan kosong pada kalimat 19.3.4 merupakan golongan konotatif.
Tatapan kosong dalam pemahamannya masih belum jelas diberitahukan, maka
akan menimbulkan interpretasi lain dari pembaca. Denotasi dari tatapan kosong
dapat diganti dengan kata bengong, sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi
yang salah pada pembaca.
34

24.3.5 Ku alunkan kaki ku menuju istana ilmu dan aku pun duduk di sekolah
singgasana, hari pertama masuk sekolah yang dimana sekarang aku
sudah kelas 8 SMP.
Frase singgasana dimasukan ke dalam golongan kata yang bermakna
konotatif, karena kata singgasana pada kalimat diatas memiliki makna abstrak.
Frase singgasana memiliki makna kursi raja atau tahta. Penggunaan kata konotatif
tersebut sudah tepat karena umumnya pembaca setidaknya mengetahui makna dari
singgasana tersebut.
28.3.6 Wuwu itu alat tradisional yang terbuat dari anyaman bambu.
Kata alat tradisional pada kalimat tersebut merupakan kata yang memiliki
makna denotasi karena maknanya sudah jelas di ketahui pembaca. Kata alat
tradisional masuk dalam denotatif karena konsepnya sudah jelas tidak perlu di
jelaskan kembali oleh penulis. Kata denotataif yang digunakan penulis sudah
tepat.
30.3.7 Ibu pun terdiam mendengar aku bercerita tentang tanaman jagung itu
yang rusak di makan tikus.
Kata terdiam pada kalimat 30.3.7 merupakan kata yang bermakna konotatif.
Kata terdiam dalam kalimat ini mengandung atri membisu. Kata tersebut dapat
menimbulkan interpretasi lain pada pembaca, karena kata tersebut memiliki arti
lain yakni tidak bersuara, tidak bergerak dan sebagainya. Jadi kata terdiam pada
kalimat itu kurang tepat seharusnya membisu.

d. Ungkapan Idiomatik
4.4.1 Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan-makanan ringan lainya
yang nanti dihidangkan kepada sanak saudara, teman atau pun tamu-tamu yang
datang kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung
talsilaturahmi.
Ungkapan idiomatik dan juga........atau pun merupakan penggunaan yang
salah. Bentuk idiomatik yang benar adalah dan.... atau. Dan juga.....atau pun
bukan ungkapan idiom, tetapi memiliki idiom karena kata tersebut merupakan
35

pasangan tetap yang dapat menciptakan ungkapan idiom. Jadi, penggunaan dan
juga.....atau pun pada kalimat diatas tidak tetap.
10.4.2 Awalnya rencana berlibur kali ini direncanakan oleh kakek saya, yang
ingin berlibur disekitar daerah ini saja sebab selain biaya murah di daerah ini juga
masih banyak tempat-tempat indah lainnya.
Ungkapan idiomatik yang....sebab merupakan penggunaan kata yang benar ,
karena kedua kata tersebut merupakan pasangan tetap yang dapat menciptakan
unkapan idiom yang....sebab sudah tepat.
15.4.3 Walau sepanjang jalan yang kami tadi malam tergenang air masih
menyisakan sampah yang terbawa oleh arus air.
Ungkapan idiomatik walau....yang merupakan penggunaan yang salah.
Bentuk yang benar adalah meskipun.....yang. meskipun ....yang berperilaku idiom
karena kedua kata tersebut merupakan pasangan tetap yang dapat mrnciptakan
ungkapan idiom. Jadi penggunaan idiom meskipun.....yang tidak tepat

e. Kelangsungan Pilihan Kata


5.5.1 Suara-suara orang yang sedang melafadkan ayat-ayat suci alquran pada
mesjid-mesjid terdekat rumahku.
Kata suara, kata ayat dan kata mesjid pada kalimat 5.5.1 tidak tetap
digunakan. Seharusnya kata-kata tersebut tidak usah di gunakan kembali, karena
merupakan pemborosan kata, bahkan menimbulkan nilai rasa yang rendah.
Kalimat yang benar seharusnya “Suara yang sedang melafadzkan ayat suci Al-
quran pada mesjid terdekat rumahku.
15.5.3 Tetapi tidak mengajukan anak, karena si ayah sekali lagi membuka
mulut hanya untuk bertanya hal yang sama, kali ini si anak benar-benar hilang
kesabaran dan menjadi marah.
Kata si anak benar-benar pada kalimat 15.5.3 tidak tepat digunakan.
Seharusnya kata anak benar-benar tidak usah digunakan kembali, karena
pemborosan kata, bahkan menimbulkan nilai rasa rendah. Kalimat yang benar
seharusnya “Tetapi tidak mengajukan anak, karena ayah sekali lag membuka
36

mukut hanya untuk bertanya hal yang sama, kali ini dia benar hilang
kesabarannya dan menjdi marah.
. 20.4.5 Saat sampai, aku dan keluargaku disambut oleh saudara-saudaraku
yang telah dahulu sampai.
Kata saat sampai pada kalimat 20.4.5 tidak tepat digunakan. Kata tersebut
digunakan sebagai kata depan untuk menandai perawalan makna. Kata yang tepat
digunakan adalah setelah tiba, karena penggunaannya sebagai kata depan untuk
menandai perawalan makna. Jadi kata saat samapi yang digunakan adalah tidak
tepat, sehingga menjadi “Setelah tiba,aku dn keluargaku disambut oleh saudara-
saudaraku yang telah dahuku sampai .”
25.4.5 Tiba di sana terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian.
Kata tiba pada kalimat di atas tidak tepat digunakan sebagai kata depan. Kata
depan yang tepat digunakan adalah sesampainya, karena penggunaannya sebagai
kata depan untuk mengawali dalam kalimat. Jika kata depan tidak digunakan
adalah sesampainya di sana terdengar suara gaduh memecahkan kesunyian.
27.4.6 Kualunkan kakiku menuju istana ilmu dan akupun duduk di sekolah
singgasana.
Kata kualunkan pada kalimat resebut di atas merupakan kata depan yang
kurang tepat digunakan. Kata depan yang tepat di gunakan adalah kulangkahkan.
Kata sekolah pada kalimat tersebut seharusnya di hilangkan karena tidak tepat
penggunaannya sehingga menjadi kulangkahkan kaki menuju istana ilmu dan
akupun duduk di singgsana.
31.4.7 Dan kamipun menaiki bus untuk pulang.
Kata dan pada kalimat 31.4.7 tidak dapat di gunakan sebagai kata
penghubung untuk menandai kelanjutan makn.Kata dan yang tepat digunakan
adalah kemudian, karena penggunaanya sebagai kata penghubung untuk menandai
yang kelanjutannya. Sehingga menjadi kemudian kaipun menaiki bus untuk
pulang.
37

f. Penggunaan Kata Indria


6.6.1 Di dalam daput terdengar suara teriakan ibu yang beberapa kali
memanggil namaku, akupun langsung menghampiri.
Kata teriakan pada kalimat 6.6.1 merupakan kata yang termasuk diksi indria
pendengaran, karena dapat ditangani oleh telinga yang dapat menangkap atau
menerima tanggapan yang berupa suara atau bunyi keras. Kata di atas berarti
berbicara keras, berteriak sehingga suaranya keras kedengaran. Tetapai dalam
penggunaannya sering kali terjadi bahwa hubungan antara satu indria dengan yang
lainnya sangat rapat, sehingga kata yang sebenarnya hanya di kenakan pada satu
indria biasa digunakan oleh indria yang lain yang disebut juga gejala sinestisia
11.5.2 Rasa singkong ini enak sekali dan baru pertama kali ini aku mencoba
makan singkong bakar.
Kata enak sekali pada kalimat 11.5.2 merupakan kata yang termasuk indria
perasa yang dterima oleh indria lidah yang dapat merasakan atau menerima rasa
yang berupa nikmat atau lejat sekali. Pada data di atas berarti rasa singkong
tersebut rasanya nikmat sekali.
16.6.3. Awalnya keadaan di kamar menyenangkan, tapi setelah adik dan
keponakan laki-laki masuk ke dalam kamar keadaan menjadi ramai dan rusuh,
kakak sepupuku mengusir adik dan keponakan tapi mereka tidak mau keluar.
Kata ramai dan rusuh pada kalimat 10.3 merupakan kata termasuk diksi
indria pedengaran, karena dapat ditangani oleh telinga yang dapat menangkap atau
menerima tanggapan tidak sunyi. Pada kata diatas berarti suasana yang begitu
berisik sehingga suaranya dapat memecahkan telinga.
21.5.6 Tiba-tiba terdengar suara sengau memecah suara kesunyian.
Kata sengau pada kalimat 21.5.6 merupakan termasuk kata indria
pendengaran, karena dapat ditangani oleh telinga yang dapat mensngkap atau
menerima tanggapan yang berupa suara melalui hidung. Sengau pada kata diatas
berarti berbicara agak serak kurang jelas terdengar.
20.5.5 Apalagi kalau bukan ke sekolah suhu udara sangat dingin dengan rasa
tegang aku menumpahkan segayung air ke tubuhku.
38

Kata sangat dingin pada kalimat diatas merupakan tanggapan yang harus di
terima oleh indria peraba, karena dapat ditangani oleh indria kulit. Sangat dingin
pada kalimat diatas berarti terlebih-lebih dingin. Sangat dingin sehingga suhu
udara tidak panas. Tetapi dalam penggunaannya sering kali terjadi bahwa
hubungan antara satu indria dengan yang lainya sangat rapat. Sehingga kata yang
sebenarnya hanya di kenakan pada satu indria yang lain.

g. Membedakan Kata yang Mirip Ejaannya


Peneliti tidak menemukan kata yang mirip ejaannya dalam karangan narasi siswa
kelas VIII MTs Fathul‟ Ibaad mekarbakti Panongan, Tangerang.

h. Kata-kata Ciptaan Sendiri


Peneliti tidak menemukan kata yang mengalami perubahan makna kata yang
terdapat dalam teks karangan narasi siswa kelas VIII MTs. Fathul „Ibaad
Mekarbakti Panongan Tangerang

i. Akhiran Asing
Peneliti tidak menemukan kata yang mengalami kata-kata asing yang terdapat
pada karangan narasi siswa, yang digunakan sebagai sumber belajar siswa.

J. Perubahan Makna Kata yang Sudah Dikenal


Peneliti tidak menemukan kata yang mengalami perubahan makna kata yang
terdapat pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs. Fathul „Ibaad Mekarbakti
Panopngan Tangerang.

