Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PRE-TEST BAGIAN IKKOM

1. Jelaskan definisi sehat menurut WHO!


JAWAB:
Menurut WHO, sehat adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial,
tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan.
(Referensi : Budiman C. Ilmu Kedokteran Pencegahan Komunitas. 2006. Jakarta; ECG)

2. Jelaskan sub program pada sisi kesehatan nasional!


JAWAB :
1. Subsistem Upaya Kesehatan
Untuk dapat mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya perlu
diselenggarakan berbagai upaya kesehatan dengan menghimpun seluruh potensi bangsa
Indonesia sebagai ketahanan nasional.

Upaya kesehatan diselenggarakan oleh Pemerintah (termasuk TNI dan POLRI),


pemerintah daerah provinsi/kabupaten/kota, dan/atau masyarakat/swasta melalui upaya
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan pemulihan kesehatan,
difasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas kesehatan.

2. Subsistem Penelitian dan Pengembangan Kesehatan


Pengelolaan penelitian dan pengembangan kesehatan terbagi atas penelitian dan
pengembangan biomedis dan teknologi dasar kesehatan, teknologi terapan kesehatan dan
epidemiologi klinik, teknologi intervensi kesehatan masyarakat, dan humaniora,
kebijakan kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat.

3. Subsistem Pembiayaan Kesehatan

Pembiayaan kesehatan bersumber dari berbagai sumber, yakni:Pemerintah,


Pemerintah Daerah, swasta, organisasi masyarakat, dan masyarakat itu sendiri.
Pembiayaan kesehatan yang adekuat, terintegrasi, stabil, dan berkesinambungan
memegang peran yang vital untuk pelayanan kesehatan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan kesehatan.

4. Subsistem Sumber Daya Manusia Kesehatan


Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan
yang mencukupi dalam jumlah, jenis, dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan
merata, sesuaiTuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan.
Sumber daya manusia kesehatan yang termasuk kelompok tenaga kesehatan,
sesuai dengan keahlian dan kualifikasi yang dimiliki terdiri dari tenaga medis, tenaga
kefarmasian, tenaga keperawatan dan kebidanan, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga
kesehatan lingkungan, tenaga gizi, tenaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, dan
tenaga kesehatan lainnya, diantaranya termasuk peneliti kesehatan.

5. Subsistem Manajemen, Informasi, dan Regulasi Kesehatan


Untuk menggerakkan pembangunan kesehatan secara berhasil guna dan berdaya
guna, diperlukan manajemen kesehatan. Peranan manajemen kesehatan adalah
koordinasi, integrasi, regulasi, sinkronisasi, dan harmonisasi berbagai subsistem SKN
agar efektif, efisien, dan transparansi dalam penyelenggaraan SKN tersebut.

6. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat


SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan perorangan,
keluarga dan masyarakat. Masyarakat termasuk swastabukan semata-mata sebagai
sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subjek atau penyelenggara dan
pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat menjadi
sangat penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai
pelaku pembangunan kesehatan.

7. Subsistem Pemberdayaan Masyarakat


SKN akan berfungsi optimal apabila ditunjang oleh pemberdayaan perorangan,
keluarga dan masyarakat. Masyarakat termasuk swasta bukan semata-mata sebagai
sasaran pembangunan kesehatan, melainkan juga sebagai subjek atau penyelenggara dan
pelaku pembangunan kesehatan. Oleh karenanya pemberdayaan masyarakat menjadi
sangat penting, agar masyarakat termasuk swasta dapat mampu dan mau berperan sebagai
pelaku pembangunan kesehatan. Dalam pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat meliputi pula upaya peningkatan lingkungan sehat oleh masyarakat sendiri
dan upaya peningkatan kepedulian sosial dan lingkungan sekitar.

