Insidens
Hemoragik subaraknoid terjadi kurang lebih 10 – 15 kali per 100.000 per tahun.
Etiologi
Derajat keparahan dari gejala yang ditunjukan bergantung pada luasnya pendarahan.
Biasanya nyeri kepala yang berat dan memiliki onset secara tiba-tiba (sering dijelaskan seperti ‘pukulan
hebat ke kepala’). Diikuti dengan penurunan kesadaran sementara atau kehilangan kesadaran atau kejang
epileptik. Dapat disertai mual dan muntah. Gejala bertahan selama berhari-hari.
Nyeri kepala yang ringan (onset tiba-tiba) merupakan suatu tanda kebocoran darah sebelum pendarahan
besar terjadi.
Kaku kuduk sering ditemukan pada pasien berupa fleksi pasif pada leher.
Kerusakan fokal oleh hematoma dapat memberikan gejala fokal berupa kelemahan pada tungkai, disfasia.
Kelumpuhan pada n. III merupakan indikasi terjadinya herniasi transtentorial atau kerusakan saraf
langsung dari aneurisma arteri communicans posterior (atau pada kejadian yang jarang dari aneurisma
arteri basilar)
Hipertensi reaktif sering terjadi, peningkatan tekanan darah pada pasien tanpa riwayat hipertensi dan
memakan beberapa hari sebelum kembali ke nilai normal.
Pada pemeriksaan fundus dapat ditemukan edema papil atau pendarahan subhialoid atau vitreous
disebabkan oleh peningkatan tekanan intrakranial secara mendadak.
Pireksia sering ditemukan, jika berat dan berfluktuasi, merupakan tanda kerusakan iskemik pada
hipotalamus.
Pemeriksaan
Pungsi lumbal dilakukan untuk menegakan diagnosis pendarahan subaraknoid, tetapi pada pasien dengan
lesi luas, pungsi lumbal dapat menyebabkan herniasi transtentorial.
Batas umur untuk rujukan bedah saraf; walaupun mortalitas dan morbiditas meningkat seiring usia,
batas umur tidak diterapkan pada pilihan terapi untuk endovaskular aneurisma jika menjamin perbaikan
keadaan umum pasien.
Susp. SAH CT - SCAN
CT Scan
Darah terdistribusi
Di dalam sulci
pada basal sisterna,
kortikal
Sylvian dan fissura
interhemisferik
Di dalam fissure Di dalam sistem
Sylvian – aneurisme ventrikular
medial serebral
Di dalam fissure
CT Scan juga dapat mengidentifikasi lesi lainnya:
interhemisferik –
- Hidrosefalus aneurisma
communicans anterior
- Hematoma intraserebral
- Tumor
- Malformasi arterivenosus
MRI Scan
Jarang digunakan, tetapi pada pasien dengan multiple aneurisma, pemeriksaan MRI yang dilakukan
beberapa hari setelah pendarahan memberiksan hasil yang lebih sensitif dibandingkan CT Scan dalam
mendeteksi area kecil dari gumpalan araknoid dan membantu dalam menemukan lesi penyebab.
NB. Marformasi spinal arterivenosus dapat menyebabkan SAH – jika nyeri yang dirasakan pasien dimulai
dari punggung sebelum menjalar ke kepala, jika terdapat gejala kompresi tulang belakang maka MRI
servikal atau thorakal sebaiknya dilakukan.
CR/MR angiografi
Demonstasi dari aneurisma yang cocok dengan distribusi dari darah pada CT
standar dapat membantu rencana terapi dengan asumsi bahwa aneurisma ini
merupakan sumber pendarahan.
Digital angiografi
Four-vessel angiografi sering dilakukan pada semua pasien untuk mendeteksi semua aneurisma, termasuk
yang berukuran dibawah 3mm. Pada pasien dengan rencana terapi berdasarkan CTA atau MRA atau
dengan keadaan klinis yang buruk, pemeriksaan ini dapat ditunda dan dilakukan nantinya.
Posisi antero-posterior, lateral dan oblik perlu dilakukan untuk masing-masing pembuluh darah.
Hati-hati salah
Terdapat spasme pada segmen menginterpretasikan bundaran
arterial yang terletak didekat pembuluh darah (loop vessel)
ruptur aneurisma, walaupun sebagai aneurisme. Aneurisma
mungkin terlihat difus. harus dibuktikan pada lebih dari
satu posisi, contohnya lateral dan
oblik.
Angiografi gagal untuk menemukan sumber pendarahan SAH pada kurang lebih 20% pasien. Dengan
adanya spasme arterial, penurunan aliran darah dapat mengganggu teknik pemeriksaan dari aneurisma
dan pemeriksaan angiografi ulang perlu dilakukan nantinya.
Prognosis: Pada pasien dengan gambaran pendarahan ‘perimesencefalic’ pada CT-scan dan memiliki
hasil negatif pada angiografi, memiliki prognosis yang baik. Sedangkan pada pasien dengan gambaran
‘aneurismal’ disertai pendarahan pada interhemisferik atau fissura Sylvi memiliki faktor resiko untuk
terjadinya pendarahan berulang.