PENDAHULUAN
Sejalan dengan perubahan sosial budaya masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan
informasi yang demikian cepat diikuti oleh tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
lebih baik mengharuskan sarana pelayanan kesehatan untuk mengembangkan diri secara terus.
Pengembangan yang dilaksanakan tahap demi tahap berusaha untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan di rumah sakit tetap dapat mengikuti perubahan yang ada.
Rumah sakit sebagai pemberi pelayanan langsung mempunyai tujuan untuk meningkatkan
mutu, cakupan dan efisiensi pelaksanaan rujukan medik dan rujukan kesehatan secara terpadu serta
meningkatkan dan memantapkan manajemen pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian.
Salah satu usaha peningkatan penampilan dari masing masing sarana pelayanan seperti rumah
sakit adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan di semua unit pelayanan, baik pada unit
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, ataupun pada unit pelayanan administrasi dan
manajemen melalui program jaminan mutu.
Sejalan dengan Visi RSUD Wangaya Kota Denpasar menjadi Rumah Sakit pilihan utama,
maka diperlukan peningkatan kualitas dan mutu pelayanan, sehingga Rumah Sakit mempunyai misi
memberikan pelayanan bermutu yang mengutamakan kenyamanan dan keselamatan pasien.
Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana baik alam maupun ulah
manusia. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya bencana ini adalah kondisi geografis,
iklim, geologis dan faktor-faktor lain seperti keragaman sosial budaya dan politik. Wilayah
Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Secara geografis merupakan negara kepulauan yamng terletak pada pertemuan empat
lempeng tektonik lapis bumi.
2. Terdapat 130 gunung api aktif
3. Terdapat lebih dari 5.000 sungai besar dan kecil
Pulau Bali sebagai salah satu rangkaian pulau yang terdapat dalam rangkaian gugus pulau
Sumatera, Jawa, Bali, NTB dan NTT berada pada satu garis pertemuan lempeng Euroasia dan
Australia. Disamping itu, kemajuan pariwisata Bali menmyebabkan Bali menjadi fokus perhatian
Dunia Internasional, sehingga sangat rawan terhadap bencana buatan manusia.Mobilitas penduduk
yang sangat cepat antar pulau maupun antar benua menimbulkan kerawanan terhadap bencana
biologi, sosial dan politik.
RSUD Wangaya Kota Denpasar sebagai pusat rujukan pelayanan kesehatan di Kota
Denpasar adalah rumah sakit yang menjadi tempat rujukan pertama bagi korban bencana masal
yang terjadi di Kota Denpasar dan sekitarnya. Sebagai pusat rujukan pertama maka diperlukan
sebuah pedoman penanganan bencana yang mengatur kerja dan koordinasi rumah sakit untuk
mengoptimalkan pelayanan.
Secara umum RSUD Wangaya telah memiliki tim medis yang siap menangani bencana,
tetapi tim medis tidak akan dapat bekerja optimal tanpa dukungan semua unsur di rumah sakit.
Untuk mengatur kinerja dan koordinasi semua unsur di rumah sakit diperlukan sebuah pedoman
yang dipahami bersama.
Pengalaman terjadinya bencana bom di Bali tahun 2002 dan tahun 2005 menunjukkan
bahwa betapa sangat diperlukannya sebuah pedoman penanganan bencana dan pelatihan petugas
untuk penanganannya.
Pedoman ini menyediakan sistem penanganan bencana internal maupun external yang
kemungkinan bisa terjadi baik di internal RS maupun eksternal RS. Kesiapan sistem ini diujicoba
melalui uji coba tahunan seluruh rencana penanggulangan bencana baik internal maupun sebagai
bagian dan dilakukan bersama masyarakat, atau uji coba sepanjang tahun terhadap elemen kritis
dari rencana yang sudah ditetapkan.
