Anda di halaman 1dari 4

PANCASILA, SUATU DASAR NEGARA YANG TERLUPAKAN BANYAK

ORANG

Fungsi pokok pancasila pada awal kelahirannya adalah sebagai dasar negara, atau fondasi
bagi bangunan rumah kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ibarat sebuah bangunan
rumah, pancasila diciptakan sebagai fondasi yang kuat agar rumah kebangasaan bernama Negara
Indonesia tersebut dapat kokoh dan abadi serta menjadi tempat perlindungan bagi setiap warganya.
Negara akan “melindungi” segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia”.
Meminjam analogi Arnold Toynbee, membangun negara dan peradapan tanpa didasari prinsip-
prinsip rohaniah dan transendental yang kuat adalah ibarat membangun istana pasir yang rapuh.
Kesadaran akan pentingnya dasar rohaniah semacam ini menjadi konteks awal lahirnya pancasila.
Dalam hal ini , pancasila didudukan sebagai dasar negara yang kuat adalah ibarat membangun
sebuah istana pasir yang rapuh.

Dari analogi Arnold Toynbee ini , dapat dilihat bahwa Pancasila mengambil inspirasi besar
dari analogi ini , bisa dilihat dengan mudah pada sila 1 yang berbunyi “ketuhanan yang maha esa”
sila ini sangat mendukung analogi dari Arnold Toynbee , karena analoginya mengatakan bahwa
suatu negara harus dibangun dengan dasar rohaniah yang kuat , dan dapat dilihat bahwa dasar
negara kita , pada sila pertamanya mengutamakan ketuhanan sehingga negara atau bangsa ini
diharuskan memiliki dasar rohaniah yang kuat.

Untuk menyadari mengapa bangsa ini memerlukan nilai dan dasar-dasar dari Pancasila,
maka kita harus mengetahui terlebih dahulu apa itu pengertian dari bangsa , di tahun 1882 Ernest
Renan mengemukakan bahwa bangsa itu adalah suatu nyawa , suatu azas akal-akal yang terjadi
karena dua hal , karena rakyat suatu bangsa harus menjalani suatu riwayat secara Bersama dan
karena sekarang mereka mempunyai kemauan untuk hidup menjadi satu. Bukannya persamaan ras
, agama , butuh , dan bukan pula batas-batas suatu negeri yang menjadikan suatu bangsa itu.

Dari pengertian diatas , maka dapat dimengerti mengapa negara Indonesia membutuhkan
dasar negara yaitu Pancasila , dan selain membutuhkannya , juga harus merefleksikan realitas yang
sekarang ini terhadap nilai Pancasila yang ada , agar tidak melupakan kenapa kita menjadi satu
bangsa , dibawah satu dasar negara yaitu Pancasila.

Upaya refleksi dan abstraksi lebih lanjut terhadap pancasila tersebut akan menghasilkan
persepsi lebih mendalam terhadap pancasila sebagai sistem filsafat. Pancasila bukan hanya
dipahami sebagai sistem keyakinan , tetapi juga sebagai sistem filsafat. Apa itu sistim filsafat ?
Secara etimologis, filsafat berasal dari kata Yunani philos atau philein yang berarti cinta atau
teman dan shopos atau shopia artinya kebijaksanaan. Dari akar etimologis itu secara sederhana
filsafat dapat diartikan sebagai cinta kepada kebijaksanaan atau teman kebijaksanaan (wisdom).

Salah satu teori filsafat yang saya temukan adalah teori filsafat menurut Prof. Dr. Nicolaus
Drijarkara , beliau mengemukakan “pancasila sebagai dalil filsafati”. Beliau ialah satu dari tokoh
penting yang mengajukan argumentasi filosofis bercorak eksistensial terhadap pancasila .
Argumentasi bercorak eksistensial artinya adalah penjelasan yang mengacu kepada prinsip
eksistensi manusia terhadap kenyataan “pantjasila dan religi” , Pancasila merupakan dalil-dalil
filsafati yang menjadi jawaban atas pertanyaan dasar tentang hubungan kodratiah manusia dengan
realita disekitarnya. Ia mengistilahkan pancasila menjadi “rumus realita manusia dalam semesta-
realita”. Dengan dalil-dalil filsafati, Pancasila menjadi lebih sistematis daripada sekedar
pandangan hidup biasa.

Pangkal dari dalil-dalil filsafat tersebut adalah kesadaran manusia tentang eksistensi atau
keberadaan diri, yang termuat dalam sila ke-2. Inti dari muatan sila-sila Pancasila secara prinsipil
adalah ajaran cinta kasih, sehingga dalil filsafat pancasila tersebut berbunyi :”ada kita sebagai
manusia adalah liebendes mit-einander-sein, ada-bersama-yang lain-dengan-cinta-kasih, dan itu
harus ditaati dan dijalankan”. Dengan dalil tersebut, maka dari refleksi tentang jati diri manusia,
kita akan berpijak pada cinta kasih kemanusiaan (sila ke-2) , yang didalamnya mengandung sifat
dasar cinta kasih persaudaraan (sila ke-3). Dan cara berada manusia dengan cinta kasih sesamanya
dalam masyarakat negara adalah prosedur demokrasi (sila ke-4), sedangkan perikemanusiaan
dengan cinta kasih khusus dalam bidang ekonomi dan urusan-urusan barang material
menghasilkan keadilan sosial (sila ke-5). Semua itu dilaksanakan dalam rangka pengabdian
setinggi-tingginya dan cinta kasih setulus-tulusnya kepada tuhan (sila ke-1). Demikian sistematika
dalil filsafat pancasila menurut Driyarkara (Driyarkara,1959:49).

Dengan semua yang sudah tercantum diatas , maka salah satu fungsi pancasila adalah
sebagai dasar negara yang didasari oleh kepedulian dan cinta kasih sesama rakyat rakyat dalam
suatu negara yang menganut pancasila , dengan ini pancasila selain menjadi suatu dasar negara ,
juga merupakan sebuah dasar pikiran atau sebagai sistim filsafat, maka dapat disimpulkan bahwa
filsafat pancasila adalah suatu cara pikir yang bijaksana yang dapat dijadikan refleksi nasional ,
pemikiran ini bersifat komprehensif dan kritis tentang hakikat pancasila sebagai dasar negara , dan
dasar budaya bangsa.

Tetapi pada kenyataannya , saat saya lihat realita yang ada , pancasila justru malah
dilupakan oleh sebagian besar warga negaranya sendiri , dapat dilihat dengan mudah dari peristiwa
peristiwa yang ada sekarang , bahwa Pancasila itu hanya sebagai suatu dasar kosong yang sudah
dilupakan oleh warga warganya. Untuk kasusnya sederhana saja , saya pernah melihat seseorang
menegur orang lain yang memakai Bahasa daerahnya sendiri , dengan beralasan , anda tidak
sedang berada di daerah anda , jadi tolong gunakanlah Bahasa daerah kami. Apakah ini refleksi
dari rakyat Indonesia yang mempelajari dan mengetahui Pancasila ? ini dapat dengan mudah
dijadikan contoh bentuk penyelewengan sila ke 3 yang berbunyi “persatuan Indonesia”. Dimana
persatuannya ? jika seseorang memakai Bahasa daerahnya sendiri untuk berbicara dengan orang
sekitarnya karena dia belum mengerti akan Bahasa daerah yang digunakan pada suatu daerah yang
ia tinggali pada kala itu , apakah dapat dikatakan bersatu bila sesorang dari daerah tersebut
menegurnya agar menggunakan suatu Bahasa yang ia belum jelas faham ? ini adalah satu dari
sekian banyak contoh contoh yang dapat diamati pada kehidupan sehari hari.
Untuk contoh lainnya Belakangan ini marak terjadi konflik-konflik sosial-politik yang
mengatasnamakan agama. Konflik tersebut bersifat horizontal dan bisa saja menjadi sebuah
indikasi tentang instabilitas nasional. Sentimen berdasar suku, ras dan agama tidak dapat
dipungkiri masih menjadi latar belakang terjadinya konfik kekerasan, sosial, hukum bahkan
politik. Walaupun telah menjadi sebuah negara yang ber-Pancasila puluhan tahun lamanya,
Indonesia nyatanya belum lepas dari gelombang kekerasan dan intoleransi atas nama agama, baik
yang ditujukan kepada kelompok-kelompok minoritas agama, maupun kelompok yang dipandang
tidak sepaham dalam satu agama masih menjadi titik krisis persoalan dalam berbangsa. misalkan
saja OPM (Organisasi Papua Merdeka) : Organisasi Papua Merdeka ini sudah beridiri sejak tahun
1965 dan bahkan masih berdiri sampai sekarang. Gerakan ini merupakan salah satu organisasi
yang bersikeras untuk memisahkan Papua Barat dari wilayah NKRI dan ingin merdeka sendiri
karena merasa jika daerah mereka tidak ada hubungannya dengan bangsa Indonesia. Ini termasuk
pelanggaran sila ketiga karena ingin berpisah dari Bangsa Indonesia.

Masalah masalah yang telah dicontohkan diatas ini tidak akan terjadi bila rakyat rakyat
Indonesia tetap mengingat akan makna dan tujuan Pancasila dan bangsa , dimana seharusnya
negara Indonesia dijalankan dengan sifat toleransi , persatuan dan kasih sayang, sesuai dengan
pemikiran Prof. Dr. Nikolaus Drijarkara , akan tetapi amat disayangkan pada kenyataannya ,
kebanyakan orang sekarang telah melupakan dasar negaranya sendiri dan lebih mempercayai
ajaran ajaran yang diterimanya yang justru membuat banyak dari rakyat Indonesia ini cenderung
bersifat separatis , dan dengan sifat separatis ini maka secara tidak langsung nilai dasar dari
Pancasila dan kebangsaan yang kita miliki , sudah terlupakan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Anas , M ; Hasibuan , A.A ; Prabowo , M.N.S ; Putera , S.D.E ; Safa’at , M.A ; Saraswati , D.
2017. Pancasila Dalam Diskursus. Yogyakarta : Ifada Publishing

Arsy , S. 2015. Nasionalisme , Islamisme , Marxisme , Pikiran-Pikiran Soekarno Muda. Bandung


: Sega Arsy Publishing

Referensi Internet :
https://guruppkn.com/contoh-kasus-pelanggaran-pancasila

Anda mungkin juga menyukai