Macracanthus) of Fish Meal Toward Energy Retention and Tiplapia Seeds
Macracanthus) of Fish Meal Toward Energy Retention and Tiplapia Seeds
2, November 2015
Abstract
Swanggi surimi waste can be processed into economically valuable source of protein through
chemical treatment processes produce crude protein content ranging from 51%. Results of high energy
retention and reduced feed conversion ratio of solid waste as a substitute swanggi fish surimi fish meal is
expected to optimize the growth of tilapia with lower feed prices, thereby reducing the high cost of feed
in aquaculture.
This study aims to determine the chemical silage substitution of solid waste swanggi fish
surimi (P. macracanthus) in fish meal. The experimental design completely randomized design (CRD)
with four treatments with five replications. The treatment used is the number of different proteins in each
feed rations. The main parameters are observed energy retention (%) and feed conversion ratio. Analysis
of data using analysis of variance (ANOVA) and followed Duncan's multiple range test.
These results indicate that substitution is chemically silage solid waste swanggi surimi fish in
fish meal provides highly significant effect (p <0.05) on the retention of energy and feed conversion ratio
tilapia fish. The average retention of the highest energy on a few observations are in treatment P3 (67,90a
± 0.86%) and the lowest at P0 (64,72b ± 1.17%). Average feed conversion ratio was lowest for the
treatment P3 (2,41c ± 0.028) and the highest pda P0 (2,50a ± 0.018).
Keywords : Solid wastes surimi , fishmeal , energy retention , feed conversion ratio
177
Substitusi Silase Secara Kimiawi......
masing-masing berukuran 20x40x30 cm dengan swanggi dan tepung ikan yang berbeda-beda
kapasitas volume 7 liter, selang berdiameter 0,5 dalam ransum, diberikan pada tingkat
mm dan 1,5 cm, batu aerasi, timbangan digital, pemberian lima persen dari biomassa.
penggaris, saringan, baskom, termometer, pH Akuarium disterilkan menggunakan
paper, ammonia tes kit dan dissolved oxygen tepol untuk menghilangkan sisa-sisa mikroba
(DO) kit, spuit. Pembuatan pakan digunakan dan jamur serta penyakit yang menempel pada
blender, timbangan listrik, mixer serta mesin dinding akuarium. Media pemeliharaan ikan
pencetak pelet. coba adalah air tawar yang sudah diendapkan
Bahan Penelitian dan diaerasi. Setiap akuarium diisi dengan
Bahan–bahan yang digunakan dalam dengan volume berkisar tujuh liter dengan padat
penelitian ini antara lain, benih ikan nila tebar enam ekor. Ikan nila diaklimitasi terlebih
(Oreochromis niloticus) dengan panjang rata- dahulu selama 30 menit sebelum dimasukan
rata antara 4 cm, bobot rata-rata 1,5 gr sebanyak kedalam akuarium untuk mencegah stres. Media
200 ekor yang diperoleh dari Lamongan. pemeliharaan benih kuras setiap hari hingga
Limbah ikan swangi diperoleh dari PT. Starfood 50% dan dilakukan penyiponan kotoran sisa
Internasional sedangkan asam propionat dan pakan dan feses.
asam formiat diperoleh dari Brata camp serta Pakan diberikan tiga kali dalam sehari
pakan buatan. pada pukul 09:00, 12:00 serta 15:00 WIB.
Metode Penelitian Jumlah pakan yang dikonsumsi dicatat setiap
Metode penelitian adalah eksperimental. hari. Pakan percobaan diberikan selama 40 hari.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini Kematian ikan selama penelitian dicatat. Ikan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) ditimbang setiap sepuluh hari.
