Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Chodijah Assyarifah (19240044)
2. Wahyudistira Tanjung (19240045)
3. Moh Roni Akbar (19240061)
4. Muh. Zulfan Abdullah (19240069)
5.
JURUSAN ILMU AL-QURAN DAN TAFSIR
FAKULTAS SYARIAH
2019
PENGANTAR
Rasa syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah menjalankan
siang menjadi malam, menggantikan panasnya trik matahari dengan cahaya redup
sang rembulan, yang telah melimpahkan rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga
kami mampu menyelesaikan dan merampungkan tugas makalah dengan sebaik
sebaik nya.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih terdapat kesalahan dan kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengahrapkan kritik serta saran dari pendengar untuk makalah ini, agar makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Demikian makalah ini kami buat agar dapat menjadi makalah yang
bermanfaat bagi pendengar khususnya penulis sendiri.
DAFTAR ISI
Halaman Cover…………………………………………………………………
Kata Pengantar…………………………………………………………………
Daftar Isi………………………………………………………………………...
BAB 1: PENDAHULUAN…………………………………………………....
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………...............
C. Tujuan Masalah……………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
1
Slamet strisno “filsafat dan ideology pancasila”. (Yogayakarta,Andi Ofset,2006).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
1. Pengertian Filsafat secara Etimologis
Secara etimologis, kata filsafat memiliki arti yang sepadan dengan kata
“falsafah” dalam Bahasa arab, atau kata “philosophy” dalam Bahasa
Inggris , atau kata “philosophie” dalam Bahasa perancis dan belanda , atau
“philosophier” dalam Bahasa jerman . Semua kata itu berasal dari kata
latin “philosophia”. Kata “philosophia” berasal dari Bahasa Yunani, yakni
“philein” (mencintai” atau “philia” dan “Sophos” (kebijaksanaan,
ketrampilan, pengalaman praktis )
Sejalan dengan hal tersebut, Guru besar Filsafat Bahasa pada Fakultas
Filsafat Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. H. Kaelan M.S. menjelaskan
bahwa istilah “filsafat” berasal dari bangsa Yunani, sebab bangsa Yunani
adalah bangsa yang mula-mula berfilsafat. Kata tersebut bersifat majemuk,
berasal dari kata “philos” yang berarti “sahabat” dan “sophia” yang berarti
“pengetahuan yang bijaksana”
B. Sejarah Filsafat
Nama “filsafat” dan “filsuf”berasal dari kata-kata Yunani philosophia dan
philosophos, yang mana jika di artikan menurut bentuk kata seorang philo-
sophos adalah seorang “pecinta kebijaksanaan”. Sekitar abad ke-6 S.M
muncul beberapa orang yang mulai untuk berpikir dan berdiskusi akan
keadaan alam, dunia, dan lingkungan yang berada di sekitar mereka dan tidak
lagi menggantungkan diri kepada dogma agama serta mitos-mitos kuno untuk
mencari jawaban atas yang pertanyaan-pertanyaan yang muncul serta
permasalahan-permasalahan yang ada. Dikatakan dalam sebuah tradisi kuno
bahwa nama “filsuf” (philosophos) untuk pertama kalinya dalam sejarah di
pergunakan oleh Pythagoras. Akan tetapi,kesaksian sejarah tentang kehidupan
dan aktivitas Phythagoras demikian tercampur dengan legenda-legenda
sehingga seringkali kebenaran tidak dapat dibedakan dari rekaan-rekaan saja.
Demikian halnya juga dengan sebuah hikayat yang mengisahkan bahwa nama
“filsuf” di temukan oleh Pytaghoras. Phytagoras dianggap sebagai orang
pertama yang membawa filsafat ke Yunani. Namun demikian, orang pertama
yang digelari filosof adalah Thales (sekitar abad ke-6 S.M) dari Mileta
karena dia-lah yang pertama kali menjelaskan asal-usul dunia yang terlepas
2
Win Usuluddin Bernadien, “ membaca gerbang filsafat”.(Yogyakarta,PustakaBelajar,2011).
dari kepercayaan akan mitos-mitos kuno. Kemudian, muridnya
Aneximander (610-546 S.M) menjelaskan lebih dalam tentang asal-usul
dunia dan alam semesta yang kemudian dikenal dengan teori kosmologi.
