Anda di halaman 1dari 23

BAGAIMANA MANUSIA

BERTUHAN?

Kelompok:
1. Fitrian Nur Ardyansyah (M0716027)
2. NIKKI AYU ATAMIA (M0716045)
A. Konsep Spiritualitas Sebagai
Landasan Kebertuhanan
Pada dasarnya hati manusia itu bersifat Universal dengan catatan manusia itu telah
mencapai titik fitrah (God Sport) dan terbebas dari segala pradigma dan belenggu.
Dalam keadan seperti ini manusia merasakan ketenangan jiwa yang mendasari
segala tingkah lakunya, dan menggunakan suara hati sebagai penuntun hidupnya
menuju sebuah kebenaran, dan semua itu bersumber dari yang maha kuasa yaitu
Allah. Sebagaimana Firnan Allah SWT dalam surat As Sajadah Ayat: 9 yang
artinya:
“Kemudian dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan
dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan (perasaan) hati; (tetapi)
kamu sedikit sekali bersyukur”.
Ketika manusia mengakui bahwa Allahlah Tuhannya. Suara hati itu masih terus
berjalan dan masih bisa dirasakan hingga saat ini, kecuali hati yang tertutup. Sudah
merupakan fitrah manusia untuk memiliki rasa ketuhanan dan memiliki kebaikan
hati nurani namun hal ini tidak terjadi kepada orang yang hatinya telah tertutup,
walaupun demikian ia pun masih bisa merasakan hal ini namun dengan kadar yang
rendah.
Tuhan berada di dalam hati orang-orang suci. Apabila kita ingin mudah merasakan
kehadiran Tuhan, maka kita hendaknya berawal dari penyucian hati. Melalui penyucian
hati, potensi roh akan semakin menguat dan mengalahkan semua dorongan instingtif
materialistis yang berlebihan (dalam istilah agama disebut dengan hawā an-nafs).
Ketika hati telah suci, maka jiwa manusia akan menerima pancaran rahmat Tuhan
sehingga darinya terpancar energi positif yang kemudian mempengaruhi penilaian dan
sikapnya
Perbedaan Paradigma dan God Sport yaitu Paradigma atau persepsi adalah lapisan
belenggu yang menutupi Gog Sport, persepsi tercipta karena pengaruh-pengaruh luar
yang membentuk paradigma dan pikiran kita. Sedangkan dalam God Sport terdapat
suara-suara hati yang bersumber dari sifat-sifat Illahi. God Sport yang berisi bayangan-
bayangan sifat Tuhan itu telah built in dalam diri manusia.
B. Alasan Mengapa Manusia Memerlukan
Spiritualitas
Ada enam alasan mengapa kita membutuhkan spiritualitas untuk tetap mampu
mengerjakan panggilan hidup di dunia ini.:
 Karena manusia adalah makhluk ciptaan yang terbatas, yang memiliki kebebasan
untuk memilih.
 Untuk menjaga integritas diri kita di tengah realita dunia yang fana dan tak
menentu.
Karena kenikmatan yang dihadirkan oleh jabatan, harta dan kekuasaan
mudah menggiring kita memilih melakukan perbuatan-perbuatan amoral dan
penyalahgunaan wewenang, termasuk melanggar prinsip dan nilai-nilai yang kita
yakini. Integritas tanpa spiritualitas ibarat membangun rumah di atas tumpukan pasir di
tepi pantai, yang dapat roboh kapan saja akibat terpaan ombak laut. Kita membutuhkan
spiritualitas untuk mampu mempertahankan integritas di tengah dunia yang penuh
godaan yang menggiurkan. Kita tidak saja membutuhkan bakat, kapasitas intelektual
dan kompetensi untuk memenuhi panggilan hidup kita. Namun kita memerlukan
spiritualitas yang akan menjaga kita untuk tetap memilih cara-cara bermoral dan patut
di tengah aneka dinamika kehidupan yang tak menentu.
Iman, keyakinan yang melandasi nilai-nilai spiritualitas, memampukan kita memenuhi
panggilan hidup sambil tetap menjaga keseimbangan antara kehidupan duniawi dan
akhirat, sehingga kita tidak terhanyut mengejar kebendaan dan materialisme yang
berlebihan. Soedjatmoko, salah satu pengikut Sutan Sjahrir, pernah berkata:
“Hanya imanlah yang dapat memberikan keberanian hidup bagi manusia. Iman juga
dapat memberikan keberanian hidup dan kemantapan moral untuk menolak peluang-
peluang yang gampang namun tidak becus, biarpun kelihatan aman dan biarpun
dipakai banyak orang, dan untuk tetap mengambil jalan yang lurus, betapapun sulit
jalan yang harus dilalui.”
 Untuk mengembangkan hati nurani yang takut akan Tuhan.
Ketika hati nurani yang takut akan Tuhan itu mulai merasuki kesadaran dan
hasrat hidup kita, maka kita memiliki kemampuan untuk menempuh hidup dengan
integritas. Hidup dengan integritas berarti hidup dengan prinsip bahwa dengan atau
tanpa kontrol dari pihak lain, kita tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang kita
yakini. Artinya, integritas kita diukur dari apa yang kita pikirkan, katakan dan lakukan,
bahkan pada saat kita sendirian.
 Untuk mengendalikan dorongan ego dalam diri kita.
 Menyadarkan bahwa panggilan hidup kita adalah anugerah pemberian dari Tuhan.
 Sarana untuk melatih kepekaan diri kita di dalam menggali makna kenyataan hidup.
C. Menggali Sumber Psikologis, Sosiologis,
Filosofis, dan
Teologis tentang Konsep Ketuhanan
1. Bagaimana Tuhan dirasakaan kehadirannya dalam Perspektif
Psikologis?
Menurut hadis Nabi, orang yang sedang jatuh cinta cenderung selalu
mengingat dan menyebut orang yang dicintainya (man ahabba syai’an katsura
dzikruhu), kata Nabi, orang juga bisa diperbudak oleh cintanya (man ahabba syai’an fa
huwa `abduhu). Kata Nabi juga, ciri dari cinta sejati ada tiga : (1) lebih suka berbicara
dengan yang dicintai dibanding dengan yang lain, (2) lebih suka berkumpul dengan
yang dicintai dibanding dengan yang lain, dan (3) lebih suka mengikuti kemauan yang
dicintai dibanding kemauan orang lain/diri sendiri. Bagi orang yang telah jatuh cinta
kepada Allah SWT, maka ia lebih suka berbicara dengan Allah Swt, dengan membaca
firman Nya, lebih suka bercengkerama dengan Alloh SWT dalam I`tikaf, dan lebih
suka mengikuti perintah Allah SWT daripada perintah yang lain saat itulah kehadiran
Allah dapat kita rasakan.
2. Bagaimana Tuhan Disembah Masyarakat Dalam Perspektif
Sosiologis?
Berbeda dengan perspektif teologis, sosiologi memandang agama tidak
berdasarkan teks keagamaan (baca kitab suci dan sejenisnya), tetapi berdasarkan
pengalaman konkret pada masa kini dan pada masa lampau. Hingga kini Agama
menjadi sesuatu yang tak terpisahkan dalam tiap sendi kehidupan manusia. Bahkan
manusia yang menganggap dirinya sebagai manusia yang paling modern sekalipun tak
lepas dari Agama. Hal ini membuktikan bahwa Agama tidaklah sesempit pemahaman
manusia mengenai kebenaranya. Agama tidak saja membicarakan hal-hal yang sifatnya
eskatologis, malahan juga membicarakan hal-hal yang logis pula. Agama juga tidak
hanya membatasi diri terhadap hal-hal yang kita anggap mustahil. Karena pada waktu
yang bersamaan Agama juga menyuguhkan hal-hal yang riil. Begitulah Agama, sangat
kompleks sehingga betul-betul membutukan mata yang sanggup “melek” (keseriusan)
untuk memahaminya.
Dalam Sosiologis, Agama dipandang sebagai sistem kepercayaan yang
diwujudkan dalam perilaku sosial tertentu. Berkaitan dengan pengalaman manusia, baik
sebagai individu maupun kelompok. Oleh karena itu, setiap perilaku yang diperankan
akan terkait dengan sistem keyakinan dari ajaran Agama yang dianut. Perilaku individu
dan sosial digerakkan oleh kekuatan dari dalam yang didasarkan pada nilai-nilai ajaran
Agama yang menginternalisasi sebelumnya. Manusia, masyarakat, dan kebudayaan
berhubungan secara dialektik. Ketiganya berdampingan dan berhimpit saling
menciptakan dan meniadakan.
3. Bagaimana Tuhan Dirasionalisasikan Dalam Perspektif Filosofis
Filsafat Ketuhanan adalah pemikiran tentang Tuhan dengan pendekatan akal budi, yaitu
memakai apa yang disebut sebagai pendekatan filosofis. Bagi orang yang menganut
agama tertentu (terutama agama Islam, Kristen, Yahudi), akan menambahkan
pendekatan wahyu di dalam usaha memikirkannya. Jadi Filsafat Ketuhanan adalah
pemikiran para manusia dengan pendekatan akal budi tentang Tuhan. Usaha yang
dilakukan manusia ini bukanlah untuk menemukan Tuhan secara absolut atau mutlak,
namun mencari pertimbangan kemungkinan-kemungkinan bagi manusia untuk sampai
pada kebenaran tentang Tuhan.
Penelaahan tentang Allah dalam filsafat lazimnya disebut teologi filosofi. Hal ini bukan
menyelidiki tentang Allah sebagai obyek, namun eksistensi alam semesta, yakni
makhluk yang diciptakan, sebab Allah dipandang semata-mata sebagai kausa pertama,
tetapi bukan pada diri-Nya sendiri, Allah sebenarnya bukan materi ilmu, bukan pula
pada teodise . Jadi pemahaman Allah di dalam agama harus dipisahkan Allah dalam
filsafat. Namun pendapat ini ditolak oleh para agamawan, sebab dapat menimbulkan
kekacauan berpikir pada orang beriman. Maka ditempuhlah cara ilmiah untuk
membedakan dari teologi dengan menyejajarkan filsafat ketuhanan dengan filsafat
lainnya (Filsafat manusia, filsafat alam dll). Maka para filsuf mendefinisikannya
sebagai usaha yang dilakukan untuk menilai dengan lebih baik, dan secara refleksif ,
realitas tertinggi yang dinamakan Allah itu, ide dan gambaran Allah melalui sekitar diri
kita.
4. Konsep tentang Tuhan dalam Perspektif Teologis
Dalam perspektif teologis, masalah ketuhanan, kebenaran, dan keberagamaan harus
dicarikan penjelasannya dari sesuatu yang dianggap sakral dan dikultuskan karena
dimulai dari atas (dari Tuhan sendiri melalui wahyu-Nya). Artinya, kesadaran tentang
Tuhan, baik-buruk, cara beragama hanya bisa diterima kalau berasal dari Tuhan sendiri.
Tuhan memperkenalkan diri-Nya, konsep baik-buruk, dan cara beragama kepada
manusia melalui pelbagai pernyataan, baik yang dikenal sebagai pernyataan umum,
seperti penciptaan alam semesta, pemeliharaan alam, penciptaan semua makhluk,
maupun pernyataan khusus, seperti yang kita kenal melalui firman-Nya dalam kitab
suci, penampakan diri kepada nabi-nabi, bahkan melalui inkarnasi menjadi manusia
dalam dogma Kristen.
Pernyataan-pernyataan Tuhan ini menjadi dasar keimanan dan keyakinan umat
beragama. Melalui wahyu yang diberikan Tuhan, manusia dapat mengenal Tuhan;
manusia mengetahui cara beribadah; dan cara memuji dan mengagungkan Tuhan.
Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan tentang Tuhan, baik-buruk, dan cara beragama
dalam perspektif teologis tidak terjadi atas prakarsa manusia, tetapi terjadi atas dasar
wahyu dari atas. Tanpa inisiatif Tuhan melalui wahyu-Nya, manusia tidak mampu
menjadi makhluk yang bertuhan dan beribadah kepada-Nya
D. Membangun Argumen tentang Cara Manusia
Meyakini dan Mengimani Tuhan
Iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari seluruh iman yang tergabung dalam
rukun iman. Karena iman kepada Allah SWT merupakan pokok dari keimanan yang
lain, maka keimanan kepada Allah SWT harus tertanam dengan benar kepada diri
seseorang. Sebab jika iman kepada Allah SWT tidak tertanam dengan benar, maka
ketidak-benaran ini akan berlanjut kepada keimanan yang lain, seperti iman kepada
malaikat-malaikat Nya, kitab-kitab Nya, rasul-rasul Nya, hari kiamat, serta qadha dan
qadar Nya. Dan pada akhirnya akan merusak ibadah seseorang secara keseluruhan. Di
masyarakat tidak jarang kita jumpai cara-cara beribadah seorang yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam, padahal orang tersebut mengaku beragama Islam.
Ada dua cara beriman kepada Allah SWT :
a. Bersifat Ijmali
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat ijmali maksudnya adalah, bahwa kita
mepercayai Allah SWT secara umum atau secara garis besar. Al-Qur’an sebagai sumber
ajaran pokok Islam telah memberikan pedoman kepada kita dalam mengenal Allah
SWT. Diterangkan, bahwa Allah adalah dzat yang Maha Esa, Maha Suci. Dia Maha
Pencipta, Maha Mendengar, Maha Kuasa, dan Maha Sempurna.
b. Bersifat Tafshili
Cara beriman kepada Allah SWT yang bersifat tafsili, maksudnya adalah mempercayai
Allah secara rinci. Kita wajib percaya dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT memiliki
sifat-sifat yang berbeda dengan sifat-sifat makhluk Nya. Sebagai bukti adalah adanya
“Asmaul Husna” yang kita dianjurkan untuk berdoa dengan Asmaul Husna serta
menghafal dan juga meresapi dalam hati dengan menghayati makna yang terkandung di
dalamnya.
Selain itu kita juga harus menaati semua perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya .
E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Visi
Ilahi untuk Membangun Dunia yang Damai
Agar manusia dapat tetap konsisten dalam kebaikan dan kebenaran Tuhan, maka
manusia dituntut untuk membangun relasi yang baik dengan Tuhan. Manusia tidak
akan mampu membangun relasi yang harmonis dengan Tuhan apabila hidupnya lebih
didominasi oleh kepentingan ragawi dan bendawi. Oleh karena itu, sisi spiritualitas
harus memainkan peran utama dalam kehidupan manusia sehingga ia mampu
merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap gerak dan sikapnya. Apabila manusia telah
mampu mengasah spiritualitasnya sehingga ia dapat merasakan kehadiran Tuhan, maka
ia akan dapat melihat segala sesuatu dengan visi Tuhan (Ilahi). Visi Ilahi inilah yang
saat ini dibutuhkan oleh umat manusia sehingga setiap tindak tanduk dan sikap perilaku
manusia didasari dengan semangat kecintaan kepada Tuhan sebagai manifestasi
kebenaran universal dan pengabdian serta pelayanan kepada sesama ciptaan Tuhan,
dengan begitu akan terciptanya dunia yang damai.
F. Pertanyaan - Pettanyaan
1. Coba Anda gali informasi lebih lengkap mengenai spiritualitas Islam?
Jawab:
Jalan hidup spritualitas islam memiliki tiga fondasi dasar untuk membentuk pribadi
muslim yang utuh, yaitu iman, islam, dan ihsan. Iman merupakan fondasi yang paling
dasar dalam islam, ia adalah ikrar jiwa untuk yakin terhadap kekuatan tertinggi yaitu
Allah. Syarat utama dari iman adalah keyakinan tadi, dan selanjutnya ikrar lisan dan
akhirnya ikrar tingkah laku sebagai manifestasi dari keyakinan terhadap kekuatan
Tertinggi dalam setiap perbuatannya. Islam merupakan pokok-pokok ibadah, rule, dan
metodologi dalam menempuh jalan islam. Sedangkan ihsan merupakan kebaikan dan
kebajikan budi pekerti sebagai manifestasi dari iman dan islam, amal perbuatannya
hanya di sandarkan hanya pada Allah dan merasa seakan-akan melihat dan dilihat
Allah.
2. Buatlah argumen akademik mengapa potensi rūḫiyah pada diri manusia tidak
berfungsi atau “mendorong” manusia melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka
lakukan?
Jawab:
Karena potensi rūḫiyah pada diri manusia telah dikalahkan nafsu buruk dalam diri
manusia yang terus membesar karena pengaruh lingkungan yang buruk dan manusia itu
sulit untuk mengontrol nafsu tersebut.
3. Coba Anda gali informasi lebih jauh mengenai spiritualitas yang berdasarkan pada
fitrah Allah tersebut, kemudian hubungkan dengan fenomena spiritualitas yang
berkembang di masyarakat. Bagaimana sikap Anda?
Jawab:
Pemahaman tentang kebutuhan ruh untuk selalu berada dalam garis fitrah yang telah
ditetapka Allah melalui agama islam . Namun sekarang ini, karena godaan materi
sehingga banyak manusia yang melanggar larangan Allah dan tidak menjalankan
perintah Allah. Dengan kejadian ini tentunya membuat hati kita semakin prihatin
karna semakin sedikit manusia yang taat dan semakin banyak manussia yang ingkar .
Merupakan tugas kita untuk mengingatkan kepada sesama tentang kebaikan ataupun
ajaran-ajaran Al-Qur’an agar mereka mau kembali ke jalan Allah .
4. Spiritualitas dan spiritualisme dalam Islam dapat dimanifestasikan dalam ekspresi
seni dan budaya. Coba Anda gali lebih dalam ekspresi seni dan budaya sebagai wujud
dari kedalaman spiritualitas dan spiritualisme dalam agama Islam itu. Anda dapat
membandingkan dengan ragam seni lain, misalnya senibudaya yang berkembang di
Nusantara. Anda pasti memperoleh wawasan empiris yang lebih luas. Bagaimana
analisis kritis Anda mengenai berbagai ragam ekspresi yang Anda temukan itu?
Tentukan sikap Anda kemudian komunikasikan di kelas
Jawab:
Kelekatan seni dengan agama tidaklah bersifat artifisial melainkan alamiah. Bila usaha
mengungkapkan rasa estetis telah berpijak selaras dengan arah hakikat kemanusiaan,
maka seni yang dihasilkan pada gilirannya akan lekat dengan agama. Penghayatan
estetis, dalam dunia sufi, telah memainkan peranan penting dalam usaha makrifat
dengan Tuhan seperti bisa kita dari kisah-kisahnya Rabi’ah al-Adawiyah. Penghayatan
estetis pada puncaknya mempunyai kualitas religius dan mistis karena menyentuh
dunia yang transendental dan spiritual.
Bagi seniman sejati, tidak ada yang paling menyiksa batin di dunia ini selain berhenti
berkarya. Semakin hasil karya sampai pada titik kulminasi yang puncak, semakin
dalam ia merasakan kelezatan “iman.” Itulah yang terjadi pada banyak maestro-maestro
seniman di Indonesia seperti Affandi, Ahmad Sadali, Titik Puspa, Taufiq Ismail, Rendra
dan masih banyak lagi yang sampai usia uzurnya terus berkarya sampai titik darah
penghabisan. Adalah menarik diamati mengapa di ujung sukses, para seniman kampiun
kelas dunia, terlihat kerinduan mereka untuk merengkuh Tuhan.
Di Indonesia, Bimbo, diantara grup musik paling senior yang masih aktif sampai
sekarang, setelah belasan tahun malang melintang dalam blantika musik pop dan
menuai sangat populer, akhirnya berusaha merengkuh Tuhan dengan kembali ke irama
kasidah yang tahun-tahun 1980an dan 1990an mencapai puncak kejayaannya. Lewat
Bimbo, musik kasidah naik citranya menjadi elitis
5. Sejalan dengan uraian-uraian diatas maka dapat disimpulkan bebrapa konsep kunci
tentang spiritualitas dan kecerdasan spiritual , yaitu: fitrah Allah, panduan hati, cara
pandang holistik, dunia sebagai pijakan dan akhirat sebagai
produk; kreatif, peduli dan santun; minimalisasi pengaruh
materi; intuisi, metafisik. Coba Anda jabarkan lebih lanjut konsep-konsep kunci
tersebut dalam konteks kehidupan saat ini untuk menunjukkan bahwa spiritualitas
muslim bukanlah spiritualitas individual yang mengabaikan persoalan yang
nyata dari masyarakat dan bangsanya.
Jawab
-Fitrah adalah suatu kemampuan manusia yang di berikan oleh Allah Swt sejak
manusia di lahirkan ke dunia dan itu adalah anugrah.
-Setiap manusia memuliki panduan hati/suara hati yang cenderung menunjukkan untuk
melakukan kebaikan dan membantu sesama jika ada kesilitan
-Cara pandang holistik adalah sebuah cara pandang terhadap sesuatu yang dilakukan
dengan konsep pengakuan bahwa hal keseluruhan adalah sebuah kesatuan yang lebih
penting dari pada bagian-bagian yang membentuknya
- Jika kita membuat dunia sebagai pijakan dan akhirat sebagai produk maka kita akan
senantiasa melakukan hal baik dan membantu sesama karna tentunya kita mau
mendapatkan hasil yang buruk di akhirat nanti.
- Sebagai manusia kita harus kreatif agar kita bisa maju .
- Dalam kehidupan peduli dan santun sangatlah penting karna kita hidup didunia ini
tidaklah sendiri melainkan bermasyarakat jadi kita harus saling peduli dan
menghargai satusama lain untuk teciptanya kekeluargaan sesama ataaupun dengan
non muslim.
- Dengan meminimalisir pengaruh materi maka kehidupan kita tidak akan terpacu
hanya untuk dunia saja juga kita tidak akan merasa pelit untuk memberi dan
membantu oleh karenanya meminimalisir materi sangatlah penting untuk kehidupan
kita kelak di akhira juga untuk menjaga hubuangan antar manusia .
- Intuisi adalah kekuatan yang dengan cepat menyadari bahwa “sesuatu” itu adalah
kasusnya. Intuisi adalah kemampuan psikis yang dikenal sebagai firasat, atau
kemampuan untuk merasakan apa yang akan terjadi selanjutnya.
- Metafisika adalah suatu pengalaman singkat (immediate experience) tentang yang
nyata. Pengalaman singkat ini bentuknya menyerupai persepsi. Realitas mutlak dan
pngalaman melalui instuisi dapat di pahami secara langsung.
6. Dari uraian terdahulu dapat dikatakan bahwa Tuhan adalah hasil kreativitas umat
manusia. Ia adalah gagasan yang dibuat sebagai pemberi harapan,
motivasi, dan penangkal kesusahan hidup. Di samping itu, Tuhan adalah gagasan untuk
memperpendek proses berpikir terkait dengan belbagai hal yang tak terjangkau oleh
nalar manusia. Coba Anda gali lebih jauh teori-teori sosial dan wacana mengenai hal
tersebut. Tuangkan ke dalam esai pendek untuk kemudian didiskusikan di kelas.
Jawab:
*Dalam pandangan teisme, Tuhan merupakan pencipta sekaligus pengatur segala
kejadian di alam semesta. Menurut deisme, Tuhan merupakan pencipta alam semesta,
namun tidak ikut campur dalam kejadian di alam semesta. Menurut panteisme, Tuhan
merupakan alam semesta itu sendiri.
* Animisme adalah kepercayaan terhadap roh yang mendiami semua benda.
Dinamisme adalah kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan
yang dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam
mempertahankan hidup. Mereka percaya terhadap kekuatan gaib dan kekuatan itu dapat
menolong mereka. Totemisme adalah kepercayaan bahwa hewan tertentu dianggap suci
dan dipuja karena memiliki kekuatan supranatural
7. Keimanan seseorang bertingkat-tingkat dan mengalami pasang surut seperti sinyal
handphone. Ada kalanya seseorang dapat mencapai tingkat keimanan yang tinggi
seperti sinyal handphone yang baru dicharge, namun ada kalanya seseorang memiliki
keimanan yang rendah seperti baterai handphone yang ngedrop. Coba Anda lakukan
identifikasi gejala-gejala penurunan kadar spiritualitas! Apa faktor penyebabnya? Apa
dampaknya? Bagaimana mengembalikannya sehingga full-charging? Susun dalam
tabel, sajikan di forum diskusi kelas Anda!
Gejala Faktor Penyebab Dampak Cara Mengembalikan
Perilaku yang Karena lingkungan Tidak takut kepada Dengan selalu
semakin buruk yang kurang baik Allah sebagai berbuat baik dan
Tuhannya mengamalkan ajaran
Al-Qur’an
Jarang berbuat baik Karena Bermalas-malassan Menjaga ibadahnya
bahkan tidak perkembangan agara semakin baik
menjalankan zaman
kewajibannya(sholat)
Kurangnya Kesibukan Enggan melakukan Mampu mengurangi
kepedulian terhadap kewajibannya dan kesibukan dan
sesama ajaran-ajaran yang menambah waktu
diajarkan oleh Rosul sebesar mungkin
untuk Allah
8. Coba Anda berikan beberapa formulasi yang menunjukkan “kerja” konkret peniruan
akhlak Tuhan sekaligus menjadi sikap dan kontribusi Anda untuk perbaikan diri,
masyarakat, dan bangsa Anda!
Jawab:
- Menjadikan Asmaul Husna sebagai Pedoman
- Meneladani sikap Rosul
- Selalu berlaku jujur dalam setiap hal
- Rajin belajar memperluas ilmu agama
9. Bagaimana implementasi visi Ilahi, kebertuhanan, dan spiritualitas dalam lingkungan
akademik dan profesional? Anda harus merumuskan tanggung jawab akademik Anda
mengenai hal itu! Rumuskan dalam esai pendek! Komunikasi kepada teman-teman
Anda
Jawaban:
Lingkungan Akademik:
• membawa seseorang untuk berperilaku jujur setiap ujian
• membuat seseorang tidak mudah putus asa ketika apa yang dinginkan tidak tercapai
• membuat seseorang senantiasa bersabar dan bertawakal dalam setiap udaha dan
perjuangan
• membawa seseorang pada apa yang tidak diketahui dan pada apa yang mungkin
• membuat seseorang menghasratkan motivasi-motivasi yang lebih tinggi dan
membuatnya bertindak dengan motivasi-motivasi ini
• membuat seseorang mengetahui atau menemukan kedalaman atau arti penting dari
segala sesuatu
Lingkungan profesional:
• Membuat seseorang melakukan suatu pekerjaan semata-mata bukan hanya untuk
uang
• Membuat seseorang mau bekerja secara jujur dan adil
• Membuat seseorang senantiasa bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah
SUMBER:
• http://jimmygeneh.blogspot.co.id/2012/07/suara-hati-
sebagai-landasan-kecerdasan.html
• http://gkipi.org/spiritualitas-dan-panggilan-hidup/
• https://nofalliata.wordpress.com/agama-islam-dan-
sekte-sektenya/agama-dalam-perspektif-sosiologis-3/
• https://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat_ketuhanan
• https://moefarticles.wordpress.com/2011/01/04/seni-
sebagai-ekspresi-spiritualitas/
• http://merawatburung60.blogspot.co.id/2016/06/coba-
2-macam-terapi-ini-buat-kacer-yang_23.html
• http://lidotimaro.blogspot.co.id/2013/04/metafisika-
dan-aksiologi_14.html

Anda mungkin juga menyukai