Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tingkat Organisasi Kehidupan

Tingkat organisasi kehidupan tersusun atas sel, jaringan, organ, sistem organ, organisme atau
individu, populasi, komunitas, ekosistem, bioma, dan biosfer.

a. Sel
Sel adalah unit penyusun terkecil dalam kehidupan. Sel terdiri dari organel-organel sel yang
mempunyai fungsinya masing-masing agar sel tetap dapat melakukan metabolismenya dan
tetap mempertahankan jenisnya dengan bereproduksi.
b. Jaringan
Untuk mempertahankan jenisnya tadi, sel melakukan interaksi dengan bekerja sama antar sel.
Interaksi antar sel tadi disebut jaringan. Namun interaksi antar sel tersebut dapat dikatakan
sebagai jaringan jika sel tersebut merupakan sel-sel yang sejenis yang memiliki bentuk serta
fungsi yang sama.
c. Organ
Organ adalah jaringan-jaringan dengan fungsi yang berbeda-beda yang saling berkerja sama
untuk melakukan tugas tertentu.
d. Sistem Organ
Organ-organ yang melakukan tugas tertentu tersebut saling berkaitan untuk melakukan tugas
yang lebih kompleks lagi yang menyokong makhluk hidup untuk tetap hidup.
e. Organisme/ Individu
Kumpulan sistem yang sangat kompleks tadi menjadi satu-kesatuan yang disebut organisme
atau individu. Jadi, organisme tersusun atas sel-sel, jaringan, organ dan sistem organ yang
kompleks dan dinamis.
f. Populasi
Populasi adalah kumpulan organisme dengan jenis yang sama yang terdapat di area dan waktu
yang bersamaan. Karakteristik dari sebuah populasi adalah: Ukuran populasi, Kepadatan,
Dispersi tingkat kelahiran dan kematian dan Tingkat pertumbuhan struktur umur
keanekaragaman genetik. Ekologi populasi begitu penting karena dalam menentukan faktor-
faktor yang mengendalikan ukuran dan pertumbuhan populasi yang terkait dengan kapasitas
lingkungan untuk mendukung populasi dari waktu ke waktu dibutuhkan ekologi populasi.
Namun sekarang karena perubahan zaman, populasi-populasi yang ada semakin terancam
sehingga kita sebagai manusia yang merupakan makhluk paling kompleks perlu melindungi dan
melestarikan populasi-populasi yang ada. Hal- hal yang dapat kita lakukan diantaranya adalah
sebagai ahli biologi terapan seperti, agronomi, pengelola satwa liar dan ahli kehutanan, harus
mengelola populasi kepentingan ekonomi dan mencegah spesies terancam atau hampir punah
dari kepunahan.
g. Komunitas
Komunitas merupakan tingkatan dimana populasi-populasi yang ada dan berbeda hidup
bersama dalam waktu dan tempat yang sama. Ada hal-hal penting dalam komunitas yang perlu
diperhatikan, seperti struktur dan fungsi dalam populasi-populasi yang ada, keanekaragaman
hayati yang tersedia dan bagaimana persebaran makanan yang ada di dalam komunitas
tersebut.
h. Ekosistem
Ekosistem adalah tempat dimana semua komunitas serta proses kimia maupun fisika terjadi.
Ekosistem tersusun atas dua komponen, yakni biotik dan abiotik. Biotik merupakan makhluk
hidupnya yang terdiri dari hewan, tumbuhan dan manusia. Sedangkan abiotik merupakan
bagian tambahan yang tidak hidup atau mati namun penting dan sangat diperlukan. Ada dua
jenis ekosistem yang terjadi, yakni ekosistem alami dan agroekosistem
i. Biosfer
Biosfer adalah gabungan semua ekosistem dengan interaksi di dalamnya juga dengan interaksi
antara lingkungannya