dengan empat perlakuan dan lima ulangan. Parameter Penelitian
Perlakuan pada penelitian ini adalah Rasio konversi pakan dihitung
sebagai berikut: berdasarkan pendapat Djarijah (1995) sebagai
P0 : 40% tepung ikan + 0% tepung limbah berikut :
padat surimi (Kontrol)
P1 : 30% tepung ikan + 10% tepung limbah FCR = F
padat surimi (Wt + D) – W0
P2 : 20% tepung ikan + 20% tepung limbah Keterangan :
padat surimi FCR = Rasio konversi pakan
P3 : 10% tepung ikan + 30% tepung limbah F = Jumlah pakan yang dikonsumsi (g)
padat surimi Wt = Berat akhir penelitian (gr)
Prosedur Penelitian W0 = Berat awal penelitian (gr)
Limbah ikan swanggi dibersihkan lalu D = Bobot ikan yang mati selama penelitian
dikeringkan dan digiling. Asam formiat dan (gr)
propionat dengan perbandingan 1 :1 Retensi energi dalam tubuh ikan
ditambahkan sebanyak 4,5% (sesuai dengan dihitung sebagai berikut Djarijah (1995):
perlakuan Safitri, 2014) dari berat total bahan RE = ( Σ Et - Σ E0 ) x 100
mentah kemudian diaduk tiga sampai empat kali Bobot energi pakan
setiap hari selama empat hari, kemudian hari Keterangan :
kelima sampai ketujuh diaduk satu kali sehari. RE = Retensi energi.
Tahap berikutnya, dilakukan analisis proksimat. Σ Et = Jumlah energi tubuh ikan akhir
Semua bahan pakan diayak terlebih penelitian.
dahulu hingga halus, kemudian ditimbang Σ E0 = Jumlah energi tubuh ikan awal
sesuai dengan formulasi yang dikehendaki. penelitian.
Tahap berikutnya, dipindahkan pada wadah atau Parameter Penunjang
loyang lalu dikukus sampai 10 menit hingga Parameter penunjang yang diperiksa
menjadi adonan. Tahap berikutnya, dicetak pada penelitian ini adalah kualitas air yaitu:
dengan mesin pellet, kemudian dikeringkan suhu, pH dan oksigen terlarut yang dilakukan
dengan suhu 60 oC selama 24 jam dengan setiap sepuluh hari sekali.
menggunakan oven. Analisis Data
Pakan uji yang digunakan adalah pakan Data yang diperoleh, diolah dengan
buatan berbentuk pelet kering yang ukurannya menggunakan Analysis of Variance (ANAVA)
disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut ikan. dan dilanjutkan dengan uji Jarak Berganda
Ransum pakan antar perlakuan dihitung dengan Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) dengan
menggunakan metode bujur sangkar (pearson). taraf nyata α = 0,05 (Kusriningrum, 2008).
Pakan dengan jumlah limbah padat ikan
178
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No. 2, November 2015
Hasil dan Pembahasan berbeda nyata dengan P1. Rasio konversi pakan
Nilai retensi energi rata-rata benih ikan tertinggi pada perlakuan P0.
nila selama pemeliharaan 40 hari terdapat pada Parameter kualitas air yang dihitung
Tabel 1. selama penelitian adalah suhu, pH serta
dissolved oxygen (DO).
Tabel 1. Retensi energi benih ikan nila (O.
niloticus) selama 40 hari Tabel 3. Nilai kisaran kualitas air selama 40 hari
Retensi energi (%) ± Parameter kualitas air Nilai kisaran
Perlakuan
standar deviasi Suhu (oC) 28,7-29,9
P0 64,72b ± 1,17 pH (ppm) 7,8-8,2
P1 64,58b ± 1,07 DO (mg/l) 4,7-6,7
P2 65,79b ± 0,87 Sumber : Data pribadi
P3 67,90a ± 0,86
Retensi Energi
Keterangan : Nilai yang diikuti notasi huruf Retensi energi merupakan banyaknya
kecil yang berbeda energi pada pakan yang diberikan yang dapat
menunjukkan bahwa berbeda diserap atau dimanfaatkan untuk membangun
nyata pada taraf kepercayaan maupun memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak
95% (p<0,05). serta digunakan ikan untuk metabolisme sehari-
hari (Yudiarto dkk., 2012). Kusumawardhani
Hasil uji statistik menunjukan bahwa (2014) menambahkan bahwa retensi energi
substitusi tepung ikan dengan limbah padat adalah jumlah energi yang tersimpan dalam
surimi ikan swanggi berpengaruh nyata bentuk jaringan tubuh dengan jumlah konsumsi
(p<0,05) terhadap retensi energi benih ikan nila, energi yang terdapat dalam pakan. Yudiarto
dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan. dkk. (2012) mengatakan bahwa penggunaan
Nilai retensi energi tertinggi pada perlakuan P3 energi pada ikan dipengaruhi oleh jumlah pakan
berbeda nyata dengan P2, P1 dan P0, tetapi P2, yang dikonsumsi. Energi diperoleh dari
P1 dan P0 tidak berbeda nyata. Retensi energi perombakan ikatan kimia melalui proses reaksi
terendah pada perlakuan P0. oksidasi terhadap komponen pakan, yaitu
Rasio konversi pakan rata-rata benih protein, lemak dan karbohidrat menjadi
ikan lele selama pemeliharaan 40 hari disajikan senyawa yang lebih sederhana sehingga mampu
pada Tabel 2. diserap oleh tubuh.
