Anda di halaman 1dari 4

RINGKASAN MATERI KEBIJAKAN PENGELOLAAN MINERBA

1). Kebijakan Pengendalian produksi mineral dan batubara bertujuan untuk:


a. Menjamin ketahanan energi nasional
b. Memenuhi daya dukung lingkungan
c. Melakukan konservasi sumber daya mineral dan batubara
d. Mengendalikan harga mineral nasional.

2). Kebijakan Perencanaan jumlah produksi mineral dan batubara dilakukan dengan
mempertimbangkan:
a. Prinsip transparansi, partisipatif dan bertanggung jawab
b. Pengutamaan kepentingan nasional dalam rangka menjamin pasokan kebutuhan mineral
dan batubara sebagai bahan baku dan/atau sumber energi dalam negeri untuk jangka
waktu 50 tahun
c. Sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara
d. Data rencana dan realisasi produksi mineral dan batubara dari pemegang IUP Operasi
Produksi mineral dan Batubara, IUPK Operasi Produksi mineral dan batubara, Kontrak
Karya, dan Perjanjian Karya Pengusahaan Batubara
e. Data rencana dan realisasi kebutuhan mineral dan batubara dalam negeri
3). Arah Kebijakan Umum Pengelolaan Minerba :
1. Melaksanakan prioritas pemenuhan mineral dan batubara untuk kebutuhan dalam negeri
2. Memberikan kepastian dan transparansi didalam kegiatan pertambangan (regulasi pendukung
UU Minerba, sanksi pelanggaran ketentuan, dll)
3. Melaksanakan peningkatan pengawasan dan pembinaan
4. Mendorong peningkatan investasi dan penerimaan negara
5. Mendorong pengembangan nilai tambah produk komoditi hasil tambang (a.l. pengolahan,
pemurnian, local content, local expenditure, tenaga kerja dan CSR)
6. Mempertahankan kelestarian lingkungan melalui pengelolaan lingkungan, reklamasi dan
pascatambang.

4). Arah Kebijakan Pemanfaatan Mineral :


1. Untuk menindaklanjuti PP No. 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas PP Nomor 23
Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara, telah
ditetapkan Permen ESDM No. 1 Tahun 2014 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral
Melalui Kegiatan Pengolahan dan Pemurnian Mineral di Dalam Negeri, yang pada intinya
mengatur batasan minimum pengolahan dan pemurnian mineral di dalam negeri.
2. Batasan minimum pengolahan dan pemurnian telah dikonsultasikan dengan perguruan tinggi,
lembaga penelitian, asosiasi pengusaha, dan kementerian serta lembaga terkait.
3. Komoditas mineral utama seperti nikel, bauksit, timah, emas, perak, dan kromium didorong
untuk dilakukan pemurnian karena sudah dilakukan pengolahan jauh sebelum UU No. 4 Tahun
2009 diterbitkan, untuk mendorong industri berbasis mineral dalam negeri dan tidak ada
produk intermediate.
4. Hasil pengolahan dalam bentuk konsentrat tembaga, pasir besi, bijih besi, seng, timbal, dan
mangan diperbolehkan dijual ke luar negeri sampai fasilitas pemurnian selesai paling lambat 3
(tiga) tahun sejak Permen ESDM No. 1 Tahun 2014 diundangkan.

5). Arah Kebijakan Pemanfaatan Batubara :


1. Prioritas batubara sebagai sumber energi
2. Konservasi dan pertambangan sesuai kaidah yang baik dengan memperhatikan lingkungan
hidup
3. Peningkatan kegiatan eksplorasi batubara untuk tambang terbuka dan tambang bawah tanah.
4. Peningkatan peran batubara dalam bauran energi nasional
5. Jaminan pasokan batubara untuk kebutuhan dalam negeri
6. Pembuatan cadangan penyangga batubara dalam bentuk pencadangan negara maupun dalam
stockpile.
7. Pembangunan infrastruktur batubara mendukung jaminan pasokan dan cadangan penyangga
batubara
8. Peningkatan nilai tambah batubara untuk gasifikasi dan liquifaction.
9. Penetapan Harga Patokan Batubara terutama untuk penggunaan batubara di dalam negeri.
10. Peningkatan kemampuan teknologi penambangan dan pemanfaatan batubara.
11. Alokasi penggunaan batubara yang optimal disesuaikan dengan kualitas dan lokasi sumber
daya batubara.

6). Kegiatan Peningkatan Nilai Tambah batubara:

7). Tantangan Pelaksanaan Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Minerba :


1. Keuangan : Resiko tinggi, Modal insentif.
2. Sumber Energi dan Air: Pembangkit Listrik dan Air yang memadai.
3. Infrastruktur: Pelabuhan, Jalan dan Lahan.
4. Penyediaan Material: Keamanan Pasokan Material.

8). Strategi Hilirisasi Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Minerba :

1. Mendekatkan lokasi pabrik pengolahan dan pemurnian mineral ke sumber bahan baku
(resources base industry/approach). Hal ini juga mendukung program MP3EI, berupa
pengembangan Indonesia Timur.
2. Fasilitasi kerjasama pengolahan antara IUP OP Mineral dengan IUP OPK pengolahan dan
pemurnian. Dengan syarat IUP pemasok berstatus CnC.
3. Pemberian insentif fiskal :
a. Pihak pembangun smelter (dalam hal kerjasama) tidak dikenakan royalti bijih (royalti
dikenakan kepada Pemegang IUP OP)
b. Dalam hal kegiatan terintegrasi (hulu s.d hilir/pemurnian) :
 Royalti dikenakan untuk produk akhir
 PMA divestasi sebesar 40% (lebih kecil dibanding apabila kegiatannya di hulu
saja, sebesar 51%)
4. Melibatkan seluruh Kementerian/Lembaga terkait (termasuk lembaga keuangan/pembiayaan)
untuk mensukseskan kebijakan nasional (negara). Selama ini PNT sepertinya hanya tugas
KESDM dan Kemenperin saja.
5. Infrastruktur Energi :
a. Dibangun oleh PLN
b. Dibangun sendiri, dengan kelebihan listrik dijial ke PLN dengan mekanisme Business
to Business
c. Dibangun oleh Independent Power Producers (beli listrik)
6. Tahun 2017, tidak ada lagi produk hasil pengolahan yang diekspor.

9). Berdasarkan BP Statistical Review of World Energy 2014 : Cadangan Batubara Indonesia
Sebesar 3,1% Dari Total Cadangan Batubara Dunia, Amerika serikat 26,8 %, Ukraina 17,8 %,
China 12,6 %.

10). Tujuan Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Mineral :


1. Meningkatkan dan mengoptimalkan nilai bahan tambang
2. Tersedianya bahan baku industri
3. Penyerapan tenaga kerja
4. Peningkatan penerimaan Negara.

11). Komoditas Yang Wajib Ditingkatkan Nilai tambahnya:


1. Sumberdaya/cadangan tersedia dalam jumlah besar
2. Teknologi telah tersedia dan teruji secara komersial (proven)
3. Untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri
4. Berpeluang untuk diekspor
5. Mampu berperan sebagai substitusi barang/material impor
6. Mengandung mineral ikutan yang sangat berharga, seperti keberadaan tanah jarang sebagai
mineral ikutan pada komoditas tertentu.
12). Berasal dari kata conservation (conserve) yang berarti menjaga agar bermanfaat, tidak
punah/lenyap atau merugikan
Konservasi bahan galian merupakan bagian kebijakan pengelolaan bahan galian yang
difokuskan pada optimalisasi manfaat dan minimalisasi dampak negatif usaha pertambangan
dengan menjaga kelestarian fungsi lingkungan. (Pengertian).

13). Kebijakan Konservasi Sumberdaya Minerba Bertujuan :


untuk mengupayakan terwujudnya pemanfaatan mineral dan batubara secara bijak, optimal dan
mencegah pemborosan dengan sasaran untuk menjamin manfaat pertambangan mineral dan
batubara secara berkelanjutan (Suhendar, 2010).
Implementasinya berupa:
 Terdatanya seluruh sumber daya mineral dan batubara
 Termanfaatkannya cadangan mineral dan batubara secara optimal
 Menjamin tersedianya mineral dan batubara jangka panjang

14). Prinsip Kebijakan Konservasi Sumber Daya Minerba:


1. Pendataan sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara sesuai ketentuan yang berlaku
2. Penambangan yang optimum dan sesuai GMP
3. Penggunaan metode dan teknologi pengolahan dan pemurnian yang efektif dan efisien
4. Pengelolaan dan/atau pemanfaatan cadangan marginal, mineral kadar rendah, dan mineral
ikutan serta batubara kualitas rendah
5. Pendataan sumberdaya dan cadangan mineral dan batubara yang tidak tertambang serta sisa
pengolahan dan pemurnian

15). Kebijakan Pengutamaan Kebutuhan/Pasar Dalam Negeri/Lokal Minerba atau Kebijakan DMO
(Domestic Market Obligation):
1. Pengertian
2. Keuntungan

16). Maksud dan Tujuan Kebijakan Penyederhanaan Perizinan Minerba (Permen ESDM No.34 Tahun
2017):
1. Mendukung program Nawa Cita melalui perbaikan pelayanan perizinan pengelolaan
pertambangan agar lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah sehingga mendukung iklim
investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi;
2. Memangkas Birokrasi perizinan, sebagaimana Surat Sekjen ESDM No. 7307/04/SJN.R/2015
tanggal 1 Oktober 2015;
3. Percepatan menuju Wilayah Bebas Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani di
Lingkungan DJMB dengan penataan peningkatan sistem Pelayanan Publik.

17). Bentuk Kebijakan Penyederhanaan Perizinan Minerba:


1. Penghapusan Izin
2. Penggabungan Izin
3. Pengurangan Persyaratan
4. Pengurangan Waktu
5. Pemotongan Birokrasi

18). Regulasi di Sektor ESDM khususnya Bidang Mineral dan Batubara yang diterbitkan pada tahun 2018 yang
merupakan pengintegrasian berbagai regulasi bidang minerba :

1. Permen ESDM No.11 tahun 2018 tentang

2. Permen ESDM No.25 tahun 2018 tentang

3. Permen ESDM No. 26 tahun 2018 tentang

Anda mungkin juga menyukai