2.2 Ekosistem
Ekosistem terbagi menjadi 2, yaitu
1. Ekosistem Alam

Ekosistem alami merupakan ekosistem alam dimana semua hal yang terjadi berasal dari alam
dengan proses alami tanpa campur tangan manusia. Proses aliran energi dalam ekosistem
mengalami tahapan proses sebagai berikut:
a. Energi masuk ke dalam ekosistem berupa energi matahari, tetapi tidak semuanya dapat
digunakan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis. Hanya sekitar setengahnya dari rata-rata
sinar matahari yang sampai pada tumbuhan diabsorpsi oleh mekanisme fotosintesis, dan juga
hanya sebagian kecil, sekitar 1-5 %, yang diubah menjadi makanan (energi kimia). Sisanya keluar
dari sistem berupa panas, dan energi yang diubah menjadi makanan oleh tumbuhan dipakai lagi
untuk proses respirasi yang juga sebagai keluaran dari sistem.
b. Energi yang disimpan berupa materi tumbuhan mungkin dilakukan melalui rantai makanan dan
jaring-jaring makanan melalui herbivora dan detrivora. Seperti telah diungkapkan sebelumnya,
terjadinya kehilangan sejumlah energi diantara tingkatan trofik, maka aliran energi berkurang
atau menurun ke arah tahapan berikutnya dari rantai makanan. Biasanya herbivora menyimpan
sekitar 10 % energi yang dikandung tumbuhan, demikian pula karnivora menyimpan sekitar 10
% energi yang dikandung mangsanya.
c. Apabila materi tumbuhan tidak dikonsumsi, maka akan disimpan dalam sistem, diteruskan ke
pengurai, atau diekspor dari sistem sebagai materi organik.
d. Organisme-organisme pada setiap tingkat konsumen dan juga pada setiap tingkat pengurai
memanfaatkan sebagian energi untuk pernafasannya, sehingga terlepaskan sejumlah panas
keluar dari system.
e. Dikarenakan ekosistem adalah suatu sistem terbuka, maka beberapa materi organik mungkin
dikeluarkan menyeberang batas dari sistem. Misalnya akibat pergerakan sejumlah hewan ke
wilayah, ekosistem lain, atau akibat aliran air sejumlah gulma air keluar dari sistem terbawa arus.

1. Piramida ekologi
Setiap tahap dalam rantai makanan akan ada sejumlah energi yang hilang karena tidak
terasimilasi atau lepas sebagai panas, sehingga organisme yang berada pada ujung tingkat trofik akan
memperoleh energi lebih kecil. Apabila energi yang tersedia dalam suatu rantai makanan itu disusun
secara berurutan berdasarkan urutan tingkat trofik, maka membentuk sebuah kerucut yang dikenal
dengan piramida ekologi. Dengan demikian piramida ekologi adalah susunan tingkat trofik (tingkat
nutrisi atau tingkat energi) secara berurutan menurut rantai makanan atau jaring makanan dalam
ekosistem (Indriyanto, 2006).

Setelah produsen menangkap energi matahari dan digunakan untuk tumbuh setiap bagian
tanaman, organisme lain datang untuk memakannya. Ini disebut konsumen primer, Sebagaimana
mereka disebut, secara eksklusif memakan produsen. Jika konsumennya adalah manusia, kita
menyebutnya vegetarian. Jika tidak, mereka dikenal sebagai herbivora. Konsumen primer hanya
mendapatkan sebagian kecil dari total energi matahari, sekitar 10%-ditangkap oleh produsen ketika
makan. 90% lainnya digunakan oleh produsen untuk pertumbuhan, reproduksi, dan kelangsungan
hidup, atau hilang sebagai panas. Konsumen primer dimakan oleh konsumen sekunder. Sebuah
contoh, burung yang makan serangga yang memakan daun. Selanjutnya, konsumen sekunder
dimakan oleh konsumen tersier. Contohnya, kucing yang memakan burung yang makan serangga
yang memakan daun.

Pada setiap tingkat, disebut tingkat trofik, sekitar 90% dari energi yang hilang. Jadi, jika tanaman
mengambil 1000 kalori energi surya, serangga yang memakan tanaman hanya akan mendapatkan
100 kalori energi. Sebuah ayam yang makan serangga hanya akan mendapatkan 10 kalori, dan
manusia yang makan ayam hanya akan memperoleh 1 kalori uang aslinya 1000 kalori energi
matahari ditangkap oleh tanaman. Makanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia akan
memakan 10 tanaman untuk 1000 kalori.
2.Siklus Biokimia Dalam Ekosistem

Siklus biokimia merupakan pertukaran atau perubahan yang terus menerus,antara komponen
biosfer yang hidup dengan tak hidup.Dalam suatu ekosistem,materi pada setiap tingkat trofik
tidak hilang.Materi berupa unsur- unsur penyusun bahan organik tersebut di daur ulang.Unsur-
unsur tersebut masuk ke dalam komponen biotik meleui udara,tanah,dan air.Daur ulang materi
tersebut melibatkan makhluk hidupdan batuan.Fungsi daur ulang biogeokimia yaitu sebagai siklus
materi yang mengembalikan semua unsur-unsur kimia yang sudah terpakai oleh semua yang ada
di bumi,baik komponen biotik maupun abiotic,sehingga kelangsungan hidup di bumi dapat
terjaga.

Macam - macam siklus biokimia

a.Siklus Nitrogen

Nitrogen adalah unsur yang paling penting dalam pembentukan asam amino, protein dan asam
nukleat pada makhluk hidup.Nitrogen di udara sangat banyak yaitu sekitar 78% dalam bentuk
nitrogen bebas. Siklus nitrogen menjelaskan tentang perubahan bentuk ion nitrogen dan senyawa
nitrogen di alam. Walaupun terdapat sangat banyak molekul nitrogen di dalam atmosfere, nitrogen
dalam bentuk gas tidaklah reaktif. Hanya beberapa organisme yang mampu untuk
mengkonversinya menjadi senyawa organic. Proses siklus nitrogen yaitu :

 Ketika petir terbentuk di atmosphere,terjadi penyerapan nitrogen menjadi senyawa nitrat.


 Nitrat yang yerbentuk di atmosphere tentu akan terbawa hujan sehingga terjadi pemindahan nitrat
dari udara ke daratan.
 Tumbuhan menyerap nitrat dari tanah untuk dijadikan protein.
 Nitrogen dalam bentuk protein diserap oleh konsumen,senyawa nitrogen pindah ke tubuh hewan
dan manusia.
 Urine dan feses sebagai ekresta,bangkai hewan,tumbuhan mati,sisa kehidupan seperti ranting dan
daun tua yang disebut egesta akan diuraikan oleh pengurai menjadi ammonium dan amoniak
(amonifikasi).
 Amoniak hasil pembusukan itu oleh bakteri bakteri nitrifikan akan dirombak menjadi nitrit melalui
nitrifikasi.
 Nitrifikasi dilanjutkan dengan nitrasi.
 Nitrat diserap kembali oleh tumbuhan (proses asimilasi).
 Nitrogen dilepas kembali ke udara.Proses ini terjadi di dalam tanah dengan bantuan bakteri seperti
bakteri Pseudomonas, Thibacillus,dan Micrococcus (Proses Denitritfikasi).Selain melalui proses
denitrifikasi,proses pelepasan nitrogen kembali keudara juga dapat berlangsung melalui proses
oksidasi ammonia.
 Selain melaui petir,penyerapan nitrogen dapat melaui fiksasi (pengikatan nitrogen di udara ) oleh
mikroorganisme fiksasi seperti azotobacter,rhizobium leguminosorum,Nostoc commune,anabaena
azzolae dan Clostridium pasteurrianum
 Nitrogen juga bisa larut bersama air hujan,hujan asam yang mengandung HNO3,dan dari pupuk
urea yang dilepaskan ke tanah.

b.Siklus karbon

Siklus karbon adalah gerakan unsur karbon melalui batuan bumi dan sedimen,lingkungan
air,lingkungan tanah,dan atmosfere.Sejumlah karbon organik dapat ditemukan pada organisme
hidup dan bahan organik mati.Siklus karbon berkaitan erat dengan peristiwa fotosintesis yang
berlangsung pada organisme autotrof dan peristiwa respirasi yang berlangsung organisme
heterotroph. Pengikatan karbon dari atmosfer diserap oleh tumbuhan dalam bentuk
karbondioksida.Karbondioksida dilepaskan ke lingkungan oleh organisme heteretrof yang
merupakan hasil sampingan dari peristiwa respirasi.Proses timbal balik fotosintesis dan respirasi
seluler berpengaruh pada pergerarakan utama karbon.Naik turunya kadar karbondioksida dan
oksigen disebabkan oleh aktivitas fotosintetik terutama dalam aktivitas manusia dan alam seperti
penggunahan bahan bakar,kebakaran hutan,illegal logging,bahan bakar dari pabrik industry dapat
meningkatlan kadar karbondioksida di atmosfere.Dalam skala global kadar karbondioksida dapat
diseimbangkan oleh keberlangsungan proses respirasi dan fotosintesis. Peningkatan karbon di
atmosfere juga bisa diakibatkan oleh aktivitas laut. Laut mengandung sekitar
36.000 gigaton karbon, di mana sebagian besar dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik,
yaitu senyawa karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam
reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di laut dan juga
dapat berubah sebagai sumber (source) atau lubuk (sink) karbon. Karbon siap untuk saling
dipertukarkan antara atmosfer dan lautan.Pada permukaan laut ke arah kutub, air laut menjadi
lebih dingin dan CO2 akan lebih mudah larut.Selanjutnya CO2 yang larut tersebut akan terbawa
oleh sirkulasi termohalin yang membawa massa air di permukaan yang lebih berat ke kedalaman
laut atau interior laut dan di laut bagian atas (upper ocean), pada daerah dengan produktivitas yang
tinggi, organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme juga
membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang keras. Proses ini akan
menyebabkan aliran karbon ke bawah. Material organik ini ditranspor dan direspirasi oleh
organisme nonfotosintesis (respirasi heterotropik) dan pada akhirnya terangkat dan kembali ke
atmosfer. Pelapukan batuan silikat. Tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak
memindahkan karbon ke dalam reservoir yang siap untuk kembali ke atmosfer. Pelapukan batuan
karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik karena ion bikarbonat yang terbentuk
terbawa ke laut di mana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang
sebaliknya (reverse reaction).Beberapa sedimen di daur ulang secara alami seperti ketika sedimen
larut atau ketika terjadi hujan asam jatuh pada batuan karbonat melepaskan
karbondioksida.Namun ketika deposit tersebut dibakar sebagai bahan bakar fosil,kadar
karbondiosida di atmosfere meningkat dengan cepat.

Pada saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk:

CO2 + H2O ⇌ H2CO3


Reaksi ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi lainnya yang
penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini
mengontrol perubahan yang besar pada pH:

H2CO3 ⇌ H+ + HCO3−
Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu:

 Melalui pernapasan (respirasi) oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan reaksi
eksotermik dan termasuk juga di dalamnya penguraian glukosa (atau molekul organik lainnya)
menjadi karbon dioksida dan air.
 Melalui pembusukan binatang dan tumbuhan. Fungi atau jamur dan bakteri mengurai senyawa
karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon menjadi karbon dioksida
jika tersedia oksigen, atau menjadi metana jika tidak tersedia oksigen.
 Melalui pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung menghasilkan
karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap). Pembakaran bahan bakar fosilseperti batu bara,
produk dari industri perminyakan (petroleum), dan gas alam akan melepaskan karbon yang sudah
tersimpan selama jutaan tahun di dalam geosfer. Hal inilah yang merupakan penyebab utama
naiknya jumlah karbon dioksida di atmosfer.
 Produksi semen. Salah satu komponennya, yaitu kapur atau gamping atau kalsium oksida,
dihasilkan dengan cara memanaskan batu kapur atau batu gamping yang akan menghasilkan juga
karbon dioksida dalam jumlah yang banyak.
 Di permukaan laut di mana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut dilepas kembali ke
atmosfer.
 Erupsi vulkanik atau ledakan gunung berapi akan melepaskan gas ke atmosfer. Gas-gas tersebut
termasuk uap air, karbon dioksida, dan belerang. Jumlah karbon dioksida yang dilepas ke atmosfer
secara kasar hampir sama dengan jumlah karbon dioksida yang hilang dari atmosfer akibat
pelapukan silikat; Kedua proses kimia ini yang saling berkebalikan ini akan memberikan hasil
penjumlahan yang sama dengan nol dan tidak berpengaruh terhadap jumlah karbon dioksida di
atmosfer dalam skala waktu yang kurang dari 100.000 tahun.
Proses siklus karbon yaitu produksi primer kotor dan respirasi oleh biosfer daratan, dan pertukaran
fisik antara atmosfer dan laut. Perubahan yang terus menerus ini kira-kira seimbang setiap tahun,
tetapi ketidakseimbangannya dapat mempengaruhi konsentrasi CO2 atmosfer secara signifikan
dari tahun ke tahun. CO2 di atmosfer melalui tumbuh-tumbuhan ke karbon tanah kirakira seimbang
pada skala waktu beberapa millenium oleh ekspor organik karbon terlarut (DOC) di sungai
(SCHLESINGER, 1990).Lebih lanjut, anorganik karbon terlarut(DIC) diperoleh dari kerusakan karena
hujan CaCO3, yang mana penyerapan CO2 dari atmosfer dalam perbandingan 1:1. DOC dan DIC
secara bersamaan di bawa oleh aliran sungai. Di samudera, DOC dari sungai berespirasi dan
dilepaskan kembali ke atmosfer, sedangkan produksi CaCO3 oleh organisme laut mengakibatkan
separuh DIC dari sungai kembali ke atmosfer dan setengahnya lagi mengendap dalam sedimen
dasar laut yang merupakan awal pembentukan batu karang karbonat (SCHLESINGER, 1990).
Penguburan material organik sebagai fosil karbon organik (termasuk bahan bakar fosil), dan luaran
gas CO2 sampai pada proses tektonis (vulcanism) memiliki waktu yang cukup lama. Pembakaran
bahan bakar fosil dan perubahan penggunaan lahan menjadi proses antropogenik utama yang
melepaskan CO2 ke atmosfer. Hanya sebagian dari CO2 ini yang tinggal di atmosfer, sisanya diserap
oleh daratan (tanah dan tumbuh-tumbuhan) atau oleh samudera. Penyerapan komponen ini
menyebabkan ketidak-seimbangan dalam dua jalur alami yang besar yaitu antara samudera dan
atmosfer dan antara atmosfer dan daratan (IPCC, 2001).

C.Siklus fosfor

Fosfor merupakan elemen paling penting dalam kehidupan karena semua makhluk hidup
mrmbutuhkan fosfor/fosfat untuk pembentukan senyawa ATP(adenosine thriphosphat ),ADP
(adenosine diphosphat ),AMP(adenosine monophosphat).Untuk proses metabolisme tubuh.Pada
hewan tingkat tinggi,fosfor digunakan untuk penyusun tulang yang bergabung dengan kalsium
membentuk CaPO4.Fosfor terdapat di alam dalam bentuk ion fosfat (PO4)/fosfat anorganik.Ion
fosfat terdapat dalam bebatuan.Adanya peristiwa erosi dan pelapukan menyebabkan fosfat
terbawa menuju sungai hingga laut membentuk sedimen.Adanya pergerakan dasar bumi
menyebabkan sedimen yang mengandung fosfat muncul ke permukaan.Di darat,tumbuhan
mengambil fosfat yang terlarut di dalam air tanah sehingga terjadi perpindahan materi dari geo ke
bio yaitu dari alam ke tubuh organisme.Fosfat itulah kemudian dikenal dengan fosfat
organik.Herbifora mendapatkan fosfat dari tumbuhan yang dimakannya dan karnivora mendapat
fosfat dari herbivore yang dimakannya.Seluruh hewan mengeluarkan fosfat dari urine dan
feses.kemudian bakteri dan jamur mengurai bahan- bahan anorganik di dalam tanah lalu
melepaskan fosfor kemudian diambil oleh tumbuhan.

2. Agroekosistem

Agroekosistem atau ekosistem pertanian merupakan satu bentuk ekosistem binaan manusia yang
perkembangannya ditujukan untuk memperoleh produk pertanian yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan manusia. Seperti yang kita ketahui,di dalam suatu ekosistem tentunya
terdapat berbagai komponen dari yang abiotik sampai dengan yang biotik.Di dalam agroekosistem
juga demikian,dan antara komponen-komponen tersebut menjalin interaksi satu sama lain yang
apabila interaksi tersebut normal maka akan terjadi keseimbangan ekosistem dan sebaliknya
apanila tidak normal atau ada salah satu di antara kom[ponen tersebut yang jumlahnya melampaui
batas, missal meledaknya hama maka interaksi akan terganggu dan tidak seimbang.Agroekosistem
tidak memiliki kontinyuitas temporal (tidak stabil). Keberadaannya hanya dalam waktu yang
terbatas dan sering mengalami perubahan iklim mikro secara mendadak akibat tindakan manusia,
seperti pencangkulan, penyiangan, pengairan dan sebagainya. Struktur agroekosistem didominasi
oleh jenis tanaman tertentu yang dipilih oleh manusia dan sering merupakan tanaman baru yang
dimasukkan ke dalam ekosistem tersebut. Agroekosistem pada umumnya tidak memiliki
keragaman biotik dan genetik yang tinggi sehingga kurang stabil . Umur tanaman yang ada dalam
agroekosistem relatif seragam . Terdapat masukan berupa pupuk, pestisida dan air irigasi, sehingga
jaringan tanaman menjadi kaya akan unsur hara dan air . Akibat dari sifat-sifat tersebut di atas,
dalam agroekosistem sering terjadi letusan populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT).

Agroekosistem berbeda dengan ekosistem alam (nature ecosystem), karena dalam agroekosistem
sumber energy tidak hanya terbatas pada sinar matahari, air dan nutrisi tanah, akan tetapi juga
berasal dari sumber-sumber lain yang sudah dikonsolidasikan oleh manusia, seperti pupuk,
pestisida, teknologi dan lain sebagainya. Hal lain yang membedakan adalah tingkat
keanekaragaman hayati pada agroekosistem cenderung rendah, didominasi oleh varietas-varietas
yang seragam, serta kontrol dikendalikan oleh faktor eksternal, dalam hal ini manusia, bukan
oleh feedback system sebagaimana yang terjadi pada ekosistem alam. Dengan demikian, dalam
agroekosistem, manusia adalah faktor yang memegang peranan sangat penting.
. Agroekosistem memiliki beberapa aspek yang dapat mendukung terciptanya keseimbangan
agroekosistem, yaitu meliputi :

Produktivitas (Productivity)
Apabila produktifitas dari suatu agroekosistem itu tinggi maka hendaknya kebutuhan hidup bagi
manusia akan terpenuhi, dan sepantasnya untuk diupayakan kondisi agroekosistem yang lestari.
Namun, pada kenyataannya upaya konservasi terhadap agroekosistem itu jarang sekali dilakukan.
Seharusnya disusun suatu model

Stabilitas (Stability)
Stabilitas diartikan sebagai tingkat produksi yang dapat dipertahankan dalam kondisi konstan
normal, meskipun kondisi lingkungan berubah. Suatu sistem dapat dikatakan memiliki kestabilan
tinggi apabila hanya sedikit saja mengalami fluktuasi ketika sistem usaha tani tersebut mengalami
gangguan. Sebaliknya, sistem itu dikatakan memiliki kestabilan rendah apabila fluktuasi yang
dialami sistem usaha tani tersebut besar. Produktifitas menerus yang tidak terganggu oleh
perubahan kecil dari lingkungan sekitarnya. Fluktuasi ini mungkin disebabkan karena perubahan
iklim atau sumber air yang tersedia, atau kebutuhan pasar akan bahan makanan.

Keberlanjutan (Sustainability)
Kemampuan agroekosistem untuk memelihara produktifitas ketika ada gangguan besar. Gangguan
utama ini berkisar dari gangguan biasa seperti salinasi tanah, sampai ke yang kurang biasa dan lebih
besar seperti banjir, kekeringan atau terjadinya introduksi hama baru. Aspek
keberlanjutan sebenarnya mengacu pada bagaimana mempertahankan tingkat produksi tertentu
dalam jangka panjang.
Pemerataan (Equitability)
Aspek Ekuitabilitas digunakan untuk menggambarkan bagaimana hasil-hasil pertanian dinikmati
oleh segenap lapisan masyarakat. Contoh apabila suatu sistem usaha tani dapat dikatakan memiliki
suatu ekuitabilitas atau pemerataan sosial yang tinggi apabila penduduknya memperoleh manfaat
pendapatan, pangan, dan lain-lain yang cukup merata dari sumber daya yang ada. Indikatornya
antara lain rata-rata keluarga petani memiliki akses lahan yang luasnya tidak terlalu berbeda atau
senjang. Pemerataan biasanya diukur melalui distribusi keuntungan dan kerugian yang terkait
dengan produksi barang dan jasa dari agroekosistem.

2.3 Perbedaan Ekosistem Alami dengan Agroekosistem


Ada beberapa aspek yang membedakan ekosistem alami dengan agroekosistem, diantaranya:
1. Produksi, dalam hasil produksi ekosistem alami menghasilkan lebih sedikit hasil dibanding
agroekosistem yang menghasilkan hasil produksi yang begitu tinggi.
2. Keanekaragaman spesies, agroekosistem lebih sedikit karena lebih berfokus dalam monokultural
sedangkan ekosistem alami lebih bervariasi jenisnya.
3. Sumber energi, agroekosistem mendapatkan energinya dari sinar matahari sebagai sumber utama
juga dari pupuk dan pestisida sedangkan ekosistem alami hanya mendapatkannya dari alam dan
sinar matahari.
4. Rantai makanan, rantai makanan ekosistem alami lebih panjang dan kompleks disbanding
agroekosistem yang jauh lebih sederhana.

Sumber:

https://books.google.co.id/books?id=KvueAwAAQBAJ&lpg=PA85&dq=siklus%20nitrogen%20pada%
20ekosistem%20darat&hl=id&pg=PA86#v=onepage&q=siklus%20nitrogen%20pada%20ekosistem%
20darat&f=false

http://oseanografi.lipi.go.id/dokumen/oseana_xxxii(2)29-41.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/60385/Chapter%20II.pdf;jsessionid=2E74
874C6589F647A7F96C71182DDFFD?sequence=4
https://www.academia.edu/24032460/MAKALAH_EKOLOGI_PERTANIAN_Agroekosistem_

https://chyrun.com/mengenal-agroekosistem-ekosistem-pertanian/
http://www.ebiologi.net/2016/02/tingkat-organisasi-kehidupan.html
http://camincamin.blogspot.com/2017/11/makalah-komunitas-tumbuhan-dan-sifat.html?m=1
http://idablogbiologi.blogspot.com/2011/04/struktur-komunitas-suksesi-dan.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai