Fraktur clavikula adalah rusaknya kontinuitas tulang clavikula, yang diakibatkan oleh tekanan
eksternal yang lebih besar dari yang dapat diserap oleh tulang. Bila fraktur clavikula mengubah posisi
tulang, struktur yang ada disekitarnya (otot, tendon, saraf dan pembuluh darah) juga mengalami
kerusakan. Cidera traumatic paling banyak menyebabkan fraktur clavikula. (Carpenito,1999).
Fraktur clavikula atau patah tulang clavikula adalah terputusnya kontinuitas jaringan atau tulang
rawan tulang clavikula yang umumnya disebabkan oleh ruda paksa (Manjoer,
2000). Fraktur clavikula adalah Hilangnya kesinambungan substansi tulang clavikula dengan atau tanpa
pergeseran fragmen-fragmen fraktur
Fraktur clavicula bisa disebabkan oleh benturan ataupun kompressi yang berkekuatan rendah sampai
yang berkekuatan tinggi yang bisa menyebabkan terjadinya fraktur tertutup ataupun multiple trauma.
Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada bayi baru lahir,yang mungkin terjadi apabila terdapat
kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada kelahiran presentasi puncak
kepala dan pada lengan yang telentang pada kelahiran sungsang. Gejala yang tampak pada keadaan ini
adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena, krepitasi, ketidakteraturan tulang mungkin dapat
diraba, perubahan warna kulit pada bagian atas yang terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro
pada sisi tersebut. Diagnosis dapat ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan
sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat dan fleksi 90
derajat dari siku yang terkena.
B. Etiologi
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat kecelakaan apakah itu
karena jatuh atau kecelakaan kendaraan bermotor, namun kadang dapat juga disebabkan oleh faktor-
faktor non traumatik. Berikut beberapa penyebab pada fraktur clavicula yaitu :
1. Fraktur clavicula pada bayi baru lahir akibat tekanan pada bahu oleh simphisis pubis selama proses
melahirkan.
2. Fraktur clavicula akibat kecelakaan termasuk kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian
dan yang lainnya.
3. Fraktur clavicula akibat kompresi pada bahu dalam jangka waktu lama, misalnya pada pelajar yang
menggunakan tas yang terlalu berat.
4. Fraktur clavicula akibat proses patologik, misalnya pada pasien post radioterapi, keganasan clan lain-
lain.
Penyebab farktur clavicula biasanya disebabkan oleh trauma pada bahu akibat trauma jalan lahir dengan
gejala:
1. Bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena,
2. Distosia bahu
4. Persalinan traumatic .
Pengklasifikasian fraktur clavicula didasari oleh lokasi fraktur pada clavicula tersebut. Ada tiga lokasi
pada clavicula yang paling sering mengalami fraktur yaitu pada bagian midshape clavikula dimana pada
anak-anak berupa greenstick, bagian distal clavicula dan bagian proksimal clavicula. Menurut Neer
secara umum fraktur klavikula diklasifikasikan menjadi tiga tipe yaitu :
1. Tipe I : Fraktur pada bagian tengah clavicula. Lokasi yang paling sering terjadi fraktur.
2. Tipe II : Fraktur pada bagian distal clavicula. Lokasi tersering kedua mengalami fraktur setelah
midclavicula.
3. Tipe III : Fraktur pada bagian proksimal clavicula. Fraktur yang paling jarang terjadi dari semua jenis
fraktur clavicula, insidensnya hanya sekitar 5%.
Ada beberapa subtype fraktur clavicula bagian distal, menurut Neer ada 3 yaitu :
1. Tipe I : merupakan fraktur dengan kerusakan minimal, dimana ligament tidak mengalami
kerusakan.
3. Tipe III : merupakan fraktur pada daerah distal ligament coracoclavicular dan melibatkan
permukaan tulang bagian distal clavicula pada AC joint.
F. Diagnosis
Hasil pemeriksaan
2. Krepitasi.
Diagnosis RO tidak selalu diindikasikan, 80% tidak mempunyai gejala dan hanya didapatkan hasil
pemeriksaan yang minimal.
G. Penatalaksanaan
2. Immobilisasi lengan dan bahu pada sisi yang akit dan abduksi lengan dalam stanhoera menopang
bahu belakang dengan memasang ransel verband
4. Nutrisi yang adekuat (pemberian asi yang adekuat dengan cara mengajarkan pada ibu acar
pemberian asi dengan posisi tidur, dengan sendok atau pipet)