B. Hasil Analisis dan Interpretasi Data


1. Penggunaan kata bersinonim
7 x 100% = 20%
35
2. Penggunaan kata umum dan khusus
7 x 100% = 20%
35
3. Penggunaan kata denotasi dan konotasi
39

7 x 100% = 20%
35
4. Penggunaan kata indria
5 x 100% = 14,2%
35
5. Penggunaan kata Idiom
3 x 100% = 8,6%
35
6. Kelangsungan pilihan kata
6 x 100% = 17,1%
37
Penggunaan kata yang mirip ejaan dari data yang terdapat pada karangan
narasi siswa kelas VIII MTs Fathul‟ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang,
tidak ditemukan ketidaktepatannya.
Dengan demikian, dapat dilihat jika penggunaan diksi pada karangan narasi
siswa kelas VIII pada MTs Fathul‟ Ibaad Mekarbakti, Tangerang terdapat
sebagian ketidaktepatan penggunaan diksi, karena dari 35 data hanya terdapat 8
data yang tidak tepat digunakan. Selain itu penggunaan bahasa yang digunakan
pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul‟ Ibaad Mekarbakti Panongan,
Tangerang memiliki karakter bahasa yang cukup ringan, sehingga karangan siswa
dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa untuk memulai keterampilan siswa.

1. Teks Karangan Siswa sebagai Sumber Belajar


Berjalannya perkembangan ilmu pengetahuan, bahan ajar yang digunakan
akan semakin bervariasi. Seiring berkembangnya sistem pengajaran, maka tenaga
pengajar dituntut untuk lebih berinovasi dalam memilih bahan pelaajaran. Bentuk-
bentuk sumber belajar semakin mudah di dapat. Baik yang berupa teks maupun
yang berupa non teks. Bentuk-bentuk teks sendiri saat ini sangat mudah diperoleh,
baik yang sudah dirancang untuk materi pembelajaran, maupun teks yang sudah
tersedia dan bisa dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pengajaran.
40

Sumber belajar digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa.


Bentuk sumber belajar seperti apapun dapat digunakan, selagi dapat memberikan
mutu dan kwalitas pembelajaran siswa menjadi lebih baik proses pembelajaran,
tapi lain itu banyak pula dalam bentuk teks lain yang dapat digunakan sebagai
sumber belajar atau bahan ajar, salah satunya yakni karangan siswa. Pemanfatan
ini tentunya dengan melihat dan memperhatikan kreteria yang sesuai dengan
materi dan tujuan pembelajaran.
Salah satu yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar adalah karangan
narasi siswa. Karangan siswa tidak disajikan dengan begitu saja, melainkan
melalui pertimbangan baik dari segi isi maupun dari segi penulisannya.
Pemanfaatan karangan siswa sebagai sumber belajar khususnya pembelajaran
bahasa Indonesia di sekolah, dapat di katakan sebagai alternatif inovasi
pembelajaran ditengah perkembangan pengetahuan. Pemanfaatan ini akan
membantu menerapkan tuntutan berbagai aspek keterampilan berbicara dan
keterampilan menulis. Dengan pemilihan dan pengaplikasian yang tepat, maka hal
tersebut tidak menutup kemungkinan dapat memberikan dampak positif terhadap
hasil belajar, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia.

2. Kelebihan Karangan Siswa sebagai Sumber Belajar Bahasa Indonesia


Seperti yang telah dijelaskan, bahwa seiring dengan perkembangan zaman
seorang pengajar dituntut untuk lebih cermat dalam memilih sumber belajar yang
digunakan. Sebagai sumber belajar yang tidak dikemas untuk bahan ajar siswa,
karangan siswa dapt memberikan sedikit banyaknya keterampilan siswa dalam
menulis. Siswa dapat ikut berlatih dalam menulis sebuah karangan dengan
menggunakan susunan kata dan kalimat dengan benar, khusnya dalam
penggunaan diksi, selain itu, siswa dapat memanfatkan variasi kosa kata yang
dikuasai.
Sebagai sumber belajar yang mudah didapat, karangan siswa bersifat
ekonomis, praktis dan fleksibel. Selain itu didalamnya terdapat pulantatanan
kebahasaan yang dapat dipelajari.
41

Dilihat dari segi bahasa dan penulisannya, berdasarkan analisis struktur


bahasa pada karangan siswa, khususnya dalam penggunaan diksi karangan narasi
termasuk teks yang tidak terlalu buruk bahkan ada yang baik untuk pembelajaran
awal bagi keterampilan siswa.

3. Kekurangan Pemilihan Karangan Siswa sebagai Sumber Belajar


Bahasa Indonesia
Selain keuntungan yang didapat dalam karangan siswa sebagai sumber
belajar, juga terdapat kekurangannya. Dari segi penyajian, karangan siswa kurang
menarik dan sedikit membosankan bagi siswa. Dilihat dari segi penggunaan
pemilihan kata atau diksi, karangan siswa masih terdapat bentuk-bentuk yang
kurang tepat, meskipun sebagian besar besar sudah tepat penggunaannya, namun
masih terdapat ketidaktepatan dalam penggunaannya.
Kekurangan yang lain, yaitu penggunaan ungkapan idiom terlihat belum
menguasai penggunaan kata penghubungnya, karena data yang ditemukan belum
ada yang benar. Selain itu, kosa kata yang digunakan belum bervariasi, sehingga
siswa ketika mempelajarinya hanya akan mendapat sedikit kosa kata baru. Istilah
asingpun masih sering dijumpai dalam penulisannya, meskipun dalam
penggunaannya untuk siswa. Seringnya digunakan istilah asing dalam karangan
siswa berdampak dan berpengaruh pada kurangnya tingkat pemahaman terhadap
istilah-istilah yang dijumpai, hingga pesan yang disampaikan pun akan terhambat.
Selain itu, seringnya penggunaan istilah asing akan mengakibatkan pergeseran
istilah atau kata asli bahasa Indonesia.

4. Implikasi Penggunaan Diksi sebagai Sumber Belajar Siswa


Analisis diksi sebenarnya bukanlah hal baru dalam proses belajar mengajar,
khususnya dalam belajar bahasa dan sastra Indonesia. Sumber belajar digunakan
untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa. Bentuk sumber belajar seperti
apapun dapat digunakan, selagi dapat memberikan mutu dan kualitas
pembelajaran siswa menjadi lebih baik. Sumber belajar cetak dalam bentuk buku
teks memang telah dirancang untuk proses pembelajaran, tapi selain itu banyak
pula bentuk buku teks lain yang dapat digunakan sebagai sumber belajar atau
42

bahan ajar, salah satunya yakni karangan siswa. Pemanfaatan ini tentunya dengan
melihat dan memperhatikan kriteria yang sesuai dengan materi dan tujuan
pembelajaran.
Salah satu bentuk teks yang sering dijumpai setiap hari adalah karangan
siswa. Sumber belajar dalam bentuk karangan siswa ini merupakan salah satu
sumber belajar yang murah dan efesien, karena selain mudah ditemukan juga
dapat di jadikan untuk pembelajaran siswa. Dengan menggunakan karangan siswa
ini, guru dapat memberi tugas untuk mencari penggunaan kata yang kurang tepat
dan memperbaikinya.
Penulis berharap dengan karangan siswa sebagai sumber belajar mengajar
dapat meningkatkan antusias siswa untuk mengetahui hal apa saja yang akan di
temukan dalam analisis diksi dalam karangan narasi siswa kelas VIII MTs Fathul‟
Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Selain itu, manfaat lain yang diperoleh
siswa adalah secara tidak langsung siswa telah melakukan analisis secara
mendalam dan menambah ilmu bagi siswa yang jarang dilakukan dalam
pembelajaran pada sekolah tingkat MTs. Juga dapat menjadi innovasi dan
penyegaran dalamm pembelajaran, agar tidak menimbulkan kesan jenuh karena
monoton dalam penggunaan sumber belajar. .
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada karangan narasi siswa kelas VIII MTs
Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang. Dapat diperoleh simpulan bahwa
penggunaan diksi dalam karangan narasi yang disebutkan siswa sudah baik.
Pernyataan tersebut dapat dilihat dari kecilnnya angka persentase ketidaktepatan
yang dilakukan siswa pada penulisan karangan.

B. Saran-Saran
Penelitian yang dilakukan peneliti dalam karya tulis ini, meneliti tentang
analisis diksi dalam karangan siswa kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti
Panongan, Tangerang sebagai sumber belajar dari kesalahan diksi. Peneliti
menyampaikan saran agar dapat diterima untuk lebih meningkatkan mutu
pendidikan di dalam bahasa Indonesia. Saran yang diberikan peneliti sebagai
berikut;
1. Para guru bidang studi bahasa Indonesia, pada saat mengajarkan materi
menulis atau mengarang hendaknya menjelaskan mengenai pesan yang
terkandung dalam teks karangan agar siswa yang kesulitan menangkap isi
pesan yang terkandung dalam karangan, dapat mengerti maksud dari pesan
yang di sampaikan.
2. Untuk para guru hendaknya lebih inovatif lagi menggunakan sumber
belajar, agar siswa mendapat materi yang lebih menarik hingga tidak
membosankan dan lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran.
Harapan yang ingin dicapai tentunya agar siswa mendapat peningkatan
hasil belajar.
3. Penelit merekomendasikan kepada pengajar, jika ingin menggunakan
sunber belajar untuk keterampilan siswa, hendaknya menggunakan sumber
belajar yang ringan terlebih dahulu untuk perkenalan awal. Karena

43
44

karangan narasi siswa salah satu bahan ajar yang dapat digunakan dalam
pembelajaran, karena gaya bahasa yang digunakan masih cukup ringan
untuk siswa.
45

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti dkk. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia.


Jakarta: Penerbit Erlangga. 2012.

Arifin, Zaenal dan Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:


Akademika Presindo. 2010.

Chaer, Abdul. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta. 2012.


Damaianti, S. Vismaia dan Syamsudin AR. Metode Penelitian Pendidikan
Bahasa. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011

Gani, A. Ramlan dan Mahmudah Fitriyah Z.A. Disiplin Berbahasa Indonesia.


Ciputat : FITK PRESS. 2011.

Guntur, Henry Tarigan. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa. 2008.

_____, Henry Tarigan dan Djago Tarigan. Pengajaran Analisis Kesalahan


Berbahasa. Bandung: Angkasa. 2011.

Indrawan, Kamus lengkap Bahasa Indonesia. Jombang: Lintas Media


Keraf, Gorys. Komposisi. Ende: Nusa Indah. 2004.
____, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Utama. 2010.
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers. 2012.
Marahimin, Ismail. Menulis Secara Populer. Jakarta: PT. Dunia Pustaka Jaya.
1994.

Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Ciputat: Referensi.


2013.

Moleong, J Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.2014.
Ramlan, Sintaksis. Yoyakarta: CV. Karyono. 2005
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. 2013
Suwarna, Dadan. Cerdas Berbahasa Indonesia. Ciputat: Jelajah Nusa. 2012.
www. Studi Dokumen.com.
Lampiran-lampiran

No : 1
Nama : Anzela Zakiyayatul Ulya
Judul : Suka Cita Menyambut Idul Fitri
Kutipan:
Tak terasa sudah hampir sebulan penuh kita berpuasa. Beberapa hari sebelum
memasuki hari Raya Idul Fitri, keluargaku sangat sibuk mepersiapkan
kedatangannya dengan bermacam macam kegiatan.
Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan-makanan ringan lainnya yang nanti
akan di hidangkan kepada sanak saudara, teman ataupun tamu-tamu yang datang
kerumahku untuk saling bermaaf-maafkan dan juga menyambung tali silaturahmi.
Hasil Analisis:
Tak terasa sudah hampir sebulan penuh kita berpuasa. Beberapa hari sebelum
memasuki hari Raya Idul Fitri, keluargaku sangat sibuk mepersiapkan
kedatangannya dengan bermacam macam kegiatan.
Ibuku sibuk membuat kue dan juga makanan ringan lainya yang nanti
dihidangkan kepada sanak saudara, teman ataupun tamu yang datang kerumahku
untuk saling bermaafkan dan menyambung tali silaturahmi.
Kalimat tersebut tidak benar kata membikin seharusnya membuat.
Kutipan:
Ayahku sibuk mengecet semua tembok seisi rumah dengan paduan warna yang
indah. Sedangkan aku dan kakak ku Refa, membantu merapihkan juga
memindahkan barang-barang seisi rumah.
Hasil Analisis:
Baik dari Paragraf, kalimat maupun kata dalam penggunaan diksi sudah tepat.
Kutipan:
Di dalam dapur terdengar suara teriakan ibu yang beberapa kali memanggil
namaku, akupun langsung menghampirinya. Ternyata, Ibu meminta bantuanku
untuk menunggu kue nya matang.
Hasil Analisis:
Di dalam dapur terdengar suara teriakan ibu beberapa kali memanggil
namaku, sayapun langsung menghampiri, ternyata beliau meminta bantuan untuk
menunggu kue yang telah masak.
Kata yang tidak tepat bila digunakan setelah kata ibu. Kata ibu juga belum tepat
seharusnya kata beliau.
Kutipan:
Beberapa menit kemudian, kue ibupun akhirnya matang. Akupun langsung
memindahkannya ke tempat kue ibu dan aku langsung bergegas untuk
melanjutkan pekerjaanku yang tadi sempat kutinggalkan setelah membantu ibu.
Akhirnya, hanya tinggal sisa satu barang yang belum aku dan kakak pindahkan.

Hasil Analisis:
Berapa menit kemudian kue itupun akhirnya masak. Saya langsung
memindahkan ketempat kue itu, beliau langsung cepat untuk melanjutkan
pekerjaan yang tadi sempat ditinggalkan. Akhirnya hanya sisa satu barang yang
belum saya pindahkan.
Dari kata mateng diksi yang digunakan tidak tepat, begitu juga dalan kata
bergegas diksi yang digunakan kurang tepat seharusnya cepat.

Kutipan:
Setelah semua pekerjaanku selesai, Akupun langsung bergegas masuk kamar
mandi untuk membersihkan badanku yang sudah sanget lengket dengan keringat
ini. Waktupun sangat cepat berlalu, jam kini menunjukan pukul 17.30 WIB, Itu
artinya tinggal 30 menit lagi waktunya untuk berbuka puasa sambil menunggu
suara adzan magrib itu terdengar. Aku pun mengisi waktu kosong ku dengan
menonton salah satu acara televisi dan dan juga sambil mengumpulkan tenagaku
sejenak yang tadi sudah hampir terpakai semuanya.

Hasil Analisis:
Setelah semua pekerjaan selesai, saya langsung cepat masuk kedalam kamar
mandi untuk membersihkan badan yang lengket dengan keringat. Waktu sangat
cepat berlalu kini telah menunjukan pukul 17.30 WIB, artinya tinggal 30 menit
lagi waktunya berbuka puasa. Sambil menunggu suara adzan magrib terdengar,
saya mengisi waktu luang dengan menonton salah satu acara televisi sambil
mengumpulkan tenaga yang tadi hampir terkuras semua.
Hampir semua diksi dalam paragraf resebut adalah tepat, namun ada salah
satu kata berbegas tidak tepat . Jadi seharusnya diganti dengan kata cepat.
Kutipan:
Du,.. Dug.. Dug.. Allahu akbar Allahu akbar..
Waktu berbuka pun telah tiba, kamipun berkumpul di ruang makan sambil
menikmati hidangan makanan, minuman dan buah-buahan segar lainnya yang
sejak tadi sudah di siapkan oleh ibu. Setelah selesai berbuka puasa. Ayah, ibu,
kakak dan aku bergegas untuk bersiap-siap melaksanakan shalat magrib
berjamaah dirumah kami tercinta.

Hasil Analisis ;
Dug,...dug,... dug,...”Allahu Akbar, Allahu Akbar”.
Waktu berbuka puasa telah tiba, kamipun berkumpul di ruang makan sambil
menikmati hidangan makanan dan minuman serta buah segar lainya yang sejak
tadi disiapkan disiapkan oleh ibu. Setelah selesaiu berbuka puasa, kami lekas
untuk melaksanakan shalat magrib berjamaah di rumah.
Pada kalimat pertama penggunaan huruf kapital tidak harus semua, kata akbar
seharusnya Akbar.
Dalam paragraf ini kata penghubung dan pengganti tanda koma (,) kata
penghubung serta
Pengganti dari kata penghubung dan.

Kutipan:
Setelah selesai, kami pun langsung menuju mesjid untuk melaksanakan shalat
tarawih berjamaah. Setelah rakaat terakhir selesai, imam pun langsung memberi
ceramah dan meminta maaf atas semua kesalahannya kepada seluruh jama‟ah.

Hasil Analisis:
Setelah selesai kami langsung menuju ke mesjid untuk melaksanakan shalat
tarawih berjamaah. Setelah selesai rakaat terakhir imam memberi ceramah dan
sekaligus minta maaf atas semua kesalahannya kepada seluruh jamaah.
Pada kalimat ini ada salah satu kata salah penempatannya tidak tepat yaitu kata
selesai
Seharusnya di awal kata rakaat dan kata akhiran pun tidak harus digunakan pada
kata imam.Pada kata jamaah tidak perlu menggunakan tanda kutip(„).
Kutipan:
Dan seperti biasanya, kamipun melaksanakan sahur pada tengah malam,
terdengar
Suara-suara orang yang sedang melafadzkan ayat-ayat suci alqur‟an pada
mesjid-mesjid terdekat dari rumahku. Setelah semunya selesai makan sahur,aku
dan ibupun langsung membereskan dan mencuci semua piring dan gelas yang
kotor. Sebelum adzan subuh terdenar, biasanya keluarga kami mengisinya
dengan membaca alqur‟an. Ketika baru beberapa juz kami dapatkan azan subuh
pun terdengar.

Hasil Analisis:
Dan seeperti biasanya kami melaksanakan sahur pada tengah malam, ketika
itu terdengar suara orang membacakan ayat suci alquran di mesjid-mesjid yang
terdekat dari rumahku. Setelah semuanya selesai makan sahur, kami langsung
membereskan dan mencuci semua piring dan gelas yang kotor. Sebelum adzan
subuh berkumandang , biasanya keluarga kami mengisinya dengan membaca
alquran. Ketika baru beberapa juz kami dapatkan adzan subuh pun terdengar.
Pada kalimat pertama setelah tanda koma (,) kata yang tepat untuk digunakan
yaitu kata ketika itu dan kata melafadzkan penggunaannya tidak tepat seharusnya
membacakan.
Kata alquran seharusnya tidak menggunakan tanda kutip, kata pada mesjid
tidak tapat seharusnya di. Pada kalimat berikutnya kata aku dan ibupun kurang
tepat penggunaannya seharunya kami. Kata terdengar tidak tepat seharusnya
berkumandang,kata azan tepatnya adalah adzan.

Kutipan:
Pagi hari, ketika aku masih tertidur, terdengar ketukan pintu kamarku. Setelah ku
buka dengan mata yang masih sangat ngantuk, aku melihat seorang wanita
tinggi berbaju biru yang sangat tak asing lagi bagiku. Ternyata itu adalah ibuku,
kali ini ia memintaku untuk menyapu dan membersihkan semua debu kamarku.
Akupun tak bisa menolaknya.

Hasil Analisis:
Pagi hari ketika saya masih tertidur terdengar ketukan pintu kamar,
kemudian saya buka dengan mata yang masih ngantuk, saya melihat seorang
wanita tinggi berbaju biru yang sangat tak tak asing lagi bagi saya. Ternyata itu
adalah ibu, kali ini beliau menyuruh menyapu dan membersihkan semua debu
dalam kamarku. Saya tak bisa menolaknya.
Pada kata kamarku tidak tepat untuk digunakan. Kata setelah diganti dengan
kata kemudian dan kata sangat seharusnya dihilangkan, pada kata aku diganti
dengan saya. Pada kalimat ia memintaku tidak tepat maka harus diganti dengan
beliau menyuruhku. Pada kalimat debu kamarku harus ditambah dengan debu
dalam kamarku.

Kutipan:
Tidak terasa, pekerjaanku selesai begitu cepat. Mataharipun sedikit demi sedikit
menenggelamkan cahayanya. Akupun langsung bergegas untuk membersihkan
tubuhku seperti biasa, puasa yang terakhir ini terasa sangat melelahkan tubuhku.
Mungkin aku terlalu bersemangat melakukan semua pekerjaan tadi.

Hasil Analisis:
Tidak terasa begitu cepat pekerjaan, matahari sedikit demi sedikit
menenggelamkan cahayanya. Saya langsung cepat untuk membersihkan tubuh
seperti biasanya. Pada bulan puasa yang terakhir ini terasa sangat melelahkan
tubuhku, mungkin karena terlalu bersemangat melakukan semua pekerjaan tadi.
Dari kata bergegas kurang tepat, maka diganti dengan kata cepat. Pada
kalimat seperti biasanya pada puasa terakhir tidak tepat seharusnya pada bulan
puasa yang terakhir.

Kutipan:
Sementara itu, di luar rumahku terdengar suara-suara kembang api dan juga
suara takbir yang dikumandangkan di setiap mesjid untuk memperingati ataupun
meramaikan suasana datangnya Idul Fitri.
Hasil Analisis:
Sementara itu, diluar rumahku terdengar suara kembang api dan gema takbir
yang dikumandangkan di setiap mesjid untuk meramaikan datangnya Idul Fitri.
Pada kalimat tersebut diksi yang digunakan sudah tepat.
Banyak sekali orang yang sangat antusias dengan datangnya Idul Fitri, semua
orang bergembira dan akupun ikut merasakan kegembiraan itu.
Banyak sekali orang yang antusias dengan datangnya Idul Fitri, semua orang
dapat bergembira dan saya juga dapat merasakan kegembiraan itu.
Hasil analisi pada kalimat tersebu diksi yang digunakan sudah tepat.

Kutipan:
Malam hari sebelum menjelang idul Fitri keluargaku biasa meramaikannya
dengan makan bersama keluarga dan memeriahkannya kembang api yang sangat
indah. Malam semakin gelap, Itu tandanya sebentar lagi akan memasuki Idul
Fitri. Tapi mataku tak tahan lagi di buka. Akhirnya akupun memutuskan untuk
tidur dan mempersiapkan diri untuk besok shalat ID juga berkunjung kepada
saudara-saudaraku.

Hasil Analisis:
Malam sebelum menjelang Idul Fitri keluargaku biasanya meramaikan
dengan makan bersama dan memeriahkan pesta kembang api yang sangat indah.
Malam semakin gelap itu tandanya sebentar lagi akan memasuki Idul Fitri, tapi
mata tak tahan lagi dibuka dan akhirnya saya memutuskan untuk tidur
mempersiapkan diri untuk shalat ID dan berkunjung kepada saudara.
Pada kata biasa diksi yang digunakan kurang tepat, seharusnya biasanya.
Pada kata memeriahnanya seharusnya memeriahkan, kata juga diganti seharusnya
kata dan.
No : 2
Nama : Anis Mirnawasih
Judul : Liburann Sekolah

Kutipan:
Pada tanggal 2 Maret 2014 kami sekeluarga pergi ke sawah kakek yang ada di
Bugel, tigarakasa. Awalnya rencana berlibur kali ini direncanakan oleh kakek
saya yang ingin berlibur disekitar daerah sini saja, sebab selain biaya yang lebih
murah di daerah ini juga masih banyak tempat-tempat indah lainya.
Hasil Analisis:
Pada tanggal 2, maret 2014 kami sekeluarga pergi ke sawah kakak saya, yang
ada di Bugel Tiga Raksa. Awalnya rencana berlibur kali ini direncanakan oleh
kakek saya, yang ingin berlibur disekitar daerah ini saja karena selain biaya yang
lebih murah di daerah ini juga masih banyak tempat-tempat indah lainya.
Pada paragraf pertama kurang menjorok kedalam dan tanggal 2 seharusnya diberi
tanda , (koma) kata sebab seharusnya karena.

Kutipan:
Kami berangkat dari rumah kakek saja menuju daerah persawahan di Bugel,
perjalanan menuju kesana tidaklah terlalu sulit karena memang relatf dekat
dengan kami sampai disana pukul 2 siang, dikarnakan saat kami tiba pas hari
tengah hujan. Sehingga aku memutuskan untuk bermain congklak saja bersama
sepupu yang lain. Setelah hujan reda saya kemudian mencoba untuk
menggambar, dan setelah gambar selesai kemudian pergi memancing bersama

.Hasil Analisis:
Kami berangkat dari rumah kakek saja menuju daerah persawahan di Bugel,
perjalanan menuju kesana tidak terlalu sulit, karena memang relatif dekat. Kami
sampai disana pukul 14.00 WIB. Siang, dikarenakan kami tiba pas tengah hari
karena hujan. Akhirnya aku memutuskan untuk bermain congklak bersama
sepupu yang lain. Setelah hujan reda, saya kemudian mencoba untuk menggambar
dan setelah selesai menggambar kami kemudian pergi memancing bersama.
Paragraf kedua kata tidaklah seharusnya kata tidak dan terlalu sulit diberi
tanda , (koma) pas hari tengah hujan seharusnya tengah hari karena kata sehingga
seharusnya akhirnya. Setelah hujan reda diberi tanda, (koma) untuk menggambar
tidak menggunakan titik dan setelah gambar, seharusnya setelah selesai
menggambar.

Kutipan:
Ketika hari sudah malam, akhirnya kami pulang dari kolam tempat memancing.
Dan setelah itu kami memutuskan untuk mandi dan makan malam. Pada malam
itu kakak saya membakar jagung, singkong hasil panen tadi pagi. Rasa singkong
ini enak sekali dan baru pertama kali inilah aku mencoba untuk memakan
singkong bakar. Setelah acara membakar singkong selesai akhirnya kami pergi
tidur.

Hasil Analisis:
Ketika hari sudah malam, akhirnya kami pulang dari kolam tempat
pemancingan dan setelah itu kami memutuskan untuk mandi dan makan malam.
Malam itu kakek saya membakar jagung, singkong dari hasil panen tadi pagi.
Rasa singkong ini enak sekali dan baru pertama kali ini aku mencoba untuk
memakan singkong bakar. Setelah acara bakar singkong selesai, akhirnya kami
tidur.
Dari kata memancing tidak menggunakan tanda titik (.) dan kata memancing
seharusnya pemancingan. Kata pada seharusnya dihilangkan, setelah kata jagung
diberi tanda koma (,) setelah titik kata rasa seharusnya memakai huruf kapital(R)
dan kata membakar seharusnya kata bakar.

Kutipan:
Esoknya aku bangun telat, karena semua saudara saya semuanya sedang
berjalan-jalan di area sawah. jadi saya menyusulnya. segar sekali rasanya
menikmati udara pagi dan pemandangan alam disana dan membuat pikiran juga
turut ikut segar. Setelah lelah berjalan di sawah akhirnya kami memutuskan
unbtuk sarapan pagi, dengan nasi uduk yang tadi pagi sudah di beli. Setelah
sarapan kami beristirahat sejenak dan kemudian kami pergi untuk mandi.

Hasil Analisis:
Esoknya aku bangun telat, karena saudara saya sedang berjalan-jalan di area
sawah. Jadi saya menyusulnya. Segar sekali rasanya menikmati udara pagi dan
pemandangan alam di sana, dan membuat pikiran juga segar. Setelah lelah
berjalan di sawah akhirnya kami memutuskan untuk sarapan pagi, dengan nasi
uduk yang tadi pagi sudah di beli. Setelah sarapan kami beristirahat sejenak dan
kemudian kami pergi untuk mandi.
Kata semuanya seharusnya tidak ada. Pikiran juga turut ikut segar seharusnya di
hilangkan menjadi turut segar. Penggunaan tanda baca koma (,) setelah kata pagi.

Kutipan:
Setelah selesai mandi,akhirnya kami memutuskan untuk menonton TV karena
kebutuhan saat ini sedang liburan sehingga banyak film bagus.

Hasil Analisis :
Setelah selesai mandi akhirnya kami memutuskan untuk menonton televisi,
karena kebutuhan saat ini sedang liburan dan banyak film bagus.
Setelah selesai mandi seharusnya tdak menggunakan tanda koma (,) pada kata
TV seharusnya Televisi di beri tanda koma (,) kata sehingga tidak tepat
seharusnya kata dan.

Kutipan:
Setelah menonton TV kami memancing karena. Karena tidak ada umpan pekerja
disitu memberi tau saya kalau ikan diempang itu suka makan daun jadi saya
mencobanya. Setelah mencoban, berhasil aneh tapi cukup efektif. Setelah
memancing hingga jam 12 akhirnya kami memutuskan untuk makan siang dan
setelah makan siang setelah acara memancing kami lanjutkan kembali.

Hasil Analisis:
Setelah menonton televisi kami pergi memancing, disitu tidak ada umpan
dan pekerja memberi tau saya kalau ikan kolam itu suka makan daun, jadi saya
ingin mencobanya dengan cepat. Setelah memancing sampai dengan pukul
12.00.WIB. Akhirnya kami memutuskan untuk makan siang, setelah makan siang
selesai acara memancing kami lanjutkan kembali.
Dari kalimat kami memancing tidak tepat, seharusnya diberi kata pergi
sehingga menjadi tepat dan tidak diberi tanda titik (.) seharusnya tanda koma (,)
penggunaan kata sehingga tidak tepat, seharusnya diganti kata dan. Kata empang
diganti menjadi kata kolam dan kata sawah seharusnya dibuang.
Kutipan:
Acara memancing kami lanjutkan tidak berlangsung lama, sebab hujan kembali
turun dan akhirnya kami memutuskan pulang dari memancing, dan setelah
sampai dirumah saya kembali melanjutkan untuk menggambar.

Hasil Analisis:
Acara memancing kami tidak lama, sebab hujan kembali turun dan akhirnya
kami memutuskan pulang. Setelah sampai dirumah saya kembali melanjutkan
untuk menggambar.
Kata lanjutkan dan kata berlangsung seharusnya dibuang karena tidak tepat, kata
kami diganti dengan kata dan.

Kutipan:
Setelah hari sudah sore saya mandi dan membakar jagung hasil panen tadi siang.
Acara membakar jagung berlangsung hingga malam. Disamping api unggun
ditengah dinginnya malam disini sungguh enak. Sambil menyantap jagung hasil
tanaman sendiri. Saya akhirnya dapat merasakan kehidupan ibu saya waktu kecil
dulu. Setelah makan malam akhirnya kami semua pergi untuk tidur di dasar
pantai.

Hasil Analisis:
Hari hari sudah sore saya pergi mandi, setelah itu membakar jagung hasil
panen tadi siang. Acara membakar jagung berlangsung hingga malam. Pada
malam hari udaranya dingin, ditengah-tengah kami ada api unggun. Sambil
makan jagung hasil tanaman sendiri. Saya akhirnya dapat merasakan tentang
kehidupan ibu waktu kecil. Setelah makan malam akhirnya kami tidur dipinggir
pantai.
Pada kalimat pertama kata setelah tidak tepat, maka harus dihilangkan, kata
dan dihilangkan saya pergi mandi, setelah itu membakar jagung. Dalam kalimat
berikutnya semua salah seharusnya Pada malam hari udaranya dingin, ditengah-
tengah kami ada api unggun. Kata menyantap kurang tetap seharusnya makan,
pada kalimat ibu saya waktu kecil dulu seharusnya dihilangkan dan kata dasar
kurang tepat seharusnya dipinggir.
Kutipan:
Esoknya kami pergi berangkat untuk berlibur kepantai, bersama keluarga.
Setelah sampai di pantai, aku dan sepupuku menaiki perahu yang berada di area
pantai. Ternyata walaupun pantai disana sudah kotor, karena sampah disana
masih banyak tapi ikan yang besar masih bertahan hidup didasar pantai.

Hasil Analisis:
Keesokan harinya kami pergi untuk berlibur kepantai bersama keluarga.
Setelah sampai di pantai, saya dan sepupuku naik perahu yang berada dilokasi
pantai. Ternyata pantai disana sudah kotor, karena banyak sampah disana, tapi
ikan yang besar masih bertahan hidup dipinggir pantai.
Kata esoknya dalam kalimat disini salah, seharusnya keesokan harinya. Kata
aku seharusnya diganti menjadi saya. Pada kata menaiki dalam hal ini tidak tepat,
seharusnya diganti dengan kata naik. Kata di area diganti dengan kata di lokasi.
Kata didasar pantai tidak tepat seharusnya dipinggir pantai.

Kutipan:
Setelah lelah berkeliling akhirnya kami makan siang, setelah selesai makan siang
kami langsung ganti baju dan langsung berenang lelah berenang. Kami
memutuskan untuk pulang ke rumah. Di tengah perjalanan kami kami mendengar
suara magrib. Kami sekeluarga memutuskan untuk mencari mesjid terdekat untuk
melaksanakan shalat magrib berjamaah. Setelah selesai shalat magrib berjamaah
kami meneruskan perjalana.

Hasil Analisis:
Setelah selesai berkeliling akhirnya kami makan siang, kemudian selesai
makan siang kami ganti baju dan berenang. Setelah selesai berenang kami
memutuskan untuk pulang kerumah. Ditengah perjalanan kami mendengar suara
adzan magrib, kami sekeluarga memutuskan untuk mencari masjid yang terdekat
untuk melaksanakan shalat magrib berjamaah. Setelah selesai shalat magrib
berjamaah selanjutnya kami meneruskan perjalanan.
Pada kata lelah seharusnya diganti dengan kata selesai karena tidak tepat.
Selanjutnya kata setelah diganti dengan kata kemudian. Pada kalimat kami
langsung ganti baju, kata langsung seharusnya dihilangkan menjadi kami ganti
baju. Kata suara magrib ditambahkan denga kata adzan magrib. Pada kalimat
mesjid terdekat kurang tepat seharusnya diberi kata yang. Untuk kalimat
berjamaah kami meneruskan perjalanan, namun tidak tepat seharusnya diberi kata
selanjutnya.

Kutipan:
Setelah samapi dirumah kami beristirahat sambil nenonton TV. Setelah selesai
menonton TV saya dan keluarga memutuskan untuk makan malam. Setelah selesai
makan malam saya pergi kekamar untuk tidur malam, dan tak lupa saya
membaca doa sebelum tidur.

Hasil Analisis:
Setelah sampai dirumah kami beristirahat, sambil nonton televisi. Setelah
nonton televisi kami memutuskan untuk makan malam. Selesai makan malam
saya masuk kamar untuk tidur, dan tak lupa saya membaca doa sebelum tidur.
Pada kalimat pertama diberi tanda koma(,) setelah kata beristirahat. Kemudian
kata TV seharusnya televisi. Pada kata setelah diksi yang digunakan tidak tepat
maka dihilangkan.pada kata pergi kurang tepat seharusnya diganti dengan kata
masuk.
No :3
Nama : Riska Marshalla Zahira
Judul : Bencana Di Rumah Nenek
Kutipan:
Pukul 09.00 pagi aku dan keluarga sudah sampai di rumah nenek. Perjalan dari
Tangerang, tempat tinggalku menuju Jakarta, rumah nenekku tidak tidak
membutuhkan waktu yang lama karena jalanan di ibu kota saat hari libur tiba
bisa di katakan sepi. Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba
akan menghabiskan waktu liburnya ke luar kota, meninggalkan semua aktivitas
ibu kota yang padat. Jadi, kami memang sengaja berangkat sedikit siang.

Hasil Analisis:
Jam menunjukan pukul 09.00 pagi kami bersama keluarga sampai tiba di
rumah nenek. Perjalanan dari Tangerang tempat tinggalku menuju Jakarta tempat
tinggal nenek tidak membutuhkan waktu yang lama, karena saat ini waktu libur
bisa dikatakan sepi. Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta saat libur tiba
dihabiskan ke luar kota untuk meninggalkan semua aktivitas, maka kami sengaja
berangkat agak siang.

Kutipan:
Kami memang sudah biasa, setiap hari libur tiba selalu berkunjung ke rumah
nenek. Tapi sayang, 2 tahun terakhir setiap kami mengunjungi rumah nenek,
sosok nenek tidak tampak, nenek telah di panggil oleh Sang Maha Kuasa, Allah
Saw.
Hasil Analisis:
Kebiasaan kami selah libur tiba selalu berkunjung ke rumah nenek, tapi
sayang dua tahun terakhir sosok nenek tidak tampak karena telah dipanggil oleh
Allah Swt.

Kutipan:
Saat sampai, aku dan keluargaku disambut oleh saudara-saudaraku yang telah
dulu sampai. Ya, seperti biasanya jika sanak saudara semua keponakan dan
paman bibiku berkumpul kami semua akan bercakap-cakap, bersenda gurau dan
tertawa.
Hasil Analisis:
Setelah tiba di Jakarta kami di sambut oleh saudara yang pertama datang.
Seperti biasanya seluruh keluarga berkumpul bercakap-cakap dan bersenda gurau
sambil tertawa.

Kutipan:
Tapi keadaan tersebut tidak terjadi begitu lama sebab, keponakan ku yang masih
kecil menumpahkan segelas sirup diatas karpet. Beberapa dari dari saudara-
saudaraku menghentikan pembicaraan untuk membantu membersihkan karpet
dan yang lainnya tetap meneruskan obrolan mereka seperti semula. Kupikir ini
baru sekedar bencana kecil.

Hasil Analisis:
Keadaan seperti itu tidak begitu lama, sebab keponakan yang masih kecil
menumpahkan segelas sirup diatas karpet. Salah satu saudaraku telah
menghentikan pembicaraan untuk membantu membersihkan karpet akan tetapi
yang lainnya meneruskan obrolan seperti semula. Ya kupikir ternyata ini baru
sekedar bencana kecil saja.

Kutipan:
Setelah shalat juhur dan makan siang bersama. Aku di ajak kakak sepupuku
bermain di kamar. Kami memainkan semua permainan perempuan. Awalnya
keadaan di kamar menyenangkan, tapi setelah adik dan keponakan laki-lakiku
masuk kedalam kamar, keadaan menjadi ramai dan rusuh kakak sepupuku
memang mengusir adik dan keponakan laki-lakiku, tapi mereka tidak mau keluar.
Jadi aku dan kakak sepupuku membiarkan mereka agar mereka keluar sendiri.
Sayangnya mereka tidak pernah mau keluar dan malah bermain pintu. Saat adiku
mencoba untuk menutup pintu keponakan laki-laki itu malah terjepit pintu dan
menangis dengan kencang.

Hasil Analisis:
Setelah shalat juhur dan makan siang saya diajak saudara sepupu untuk
bermain di dalam kamar. Pada awalnya keadaan di dalam kamar sangat
menyenangkan, tetapi setelah keponakan masuk kedalam kamar keadaan menjadi
berisik. Kemudian setelah keponakan di usir tapi beliau tidak mau keluar juga,
jadi kami membiarkanya untuk keluar sendiri namun sayangnya beliau tidak
pernah mau keluar bahkan bermain pintu. Disaat adik mencoba untuk membuka
pintu, keponakan tersebut terjepit pintu sampai menangis dengan kencang.

Kutipan:
Hujan mengguyur Jakarta sejak sore yang mengakibatkan air di saluraran air
meluap. Daerah sekitar komplek rumah neneku memang tidak terkena banjir, tapi
jika kalian berjalan beberapa meter keluar dari komplek, kalian akan melihat
genangan air setinggi betis orang dewasa. Walau sudah menjelang malam dan
gerimis masih mengguyur genangan air tidak surut-surut juga. Hal hasil ayahku
memutuskan untuk menginap dan pulang besok di padi hari setelah air surut.

Hasil Analisis:
Hujan yang mengguyur kota Jakarta sejak sore tadi mengakibatkan saluran air
meluap. Daerah sekitar komplek rumah nenek tidak terkena banjir, akan tetapi jika
keluar dari komplek tersebut akan terlihat genangan air setinggi betis orang
dewasa. Waktu sudah menjelang malam gerimis masih turun dan genangan airpun
tidak surut juga, namun demikian ayahku memutuskan menginap untuk pulang
dipagi hari setelah air surut.

Kutipan:
Ya, benar juga saat pagi tiba air sudah surut. Aku dan keluargaku akhirnya bisa
pulang dengan selamat, walau sepanjang jalan yang kami lewati tadi malam
tergenang air masih menyisakan sampah yang terbawah oleh arus air. Untungnya
para petugas kebersihan dengan cepat dan teliti membersihkannya.

Hasil Analisis:
Setelah pagi tiba arus air sudah surut kami akhirnya pulang dengan selamat,
namun di sepanjang jalan yang kami lewati air menggenangi dan sisa tumpukan
sampah masih menumpuk. Untungnya petugas kebersihan dengan cepat untuk
membersihkan lokasi tersebut.
No : 4
Nama : Siti Yayah Sukriah
Judul : Mencari Kebahagiaan
Kutipan:
Ada seorang pemuda sedang duduk dengan tatapan kosong mengarah
kehanparan air telaga. Dia sudah berkelana mendatangi berbagai tempat, tapi
belum ada yang membahagiakan dirinya. Tiba-tiba terdengar suara sengau
memecah kesunyian.
Hasil Analisis:
Seorang pemuda duduk dengan tatapan mata yang kosong mengarah
kehamparan air telaga ternyata ia sudah mendatangi berbagai tempat yang
dilaluinya, tetapi belum ada yang membahagiakan dirinya. Tiba-tiba terdengar
suara gaduh memecahkan kesunyian.

Kutipan:
“ Sedang apa kau disini, anak muda? Tanya seorang kakek yang yang tinggal di
sekitar situ.
Anak muda itu menoleh sambil berkata.” Aku lelah, Pak tua. Aku sudah berjalan
sejauh ini mencari kebahagiaan, tapi Perasaan itu tak kunjung ku dapatkan.
Entahlah, kemana lagi aku harus mencari,...”Keluh si anak muda dengan wajah
muram.

Hasil Analis:
“Sedang apa kau disini nak? Tanya seorang kakek yang tinggal di sekitar
tempat itu. Anak muda itu menengok sambil berkata. “Aku sudah lelah untuk
mencari kebahagiaan tersebut belum ku dapatkan harus kemana lagi aku
mencarinya.” Keluh si anak muda dengan wajah suram.

Kutipan:
“Di depan sana ada sebuah taman. Pergilah kesana dan tangkaplah seekor kupu-
kupu. Setelah itu aku akan menjawab Pertanyaan mu,”kata si kakek. Meski
merasa ragu, anak muda itu akhirnya pergi juga kearah yang ditunju. Tiba
disana, dia takjub melihat taman yang indah dengan pohon dan bunga yang
bermekaran serta kupu-kupu yang berterbangan disana.
Hasil Analis:
“Didepan itu ada sebuah taman, pergilah kesana dan tangkap seekor kupu-
kupu, setelah itu aku akan menjawab pertanyaanmu.”Kata si kakek. Meski merasa
ragu anak muda itu akhirnya pergi juga ke arah yang di tuju. Setelah tiba di sana
ia takjub melihat taman yang indah dan kupu-kupu yang beterbangan.

Kutipan:
Dari kejauhan si kakek melihat si Pemuda mengendap-endap menuju sasarannya.
Hap! Sesarat itu luput. Dikejar kupu-kupu kearah lain. Lagi lagi gagal. Dia
berlari tak beraturan menerjang rerumputan, tanaman bunga, semak. Tapi, tak
satu pun kupu-kupu berhasil ditangkap nya.

Hasil Analisis:
Dari kejauhan si kakek melihat pemuda sedang mengintai menuju sasarannya.
Hap! Luput sesaat dikejarnya kupu-kupu ke tempat lain. Ia gagal lalu berlari tak
beraturan menerjang rerumputan dan tanaman bunga, tapi tak satupun kupu-kupu
itu berhasil ditangkapnya.

Kutipan:
Si kakek mendekat dan menghentikan si pemuda. “Begitulah caramu mengejar
kebahagiaan? Sibuk berlari kesana kemari, menabrak tak tentu arah, bahkan
menerobos tanpa peduli apa yang kamu rusak?”