A. Tujuan Umum
Menyiapkan sistem tanggap efektif terhadap kondisi kedaruratan yang dapat terjadi di
rumah sakit untuk mengurangi dampak cidera, kerugian dan kehilangan yang mengancam staf,
pengunjung, pasien dan penghuni rumah sakit lainnya.
B. Tujuan Khusus
Terciptanya sistem tanggap kondisi kedaruratan secara efektif melalui proses:
1. Menetapkan jenis, kemungkinan dan konsekuensi dari bahaya, ancaman dan kejadian;
2. Menetapkan peran rumah sakit dalam kejadian tersebut;
3. Strategi komunikasi pada kejadian;
4. Pengelolaan sumber daya pada waktu kejadian, termasuk sumber daya alternative;
5. Pengelolaan kegiatan klinis pada waktu kejadian, termasuk alternative tempat pelayanan;
6. Identifikasi dan penugasan peran dan tanggung jawab staf pada waktu kejadian;
7. Mengelola keadaan darurat/kedaruratan bila terjadi pertentangan antara tanggung jawab staf
secara pribadi dengan tanggung jawab rumah sakit dalam hal penugasan staf untuk
pelayanan pasien
A. Struktur Organisasi
Terkait penetapan peran rumah sakit dalam menanggapi situasi kedaruratan di rumah sakit maka
disusun tim penanganan bencana di rumah sakit sebagai berikut :
KOMANDAN BENCANA
(WADIR PELAYANAN MEDIK
DAN KEPERAWATAN)
KEHUMASAN – INFORMASI
KABAG BINA PROGRAM
TIM MEDIS
KABID PELAYANAN MEDIK
TIM KEPERAWATAN
(KABID KEPERAWATAN)
TIM PENUNJANG
(KABID PENUNJANG)
B. Uraian Tugas
1. Komandan Rumah Sakit
Bertanggung Jawab Kepada: Menteri Kesehatan RI, berkoordinasi dengan Gubernur-
Dinas Kesehatan Propinsi Bali, Walikota Kota Denpasar
TUGAS :
a) Mengkoordinir kesiapan tim keperawatan.
KOMANDAN BENCANA
AKTIFKAN POSKO
PENANGGULANGAN BENCANA
EVALUASI PROSES
PENANGGULANGAN YANG
SUDAH DILAKUKAN
1. Komandan RS
2. Komandan bencana
3. Ketua medical support
4. Ketua manajemen support
5. Tim medis
6. Ketua pos
7. Ketua tim dibawah manajemen keuangan
Apabila terjadi bencana eksternal, maka sistem penanggulangan bencana di rumah sakit
diaktifkan, antara lain :
Dalam penanganan bencana yang terjadi rumah sakit siap melakukan penanganan pasien
termasuk kesiapan si stem untuk mendukung proses penanganan tersebut. Sistem ini disusun berupa
diberlakukannya Struktur Organisasi saat aktivasi system penanganan bencana oleh rumah sakit
terkait pengelolaan sumber daya saat kejadian.
Pengadaan pos penanganan bencana diperlukan untuk mengelola maupun menampung
beberapa sumber daya dan kegiatan dalam mendukung penanganan korban bencana sehingga
penanganan dan pengelolaannya dapat lebih terkoordinasi dan terarah.
Persiapan untuk dibangunnya posko baik berupa tenda maupun pengalihan fungsi beberapa
ruangan sebagai posko penanganan bencana, diaktifkannya Posko Komando sebagai sentral
aktifitas selama proses penanganan bencana, dan proses komunikasi dengan instansi jejaring untuk
proses penanganan korban di RSUD Wangaya Kota Denpasar.
Adapun pemanfaatan sumber daya dalam pos-pos penanganan bencana adalah sebagai
berikut :
Tabel VII.1 Pengalihan Ruangan Sebagai Posko
POS LOKASI
Berikutnya terkait pemanfaatan ruangan / areal rumah sakit dalam sistem penanganan
bencana perlu diperhatikan :
7.7. Pengosongan Ruangan
Pada keadaan bencana baik internal maupun eksternal, setelah penanganan emergency korban di
triage –IGD maka ruang perawatan untuk melokalisasi korban yang ada diarahkan ke Ruangan
HCU, Ruang Candrawasih, serta ruangan yang akan menerima pasien adalah :
Untuk peta masing-masing area dapat dilihat dalam lampiran pedoman ini.