Selain itu juga ada beberapa filosof lain seperti Xenophanes dari Colophon
(560-478 S.M) yang berargumentasi tentang satu tuhan sebagai penguasa
alam semesta yang kekal, Permenides dari Elea (lahir sekitar tahun 515 S.M),
Heraklitus dari Ephesus (540-480 S.M), Anaxagoras dari Clazomenae (500–
428 S.M), dan Democritus (460–370 S.M). Dalam banyak literatur filsafat
para filosof ini dikelompokkan sebagai filosof pra-Sokrates.
3
K. Bertens, “ Sejarah Filsafat Yunani”. (Yogyakarta,Kanisius Prees,1999).
Pra Sokrates : Thales, Anaximander, Anaximenes, Pythagoras,
Xenophanes, Parmenides, Zeno, Herakleitus, Empedocles, Democritus,
Anaxagoras. Zaman Keemasan: Sokrates, Plato, Aristoteles Helenisme:
Epecureanisme, Stoikisme, dan Skeptisisme.
2. Abad pertengahan (500-1500)
Pada abad pertengahan filsafat yang berkembang banyak membicarakan
permasalahan teologis dan alam. Diatara filosof abad pertengahan adalah:
Boethius, Maximus, Peter Damian, Thomas Aquinas.
3. Moderen
Filsafat barat modern dimulai pada tahun 1500 yang dapat dikelompokkan
kedalam beberapa periode, yaitu:
- Renaisans (1500–1600) : Pada periode ini tema-tema pemikiran para
filosof pada saat itu berkisar pada masalah humanisme, sosial dan politik.
Diantara filosof pada fase ini adalah: Niccòlo Machiavelli, Sir
Francis Bacon, Thomas Hobbes,
- Periode modern awal (1600–1700) : Pada periode ini didominasi oleh
pemikiran empiris dan rational. Filosof pada periode ini diantaranya:
René Descartes, Nicolaus Copernicus, Johannes Kepler, Galileo
Galilei, Leonardo da Vinci, Jean-Jacques Rousseau, Benedict de
Spinoza, Immanuel Kant.
- Periode Pencerahan (1700-1900) : Pada periode ini filsafat
didominasi pemikiran bertemakan Tuhan, Akal, Alam dan
kemanusiaan. Diantara filosof periode ini adalah: John Locke, George
Berkeley, David Hume, John Stuart Mill, Henry Sidgwick, Karl
Marx, Charles Darwin, Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Auguste
Comte, Charles Sanders Peirce, Friedrich Nietzsche.
4. Kontemporer (1900–present).
Filsafat pada abad ke-20 di tandai dengan pemisahan dua tradisi
pemikiran, yaitu, analisa logis yang di perkenalkan oleh Locke and Hume,
dengan analisa Spekulatif oleh Heggel. Para filosof pada periode ini
seperti; Michel Foucault, Martin Heidegger, Karl Popper, Bertrand Russell,
Jean-Paul Sartre, Albert Camus, Jurgen Habermas, Richard Rotry,
Feyerabend, Jacques Derrida, Mahzab Frankfurt.
Sepanjang sejarah, baik filsafat barat ataupun filsafat timur saling mengisi
dan saling menkoreksi satu sama lain yang menghasilkan sintesa dan
pemahaman baru bagi manusia dalam memahami diri dan alam sekitaranya.
Selama manusia masih berfikir, maka selama itulah filsafat itu ada4
1. Objek Filsafat
Objek material filsafat adalah objek objek yang diperhatikan atau objek
yang diselidiki secara menyeluruh dari filsafat yaitu (a) “ada”, maksudnya
segala sesuatu yang bersifat material, konkrit, seperti: manusia, benda, alam,
dan sebagainya maupun wujud lainyang bersifat immaterial, misalnya tuhan
dan yang ghaib lainnya, (b) yang mungkin ada, yaitu segala hal yang atau
sesuatu yang bersifat abstrak misalnya: nilai, ide, moral, pandangan hidup
dan sebagainya, tapi tidak bisa dimengerti oleh akal (intelegeable) atau pun
oleh hati manusia.
4
https://www.researchgate.net/publication/316734367_FILSAFAT_SEBUAH_PENGANTAR.
Diakses tgl 29-Agustus-2019, Jam 09.30.
Selanjutnya, mengenai objek materi filsafat ini H.A. Dardi membagi
segala sesuatu yang ada menjadi dua, yaitu: ada yang bersifat umum, ada
yang bersifat khusus. Ada yang bersifat khusus juga dibagi menjadi dua,
yaitu: “ada” mutlak, dan “ada” tidak mutlak. Dalam filsafat yang dimaksud
dengan “ada” semua yang dapat diketahui baik fisik maupun metafisik.