Hasil Analisis:
Si kakek lalu mendekati untuk menghetikan pemuda itu,”Begitulah caramu
mengejar kebahagian sibuk berlari kesana-kemari untuk menabrak bentuarah
menerobos tanpa peduli apa yang kamu rusak”?
Kutipan:
Si kakek dengan tegas dan melanjutkan.”nak mencari kebahagiaan layaknya
menangkap kupu-kupu. Tidak perlu kau tangkap kupu-kupu itu, biarkan ia
memenuhi alam semesta ini sesuai fungsinya.Tangkaplah keindahan
warna,gerakannya dipikiranmu dan simpan baik-baik didalam hatimu.

Hasil Analisis:
Si kakek denga tegas dan melanjutkan pertanyaan, “Nak mencari kebahagiaan
layaknya bagaikan menangkap kupu-kuputidak perlu kau tangkap kupu-kupu itu,
buarkan ia menghiasi alam semesta sesuai dengan fungsinya, nikmati keindahan
warnanya dan gerakan dipikiranmu kemudian simpan baik-baik di dalam hatimu.”
Kutipan:
Demikian pula dengan kebahagiaan. Kebahagiaan bukanlah benda yang dapat
digenggam dan di simpan di suatu tempat. Ia tidak akan kemana-mana.
Periharalah sebaik-baiknya, Munculkan setiap saat dengan rasa syukur maka
tanpa kau sadari kebahagiaan itu akan sering datang dengan sendirinya. Apakah
kamu mengerti?

Hasil Analisis:
Demikian pula dengan kebahagiaan bukanlah benda yang dapat digenggam
disimpan di suatu tempat, ia tidak akan kemana melainkan diperihara sebaik-
baiknya. Munculkan setiap saat dengan rasa syukur maka tanpa disadari
kebahagiaan akan sering datang dengan sendirinya. Apakah kau mengerti?

Kutipan:
Si pemuda terfana dan tiba-tiba wajahnya tampak senang,”Terima kasih pak tua.
Sungguh pelajaran yang sangat berharga. Aku akan pulang dan membawa
kebahagiaan ini di hati ku...”

Hasil Analisis:
Si pemuda itu terfana dengan tiba-tiba wajahnya tanpak senang,” terima kasih
pak, sungguh pelajaran yang sangat berharga. Aku akan pulang untuk membawa
kebahagiaan ini.”

Kutipan:
Kakek itu mengangkat tangannya. Tak lama, seekor kupu-kupu hinggap di ujung
jari dan mengepakan sayapnya, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan.
Warnanya begitu indah, se indah kebahagiaan bagi mereka yang mampu
menyelaminya.

Hasil Analisisi:
Si kakek itu mengangkat tangan si pemuda, tak lama kemudian datanglah
seekor kupu-kupu hinggap di ujung jari tangan nya sambil mengepakan sayapnya
dan memancarkan ke indahannya. Warnanya begitu indah seindah kebahagiaan
bagi mereka yang menyelaminya.
Kutipan:
Setiap manusia menginginkan kebahagiaan. Tetapi sering kali mereka begitu
sibuk mencarinya, tanpa menyadari bahwa kebahagiaan sesungguhnya tidak
kemana-mana tetapi justru ada di mana-mana. Kebahagiaan bisa hadir di setiap
tempat, disemua rasa,dan tentunya setiap hati yang slalu mrnsyukuri.

Hasil Analisis:
Setiap manusia menginginkan akan kebahagiaan, tetapi sering kali mereka
sibuk mencari tanpa menyadari bahwa kebahagiaan sesungguhnya justru ada
dimana-mana. Kebahagiaan bisa hadir di setiap tempat disemua rasa dan di setiap
hati yang selalu mensyukurinya.
No : 5
Nama : Rida Firdayanti
Judul : Sahabat Sejati
Kutipan:
Tersinar sebuah cahaya yang masuk di dalam kamarku terkejut ku bangun.
Malas aku meninggalkan kamar, seperti biasanya ada yang harus ku kerjakan.
Apalagi kalau bukan ke sekolah suhu udara sangat dingin dengan rasa tegang
aku menumpahkan segayung air ke tubuhku. Setelah itu bergegas berangkat ke
sekolah.

Hasil Analisis:
Tersinari sebuah cahaya yang masuk aku terkejut bangun dan malas untuk
meninggalkan kamar. Seperti biasanya ada yang harus di kerjakan berangkat ke
sekolah. Suhu udara sangat dingin, dengan rasa tegang kuguyurkan segayung air
ketubuhku setelah itu untuk berangkat ke sekolah.

Kutipan:
Sesampainya ke sekolah aku berjalan menuju pintu kelasku dengan melirik
kesana kemari sungguh ini masih terlalu cepat aku pergi ke sekolahku duduk
sambil menanti teman-teman datang. Waktu demi waktu terus berganti hari demi
hari terus berganti dentingan lalu melirik kesan jarum jam terus berbunyi menit
dan detik pun bersilih mengganti malam telah berganti pagi sang pajarpun mulai
kembali burung-burungpun ikut bernyanyi menyambut indahnya pagi, kabut pagi
menjadi warna tersendiri embun pun ikut serta dalam mewarnai pagi ini dan
hembusan angin menyejuki hati.

Hasil Analisis:
Setibanya di sekolah aku berjalan menuju pintu kelas ternyata terlalu pagi
untuk berangkat ke sekolah, aku dudukdi ruang kelas sambil menunggu teman-
teman. Waktupun terus berganti, hari demi hari, detik demi detik, pagi kembali
menjadi malam. Burung-burungpun ikut bernyanyi menyambut indahnya pagi
yang menyejukan hati.
Kutipan:
Ku alunkan kaki ku menuju istana ilmu dan aku pun duduk di sekolah singgah
sana ilmu hari pertama masuk sekolah yang dimana sekarang aku sudah kelas 8
SMP. Dan ditempat ini pula mendapatkan ilmu dan berbagi cerita canda tawa
suka maupun duka.
Hasil Analisis:
Ku langkahkan kaki menuju istana ilmu, ku duduk di sebuah singgahsana.
Hari ini adalah hari pertama mulai masuk sekolah dimana sekarang telah duduk di
kelas 9 SMP. Ditempat ini pula mendapatkan ilmu pengetahuan berbagi cerita
suka maupun duka.
Kutipan:
Dan setelah aku sampai di istanaku. Ku lihat banyak perubahan dan tampak
seorang murid baru. Tatapannya begitu tajam bagaikan anak panah yang hendak
meluncur pesat dan akan menghujam perut kidang emas, dan sifatnya yang cuek
dan jutek bagaikan baja dan sulit tuk dilelehkan. Namun dibalik semua itu
terdapat sifat yang lembut bagaikan kain sutra yang tiap-tuiap helainya
memberikan kelembutan. Lalu kupandangi semua sudut kelas, kulihat wanita
yang menurutku sudah tak asing lagi, tetapi dulu tak satu kelas dan sekarang
menjadi teman satu kelas. Sifatnya yang agak sedikit bawel bagaikan jam weker
dirumah ku jam itu selalunberbicara selama ke inginannya belum terpenuhi.
Namun dibalik sifatnya itu tertanam sifat baik dan lucu.

Hasil Analisis:
Sesampainya di sekolahku terlihat banyak perubahan, tampak seorang murid
baru dengan tatapan matanya yang tajam bagaikan panah menembus jantungku
dan sifatnya yang cuek jutek bagaikan baja yang sulit untuk dilelehkan. Dibalik
semua itu terdapat sifat lembut bagaikan sutra yang tiap helainya memberikan
kelembutan. Kupandangi semua sudut kelas, kulihat seorang siswa yang tak asing
lagi kini sekelas denganku yang mempunyai sifat rewel seperti jam weker. Namun
dibalik itu tertanan sifat baik dan Lucu.

Kutipan:
Tak terasa waktu berputar begitu cepat bagaikan roda yang menggelinding tak
terasa 3 tahun sudah kami menuntut ilmu bersama. Namun belum ada tanda –
tanda persahabatan diantara kita. Ya masih bisa dibilang teman biasa, Namun
ketika ujian kenaikan kelas selesai barulah mulai adanya rasa suatu ikatan yaitu
persahabatan yang dimana saat beberapa bulan lagi kita akan berpisah.

Hasil Analisis:
Tidak terasa waktu berputar begitu cepat bagaikan roda yang berputar, tak
tersa sudah tiga tahun lamanya kami menuntut ilmu bersama. Kini belum adanya
tanda persahabatan diantara kami, mungkin bisa dibilang teman biasa. Ketika
ujian kenaikan kelas selesai mulai adanya suatu ikatan persahabatan dimana saat
kita tinggal akan berpisah.

Kutipan:
Namun semua itu tak menyurutkan rasa persahabatan kita. Malah memamfaatkan
sisa-sisa waktu yang ada untuk selalu bersama berbagi canda dan duka, kamipun
mulai mengukir kenangan yang sulit untuk di lupakan. Mulai dari kita ikut
merayakan ulang tahun sekolah kita yang dimeriahkan oleh marawis kami
menyapu bersih semua rute dan alur yang dimana rute yang akan kita lalui.

Hasil Analisis:
Namun dibalik semua itu tak menyurutkan persahabatan, justru kita
memamfaatkan sisa waktu yang ada untuk selalu bersama berbagi canda. Kini
mulai mengukir kenangan yang sulit untuk dilupakan, mulai dari merayakan ulang
tahun sekolah yang dimeriahkan marawis kami menyapu bersih semua rute dan
alur yang dilalui.

Kutipan:
Akupun sadar, aku hidup di dunia ini tak semuanya akan terus seperti ini pasti
akan yang akan mengalami sebuah perubahan dan kehidupan yang baru.
Kamipun saling berucap janji, mata yang akan,akan menatap masa depan lebih
jauh dari biasanya tangan yang akan menggapai masa depan lebih tinggi dari
biasanya kaki yang akan menggapai masa depan lebih cepat dari biasanya.
Hasil Analisis:
Akupun sadar bahwa hidup di dunia ini tidak semuanya seperti ini, pasti akan
mengalami semua perubahan tentang kehidupan yang baru saling berucap janji,
mata akan menatap masa depan lebih jauh, tangan menggapai masa depan lebih
tinggi kaki menggapai masa depan lebih cepat dari biasanya.
No :6
Nama : Siti Nuriyah
Judul : Berlibur Ke Rumah Nenek

Kutipan:
Liburan kemaren yang paling menarik dalam hidupku, Bapak akan mengajaku
berkunjung ke desa kelahirannya. Aku menyebutnya ”Tamasya ke masa silam”
Sebab kata bapak aku akan di ajak ke tempat-tempat semasa Bapak kecil dulu.

Hasil Analisis:
Liburan Kemarin paling menarik dalam hidupku adalah ketika ayah mengajak
berkunjung ke desa kelahirannya. Beliau mengajakku tamasya kemasa silam
untuk di ajak ke masa kecil dulu.