Pada situasi bencana suatu rumah sakit diharapkan dapat menyelenggarakan pelayanan dan
mengatasi semua situasi terkait dengan pertolongan korban baik ketersediaan peralatan medik atau
masalah teknis lainnya dalam tempo yang sesingkat-singkatnya sehingga pelayanan dapat diberikan
dengan sebaik-baiknya, serta dengan seminimal mungkin adanya korban meninggal. Instansi
jejaring yang diharapkan perannya pada situasi bencana, antara lain :
1. Dinas Pemadam Kebakaran : Bantuan Pemadam Kebakaran diperlukan apabila bencana
yang terjadi tidak dapat diatasi dengan hanya memakai APAR (Alat Pemadam Api
Ringan) yang ada di RSUD wangaya . Satpam rumah sakit menghubungi no.telp. 113
untuk meminta bantuan petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran. Selain untuk tujuan
memadamkan api, membantu proses evakuasi korban dan melaksanakan dekontaminasi
primer.
2. Palang Merah Indonesia : PMI diperlukan dalam rangka membantu proses triage dan
evakuasi, serta penggunaan fasilitas yang dimilikinya.
3. Kepolisian : Pengaturan keamanan, ketertiban dan lalu lintas menuju dan keluar RSUD
Wangaya , khususnya akses menuju ke IGD pada saat kejadian bencana.
4. Satkorlak : Kejadian bencana dikoordinasikan kepada Satkorlak Propinsi Bali sebagai
upaya antisipasi diperlukannya bantuan logistik, makanan, dsb.
5. PLN : Kejadian bencana memerlukan penambahan daya listrik termasuk penambahan
titik sambungan listrik di unit unit yang diperlukan agar pelayanan yang diberikan tetap
optimal.
6. TELKOM : Tambahan sambungan telepon dan bantuan sambungan telepon
internasional bebas biaya sangat diperlukan pada saat kejadian bencana, terutama untuk
membantu korban/keluarga warga negara asing yang ingin berhubungan dengan
negaranya. Sambungan telepon diperlukan juga untuk membuka akses internet guna
memberikan informasi tentang bencana yang terjadi.
1. PENANGANAN KORBAN
Proses penanganan yang diberikan kepada korban dilakukan secepatnya untuk mencegah
resiko kecacatan dan atau kematian, dimulai sejak di lokasi kejadian, proses evakuasi dan proses
transportasi ke IGD atau area berkumpul. Kegiatan dimulai sejak korban tiba di IGD.
Penanggung jawab : Ketua Tim Medical support (Ka IGD)
Tempat : Triage-IGD/lokasi kejadian/ area berkumpul/ tempat perawatan
Prosedur di lapangan
1. Lakukan triage sesuai dengan berat ringannya kasus (Hijau, Kuning, Merah)
2. Menentukan prioritas penanganan
3. Evakuasi korban ketempat yang lebih aman
4. Lakukan stabilisasi sesuai kasus yang dialami.
5. Transportasi korban ke IGD.
Di rumah sakit (IGD):
1. Lakukan triage oleh tim medik.
2. Penempatan korban sesuai hasil triage.
3. Lakukan stabilisasi korban.
4. Berikan tindakan definitif sesuai dengan kegawatan dan situasi yang ada (Merah,
Kuning,Hijau)
5. Perawatan lanjutan sesuai dengan jenis kasus (ruang perawatan dan OK)
6. Lakukan rujukan bila diperlukan baik karena pertimbangan medis maupun tempat
perawatan.
Lebih lanjut terkait hal-hal yang harus diperhatikan saat terjadi bencana internal di
lingkungan RSUD Wangaya Kota Denpasar adalah sebagai berikut :
1. KEBAKARAN
Pada saat kebakaran, kemungkinan jenis korban yang dapat terjadi adalah : luka bakar, trauma,
sesak nafas, histeria (ggn.psikologis) dan korban meninggal.
Langkah –langkah yang dilakukan ketika terjadi kebakaran :
1. Pindahkah korban ke tempat yang aman (lihat pembahasan area berkumpul)
2. Hubungi petugas satpam (ext.138) atau operator (ext.0/100)untuk menghubungi petugas
kebakaran bahwa :
Agar proses penanggulangan bencana kebakaran dapat berjalan dengan baik kita harus tahu:
1. Tempat menaruh alat pemadam kebakaran dan cara menggunakannya.
2. Nomor pemadam kebakaran (telp.113), Operator (ext.0/100) dan satpam (ext.138)
3. Rute evakuasi dan pintu-pintu darurat.
4. Ada satu orang yang bisa mengambil keputusan dan tahu bagaimana penanggulangan
bencana kebakaran pada setiap shift jaga.
5. Kepala ruangan pada shift pagi / hari kerja dan Ketua tim pada jaga sore atau malam yang
memegang kendali / mengkoordinir bila terjadi bencana.
2. GEMPA BUMI
Jenis korban yang dapat timbul pada saat terjadinya gempa bumi adalah : trauma, luka
bakar, sesak nafas dan meninggal.
3. ANCAMAN BOM
Ancaman bom bisa tertulis dan bisa juga lisan atau lewat telepon. Ancaman bom ada dua jenis :
1. Ancaman bom yang tidak spesifik : pengancam tidak menyebutkan secara detail tentang
ancaman bom yang disampaikan.
2. Ancaman bom spesifik : pengancam menyebutkan tempat ditaruhnya bom, jenis bom yang
digunakan, kapan bom akan meledak dan lain lain.
Semua ancaman bom harus ditanggapi secara serius sampai ditentukan oleh tim penjinak
bom bahwa situasi aman.
Jika anda menerima ancaman bom :
1. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena informasi yang diterima dari
pengancam sangat membantu tim penjinak bom.
2. Jangan tutup telepon sampai pengancam selesai berbicara.
3. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telepon ancaman, atau jika memungkinkan
gunakan Hp anda untuk menghubungi orang lain.
4. Hubungi satpam (ext.138) bahwa :
Ada ancaman bom
Tempat / ruangan yang menerima ancaman
Nama petugas yang melaporkan adanya ancaman bom.
Ancaman bom tertulis :
1. Simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik.
2. Laporkan kepada kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja dan kepada ketua tim
saat shift sore atau malam.
Ancaman bom lewat telepon :
1. Usahakan tetap bicara dengan penelepon.
Setelah korban hidup tertangani dalam fase gawat darurat dan korban-korban meninggal telah
teridentifikasi serta kegiatan pelayanan sisa korban baik hidup maupun meninggal telah bisa ditangani
dengan kapasitas normal rumah sakit, maka lakukan upaya kembali ke fungsi normal :
1. Mengembalikan semua fungsi organisasi ke fungsi pokoknya.
2. Mengembalikan SDM Rumah Sakit ke tugas pokoknya.
3. Melakukan rehabilitasi fisik maupun mental pegawai.
4. Melakukan evaluasi dan pelaporan kegiatan.
Untuk mencapai maksud tersebut maka kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan adalah:
1. Dalam bidang Sumber daya Manusia (SDM)
a) Semua staf pegawai Rumah Sakit dikembalikan ke tugas pokoknya.
b) Semua relawan dikembalikan ke organisasi induknya dengan pemberian ucapan terima kasih
serta piagam penghargaan.
c) Bila dibutuhkan bisa diberikan konseling psikologis bagi pegawai dan relawan yang
membutuhkan.
d) Lakukan rehabilitasi mental bagi masyarakat Rumah Sakit dengan menyelenggarakan upacara-
upacara keagamaan sesuai dengan petunjuk Sulinggih atau pemuka agama.
