Anda di halaman 1dari 2

KPAI

memandang bahwa pernikahan usia dini bukan merupakan solusi terbaik. "Usia
anak harus kita lindungi karena perwakinan bukan solusi terbaik bagi anak," kata
Ketua KPAI Susanto dalam temu pers menyikapi isu-isu terkini terkait
perlindungan anak di Jakarta, Senin. Susanto menyampaikan hal tersebut terkait
dengan kasus hubungan anak laki-laki usia 13 tahun yang masih duduk dibangku
SD dengan anak perempuan usia SMP hingga hamil di Tulungagung Jawa Timur.
Perkawinan kemudian dianggap sebagai solusi oleh kedua keluarga. Rencana
menikahkan kedua anak tersebut ditolak oleh Kantor Urusan Agama setempat yang
diapresiasi oleh KPAI. Saat ini pihak keluarga tenga mengupayakan dispensasi di
Pengadilan Agama. Menurut Susanto, perkawinan usia dini memberikan dampak
yang kompleks seperti dampak psikologis, kematangan cara berpkir, hubungan
suami istri, pengasuhan, hingga kerentanan konflik keluarga. "Dalam sejumlah
kasus kami mendapatkan aduan bahwa anak yang menikah dini punya kerentanan
yang tinggi berbagai konflik di tengah-tengah keluarga," katanya. Terkait
kehamilan yang tejadi, menurut Susanto penting untuk dibahas tindak lanjutnya
oleh dinas pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, pekerja sosial, Pusat
Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), dinas
pendidikan termasuk tokoh masyarakat. "Menikah bukan pilihan terbaik. Bahwa
kemudian yang bersangkutan hamil memang kondisinya seperti itu namun
kemudian dinikahkan apakah ini menyelesaikan masalah, sehingga
penyelesaiannya butuh komprehensif melihat dari berbagai sisi," katanya. Untuk
itu orang tua berperan memberikan pengasuhan yang terbaik, memenuhi kebutuhan
anak baik fisik maupun psikologis serta memberikan pendidikan kesehatan
reproduksi. Upaya melakukan pencegahan perkawinan usia dini secara masif harus
dilakukan dan tidak bisa hanya diserahkan kepada orang tua tapi semua pihak
harus punya visi yang sama untuk mencegah perkawinan dini. Berdasarkan
Undang-Undang Perkawinan, usia perkawinan yang ideal adalah 21 tahun.

Bahkan di dalam UU Perlindungan Anak Pasal 26 Ayat 1 (c) menyebutkan bahwa


kewajiban dan tanggung jawab orang tua diantaranya adalah mencegah terjadinya
perkawinan pada usia anak
Fenomena ini terjadi karena pola piker masyarakat. Masih banyak masyarakat yang
beranggapan pernikahan dini bukan masalah yang serius justru sebagai solusi
untuk menghindari kemungkinan negative

Sorotan utama KPAI di UU 1/1974 tentang Perkawinan yakni batas usia 16 tahun
yang jadi batas minimal calon pengantin perempuan untuk diizinkan menjalani
perkawinan. Hal tersebut diatur dalam Pasal 7 ayat (1) UU Perkawinan.

seseorang yang akan menikah harus memenuhi syarat umur yang diizinkan
menikah yaitu pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah
mencapai umur 16 tahun.

Lantas bagaimana jika tetap ingin melaksanakan perkawinan jika umur salah satu
atau kedua calon mempelainya di bawah ketentuan yang dibolehkan UU
Perkawinan?

Perlu dipahami terlebih dahulu bahwa untuk melangsungkan perkawinan seorang


yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun, harus mendapatkan izin
kedua orang tua.[2]

Untuk melaksanakan hal tersebut, maka kedua orang tua laki-laki maupun kedua
orang tua perempuan dapat meminta dispensasi atas ketentuan umur kepada
Pengadilan Agama bagi yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri bagi yang
non-Islam.[3] Pengajuan dispensasi tersebut diajukan ke Pengadilan sesuai wilayah
tempat tinggal pemohon.

Anda mungkin juga menyukai