Hasil penelitian ini menunjukkan
Tabel 2. Rasio konversi pakan benih ikan nila bahwa retensi energi tertinggi diperoleh pada
selama 40 hari perlakuan P3 (67,90%), sedangkan retensi
Transformasi energi terendah terdapat pada perlakuan P0
Rasio konversi
rasio konversi (64,72%). Substitusi limbah padat surimi ikan
Perlakuan pakan ±
pakan √y ± swanggi terhadap tepung ikan menunjukan
standar deviasi
standar deviasi tingkat retensi energi yang tinggi pada benih
P0 2,50a ± 0,018 1,58a ± 0,0057 ikan. Hal ini menunjukan bahwa limbah padat
a
P1 2,47 ± 0,036 1,57a ± 0,0115 surimi ikan swanggi merupakan sumber energi
b
P2 2,45 ± 0,008 1,57b ± 0,0026 yang tinggi sehingga energi tidak terpakai untuk
c
P3 2,41 ± 0,028 1,55c ± 0,0089 mensintesa protein dalam tubuh. Hal ini sesuai
Keterangan : Nilai yang diikuti notasi huruf pendapat Yudiarto dkk. (2012) bahwa semakin
kecil yang berbeda banyak protein yang dikatabolisme maka akan
menunjukkan bahwa berbeda meningkatkan energi untuk mengoksidasi
nyata pada taraf kepercayaan kelebihan asam amino.
95% (p<0,05). Pakan percobaan yang menghasilkan
nilai retensi energi terbaik diperoleh P3 (10%
Hasil uji statistik menunjukan bahwa tepung ikan dan 30% limbah padat surimi ikan
substitusi tepung ikan dengan limbah padat swanggi). Pada P3 diperoleh protein sebesar
surimi ikan swanggi berpengaruh nyata 31,162%. Hal ini sejalan dengan pendapat
(p<0,05) terhadap rasio konversi pakan benih Tawwab dkk. (2008) bahwa persyaratan protein
ikan nila (O. niloticus), dilanjutkan dengan uji untuk pakan ikan nila berkisar antara 20-56%.
jarak berganda Duncan. Nilai rasio konversi Haryati dkk. (2012) menambahkan apabila
pakan terendah pada perlakuan P3 berbeda kandungan protein dalam pakan tinggi, maka
nyata dengan P2, P1 dan P0, tetapi P0 tidak hanya sebagian yang akan diserap dan
digunakan untuk membentuk atau memperbaiki
179
Substitusi Silase Secara Kimiawi......
sel-sel tubuh yang rusak, sementara sisanya menurun dengan meningkatnya jumlah protein
akan dirubah menjadi energi. dalam pakan.
Abun dkk. (2004) mengatakan bahwa Limbah padat tepung surimi ikan
pengelohan limbah secara kimiawi swanggi dapat digunakan sebagai bahan baku
menggunakan asam organik menyebabkan pengganti (substitusi) tepung ikan karena
lemak dan protein dipecah menjadi struktur memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Nilai rasio
molekul yang lebih sederhana. Perubahan dari konversi pakan sebesar 2,41-2,50 menunjukan
senyawa komplek menjadi senyawa sederhana bahwa pemberian 2,41-2,50 gram pakan dapat
menyebabkan bahan pakan lebih mudah dicerna menghasilkan bobot tubuh ikan sebesar 1 gram.
dan diserap. Ahmadi dkk. (2012) menambahkan Pakan dengan jumlah kandungan limbah padat
bahwa adanya enzim pencernaan (enzim surumi ikan swanggi sebesar 30% dan tepung
protease, lipase dan amilase) dalam tubuh ikan ikan 10% (P3 dengan nilai rasio konversi pakan
meningkatkan daya cerna ikan terhadap pakan 2,41) menghasilkan retensi energi tertinggi, hal
sehingga memacu pertumbuhan ikan. ini menunjukan bahwa limbah padat surimi ikan
Dengan demikian dapat disimpulkan swanggi yang diolah secara kimiawi dapat
bahwa substitusi silase limbah padat surimi ikan dimanfaatkan oleh benih ikan nila.
