2). Kebijakan Perencanaan jumlah produksi mineral dan batubara dilakukan dengan
mempertimbangkan:
a. Prinsip transparansi, partisipatif dan bertanggung jawab
b. Pengutamaan kepentingan nasional dalam rangka menjamin pasokan kebutuhan mineral
dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sumber energi dalam negeri untuk jangka
waktu 50 tahun
c. Sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara
d. Data rencana dan realisasi produksi mineral dan batubara dari pemegang IUP Operasi
Produksi mineral dan Batubara, IUPK Operasi Produksi mineral dan batubara, Kontrak
Karya, dan Perjanjian Karya Pengusahaan Batubara
e. Data rencana dan realisasi kebutuhan mineral dan batubara dalam negeri
3). Arah Kebijakan Umum Pengelolaan Minerba :
1. Melaksanakan prioritas pemenuhan mineral dan batubara untuk kebutuhan dalam negeri
2. Memberikan kepastian dan transparansi didalam kegiatan pertambangan (regulasi pendukung
UU Minerba, sanksi pelanggaran ketentuan, dll)
3. Melaksanakan peningkatan pengawasan dan pembinaan
4. Mendorong peningkatan investasi dan penerimaan negara
5. Mendorong pengembangan nilai tambah produk komoditi hasil tambang (a.l. pengolahan,
pemurnian, local content, local expenditure, tenaga kerja dan CSR)
6. Mempertahankan kelestarian lingkungan melalui pengelolaan lingkungan, reklamasi dan
pascatambang.
1. Mendekatkan lokasi pabrik pengolahan dan pemurnian mineral ke sumber bahan baku
(resources base industry/approach). Hal ini juga mendukung program MP3EI, berupa
pengembangan Indonesia Timur.
2. Fasilitasi kerjasama pengolahan antara IUP OP Mineral dengan IUP OPK pengolahan dan
pemurnian. Dengan syarat IUP pemasok berstatus CnC.
3. Pemberian insentif fiskal :
a. Pihak pembangun smelter (dalam hal kerjasama) tidak dikenakan royalti bijih (royalti
dikenakan kepada Pemegang IUP OP)
b. Dalam hal kegiatan terintegrasi (hulu s.d hilir/pemurnian) :
Royalti dikenakan untuk produk akhir
PMA divestasi sebesar 40% (lebih kecil dibanding apabila kegiatannya di hulu
saja, sebesar 51%)
4. Melibatkan seluruh Kementerian/Lembaga terkait (termasuk lembaga keuangan/pembiayaan)
untuk mensukseskan kebijakan nasional (negara). Selama ini PNT sepertinya hanya tugas
KESDM dan Kemenperin saja.
5. Infrastruktur Energi :
a. Dibangun oleh PLN
b. Dibangun sendiri, dengan kelebihan listrik dijial ke PLN dengan mekanisme Business
to Business
c. Dibangun oleh Independent Power Producers (beli listrik)
6. Tahun 2017, tidak ada lagi produk hasil pengolahan yang diekspor.
9). Berdasarkan BP Statistical Review of World Energy 2014 : Cadangan Batubara Indonesia
Sebesar 3,1% Dari Total Cadangan Batubara Dunia, Amerika serikat 26,8 %, Ukraina 17,8 %,
China 12,6 %.
15). Kebijakan Pengutamaan Kebutuhan/Pasar Dalam Negeri/Lokal Minerba atau Kebijakan DMO
(Domestic Market Obligation):
1. Pengertian
2. Keuntungan
16). Maksud dan Tujuan Kebijakan Penyederhanaan Perizinan Minerba (Permen ESDM No.34 Tahun
2017):
1. Mendukung program Nawa Cita melalui perbaikan pelayanan perizinan pengelolaan
pertambangan agar lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah sehingga mendukung iklim
investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi;
2. Memangkas Birokrasi perizinan, sebagaimana Surat Sekjen ESDM No. 7307/04/SJN.R/2015
tanggal 1 Oktober 2015;
3. Percepatan menuju Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani di
Lingkungan DJMB dengan penataan peningkatan sistem Pelayanan Publik.
18). Regulasi di Sektor ESDM khususnya Bidang Mineral dan Batubara yang diterbitkan pada tahun 2018 yang
merupakan pengintegrasian berbagai regulasi bidang minerba :