Ilmu yang menyelidiki tentang hal ada disebut ontology atau disebut juga
dengan methaphysica-generalis, cabaang dari ontology adalah kosmologi
dan kosmogoni. Kosmologi adalah cabang metafisika yang bergerumul
dengan pertanyaan mengenai asal dan susunan alam raya, pencipta dan
kekekalannya, mekanisme, kodarat hokum, waktu, ruang, dan kausalitasnya.
Adapun kosmogoni adalah teori tentang asal mula alam semesta yang
biasanya diungkap dengan mythos, spekulasi, atau ilmu kalam.
objek formal filsafat adalah sudut pandang atau bagian tertentu yang
diperhatikan dalam keseluruhan objek, dengan tujuan mencari keterangan
(clarification) yang utuh (histolic dan integral) dan sedalam-dalamnya.
Dengan kata lain objek formal filsafaat adalah cara pandang seseorang
terhadap objek material secara filosofi (misalnya sudut pandang keberadaan
bidang ontology, sudut pandang nilai terhadap bidang aksiologi, tingkah
laku baik-buruk dipandang dengan etika, indah-buruk dengan estetika, sudut
pandang pengetahuan terhadap bidang epistemology, atau sudut pandang
lain yang lebih khusus) sehingga sampai pada hakikat objek material yang
dihadapi.
2. Lapangan filsafat
1. Metafisika
Secara etimologi, metafisika berasal dari Bahasa Yunani kuno yang terdiri
dari kata, yaitu “meta” yang berarti sesudah, dibelakang, atau melampaui
dan “fisika” yang berarti alam nyata. Metafisika merupakan cabang filsafat
yang mempersoalkan tentang hakikat yang tersimpul dibelakang dunia
fenomena. Metafisika melampaui pengalaman objeknya diluar hal yang
dapat ditangkap panca indra.
A. Kegunaan Filsafat
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah membahas panjang lebar makalah ini maka kami sebagai penulis
makalah yang betjudul filsafat ilmu dapat mengambil kesimpulan:
1. Bahwa filsafat merupakan ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh
hakikat kebenaran segala sesuatu. Filsafat dapat pula dimengerti sebagai proses
reflektif dari budi manusia yang mengarah kepada kejelasan, kecerahan,
keterangan & pembenaran.
3. Diera moderen ini filsafat ilmu merupakan suatu kebutuhan yang harus
diperoleh dan dipelajari untuk setiap kalangan manusia, Karena di dalamnya
mencangkup segala hal ilmu baik ilmu keagamaan, kepribadian dan lain-lain.
B. Saran-Saran
5
Siti Kurniawanti Bashir,
https://www.academia.edu/11382855/Pengantar_Filsafat_Pengertian_Ciri-
ciri_Misi_Lapangan_dan_Urgensi_Filsafat, diakses 31-Agustus-2019 Jam 16:00
Setelah pembahasan diatas, penulis ingin memberikan saran yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi generasi selanjutnya, terutama dalam
penulisana makalah ini. Adapun saran-saran tersebut adalah:
2. Kepada bu guru dosen kami berharap atas doanya agar kami mampu
melaksanakan apa yang antum perintahkan terhadap kami baik materi atauupun
non materi.
3. Untuk mahasiswa generasi masa depan yang akan melahirkan orang-orang yang
bermartabat dan beragama, selalulah kalian tekun dalam mempelajari filsafat
ilmu. Terutama dalam ilmu keagamaan. Karena tantangan yang akan kalian hadapi
jauh lebih berat dari pada sekarang, maka dari itu kuatkanlah ilmu keagamaan
kalian sehingga kalian tidak mudah terkecoh dengan hal yang sepele tapi besar
akibatnya.
C. Penutup
Akhirnya, kami berharap semoga apa yang ada dalam tulisan makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak dan berpahala baginya. Walaupun kami
sadari, masih banyak kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Dan kepada
guru dosen filsafat ilmu kami banyak berterima kasih karena sudah membimbing
dan mengajarkan kami dalam pembuatan makalah, dan akhirnya kami undur diri
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pendengar lebih khususnya terhadap
kami sendiri. Amin ya robbal a’lamin.
DAFTAR PUSTAKA