Kutipan:
Bapakku berasal dari sebuah desa kecil didaerah Pandeglang Desa
Cibangkalung namanya. Untuk mencapai desa itu, kami naik bus jurusan
Pandeglang. Kemudian, naik angkot sampai terminal. Disambung naik odjek
melewati perkampungan sepanjang kira-kira tiga kilo meter. Lalu dilanjutkan
jalan kaki. Melewati pematang dan bukit-bukit kecil sepanjang dua kilometer.

Hasil Analisis:
Ayahku berasal dari daerah Pandeglang desa Cibangkalung. Untuk menuju
desa itu kami naik bus dilanjutkan naik angkot sampai terminal lalu naik ojeg
sampai ke kampung kemudian melewati pematang dan perbukitan.

Kutipan:
“ kamu lelah, nur?” tanya Bapak saat menyusuri pematang sepanjang tepian
sungai yang jernih. Tangan bapak yang kokoh memanggul tas kulit berisi oleh-
oleh untuk nenek.

Hasil Analisis:
“Nur kamu lelah?” Tanya Bapak saat menyusuri jalan di sepanjang pematang
di tepian sungai yang airnya jernih. Denagan tangan yang kuat bapak memanggul
tas kulit berisi oleh-oleh untuk nenek.
Kutipan :
“ Lumayan lelah,” kataku sambil menyeka keringat didahiku. Tetapi aku
menyukai perjalanan ini. Baru kali ini bapak mengajaku kerumah nenek.
Hasil Analisis:
Lumayan lelah aku sambil mengusap keringat dahiku, tetapi senang dengan
perjalanan ini walaupun bapak baru pertama kali mengajak kerumah nenek.

Kutipan:
“Lihatlah ikan-ikan itu. Bapak dulu sering memasang wuwu untuk
menangkapnya, tunjuk Bapak pada beberapa ikan yang berlarian di sepanjang
air sungai.” Apa itu Wuwu?” tanyaku tidak mengerti.

Hasil Analisis:
“Lihatlah ikan-ikan itu, Bapak dulu sering memasang wuwu untuk
menangkap ikan itu.” Bapak menunjuk beberapa ikan yang ada disepanjang
sungai. Apakah itu wuwu ? aku tidak mengerti.

Kutipan:
“Wuwu itu alat tradisional yang terbuat dari anyaman bambu. Mulutnya lebar,
namun makin kedalam makin menyempit. Kalau ikan masuk kedalamnya tidak
bisa keluar lagi karena terhalang bagian yang runcing dipintu masuknya.”

Hasil Analisis:
Wuwu alat tradisional yang terbuat dari bambu mukanya lebar semakin
kedalam makin menyempit. Kalau ikan masuk tdak bisa keluar lagi karena
terhalang oleh bagian yang runcing dipintu masuknya.

Kutipan;
Dahiku berkerut mendengar keterangan Bapak. “Aku tidak bisa
membayangkan.”sahutku pendek. “Nanti kamu tahu bentuknya. Paman punya
banyak di rumah.”

Hasil Analisis:
Dahiku berkerut mendengarkan perkataan Bapak, aku tidak bisa
membayangkan “sahutku pendek.”Nanti kamu tahu bentuknya karena paman
mempunya di rumah.
Kutipan:
Kami menyusuri sepanjang pematang sawah. Orang-orang yang berpapasan
menyapa kami dengan ramah. Perjalanan kami sering berhentin karena harus
bercakap-cakap dengan mereka.

Hasil Analisis:
Kami menyusuri jalan sepanjang pematang sawah, ketika orang yang bertemu
selalu menyapa kami dengan ramah waupun perjalanan kami sering berhenti
namun kami harus bercerita dengan mereka.

Kutipan:
Setelah kami menyebrangi jembatan, tibalah kami didepan rumah besar
berhalaman luas. Ada pohon durian dan sawo dihalaman itu. Seorang perempuan
tua keluar begitu Bapak mengetuk pintu. Matanya telihat bersinar cerah, wajah
keriputnya berhiaskan senyum lebar. Dialah neneku. Nenek memelukku dengan
erat.

Hasil Analisis:
Setelah kami menyebrangi jembatan maka tibalah di depan rumah dengan
halaman yang luas. terdapat pohon durian dan pohon sawo. Ada serang
perempuan tua keluar setelah bapak mengetuk pintu rumahnya, matanya bersinar
cerah dan wajahnya berkeriput dengan senyum yang lebar. Ternyata neneku dan
ia memeluk dengan erat.

Kutipan:
“ Dimana Ibumu? Kenapa tidak ikut? Tanyanya.
“ Dia tidak bisa ikut karena sedang sakit.” Ujar Bapak.
Sesaat kemudian muncul Paman, bibi,dan yayah,anak Paman yang sebaya
denganku. Setelah makan siang dan beristirahat sejenak, aku lalu bermain
dengan yayah dan kawan-kawanku.

Hasil Analisis:
“ Dimana ibumu kenapa tidak ikut? Tanya nenek.
“ Dia tidak bisa ikut karena sedang sakit.” Jawab Bapak.
Saat kemudian munculah keluarga paman yang sebaya denganku. Setelah makan
siang lalu istirahat sejenak lalu bermain dengan teman-temanku.
Kutipan:
Ada beberapa permainan khas desa itu yang tidak ku mengerti. Seperti permainan
gangsing, wayang orang dan yang lain.
Hasil Analisis:
Beberapa permainan ciri khas dari desa yang tidak dimengerti, seperti
permainan gasing, wayang orang dan lain-lain.

Kutipan:
Sedang asiknya bermain karet , paman datang menghampiri kami, ia menenteng
beberapa ekor ikan. Di sebelahnya ada seseorang laki-laki tua yang lau
menyapaku ramah.
“ Kalian berhenti main dulu. Ya. Ayo bantu paman membersihkan Ikan “

Hasil Analisis:
Kami sedang bermain karet lalu paman datang menghampiri, beliau
membawa beberapa ekor ikan, disampingnya terlihat seorang lelaki tua
menyapaku dengan ramah.
“ kalian berhenti bermainnya, ayo bantu saya membersihkan ikan.”

Kutipan:
Liburan tidak terasa berlalu begitu cepat. Hari-hari yang selalu diisi dengan
cerita masa kanak-kanak Bapak, tiba-tiba sudah selesai. Aku dan Bapak harus
cepat kembali. Nenek, paman,Bibi dan yayah. Mengantar sampai pintu pagar.
Ada rasa sepi yang merasuki perasaanku.

Hasil Analisis:
Masa liburan terasa begitu cepat, hari-hari selalu diisi dengan cerita-cerita
masa kecil sampai selesai, kamipun harus cepat kembali. Semua keluarga
mengantarnya sampai ke depan pintu. nanun ada rasa sepi yang merasuki dalam
perasaanku.

Kutipan:
Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku segera berbisik-bisik ketelinga Bapak. Kulihat
dahi bapak berkerut. Bapak lalu tersenyum lebar. Lalu. Dari saku celananya
bapak mengeluarkan beberapa lembar uang. Bapak memberikan uang itu kepada
paman sambil berkata perlahan.”Tolong berikan uang ini kepada Ibu.”
HasilAnalisis:
Aku tiba-tiba ingat sesuatu ingin segera berbisik ke orang tua.Kuliahat kening
bapak mengerut sambil tersenyum lalu dari saku celananya mengeluarkan uang
untuk diberikan ke paman sambil perkata.” Tolong berikan uang ini kepada Ibu.”

Kutipan:
Akupun pulang. Matahari begitu cerah mengantar kepulangan kami. Dan
kamipun menaiki bus untuk pulang. Untuk menuju pulang kami nenaiki beberapa
Bus jurusa Cikupa. Aku pun membawa oleh-oleh untuk ibu dari nenek membawa
durian dan sawo. Ibupun menunggu kami dirumah. Dan kami sampai dirumah.

Hasil Analisis:
Mataharipun begitu cerah mengantarkan kepulangan kami, kepulangan naik
bis jurusan Cikupa sambil membawa oleh-oleh durian dan sawo untuk keluarga.
Setelah sampai dirumah ibupun siap menunggu kami.
No :7
Nama : Yeyen Kurniasih
Judul : Impianku Menanam Jagung
Kutipan :
Liburan yang lalu aku berlibur ke rumah nenek. Di sana aku menanam jagung di
kebun nenek dan keesokan harinya, waktu akan pulang tanam jagung itu tumbuh
dengan subur.Senang sekali rasanya hatiku dan aku berpesan kepada nenek
supaya menjaga tanaman jagung itu.

Hasil Analisis:
Pada liburan yang lalu aku kerumah nenek, keesokan harinya aku menanan
jagung kemudian pulang. Waktu demi waktu tanaman itu tumbuh dan subur,
hatiku merasa senang agar nenek supaya menjaganya.

Kutipan:
Sebulan kemudian aku mengirim surat kepada nenek. Aku menanyakan tanaman
jagung itu.” Apa tanaman jagung itu sudah tumbuh dengan subur.” Hari demi
hari aku menunggu surat balasan dari nenek, sebulan kemudian surat balasan
dari nenek pun datang, aku tidak sabar apa surat itu aku pun segera
membacanya, saat aku membaca isi surat itu ternyata tanaman jagung rusak
dimakan tikus. Sedih sekali rasanya hatiku saat tahu kalau tanaman jagung itu
rusak.

Hasil Analisis:
Sebulan kemudian aku mengirim surat kepada nenek tentang tanaman jagung.
“ Apakah tanaman itu tumbuh subur nek,? Hari demi hari aku menunggu surat
balasan namun sebulan kemudian surat balasan itu datang dan aku tidak sabar
untuk membacanya. Saat aku membaca surat itu ternyata tanaman tersebut rusak
dimakan tikus. Sedih rasanya hatiku saat itu.
Setelah itu aku bercerita kepada ibu tentang tanaman jagung itu yang susak
aku berkata kepada ibu.
Kutipan:
“ Bu, rasanya aku ingin pergi kerumah nenek lagi di makasar.” Kata aku.
“ Memangnya kamu kenapa pengen ke rumah nenek lagi?‟ tanya ibu dengan
kaget
“ karena aku ingin menanam jagung kembali bu, kata aku
Hasil Analisis:
Aku bertanya kepada ibu ”Bu rasanya aku ingin pergi ke rumah nenek.”
“ lalu kenapa ingin ke rumah nenek? Tanya ibu denga kaget.
“ karena aku ingin menanam jagung kembali,” Sahut aku.

Kutipan:
Ibu pun terdiam mendengar aku berserita tentang tananam jagung itu yang rusak
dimakan tikus, setelah itu ibu pun memberitahukan kepada ayah tentang aku ingin
ke makasar.
“ Memangnya liburan kamu masih panjang gitu nak?” Tanya ibu dengan kaget.
“ karena aku ingin menanam jagung kembali bu.” Kata aku.

Hasil Analisis:
Ibupun terdiam mendengar cerita tentang tanaman jagung yang rusak itu.
Setelah itu ibu memberitahu kepada ayah bahwa aku ingin ke Makasar.
“ Memangnya liburan kamu masih panjang nak.?Tanya ibu dengan kaget.
“ Liburan saya tinggal lima hari lagi.”