2. Sarana dan Prasarana
a. Ruang perawatan dan ruang lainnya yang dipergunakan untuk pelayanan bencana dibersihkan
dan dikembalikan ke fungsi yang normalnya.
b. Alat-alat medis dan non medis dicatat dan dikembalikan ke tempat semula.
3. Debriefing
a. Lakukan pertemuan dengan seluruh komponen pelaksana baik internal maupun eksternal untuk
membahas kegiatan yang telah dilakukan.
b. Sampaikan ucapan terima kasih dan telaah pelajaran apa yang bisa diambil dalam
penyelenggaraan pelayanan bencana ini dan upaya apa yang akan dilakukan untuk
penyempurnaan organisasi maupun prosedur kerja.
4. Penyusunan laporan
Buat laporan Rumah Sakit yang lengkap tentang penanganan bencana ini. Laporan terdiri dari :
i. Pendahuluan
ii. Kegiatan penanggulangan bencana
iii. Hasil-hasil kegiatan
iv. Kendala
5. Khusus untuk laporan donasi perlu dibuat tersendiri dilaporkan ke Walikota dan Gubernur yang
mencakup secara lengkap semua donasi yang diterima baik berupa natural, uang maupun bantuan
kegiatan. Kesimpulan laporan ini ditempel di papan pengumuman Rumah Sakit.
Pedoman Penanganan Bencana (Disaster Plan) merupakan hal-hal pokok yang menjadi dasar
pegangan dan petunjuk untuk melaksanakan program penanganan bencana rumah sakit.
Buku Pedoman Penanganan Bencana (Disaster Plan) akan direview secara berkala, paling
lambat 3 tahun sekali.
OPERATOR
1. Kontak Kepala Instalasi Gawat Darurat untuk kepastian keadaan bencana
2. Sambungkan ke pos yang dimaksud untuk kepastian informasi
3. Umumkan situasi bencana atas instruksi Komandan Bencana
4. Umumkan bahwa situasi bencana telah dapat diatasi, atas instruksi Komandan
Bencana.
KEPALA IPSRS
1. Kontak tim kerja, koordinasi daengan RT
2. Siapkan tambahan power listrik di gedung penanganan korban
3. Pastikan sistem pengelolaan limbah berfungsi dengan baik
4. Lengkapi kebutuhan tambahan fasilitas gedung penanganan pasien emergensi dan
pasca emergensi
5. Pastikan berfungsinya alat-alat medis penanganan korban.
KEPOLISIAN
1. Kontak komandan bencana
2. Atur lalu lintas di tempat kejadian dan daerah tujuan evaluasi
3. Tentukan dan umumkan waktu aman pada area bencana, untuk dilakukannya triage
pada lokasi oleh pihak yang berkepentingan
4. Lakukan evaluasi untuk kepentingan DVI (Disaster Victim Identity).
PLN
1. Kontak komandan bencana
2. Koordinasikan dan tentukan kebutuhan tambahan power listrik di area penanganan
korban (RS) dengan Ketua Manajemen Support.
TELKOM
1. Kontak komandan bencana
2. Koordinasikan dan tentukan kebutuhan tambahan line baru di RS dengan Ketua
Manajemen Support.
BASARNAS
1. Mencari korban dan menolong korban
2. Evakuasi korban
ORARI
1. Menyediakan perangkat radio komunikasi di pos komando, tempat kejadian bencana
dan pos yang diperlukan
2. Menyediakan operator radio
3. Membuat manajemen komunikasi untuk pelaporan kejadian bencana
4. Melakukan integrasi peralatan komunikasi lintas sector bila diperlukan
DINAS SOSIAL
1. Pengerahan relawan
2. Persiapan evakuasi pada bencana missal