swanggi dapat mengganti tepung ikan sebagai Suhu selama penelitian berkisar antara
sumber energi, karena limbah padat surimi ikan 28,7-29,9oC. Kisaran suhu ini layak dan
swanggi memiliki kandungan protein dan energi memenuhi persyaratan pemeliharaan ikan nila.
yang cukup tinggi dan masih sesuai dengan Nila pH selama penelitian berkisar antara 7,8-
kebutuhan benih ikan nila. 8,2 ppm. Kisaran pH ini layak memenuhi
Rasio Konversi Pakan persyaratan pemeliharaan ikan nila. Oksigen
Kusriani dkk. (2012) mengemukakan terlarut selama penelitian berkisar antara 4,7-6,7
bahwa rasio konversi pakan adalah mg/l. Kualitas air media masih dalam kisaran
perbandingan jumlah pakan yang diberikan yang normal untuk kualitas air pemeliharan
terhadap berat ikan akhir ditambah bobot total pada umumnya masih layak untuk budidaya
ikan yang mati dikurangi berat ikan awal atau (Irmasari, 2012).
pertambahan berat yang dihasilkan. Widiarto
dkk. (2012) mengemukakan besar kecilnya nilai Kesimpulan
rasio konversi pakan tidak hanya ditentukan Substitusi limbah padat surimi ikan
oleh jumlah pakan yang diberikan, melainkan swanggi secara kimiawi pada tepung ikan
juga dipengaruhi oleh bobot setiap ikan, umur, mampu meningkatkan retensi energi benih ikan
kualitas air dan cara pemberian pakan (kualitas, nila (O. niloticus) dengan kadar protein limbah
penempatan dan frekuensi pemberian pakan). padat surimi ikan swanggi 30% dan tepung ikan
Hasil penelitian menunjukkan 10% menghasilkan retensi energi sebesar
substitusi limbah padat tepung surimi ikan 67,90%. Substitusi limbah padat surimi ikan
swanggi terhadap tepung ikan menghasilkan swanggi secara kimiawi pada tepung ikan
nilai konversi pakan yang berbeda nyata. Nilai mampu menurunkan rasio konversi pakan benih
rasio konversi pakan teredah diperoleh P3 ikan nila (O. niloticus) kadar protein limbah
sebesar 2,41 dan tertingi pada P0 sebesar 2,50. padat surimi ikan swanggi 30% dan tepung ikan
Pada perlakuan ini P3 berbeda nyata dengan P0. 10% menghasilkan rasio konversi pakan sebesar
Rasio konversi pakan yang tinggi menunjukan 2,41. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
bahwa perlakuan yang diberikan tidak efisien, untuk menurunkan rasio konversi pakan pada
hal ini diduga bahwa limbah padat surimi ikan limbah padat surimi ikan swanggi.
swanggi yang diolah secara kimiawi lebih
mudah dicerna. Hasill ini sejalan dengan Daftar Pustaka
Agustono dkk. (2009) bahwa semakin tinggi Abun., D. Rusmana dan D. Saefulhadjar. 2004.
rasio konversi pakan menunjukan bahwa pakan Pengaruh Cara Pengolahan Limbah
yang dikonsumsi memiliki kualitas kurang Ikan Tuna (Thunus atlanticus)
bagus dan efisiensi pakan jelek. Pakan Terhadap Kandungan Gizi dan Nilai
percobaan yang menghasilkan rasio konversi Energi Metabolisme Pada Ayam
pakan terendah diperoleh P3 (10% tepung ikan Pedaging. Laporan Penelitian. Fakultas
dan 30% limbah padat surimi ikan swanggi). Pertenakan. Universitas Padjdjaran.
Pada P3 diperoleh protein sebesar 31,162%. Hal Padjadjaran. 45 hal.
ini sejalan dengan pendapat Jauncey (1982) dan Agustono., M. Hadi dan Y. Cahyoko. 2013.
De Silva et. al. disitir olaeh Tawwab dkk. Pemberian Tepung Limbah Udang
(2008) bahwa rasio konversi pakan akan Yang Difermentasi dalam Ransum
Pakan Buatan Terhadap Laju
180
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 7 No. 2, November 2015
181
Substitusi Silase Secara Kimiawi......
182