Kutipan:
Telah dengan ayah dan ibu karena tidak mengizinkan aku pergi ke makasar.

Hasil Analisis:
Setelah keluarga tidak mengijinkan saya pulang pergi ke Makasar lagi, maka
sya merasa kecewa terhadap keluarga karea tidak mengijinkan untuk pergi ke
Makasar.

Kutipan:
Keesokan harinya kami berkumpul diruang makan, setelah selesai makan ayah
berkata kepada ku.
“ lebih baik kamu menanam jagung di kebun belakang rumah kita.” Kata ayah
“ emmmmm, gimana yah.” Jawab aku dengan bingung.

Hasil Analisis:
Hari berikutnya kami berkumpul diruang makan, setelah selesai makan ayah
berkata,” lebih baik kamu menanam jagung di kebun belakang rumah kita.”
“ em, gimana ya.
Kutipan:
Setelah kupikir-pikir boleh juga dan aku segera memberitahukan kepada ayah,
aku berkata.” “ayah aku bersedia menanam jagung di kebun belakang rumah
kita.” Kata aku dengan semangat.
“ ya, sudah kalau kamu bersedia menanam jagung di kebun belakang , nanti ayah
belikan bibit jagungnya. Kata ayah.

Hasil Analisis:
Setelah kupikir boleh juga, aku segera memberitahukan kepada ayah. “Ayah
saya bersedia menanam jagung dikebun belakang rumah.”
“ Ya sudah jika kamu bersedia nanti ayah belikan bibit jagungnya.”

Kutipan:
Setelah itu yayah memberikan bibit jagung itu dan aku akan tanam besok pagi,
aku tidak sabar ingin segera besok pagi.

Hasil Analisis:
Setelah itu dia memberikan bibit jagung dan aku akan menanamnya besok
pagi karena aku tidak sabar lagi.
Kutipan:
Hari pun telah berganti akupun menanti bibit jagung itu dan aku merasa senang
sekali karena aku bisa menanam jagung kembali.

Hasil Analisis:
Hari telah berganti pagi aku merasa senang, karena aku akan menanam
jagung.
Lampiran – Lampiran
Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks)
Teks Karangan Narasi 1
SUBJENIS DIKSI DIK
KODE DIKSI ( KATA) KET
Sinonim 1.1.1 Ibuku sibuk membikin kue dan juga Ti Tidak Tetep
makananmakanan rinan lainnya yang nanti
dihidangkan kepada sanak saudara, teman
ataupun tamu-tamu yang datang kerumahku
untun saling bermaaf-maafkan dan juga
menyambung tali silaturahmi.

Umum Khusus 2.2.1 Beberapa hari sebelum memasuku hari raya Tepat
Idul Fitri, keluargaku sagat sibuk
menyampaikan kedatangannya dengan
bermacam-macam kedatangannya.

Denotasi Konotasi 3.3.1 Tak terasa sudah hampir sebulan penuh kita Tepat
berpuasa.

Ungkapan Idiomatik 4.4.1 Ibuku sibuk membikin kue dan juga makanan- Tepat
makanan ringan lainya yang nanti
dihidangkan kepada sanak saudara, teman atau
pun tamu-tamu yang datang kerumahku untuk
saling bermaaf-maafkan dan juga
menyambung talsilaturahmi.

Kelangsungan Pilihan 5.5.1 Suara-suara orang yang sedang melafadkan Tidak Tepat
Kata ayat-ayat suci alquran pada mesjid-mesjid
terdekat rumahku.

Penggunaan Kata 6.6.1 Di dalam daput terdengar suara teriakan ibu


Indria yang beberapa kali memanggil namaku, Tepat
akupun langsung menghampiri.
Lampiran – Lampiran
Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks)
Teks Karangan Narasi 2
SUBJENIS DIKSI KODE D DIKSI ( KATA) KET
Sinonim 7.1.2 Karena tidak ada umpan, pekerja disana TidakTepat
memberi tau saya kalau ikan diempang itu suka
makan daun jadi saya mencobanya lainnya.

Umum Khusus 8.2.2 Pada tanggal 2 Maret 2014, kami sekeluarga Tepat
pergi ke
sawah kakek yang ada di Bugel Tigaraksa

Denotasi Konotasi 9.3.2 Pada tanggal 2 maret 2014, kami sekeluarga Tepat
pergi ke sawah kakek yang ada di Bugel Tiga
Raksa.

Idiomatik 10.4.2 Awalnya rencana berlibur kali ini Tepat


direncanakan oleh kakek saya, yang ingin
berlibur disekitar daerah ini saja sebab selain
biaya murah di daerah ini juga masih banyak
tempat-tempat indah lainnya.

Penggunaan Kata 11.5.2 Rasa singkong ini enak sekali dan baru Tepat
Indria pertama kali aku mencoba makan singkong
bakar.
Lampiran – Lampiran
Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks)
Teks Karangan Narasi 3
SUBJENIS DIKSI DIK
KODE DIKSI ( KATA) KET
Sinonim 12.1.3 Si ayah lalu menuding jari ke arah burung Tepat
gagak itu sambil bertanya, “Nak apakah
benda itam itu.?

Umum Khusus 13.2.3 Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta Tepat


saat libur tiba akan menghabiskan waktu
liburnya ke kota, meninggalkan semua
aktivitas kota yang padat.

Denotasi Konotasi 14.3.3 Kebanyakan orang yang tinggal di Jakarta


saat libur tiba akan menghabiskan waktu Tepat
liburnya ke kota, meninggalkan semua
aktivitas kota yang padat.

Idiomatik 15.4.3 Walau sepanjang jalan yang kami lalui tadi


malam tergenang air, masih menyisakan
sampah yang terbawa oleh arus air. Tepat

Kelangsungan Pilihan 15.5.3 Tetapi tidak mengajukan anak, karena si


Kata ayah sekali lagi membuka mulut hanya
untuk bertanya hal yang sama, kali ini si Tidak Tepat
anak benar-benar hilang kesabaran dan
menjadi marah.

Penggunaan Kata 16.6.3 Awalnya keadaan di kamar menyenangkan,


Indria tapi setelah adik dan keponakan laki-laki Tepat
masuk ke dalam kamar keadaan menjadi
ramai dan rusuh, kakak sepupuku mengusir
adik dan keponakan tapi mereka tidak mau
keluar.
Lampiran – Lampiran
Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks)
Teks Karangan Narasi 4
SUBJENIS DIKSI DIK
KODE DIKSI ( KATA) KET
Sinonim 17.1.4 Kami memang sudah biasa, setiap hari Tepat
libur tiba selalu berkunjung ke rumah
nenek, tapai sayang dua tahun terkhir
setiap kami mengunjungi rumah nenek
sosok nenek tidak tampak , nenek telah
dipanggil oleh Sang Maha Kuasa Allah
Swt.

Umum Khusus 18.2.4 Ada seorang pemuda sedang duduk TidakTepat


dengan tatapan kosong mengarah
kehamparan air telaga

Denotasi Konotasi 19.3.4 Ada seorang pemuda sedang duduk Tepat


tatapan kosong mengarah kehamparan
telaga.

Kelangsungan Pilihan 20.4.5 saat sampai, aku dan keluargaku disambut TidakTepat
Kata oleh saudara-saudaraku yang telah dahulu
sampai

Penggunaan Kata 21.5.6 Tiba-tiba terdengar suara sengau Tepat


Indria memecah suara kesunyian.
Lampiran – Lampiran
Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks)
Teks Karangan Narasi 5
SUBJENIS DIKSI KODE DIKSI ( KATA) KET

Sinonim 22.1.5 Tiba-tiba suara gaduh memecahkan Tepat


kesunyian.

Umum Khusus 23.2.5 Suhu udara sangat dingin, dengan rasa Tepat
tegang ku guyurkan segayung air ke
tubuhku setelah itu berangkat ke
sekolah.

Denotasi Konotasi 24.3.5 Ku alunkan kaki ku menuju istana ilmu Tepat


dan aku pun duduk di sekolah
singgasana, hari pertama masuk
sekolah yang dimana sekarang aku
sudah kelas 8 SMP.

Kelangsungan 25.4.5 Tiba di sana terdengar suara gaduh Tepat


Pilihan Kata memecahkan kesunyian.

Penggunaan Kata 26.5.5 Apalagi kalau bukan ke sekolah suhu Tepat


Indria udara sangat dingin dengan rasa
tegang aku menumpahkan segayung air
ke tubuhku.
Lampiran – Lampiran
Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks)
Teks Karangan Narasi 6
SUBJENIS DIKSI DIK
KODE DIKSI ( KATA) KET
Sinonim 26.1.6 Kualunkan kakiku menuju istana
Tidak TidakTepat
ilmu dan akupun duduk di
sekolah singga sana.

Umum Khusus 27.2.6 Liburan ke marin yang paling


menarik dalam hidupku, bapak Tepat
akan mengajak berkunjung ke
desa kelahirannya.

Denotasi Konotasi 28.3.6 Wuwu itu alat tradisional yang Tepat


terbuat dari anyaman bambu.

Kelangsungan Pilihan 27.4.6 Kualunkan kakiku menuju istana Tidak Tepat


Kata ilmu dan akupun duduk di
sekolah singgasana.

.
Lampiran – Lampiran
Kode: (Nomer Urut, Nomer kalimat, Nomer teks)
Teks Karangan Narasi 7
SUBJENIS DIKSI DIK
KODE DIKSI ( KATA) KET
Sinonim 28.1.7 Liburan kemaren paling menarik dalam Tidak tepat
hidupku adalah ketika ayah mengajak
berkunjung ke desa kelahirannya

Umum Khusus 29.2.7 Hari demi hari aku menunggu surat Tepat
balasan dari nenek, sebulan kemudian
surat balasan dari nenek itu datang

Denotasi Konotasi 30.3.7 Ibupun terdiam mendengar aku bercerita Tidak tepat
tentang tanaman jagung itu yang rusak di
makan tikus..

Kelangsungan Pilihan 31.4.7 Dan kamipun menaiki bus untuk pulang. Tepat
Kata
BIODATA PENULIS

Satono (1811013000021), mahasiswa jurusan Pendidikan


Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Lahir
di Tangerang 20 Mei 1968. Sekarang tinggal bersama istri dan dua
orang anak satu cucu. Sejarah pendidikan formal penulis, berawal
dari SDN Peusar II tahun 1975-1981, kemudian melanjutkan di
SMPN Cikupa tahun 1981-1984. Setelah itu penulis kembali
melanjutkan sekolah di SMAN Balaraja tahun 1984 - 1987.
Anak dari Bapak Sadi dan Ibu Suting ini, kemudian melanjutkan ke Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Menyelesaikan skripsi pada bulan Desember 2014 dalam karangan dengan judul ”Kemampuan
Diksi dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan,
Tangerang” sebagai persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (SI). Adapun Bapak dua
anak ini selain mengajar di MTs Fathul’ Ibaad Mekarbakti Panongan, Tangerang sedang bekerja
dianak Perusahaan PT. Telkom Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai