Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587

e-ISSN:2549-7863

Nilai Ekologis Ekosistem Hutan Mangrove

Siti Julaikha1, Lita Sumiyati1


1
Mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan IPA Universitas Mataram
Email : julaikha@gmail.com

Abstrak

Mangrove mempunyai peranan nilai ekologis yang sangat penting dalam mendukung
konservasi laut dan pembangunan wilayah pesisir. Fungsi dan manfaat mangrove telah banyak
diketahui, baik sebagai tempat pemijahan ikan di perairan, pelindung daratan dari abrasi oleh
ombak, pelindung daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi air laut ke daratan dan kandungan
logam berat yang berbahaya bagi kehidupan, tempat singgah migrasi burung, dan sebagai habitat
satwa liar serta manfaat langsung lainnya bagi manusia. Teknik pengumpulan data dalam
panelitian ini yaitu studi kepustakaan, yang merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan
menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar ataupun
elektronik, dalam hal ini berupa analisis artikel dari berbagai sumber jurnal (Internasional &
Nasional) kemudian dianalisis secara deskriptif.

kata kunci: Ekologis, Ekosistem, dan Hutan Mangrove.

Abstract
Mangrove has a very important ecological value role in supporting marine conservation
and coastal area development. The functions and benefits of mangroves have been widely
known, both as a spawning ground for fish in waters, land protection from abrasion by waves,
land-covering from the wind, intrusion of seawater into land and heavy metal contents harmful to
life, bird migration shelter, and as a wildlife habitat as well as other direct benefits to humans.
The technique of collecting data in this research is literature study, which is a technique of
collecting data by collecting and analyzing documents, either written documents, drawings or
electronic, in this case in the form of article analysis from various sources of journals
(International & National) then analyzed in descriptive.

Keywords: Ecological, Ecosystem, and Mangrove Forest.

23
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

I. Pendahuluan berkernbang) berjalan dengan tidak


Hutan mangrove adalah tipe hutan berlandaskan pada informasi (data) ilmiah
yang khas terdapat di sepanjang pantai atau yang bersifat komprehensif, sehingga
muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang banyak hutan mangrove menurun
surut air laut.Mangrove tumbuh pada pantai- kualitasnya bahkan hilang sama sekali.
pantai yang terlindung atau pantai-pantai Oleh karena itu, masalah yang sangat
yang datar, biasanya di sepanjang sisi pulau penting sehubungan dengan hutan mangrove
yang terlindung dari angin atau di belakang adalah ketidakterarahan dan kelangkaan
terumbu karang di lepas pantai yang data (Kusmana, 1993; Burbridge dan
terlindung (Nontji, 1987; Nybakken, 1992). Koesoebiono, 1980).
Ekosistem hutan mangrove bersifat Sebagai daerah peralihan antara laut
kompleks dan dinamis, namun labil. dan darat, ekosistem mangrove mempunyai
Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di gradien sifat lingkungan yang tajam.Pasang
samping dipenuhi oleh vegetasi mangrove, surut air laut menyebabkan terjadinya
juga merupakan habitat berbagai satwa dan fluktuasi beberapa faktor lingkungan yang
biota perairan.Jenis tanah yang berada di besar, terutama suhu dan salinitas.Oleh
bawahnya termasuk tanah perkembangan karena itu, jenis-jenis tumbuhan dan
muda (saline young soil) yang mempunyai binatang yang memiliki toleransi yang besar
kandungan liat yang tinggi dengan nilai terhadap perubahan ekstrim faktorfaktor
kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation tersebutlah yang dapat bertahan dan
yang tinggi.Kandungan bahan organik, total berkembang. Kenyataan ini menyebabkan
nitrogen, dan ammonium termasuk kategori keanekaragaman jenis biota mangrove kecil,
sedang pada bagian yang dekat laut dan akan tetapi kepadatan populasi masing-
tinggi pada bagian arah daratan (Kusmana, masing umumnya besar (Kartawinata et al.,
1994). 1979). Karena berada di perbatasan antara
Saat ini luas hutan mangrove di darat dan laut, maka hutan mangrove
dunia adalah sekitar 17 juta ha (ISME, merupakan ekosistem yang rumit dan
1991), yang mana sekitar 3,7 juta ha (22% mempunyai kaitan, baik dengan ekosistem
IURS areal) terdapat di Indonesia darat maupun lepas pantai. Mangrove di
(Soerianegara dan Kusmana, 1993). Indonesia mempunyai keragaman jenis yang
Akibat pesatnya laju aktivitas tinggi yaitu memiliki 89 jenis tumbuhan
pembangunan di berbagai sektor dan laju yang terdiri dari 35 jenis pohon, 5 jenis
pertambahan penduduk, terutama di negara- terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis
negara sedang berkembang di daerah epifit, dan 2 jenis parasit (Nontji, 1987).
tropika, di masa datang luas hutan mangrove Untuk menjamin kelestarian
diduga akan semakin menyusut. Walaupun produksi &an fungsi ekologi ekosistem
peranan penting hutan mangrove dalam hutan mangrove, rangkaian penelitian
ekosistem pantai sudah diketahui secara ekologi hutan mangrove sangat diperlukan
luas, namun pemanfaatan hutan mangrove karena data ekologi merupakan data dasar
(khususnya di negara-negara sedang untuk pengelolaan sumberdaya secara

24
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

lestari. Hal ini di sebabkan karena tanpa mangrove tersebut. Saat ini, pengertian
pengetahuan ekologi, aksi-aksi pengelolaan mangrove yang berasal dari bahasa
sumberdaya tidak hanya terbatas, tetapi Inggrislah yang banyak digunakan oleh
juga kurang efisien dan efektif. Oleh karena kalangan para peneliti dan pemerhati
itu untuk kepentingan pengelolaan mangrove bahkan oleh khalayak umum.
sumberdaya mangrove yang berkelanjutan, Dengan demikian hutan mangrove adalah
suatu program penelitian ekologi hutan hutan yang dipengaruhi oleh pasang-surut
mangrove yang bersifat komprehensif sangat air laut. Pengertian mangrove berkembang
diperlukan. terus dari waktu ke waktu, sehingga
dewasa ini yang dimaksud dengan sumber-
II. Bahan dan Metode daya mangrove adalah (Saenger et al,1983):
1. Satu atau lebih tumbuhan khas
Teknik yang dilakukan untuk
mangrove (exlusive mangrove) yang
mengumpulkan data pada dalam panelitian
hanya tumbuh di habitat mangrove,
ini yaitu melakukan studi kepustakaan, yang
2. Satu atau lebih tumbuhan yang
merupakan suatu teknik pengumpulan data
berasosinsi dengan tumbuhan khas
dengan menghimpun dan menganalisis
mangrove, tetapi tumbuhan tersebut
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis,
hidupnya tidak terbatas di mangrove,
gambar ataupun elektronik, dalam hal ini
3. Biota (hewan) darat clan laut yang
berupa analisis artikel dari berbagai sumber
berasosiasi dengan habitat mangrove; dan
jurnal (Internasional & Nasional) dengan
4. Berbagai proses esensial yang berperan
menggunakan kata kunci Ekologis,
penting dalarn memelihara kelestarian
Ekosistem, dan Hutan Mangrove.Analisis
fungsi hutan mangrove.
data dilakukan secara deskriptif.
B. Sifat Viviparitas Dan Sistem
A. Keterangan Global, Ekosistem Hutan Perakaran
Mangrove Beberaps species mangrove
memperlihatkan sifat viviparitas (biji
Batasan Hutan Mangrove Kata
sudah berkecambah selagi buah masih
mangrove merupakan kombinasi antara
menernpel pada ranting). Semua anggota
bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggis
dari suku Rhizophoraceae, Avicennin sp.
grove (Macnae, 1968). Dalam bahasa Inwis
(Verbenaceac), dan Aegiceros
kata mangrovedigunakan baik untuk
corniculatum(Myrsinaceae) memperlihatkan
komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah
vivipritas ini. Menurut Chapman (1975),
jangkauan pasang- surut maupun untuk
terdapat tujuh sistem perakaran utama
individu-individu species tumbuhan yang
mangrove, yaitu :
menyusun komunitas tersebut. Sedangkan
1. Sistem perakaran sederhana yang timbul
dalam bahasaPortugis kata mangrove
tenggelam dalam tanah, Lumnitzera sp,
digunakan untuk menyatakan individu
2. Sistem akar lutut, misal Bruguera spp.,
species tumbuhan, sedangkan kata mangal
untuk menyatakan komunitas tumbuhan

25
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

3. Akar dorsal yang tumbuh ke atas yang (Departemen Kehutanan, 2004), namun
bertumpu pada akar horizontal, misal tingkat keberhasilannya masih sangat
Catnptostetnon spp., rendah.Data ini menunjukkan laju
4. Sistem perakaran horizontal yang rehabilitasi hutan mangrove hanya sekitar
berupa banir, misal Xylocarpus spp., 1.973 ha/tahun.Di samping itu, masyarakat
5. Akar pasak, misal Avicennia spp., juga tidak sepenuhnya terlibat dalam upaya
6. Akar pasak yang memproduksi rehabilitasi mangrove, dan bahkan
pnemathoda terminal, misal dilaporkan adanya kecenderungan gangguan
Laguncltlnria sp.; dan terhadap tanaman mengingat perbedaan
7. Akar tunjang, misal Rhizosphora spp. kepentingan.

C. Kondisi Mangrove Saat Ini III. PERANAN EKOLOGIS MANGROVE


Kondisi Umum di Indonesia A. Mangrove dan Tsunami
Tekanan yang berlebihan terhadap kawasan Fungsi dan manfaat mangrove telah
hutan mangrove untuk berbagai kepentingan banyak diketahui, baik sebagai tempat
tanpa mengindahkan kaidah-kaidah pemijahan ikan di perairan, pelindung
pelestarian alam telah mengakibatkan daratan dari abrasi oleh ombak, pelindung
terjadinya penurunan luas hutan mangrove daratan dari tiupan angin, penyaring intrusi
yang cukup drastis. Berdasarkan data tahun air laut ke daratan dan kandungan logam
1984, Indonesia memiliki mangrove dalam berat yang berbahaya bagi kehidupan,
kawasan hutan seluas 4,25 juta ha, kemudian tempat singgah migrasi burung, dan sebagai
berdasar hasil interpretasi citra landsat habitat satwa liar serta manfaat langsung
(1992) luasnya tersisa 3,812 juta ha (Ditjen lainnya bagi manusia. Musibah gempa dan
INTAG dalam Martodiwirjo, 1994); dan ombak besar tsunami yang melanda
berdasarkan data Ditjen RRL (1999), luas Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan
hutan mangrove Indonesia tinggal 9,2 juta Pulau Nias akhir tahun 2004 yang lalu telah
ha (3,7 juta ha dalam kawasan hutan dan 5,5 mengingatkan kembali betapa pentingnya
juta ha di luar kawasan). Namun demikian, mangrove dan hutan pantai bagi
lebih dari setengah hutan mangrove yang perlindungan pantai. Berdasar karakteristik
ada (57,6 %), ternyata dalam kondisi rusak wilayahnya, pantai di sekitar kota Padang
parah, di antaranya 1,6 juta ha dalam pun masih merupakan alur yang sama
kawasan hutan dan 3,7 juta ha di luar sebagai alur rawan gempa tsunami.
kawasan hutan. Kecepatan kerusakan Dilaporkan bahwa pada wilayah yang
mangrove mencapai 530.000 ha/th. Upaya memiliki mangrove dan hutan pantai relatif
merehabilitasi daerah pesisir pantai dengan baik, cenderung kurang terkena dampak
penanaman jenis mangrove sebenarnya gelombang tersebut. Hasil penelitian
sudah dimulai sejak tahun sembilan- menunjukkan bahwa ketebalan mangrove
puluhan.Data penanaman mangrove oleh selebar 200 m dengan kerapatan 30
Departemen Kehutanan selama tahun 1999 pohon/100 m2 dengan diameter batang 15
hingga 2003 baru terealisasi seluas 7.890 ha cm dapat meredam sekitar 50% energi
26
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

gelombang tsunami (Harada dan Fumihiko, mm/th (dominasi Rhizophora apiculata); 6,0
2003 dalam Diposaptono, 2005). kg/m2/th atau 4,3 mm/th (bekas tambak);
Gelombang laut setinggi 1,09 m di Teluk dan 8,5 kg/m2 /th atau 6,0 mm/th (mangrove
Grajagan, Banyuwangi dengan energi campuran). Dengan demikian, rata-rata
gelombang sebesar 1.493,33 Joule tereduksi akumulasi tanah pada mangrove Suwung
gelombangnya oleh hutan mangrove 12,6 kg/m2/th atau 9 mm/th, sedang
menjadi 0,73 m (Pratikno et al., 2002). mangrove Gili Sulat 8,5 kg/m2/th atau 6,0
Hasil penelitian Istiyanto et al. (2003) mm/th. Data lain menunjukkan adanya
yang merupakan pengujian model di kecenderungan terjadinya pengendapan
laboratorium antara lain menyimpulkan tanah setebal antara 6 sampai 15 mm/ha/th
bahwa rumpun bakau (Rhizophora spp.) atas kehadiran mangrove. Informasi
memantulkan, meneruskan, dan menyerap semacam ini sangat diperlukan guna
energi gelombang tsunami yang diwujudkan mengantisipasi permasalahan sosial atas
dalam perubahan tinggi gelombang tsunami lahan timbul di kemudian hari.
melalui rumpun tersebut. Hasil-hasil
tersebut menunjukkan bahwa keberadaan C. Mangrove dan Siklus Hara
mangrove di sepanjang pantai dapat
Penelitian tentang gugur daun telah
memperkecil efek gelombang tsunami yang
cukup banyak dilakukan. Hasil pengamatan
menerjang pantai. Mazda dan Wolanski
produksi serasah di Talidendang Besar,
(1997) serta Mazda dan Magi (1997)
Sumatera Timur oleh Kusmana et al. (1995)
menambahkan bahwa vegetasi mangrove,
menunjukkan bahwa jenis Bruguierra
terutama perakarannya dapat meredam
parviflora sebesar 1.267 g/m2/th, B.
energi gelombang dengan cara menurunkan
sexangula 1.269 g/m2/th, dan 1.096 g/m2/th
tinggi gelombang saat melalui mangrove.
untuk komunitas B. sexangula-Nypa
fruticans. Pengamatan Khairijon (1999) di
B. Mangrove dan Sedimentasi hutan mangrove Pangkalan Batang,
Hutan mangrove mampu mengikat Bengkalis, Riau, menghasilkan 5,87
sedimen yang terlarut dari sungai dan g/0,25m2/minggu daun dan ranting R.
memperkecil erosi atau abrasi pantai.Erosi mucronata atau setara dengan 1.221 g/m2/th
di pantai Marunda, Jakarta yang tidak dan 2,30 g/0,25m2/minggu daun dan ranting
bermangrove selama dua bulan mencapai 2 Avicennia marina atau setara dengan 478,4
m, sementara yang berbakau hanya 1 m g/m2/th, dan cenderung membesar ke arah
(Sediadi, 1991). Dalam kaitannya dengan garis pantai. Hasil pengamatan Halidah
kecepatan pengendapan tanah di hutan (2000) di Sinjai, Sulawesi Selatan
mangrove, Anwar (1998) dengan menginformasi-kan adanya perbedaan
mengambil lokasi penelitian di Suwung Bali produksi serasah berdasar usia tanamannya.
dan Gili Sulat Lombok, menginformasikan R. mucronata 8 tahun (12,75 ton/ha/th),
laju akumulasi tanah adalah 20,6 kg/m2 /th kemudian 10 tahun (11,68 ton/ha/th), dan 9
atau setara dengan 14,7 mm/th (dominasi tahun (10,09 ton/ha/th), dengan laju
Sonneratia alba); 9,0 kg/m2/th atau 6,4 pelapukan 74%/60 hr (tegakan 8 th); 96%/60

27
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

hr (tegakan 9 th), dan 96,5%/60 hr (tegakan wilayah Semarang dan Pekalongan, Jawa
10 th). Hasil pengamatan di luar pun Tengah sudah terintrusi pada jarak 1 km.
memperoleh data produksi berkisar antara 5-
17 ton daun kering/ha/th (Bunt, 1978;
Sasekumar dan Loi, 1983; Boonruang, 1984;
dan Leach dan Burkin, 1985). Sukardjo
(1995) menambahkan hasil pengamatan
guguran serasahnya sebesar 13,08 ton/ha/th,
yang setara dengan penyumbangan 2 kg
P/ha/th dan 148 kg N/ha/th. Nilai ini sangat
berarti bagi sumbangan unsur hara bagi flora
dan fauna yang hidup di derah tersebut
maupun kaitannya dengan perputaran hara
dalam ekosistem mangrove. D. Mangrove
dan Produktivitas Perikanan Kebijakan
pemerintah dalam menggalakkan komoditi
ekspor udang, telah turut andil dalam
merubah sistem pertambakan yang ada
dalam wilayah kawasan hutan. Empang parit
yang semula digarap oleh penggarap tambak
petani setempat, berangsur beralih
“kepemilikannya” ke pemilik modal, serta E. Mangrove dan Keanekaragaman
merubah menjadi tambak intensif yang tidak Hayati
berhutan lagi (Bratamihardja, 1991). Mangrove juga memiliki fungsi
Ketentuan jalur hijau dengan lebar 130 x ekologis sebagai habitat berbagai jenis satwa
nilai rata-rata perbedaan pasang tertinggi liar.Keanekaragaman fauna di hutan
dan terendah tahunan (Keppres No. mangrove cukup tinggi, secara garis besar
32/1990) berangsur terabaikan. dapat dibagi dua kelompok, yaitu fauna
akuatik seperti ikan, udang, kerang, dan
D. Mangrove dan Intrusi Air Laut lainnya serta kelompok terestrial seperti
Mangrove juga mampu dalam insekta, reptilia, amphibia, mamalia, dan
menekan laju intrusi air laut ke arah burung (Nirarita et al., 996).
daratan.Hasil penelitian Sukresno dan Hutan mangrove juga sebagai habitat
Anwar (1999) terhadap air sumur pada beberapa jenis burung yang dilindungi
berbagai jarak dari pantai menggambarkan seperti pecuk ular (Anhinga melanogaster),
bahwa kondisi air pada jarak 1 km untuk bintayung (Freagata andrewsi), kuntul
wilayah Pemalang dan Jepara dengan perak kecil (Egretta garzetta), kowak merah
kondisi mangrove-nya yang relatif baik, (Nycticorax caledonicus), bangau tongtong
masih tergolong baik, sementara pada (Leptoptilos javanicus), ibis hitam (Plegadis
falcinellus), bangau hitam (Ciconia

28
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

episcopus), burung duit (Vanellus indicus), Hasil penelitian Martosubroto dan


trinil tutul (Tringa guitifer), blekek asia Naamin (1979) dalam Dit.Bina Pesisir
(Limnodromus semipalmatus), gegajahan (2004) menunjukkan adanya hubungan yang
besar (Numenius arquata), dan trulek lidi signifikan antara luasan kawasan mangrove
(Himantopus himantopus) (Sutedja dan dengan produksi perikanan budidaya.
Indrabrata, 1992). Jenis-jenis burung Egretta Semakin meningkatnya luasan kawasan
eulophotes, kuntul perak (E. intermedia), mangrove maka produksi perikanan pun
kuntul putih besar (E. alba), bluwok (Ibis turut meningkat dengan membentuk
cinereus), dan cangak laut (Ardea persamaan Y = 0,06 + 0,15 X; Y merupakan
sumatrana) juga mencari makan di dekat produksi tangkapan dalam ton/th, sedangkan
hutan mangrove (Whitten et al., 1988). X merupakan luasan mangrove dalam ha.
Hasil penelitian lain yang berkaitan
dengan ekonomi menunjukkan bahwa
pembuatan 1 ha tambak ikan pada hutan
mangrove alam akan menghasilkan
ikan/udang sebayak 287 kg/tahun, namun
dengan hilangnya setiap 1 ha hutan
mangrove akan mengakibatkan kerugian 480
kg ikan dan udang di lepas pantai per
tahunnya (Turner, 1977).

G. Mangrove dan Kesehatan


F. Mangrove dan Produktivitas Rusminarto et al. (1984) dalam
pengamatannya di areal hutan mangrove di
Perikanan
Tanjung Karawang menjumpai 9 jenis
Kebijakan pemerintah dalam nyamuk yang berada di areal
menggalakkan komoditi ekspor udang, telah tersebut.Dilaporkan bahwa nyamuk
turut andil dalam merubah sistem Anopheles sp., nyamuk jenis vektor penyakit
pertambakan yang ada dalam wilayah malaria, ternyata makin meningkat
kawasan hutan. Empang parit yang semula populasinya seiring dengan makin
digarap oleh penggarap tambak petani terbukanya pertambakan dalam areal
setempat, berangsur beralih mangrove.
“kepemilikannya” ke pemilik modal, serta Hal ini kemungkinan meningkatnya
merubah menjadi tambak intensif yang tidak penularan malaria dengan makin terbukanya
berhutan lagi (Bratamihardja, 1991). areal-areal pertambakan perikanan. Kajian
Ketentuan jalur hijau dengan lebar 130 x lain yang berkaitan dengan polutan,
nilai rata-rata perbedaan pasang tertinggi dilaporkan oleh Gunawan dan Anwar (2005)
dan terendah tahunan (Keppres No. yang menemukan bahwa tambak tanpa
32/1990) berangsur terabaikan. mangrove mengandung bahan pencemar
berbahaya merkuri (Hg) 16 kali lebih tinggi

29
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

dari perairan hutan mangrove alami dan 14 Anwar, C. 2005. Wanamina, Alternatif
kali lebih tinggi dari tambak yang masih Pengelolaan Kawasan Mangrove
bermangrove (silvofishery). Saat ini sedang Berbasis Masyarakat. Prosiding
Ekspose Hasil Penelitian Pemanfaatan
diteliti, di mana kandungan merkuri diserap
Jasa Hutan dan Non Kayu Berbasis
(pohon mangrove, biota dasar perairan, atau Masyarakat sebagai Solusi Peningkatan
pun ikan). Produktivitas dan Pelestarian Hutan,
Cisarua, 12 Desember 2003: 21-26.
IV. Kesimpulan Dan Saran
Bratamihardja, H. M. 1991. Pengelolaan
Mangrove mempunyai peranan nilai Hutan Payau di Pantai Utara Pulau
ekologis yang sangat penting dalam Jawa. Prosidings Seminar IV,
mendukung konservasi laut dan Ekosistem Mangrove, Bandar
pembangunan wilayah pesisir. Oleh karena Lampung, 7- 9 Agustus 1990: 59-63.
itu, kegiatan rehabilitasi menjadi sangat
prioritas sebelum dampak negatif dari Bratamihardja, H. M. 1991. Pengelolaan
Hutan Payau di Pantai Utara Pulau
hilangnya mangrove ini meluas dan tidak
Jawa. Prosidings Seminar IV, Ekosistem
dapat diatasi (tsunami, abrasi, intrusi, Mangrove, Bandar Lampung, 7- 9
pencemaran, dan penyebaran penyakit). Agustus 1990: 59-63. Program MAB
Dalam merehabilitasi mangrove Indonesia – LIPI. Jakarta.
seluas 18.405 ha areal mangrove disuatu
daerah yang diperlukan adalah master plan Chiril. A., Gunawan. H. 2007. Peranan
yang disusun berdasarkan data obyektif ekologis dan social ekonomis hutan
mangrove dalam mendukung
kondisi biofisik dan sosial.Untuk keperluan
pembangunan wilayah pesisir. Prosiding
ini, Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Ekspose Hasil-Hasil Penelitian, 2007
Alam dapat memberikan kontribusi dalam
penyusunan master plan dan studi Departemen Kehutanan. 2004 Statistik
kelayakannya.Dalam hal rehabilitasi Kehutanan Indonesia, Frorestry Statistics
mangrove, ketentuan green belt perlu of Indonesia 2003. Badan Planologi
dipenuhi agar ekosistem mangrove yang Kehutanan, Departemen Kehutanan,
Jakarta.
terbangun dapat memberikan fungsinya
secara optimal (mengantisipasi bencana Gunawan, H. 2000. Desentralisasi :
tsunami, peningkatan produktivitas ikan Ancaman dan Harapan Bagi
tangkapan serta penyerapan polutan Masyarakat Adat (Studi Kasus
perairan). Masyarakat Adat Cerekang di
Kabupaten Luwu Timur, Provinsi
Sulawesi Selatan). CIFOR. Bogor.
Daftar Pustaka
Aksornokea.1993. Mangrove Of Thailand: Istiyanto, D.C., S.K. Utomo, dan Suranto.
Present Status Of Conservation Use and 2003. Pengaruh Rumpun Bakau
Management. 83-133 terhadap Perambatan Tsunami di
Pantai. Makalah pada Seminar
Nasional “Mengurangi Dampak

30
Jurnal Biologi Tropis, Januari-Juni 2017: Volume 17 (1) p-ISSN: 1411-9587
e-ISSN:2549-7863

Tsunami: Kemungkinan Penerapan Nyamuk di Sekitar Hutan Mangrove


Hasil Riset” di Yogyakarta, 11 Maret Tanjung Karawang, Jawa Barat.
2003. Prosiding Seminar II: Ekosistem
Mangrove: 232-234. LIPI, Balai
Kusuma, C. 1996. Nilai Ekologis Ekosistem Penelitian Hutan, Perum Perhutani,
Hutan Mangrove (Ecological Values of Biotrop dan Dit. Bina Program
Mangrove Forest Ecosystem). Media Kehutanan, Jakarta.
Konservasi Vol. V No. (I), April 1996 :
17 – 24 Saenger, P., EJ. Hengert. 1983. Global
Nirarita, C.E., P. Wibowo dan D. Status Of Magrove ecosystems.
Padmawinata (eds). 1996. Ekosistem IUCN.Comision ON Ekology. Number 3
Lahan Basah Indonesia. Kerjasama
antara Wetland International - Sasekumar, A. and J. J. Loi. 1983. Litter
Indonesia Programme, Ditjen PHPA, Production in Three Mangrove
Canada Fund, Pusat Pengembangan ForestZones in Malay Peninsula. Aqu.
Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Bot. 17: 283-290.
Alam dan British Petrolium. Jakarta.
Whitten, A.J., M. Mustafa dan G.S.
Poedjirahajoe, E. 2000.Pengaruh Pola Henderson. 1988. The Ecology of
Sylvofishery terhadap Pertambahan Sulawesi. Gadjah Mada University
Berat Ikan Bandeng (Canos canos Press.Yogyakarta.
Forskal) di Kawasan Mangrove Pantai
Utara Kabupaten Brebes. Jurnal Wirjodarmodjo, H. dan Z. Hamzah.1982.
Konservasi Kehutanan, Vol. 2, Agustus Beberapa Pengalaman Perum Perhutani
2000: 109-124, UGM, Yogyakarta. dalam Pengelolaan Hutan Mangrove.
Prosiding Seminar II: Ekosistem
Program MAB Indonesia – LIPI. Jakarta. Mangrove: 29-40. LIPI, Balai Penelitian
Bunt, J.S. 1978.The Mangrove of the Hutan, Perum Perhutani, Biotrop, Dit.
Eastern Coast of Cape York Peninsula Bina Program Kehutanan, Jakarta
of Cooktown. Great Barrier Reef Mar.
Park Author Working Paper No. 1:253-
269.

Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam,


Bogor Boonruang, P. 1984.The Rate of
Degradation of Mangrove Leaves,
Rhizophora apiculata BL and Avicennia
marina at Phuket Island, Western
Peninsular of Thailand. Proc. As.
Symp. Mangr.Env.Research and
Management (ed. E. Soepadmo, A.N.
Rao; D.J. Macintosh), Kualalumpur,
June 1984: 200-208.

Rusminarto, S., A. Munif, dan B. Riyadi.


1984. Survey Pendahuluan Fauna

31

Anda mungkin juga menyukai