(Referensi : Kememtrian Kesehatan Indonesia. Program Indonesia Sehat dengan


pendekatan keluarga. 2016)

3. Sebutkan dan jelaskan apa yang dimaksud dengan suistanble development goals!
JAWAB:
Sustainable Development Goals (SDGs) yang disepakati tahun 2015 merupakan
keberlanjutan dari Millennium Development Goals (MDGs). SDGs menjadi sejarah baru
dalam pembangunan global, karena dalam kesepakatan SDGs dalam Sidang Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke 70 ini memiliki tujuan pembangunan universal baru
yang dimulai pada tahun 2016 hingga tahun 2030. Menurut Panuluh (2016) SDGs membawa
5 prinsip-prinsip mendasar yang menyeimbangkan dimensi ekonomi, social dan lingkungan,
yaitu 1) People (manusia), 2) Planet (bumi), 3) Prosperty (kemakmuran), 4) Peace
(perdamaian), dan 5) Partnership (kerjasama). Kesepakatan SDGs ini memiliki 17 tujuan dan
169 sasaran, berbeda dengan MDGs yang hanya memiliki 8 tujuan dan 21 sasaran. Secara
proses MDGs juga memiliki kelemahan karena penyusunan hingga implementasinya ekslusif
dan sangat birokratis tanpa melibatkan peran stakeholder non-pemerintah, seperti civil
society organization, universitas/akademisi, sector bisnis dan swasta, serta kelompok lainnya.
Akan tetapi, penyusunan SDGs sendiri memiliki beberapa tantangan karena masih terdapat
beberpa butir-butir target MDGs yang belum bias dicapai dan harus diteruskan di dalam
SDGs. SDGs disepakati oleh 193 kepala Negara dan pemerintahan yang merupakan anggota
PBB dan termasuk Negara Indonesia.
Penerapan SDGs di Indonesia telah diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 59
Tahun 2017. Pemerintah Indonesia berusaha untuk menghindari keterlambatan implementasi
SDGs, hal ini dikarenakan sebelumnya dalam implementasi MDGs Indonesia mengalami
keterlambatan 10 tahun dari pengesahannya pada tahun 2000. Pemerintah Indonesia
menjelaskan bahwa keterlambatan tersebut dikarenakan Indonesia pada saat itu masih dalam
proes peulihan dari situasi ekonomi setelah terjadinya krisis padatahun 1998. Dalam Perpres
tersebut menguraikan 17 tujuan dari implementasi SDGs yang mana termasuk dalam sasaran
nasional. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 di
Indonesia. Penerapan Sustainable Development Goals dalam Perpres Nomor 59 tahun 2017
memuat antara lain:
1. Mengakhiri segala bentuk kemiskinan di mana pun.
2. Menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik, serta
meningkatkan pertanian berkelanjutan.
3. Menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk
semua usia.
4. Menjamin kualitas pendidikan yang inklusif dan merata serta meningkatkan
kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua.
5. Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan kaum perempuan.
6. Menjaminketersediaansertapengelolaan air bersihdansanitasi yang
berkelanjutanuntuksemua.
7. Menjamin akses energi yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern untuk
semua.
8. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, kesempatan
kerja yang produktif dan menyeluruh, sertape kerjaan yang layak untuk semua.
9. Membangun infrastruktur yang tangguh, meningkatkan industry inklusif dan
berkelanjutan, serta mendorong inovasi.
10. Mengurangi kesenjangan intra dan antarnegara.
11. Menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, tangguh, dan berkelanjutan.
12. Menjamin pola produksi dan konsumsi yang berkelanjutan.
13. Mengambil tindakan cepat untuk mengatasi perubahan iklim dan dampaknya.
14. Melestarikan dan memanfaatkan secara berkelanjutan sumberdaya kelautan dan
samudera untuk pembangunan berkelanjutan.
15. Melindungi, merestorasi, dan meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan ekosistem
daratan, mengelola hutan secara lestari, menghentikan penggurunan, memulihkan
degradasilahan, serta menghentikan kehilangan keanekaragamanhayati.
16. Menguatkan masyarakat yang inklusif dan damai untuk pembangunan berkelanjutan,
menyediakan akseskeadilan untuk semua, dan membangun kelembagaan yang
efektif, akuntabel, daninklusif di semuatingkatan.
17. Menguatkan sarana pelaksanaan dan merevitalisasi kemitraan global untuk
pembangunan berkelanjutan
(Referensi: HumasSetkab. (2017). Inilah Perpres Pelaksanaan Pencapaian Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan SDGs. Retrieved from http://setkab.go.id/inilah-perpres-
pelaksanaan-pencapaian-tujuan-pembangunan-berkelanjutan-sdgs/

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan epidemiologi dan jelaskan alat pengukur
JAWAB:
Pengertian epidemiologi dapa tditinjau dari berbagai aspek sesuai dengan tujuan masing-
masing yaitu:1
- Aspek akademik
- Aspek praktis
- Aspek klinis
- Aspek administratif
Pengukuran Epidemiologi
Untuk mengetahui kejadian dan pola pada suatu penyakit atau permasalahan
yang terjadi dimasyarakat digunakan alat atau metode yang dapat dipakai sebagai tolok
ukur atau indikator. Alat ukur yang sering dipakai adalah rasio dan rate. Rasio atau
proporsi digunakan untuk membandingkan frekuensi suatu penyakit atau masalah pada
dua kelompok individu atau lebih, misalnya frekuensi penyakit demam berdarah pada
kelompok A dan B. Sedangkan, rate dipakai untuk menyatakan frekuensi distribusi suatu
penyakit atau suatu peristiwa yang terjadi di masyarakat, misalnya jumlah kematian
penduduk di kota Surabaya karena demam berdarah adalah 20 orang per 1000 penduduk.
Rate adalah pernyataan numerik, yang menggunakan sebuah rumus untuk
menghitung frekuensi suatu kejadian yang berasal dari pembagian jumlah kasus dengan
jumlah populasi total yang mengalami kejadian tersebut, kemudian hasilnya dikalikan
100, 1000, atau 10.000 (konstanta) untuk mengetahui jumlah kasus yang terjadi pada
unit populasi tersebut.
Rasio adalah hubungan dalam angka, tingkatan, atau penjumlahan yang terbentuk
antara 2 hal; hubungan yang kuat dalam hal jumlah atau tingkatan diantara dua hal
serupa, misalnya 25 laki-laki terhadap 30 perempuan. Karena sifatnya lebih umum, rasio
merupakan angka relatif yang menunjukan tingkatan suatu kejadian yang berkaitan
dengan kejadian lain. Semua rate dapat dianggap rasio, tetapi rasio belum tentu rate.
Dalam epidemiologi, rasio kurang bermanfaat dibandingkan rate Karena elemen
waktunya dihilangkan sehingga hasilnya lebih umum.
Proporsi adalah suatu bentuk persentase, sementara persentase merupakan tipe
khusus proporsi. Dalam epidemiologi, jumlah orang yang saat itu mengalami penyakit
atau kondisi dibandingkan dengan keseluruhan jumlah orang yang pernah mengalami
penyakit atau kondisi disebut proporsi. Jika dinyatakan dalam perbandingannya dengan
populasi secara keseluruhan, hal itu disebut rate. Dalam epidemiologi, salah satu rasio
yang digunakan adalah rasio kematian bayi, yang umumnya dinyatakan sebagai jumlah
kematian bayi dibandingkan dengan jumlah kelahiran hidup. Total jumlah angka
kematian akibat penyebab tertentu dapat dinyatakan sebagai suatu proporsi dari semua
kematian, tetapi tidak untuk semua kelahiran.\
Referensi
1. Eko B, Dewi A. Pengantar Epidemiologi edisi 2. Jakarta. Penerbit EGC. 2001: 7-
8.
2. Ferry E, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunitas: Teori dan praktik dalam
keperawatan. Jakarta. Penerbit Salemba Medika. 2009: 60-61.

5. Sebutkan dan jelaskan temtang mandala of health!


JAWAB:
The mandala of health (hancock & perkins 1985) menyempurnakan bagaimana pola konsep
terjadinya penyakit terhadap individu-individu. Adapun penjelasan untuk pola konsep
mandala of helath :
 Body, mind & spirit: kondisi pasien saat ini (usia, diagnosis kerja, DD, harapan,
ketakutan)
 Human biology: risiko genetik dan herediter pasien
 Personal behavior: perilaku kesehatan pasien
 Psycho-socio-economic environment: faktor-faktor psiko-sosio-ekonomi yang
berkontribusi terhadap risiko kesehatan pasien
 Physical environment: faktor lingkungan fisik yang berperan dalam risiko kesehatan
pasien
 Community: peraturan kesehatan lokal dan nasional, kebutuhan dan permintaan
mengenai kesehatan publik yang berperan dalam risiko kesehatan pasien
 Culture: norma dan budaya
Berdasarkan pola dan penjelasan diatas Mandala of Health (a model of human ecosystem)
dapat disimpulkan bahwa :
 Manusia terdiri atas 3 bagian meliputi fisik, jiwa, dan pikiran
 Kesehatan pada diri individu dipengaruhi oleh kebiasaan personal, lingkungan fisik,
unsur biologis manusia, serta lingkungan psiko-sosio-ekonomi. Di mana masing2
faktor terkait satu sama lain.
 Kebiasaan personal dan kondisi psiko-sosio-ekonomi mempengaruhi lifestyle
 Kebiasaan personal dan unsur biologis manusia mempengaruhi sick care system
 Kondisi psiko-sosio-ekonomi dan lingkungan fisik mempengarui kerja seseorang
 Unsur biologis manusia dan lingkungan fisik mempengaruhi human made
environment
(Referensi : Hancock T, Perkins F. 1985. The Mandala of Health: A Model of the Human
Ecosystem. Family and Community Health. 1985 Nov;8(3)1-10)

6. Sebutkan dan jelaskan 5 tingkat pencegahan penyaki!


JAWAB:
 Health Promotion (Promosi Kesehatan)
 Spesific Protection (Perlindungan Khusus)
 Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis DinidanPengobatan yang
Cepat dan Tepat)
 Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)
 Rehabilitation (Rehabilitasi)

1. Health Promotion (PromosiKesehatan)

Promosi kesehatan merupakan ujung tombak dari 5 tingkat pencegahan


penyakit. Promosi kesehatan adalah tahapan yang pertama dan utama dalam ha
lmencegah penyakit. Singkatnya perlu ada persamaan persepsi bahwa yang namanya
promosi kesehatan adalah proses memberikan informasi kesehatan kepada masyarakat
agar masyarakat mau dan mampu memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Dalam
hal ini pemberdayaan masyarakat harus lebih kental, masyarakat harus lebih
berpartisipasi aktif. Tujuan akhirnya adalah agar masyarakat berubah perilakunya, dari
perilaku yang tidak baik menjadi baik. Nah, dalam memaukan masyarakat tersebutlah,
maka dipakai yang namanya pendidikan kesehatan. Sedangkan dalam memampukan
masyarakat, dilakukan intervensi lingkungan. Pendidikan kesehatan yang
dapat ditempuh ada banyak, bias melalui penyuluhan, konseling, konsultasi, dan lain-
lain. Adapun intervensi lingkungan adalah dengan mendesain lingkungan sedemikian
rupa agar masyarakat dapat terbantu hidup sehat. Contohnya lewat regulasi yang
berlaku, lewat organisasi, lewat UU, dan lain-lain. Jadi, ruang lingkup promosi
kesehatanitu sangat luas, tidak terbatas hanyapada pendidikan kesehatan saja.

2. Specific Protection (Perlindungan Khusus)

Perlindungan khusus yang dimaksud dalam tahapan ini adalah perlindungan yang
diberikan kepada orang-orang atau kelompok yang beresiko terkena suatu penyakit
tertentu. Perlindungan tersebut dimaksudkan agar\ kelompok yang beresiko tersebut
dapat bertahan dari serangan penyakit yang mengincarnya. Oleh karena
demikian, perlindngan khusus ini juga dapa tdisebut kekebalanbuatan. Contohnya adalah
imunisasi yang diberikan kepada bayi dan balita, vaksin kepada jemaah haji,
penggunaan APD pada para pekerja, dan lain-lain.

3. Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis DinidanPengobatan yang


Cepatdan Tepat)\

Diagnosis dini dan pengobatan yang tepatdan cepat merupakan langkah pertama
ketika seseorang telah jatuh sakit. Tentu saja sasarannya adalah orang-orang yang
telah jatuh sakit, agar sakit yang dideritanya dapat segera diidentifikasi dan secepatnya
pula diberikan pengobatan yang tepat. Tindakan ini dapat mencegah orang yang sudah
sakit, agar penyakinya tidak tambah parah. Perlu kita ketahui bahwa faktor yang
membuat seseorang dapat sembuh dari penyakit yang dideritanya bukan
hanya dipengaruhi oleh jenis obat yang diminum dan kemampuan si tenaga medisnya.
Tetapi juga dipengaruhi oleh kapan pengobatan itu diberikan. Semakin cepat
pengobatan diberikan kepada penderita, maka semakin besar pula kemungkinan untuk
sembuh. Diagnosis dini dan pengobatan yang tepat dan cepat dapat mengurangi biaya
pengobatan dan dapat mencegah kecacatan yang mungkin timbul jika suatu penyakit
dibiarkan tanpa tindakan kuratif.

4. Disability Limitation (Pembatasan Kecacatan)


Kecacatan yang ditakutkan terjadi disebabkan pengobatan kepada penderita tidak
sempurna. Adapun pembatasan kecacatan terkesan membiarkan penyakit menyerang
dan membuat cacat si penderita, baru kemudian diambil tindakan. Banyak penyakit yang
dapat menimbulkan kecacatan dapat dicegah dengan pengobatan yang lebih sempurna.
Salah satunya adalah dengan meminum obat yang diberikan oleh dokter sampai habis.

5. Rehabilitation (Rehabilitasi)
Selanjutnya yang terakhir adalah tahapan rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan
tahapan yang sifatnya pemulihan. Ditujukan pada kelompok masyarakat yang dalam
masa penyembuhan sehingga diharapkan agar benar- benar pulih dari sakit sehingga
dapat beraktifitas dengan normal kembali. Apalagi kalau suatu penyakit
sampai menimbulkan cacat kepada penderitanya, maka tahapan rehabilitasi ini bias
dibilang tahapan yang menentukan hidupnya kedepan akan seperti apa nantinya. Perlu
diketahui bahwa dalam tahapan rehabilitasi minimal ada 4 poin yang harus diperhatikan,
yakni pemulihan fisiknya, pemulihan mentalnya, pemulihan status sosialnya dalam
masyarakat, serta pemulihan estetis.
(Referensi : Leavell, H.R dan Clark, E.G., 1965. Preventive Medicine for Doctor in his
Community. New York: McGraw-Hill Book Company.)

7. Jelaskan tentang :
a. Diagnostik Holistik
b. Diagnosis Keluarga
c. 5 stars doctor
JAWAB:
a. Diagnosis holistik adalah kegiatan untuk mengidentifikasi dan menentukan dasar dan
penyebab penyakit (disease), luka (injury) serta kegawatan yang diperoleh dari alas an
kedatangan, keluhan personal, riwayat penyakit pasien, pemeriuksaan fisik, hasil
pemeriksaan penunjang, penilaian risiko internal/individual dan eksternal dalam
kehidupan pasien serta keluarganya.

Lima aspek dalam diagnosis holistik


a. Aspek Personal: alasan kedatangan, harapan, kekhawatiran dan persepsi pasien
b. Aspek Klinis: Masalah medis, diagnosis kerja berdasarkan gejala dan tanda
c. Aspek risiko internal : seperti pengaruh genetik, gaya hidup, kepribadian, usia,
gender
d. Aspek risiko eksternal dan psikososial: berasal dari lingkungan (keluarga, tempat
kerja, tetangga, budaya)
e. Derajat Fungsional: Kualitas Hidup Pasien . Penilaian dengan skor 1 – 5,
berdasarkan disabiltas dari pasien
(Referensi : Amahorseja, Adolfina.2014. Diagnosis Holistik pada Pelayanan Strata
Pertama. Jakarta : Fakultas Kedokteran UKI. Available from :
https://dokumen.tips/documents/diagnostik-holistik.html)
b. Diagnosis keluarga adalah sebuah hipotesis kerja yang merangkum observasi-observasi
klinisi dari interaksi, struktur dan permasalahan keluarga yang dihadirkan. Disfungsi-
disfungsi di bidang-bidang di atas dapat berkorelasi dengan gangguan yang dapat
didiagnosis pada seorang anak atau gangguan hubungan primer di dalam keluarga
tersebut, dengan tidak ada symptomatology pada masing-masing anggota keluarga. Enam
bidang utama berikut ini dalam penilaian keluarga:
 Struktur keluarga, pola transaksional yang dipilih, dan alternatif yang tersedia.
 Peran gejala-gejala dalam pemeliharaan pola transaksional yang dipilih
keluarga.
 Fleksibilitas dan kapasitas sistem keluarga untuk restrukturisasi/penyehatan
otonomis dengan mengganti aliansi dan koalisi sistem untuk menangani stress.
 Resonansi dan kepekaan sistem keluarga pada tindakan dan perasaan masing-
masing anggota dan ambang pintu mereka untuk pengaktifan kebijakan yang
korektif atau represif.
 Konteks kehidupan keluarga, yang mencakup sumber-sumber dukungan dan
stress dalam jaringan kerja keluarga.
 Tahapan perkembangan keluarga dan kesesuaiannya dengan tahapan
kronologis anggota keluarga.
(Referensi: Ehan. 2015. Diagnostik Keluarga. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia Available fr
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707121984032-
EHAN/diagnostik_keluarga_oleh_ehan.pdf

c. Dokter five star merupakan profil dokter ideal yang memiliki kemampuan untuk
melakukan serangkaian pelayanan kesehatan untuk memenuhi kualitas, kebutuhan,
efektifitas biaya, dan persamaan dalam dunia kesehatan. WHO menerapkan batasan
bahwa dokter masa depan wajib memenuhi kriteria lima kualitas seorang dokter.
a) Care Provider.

Dalam memberikan pelayanan medis, seorang dokter hendaknya:


 Memperlakukan pasien secara holistic

 Memandang Individu sebagai bagian integral dari keluarga dan


komunitas.

 Memberikan pelayanan yang bermutu, menyeluruh, berkelanjutan dan


manusiawi.

 Dilandasi hubungan jangka panjang dan saling percaya.

b) Decision Maker.

Seorang dokter diharapkan memiliki:

 Kemampuan memilih teknologi

 Penerapan teknologi penunjang secara etik.

 Cost Effectiveness

c) Communicator.

Seorang dokter, dimanapun ia berada dan bertugas, hendaknya:

 Mampu mempromosikan Gaya Hidup Sehat.

 Mampu memberikan penjelasan dan edukasi yang efektif.

 Mampu memberdayakan individu dan kelompok untuk dapat tetap


sehat.

d) Community Leader.

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, seorang dokter hendaknya:

 Dapat menempatkan dirinya sehingga mendapatkan kepercayaan


masyarakat.
 Mampu menemukan kebutuhan kesehatan bersama individu serta
masyarakat.

 Mampu melaksanakan program sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

e) Manajer.

Dalam hal manajerial, seorang dokter hendaknya, Mampu bekerja sama secara
harmonis dengan individu dan organisasi di luar dan di dalam lingkup
pelayanan kesehatan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasien dan
komunitas. Mampu memanfaatkan data-data kesehatan secara tepat.

(Referensi: Boelen, Charles. 2015. The Five Star Doctors. World Health Organization :
Geneva, Switzerland Availoable from : https://www.who.int/hrh/en/HRDJ_1_1_02.pdf)

8. Perempuan umur 38th dengan IMT 32 dengan diagnosis DM Tipe 2 dan Hiperkolestronemia.
Bagaimana penanganan menurut dokter layanan primer?
JAWAB:
Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan
mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu:
1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal
2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes.
Penatalaksanaan DM :
 Mengikuti pola makan sehat
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari karbohidrat 45%-65%, lemak
20%-25%, protein 10%-20%, Natrium kurang dari 3g, dan diet cukup serat sekitar
25g/hari.
 Mengurangi asupan kalori dan diet tinggi lemak
 Meningkatkan aktivitas fisik
- 3-4x seminggu kurang lebih 30 menit
- Latihan aerobic : jalan santai, jogging, renang, bersepeda
- Relatif sehat, latihan ditingkatkan
- Ada komplikasi, latihan dikurangi
- Hindari bermalas-malasan
 Menggunakan obat DM teratur
 Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri
 Melakukan perawatan kaki berkala
Pada dasarnya ada dua pendekatan dalam penatalaksanaan diabetes, yang pertama
pendekatan tanpa obat dan yang kedua adalah pendekatan dengan obat. Dalam
penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan
tanpa obat berupa pengaturan diet dan olahraga. Apabila dengan langkah pertama ini
tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah
farmakologis berupa terapi insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi
keduanya.

Terapi Farmakologi

Apabila penatalaksanaan terapi tanpa obat (pengaturan diet dan olahraga) belum berhasil
mengendalikan kadar glukosa darah penderita, maka perlu dilakukan langkah berikutnya
berupa penatalaksanaan terapi obat, baik dalam bentuk terapi obat hipoglikemik oral,
terapi insulin, atau kombinasi keduanya.
A. Terapi Insulin
Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam
pengendalian metabolisme. Insulin yang disekresikan oleh sel-sel β pancreas akan
langsung diinfusikan ke dalam hati melalui vena porta, yang kemudian akan
didistribusikan ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Efek kerja insulin yang
sudah sangat dikenal adalah membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel.
Untuk terapi, ada berbagai jenis sediaan insulin yang tersedia, yang
terutama berbeda dalam hal mula kerja (onset) dan masa kerjanya (duration).
Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu:

a. Insulin masa kerja singkat (Short-acting/Insulin), disebut juga insulin


reguler
b. Insulin masa kerja sedang (Intermediate-acting)
c. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat
d. Insulin masa kerja panjang (Long-acting insulin)

Umumnya, pada tahap awal diberikan sediaan insulin dengan kerja


sedang, kemudian ditambahkan insulin dengan kerja singkat untuk mengatasi
hiperglikemia setelah makan. Insulin kerja singkat diberikan sebelum makan,
sedangkan Insulin kerja sedang umumnya diberikan satu atau dua kali sehari
dalam bentuk suntikan subkutan.
B. Terapi Obat Hipoglikemia Oral
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral dapat dibagi
menjadi 3 golongan, yaitu:
o Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat
hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan
turunan fenilalanin).
o Sensitiser insulin (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel
terhadap insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida
dan tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan
insulin secara lebih efektif.
o Inhibitor katabolisme karbohidrat, antara lain inhibitor α-glukosidase
yang bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan untuk
mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post-meal hyperglycemia).
Disebut juga “starch-blocker”.

(Referensi:
I Wayan Ardana Putra, Khairun Nisa Berawi. Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung Bagian Fisiologi, FakultasKedokteran, Universitas Lampung. Empat Pilar
Penatalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Majority | Volume 4 | Nomor 9 | Desember
2015 |8)
PERKENI. Petunjuk Praktis Pengelolaan DM Tipe 2, Jakarta, 2002.

9. Laki – Laki umur 37th BB 38 Kg TB 150cm dengan diagnosis TB Paru. Jelaskan penanganan
menurut dokter layanan primer!
JAWAB:
Tujuan pengobatan

a. Menyembuhkan, mempertahankan kualitas hidup dan produktifitas pasien.


b. Mencegah kematian akibat TB aktif atau efe klanjutan.
c. Mencegah kekambuhan TB.
d. Mengurangi penularan TB kepada orang lain.
e. Mencegah kejadiandan penularan TB resisten obat.

Prinsip-prinsip terapi

a. Praktisi harus memastikan bahwa obat-obatan tersebut digunakan sampai terapi


selesai.
b. Semua pasien (termasuk pasien dengan infeksi HIV) yang tidak pernah diterapi
sebelumnya harus mendapat terapi Obat Anti TB (OAT) lini pertama sesuai ISTC
1. Fase Awal selama 2 bulan, terdiridari: Isoniazid, Rifampisin,
Pirazinamid, dan Etambutol.
2. Fase lanjutan selama 4 bulan, terdiri dari: Isoniazid dan Rifampisin
3. Dosis OAT yang digunakan harus sesuai dengan Terapi rekomendasi
internasional, sangat dianjurkan untuk penggunaan Kombinasi Dosis
Tetap (KDT/fixed-dose combination/ FDC) yang terdiridari 2 tablet
(INH dan RIF), 3 tablet (INH, RIF dan PZA) dan 4 tablet (INH, RIF,
PZA, EMB).

Rekomendasi dosis dalam mg/kgBB Oba tHarian 3x seminggu

INH* 5(4-6) max 300mg/hr 10(8-12) max 900 mg/dosis

RIF 10 (8-12) max 600 mg/hr 10 (8-12) max 600 mg/dosis

PZA 25 (20-30) max 1600 mg/hr 35 (30-40) max 2400 mg/dosis

EMB 15 (15-20) max 1600 mg/hr 30 (25-35) max 2400 mg/dosis

Untuk membantu dan mengevaluasi kepatuhan, harus dilakukan prinsip pengobatan dengan:

1. Sistem Patient-centred strategy, yaitu memilih bentukobat, cara Pemberian cara


mendapatkan obat serta control pasien sesuai Dengan cara yang paling mampu laksana
bagi pasien.
2. Pengawasan Langsung menelan obat (DOT/direct observed therapy)
3. Semua pasien dimonitor responterapi, penilaian terbaik adalah follow up mikroskopis
dahak (2 spesimen) pada saat:
o Akhir fase awal (setelah 2 bulan terapi),
o 1 bulan sebelum akhir terapi, dan pada akhir terapi.
o Pasien dengan hasil pemeriksaan dahak positif pada 1 bulan sebelum akhir terapi
dianggap gagal (failure) dan harus meneruskan terapi modifikasi yang sesuai.
o Evaluasi dengan foto toraks bukan merupakan pemeriksaan prioritas dalam follow
up TB paru.
EDUKASI
1. Pencegahan dengan imunisasi BCG saat balita
2. Penderita harus tutup mulut saat batuk atau bersin
3. Tidak meludah sembarang
4. Cuci tangan setelah kontak dengan penderita TB
5. Menjaga kebersihan, ventilasi rumah terkena sinar matahari langsung cukup

(Referensi: Sum :https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/Permenkes_5_2014.pdf)


10. Jelaskan yang dimaksud dengan pusat kesehatan masyarakat!
JAWAB:
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan
upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan dalam pembangunan berwawasan
kesehatan di wilayahnya dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki
perilaku sehat (kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat); mampu menjangkau
pelayanan kesehatan bermutu, hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan
yang optimal, baik individu, keluarga,kelompok dan masyarakat. Dalam melaksanakan
fungsinya, puskesmas berkewajiban melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dan terwujudnya kecamatan sehat.
Secara structural atau administratif, Puskesmasberada dibawah administrasi Pemerintah
Daerah kabupaten, dimana pembinaan secara teknis diberikan oleh Dinas Kesehatan
Kapubaten/Kota dan Provinsi. Aturan menyatakan bahwa Puskesmas berfungsi sebagai
penyelenggaraan layanan kesehatan baik berupa upaya kesehatan masyarakat (UKM)
maupun upaya kesehatan perorangan (UKP). Kedudukan Puskesmas sebagai
“penyelenggara” layanan kesehatan menegaskan bahwa Puskesmas adalah Unit Pelaksana
Teknis tingkat pertama dari Dinas Kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan aspek pemerintahan dalam bidang kesehatan di
kabupaten/kota.

(Referensi:
1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 128/Menkes/Sk/Ii/2004
Tentang Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Sistem
3. Kesehatan Nasional Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai