2013 1 14201 841409089 Bab2 26072013082718 PDF
2013 1 14201 841409089 Bab2 26072013082718 PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Smeltzer (2002) dalam buku Brunner dan Suddarth (2002), teknik
tegangan otot yang menunjang nyeri, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa
relaksasi efektif dalam meredakan nyeri. Sedangkan Latihan nafas dalam adalah
abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi, dkk, 2002).
keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana
cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal)
intensitas nyeri, teknik relaksasi napas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi
6
7
batuk, mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan
Selain itu menurut Suddarth dan Brunner (2002), tujuan nafas dalam adalah untuk
mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien serta untuk mengurangi kerja
melibatkan otot dan respirasi dan tidak membutuhkan alat lain sehingga mudah
dilakukan kapan saja atau sewaktu-waktu. Prinsip yang mendasari penurunan oleh
teknik relaksasi terletak pada fisiologi sistem saraf otonom yang merupakan
internal individu. Pada saat terjadi pelepasan mediator kimia seperti bradikinin,
meningkatkan tonus otot yang menimbulkan berbagai efek spasme otot yang
Suddarth.2002).
8
Ada beberapa posisi relaksasi nafas dalam yang dapat dilakukan menurut
Berbaring terlentang, kedua tungkai kaki lurus dan terbuka sedikit, kedua
Berbaring miring, kedua lutut ditekuk, dibawah kepala diberi bantal dan
dibawah perut sebaiknya diberi bantal juga, agar perut tidak menggantung.
dengan bentuk pernapasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernapasan
mulut
2.2. NYERI
Sifatnya sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam
hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan
atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Musrifatul dan Hidayat, 2011).
Menurut Mc, Coffery (1979) yang dikutip oleh Aziz Alimul Hidayat,
seseorang, yang keberadaan nyeri dapat diketahui hanya jika orang tersebut
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan aktual atau potensial sehingga
Pendapat Kozier dan Erb (1983) dalam Tamsuri (2007), nyeri adalah
diakibatkan persepsi jiwa yang nyata, ancaman, dan fantasi luka. Sementara
Barbara (1996) mengungkapkan bahwa, nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman
yang bersifat benar-benar subjektif dan hanya orang yang menderitanya yang
dapat menceritakan dan mengevaluasi, masih menurut Barbara (1996), nyeri juga
dapat diartikan sebagai bentuk pengalaman yang dapat dipelajari oleh pengaruh
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan perilaku (Mc. Nair,
1990 dalam Potter dan Perry, 2005), munculnya nyeri sangat berkaitan erat
dengan reseptor dan adanya rangsangan. Reseptor nyeri adalah nociceptor, yang
merupakan ujuang-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit mielin yang
tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri,
hati dan kantong empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respon akibat adanya
nyeri mengirimkan implus melalui serabut saraf perifer. Menurut Jones dan Cory
(1990), ada dua tipe serabut saraf perifer yang mengonduksi stimulus nyeri yaitu:
a. Reseptor A-delta
memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang apabila penyebab
b. Serabut C
terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit
menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai di dalam massa
dengan sel-sel saraf inhibitor mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai
12
asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Mc. Nair, 1990 dalam
Menurut Long (1989) dalam Hidayat (2011), terdapat beberapa teori tentang
2. Teori Pola, (pattern theory) rangsangan nyeri masuk mellaui akar ganglion
Wall (1965) yang dikutip oleh Qittum (2008), mengusulkan bahwa impuls
sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan
teori menghilangkan nyeri. Menurut Teori ini nyeri bergantung dari kerja
saraf besar dan kecil. Keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.
sistem saraf otonom yang merupakan bagian dari sistem saraf perifer yang
4. Menurut Long (1989) dalam Hidayat (2011), Teori Transmisi dan Inhibisi.
b. Respon Psikologis
nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien. Menurut Qittun (2008), arti nyeri bagi
Penghargaan terhadap penderitaan orang lain, sesuatu yang harus ditoleransi, dan
bebas dari tanggung jawab yang tidak dikehendaki. Pemahaman tentang arti nyeri
sangat dipengaruhi tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu dan juga
c. Respon perilaku
imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari & tangan), kontak fisik
a. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat
(Hidayat,2011).
waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan. Nyeri kronis penyebabnya
tidak diketahui atau karena pengobatan yang terlalu lama, dan daerah nyeri
dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis
diantarnya nyeri somatis, nyeri viseral, nyeri alih (referent pain), nyeri
(Musrifatul,2011).
Klasifikasi nyeri menurut lokasi serangan (Long B.C, 1996), adalah sebagai
berikut :
1) Nyeri Somatik
Terbagi menjadi dua jenis yaitu nyeri superficial, yang merupakan nyeri
akibat kerusakan jaringan kulit dan nyeri deep somatic merupakan nyeri yang
2) Nyeri Viceral
Nyeri viceral merupakan nyeri yang timbul akibat adanya gangguan pada
3) Nyeri Alih
Merupakan nyeri yang menjalar dan terasa pada lokasi lain dari lokasi yang
4) Nyeri Psikogenik
fisiologisnya.
5) Nyeri Phantom
Nyeri phantom merupakan nyeri yang dirasakan oleh individu pada salah satu
6) Nyeri Neurologis
Merupakan nyeri dalam sistem neurologis yang timbul dalam berbagai bentuk,
seperti neuralgia.
1. Usia
kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-anak dan lansia. Anak
belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus mengkaji respon nyeri
18
pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan
dialami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani
dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri
2. Jenis kelamin
signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor budaya dan
faktor biokimia. Dari data diatas penulis menyimpulkan tidak pantas jika laki-laki
3. Kebudayaan
4. Makna nyeri
Derajat dan kualitas nyeri akibat cedera karena hukuman dan tantangan. Makna
nyeri oleh seseorang akan berbeda jika pengalamannya tentang nyeri juga
berbeda. Selain pengalaman, Makna nyeri juga dapat ditentukan dari cara
yang sedang bersalin akan mempersepsikan nyeri yang berbeda dengan seorang
2005).
5. Perhatian
Menurut Gill (1990) yang dikutip oleh Priyanto (2009), “tingkat seorang
upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun”. Konsep ini
6. Ansietas
Menurut Gil (1990) dalam Potter dan Perry (2005), hubungan antara nyeri
otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Sama hubungan cemas
cemas. Sulit untuk memisahkan dua sensasi, stimulus nyeri mengaktifkan bagian
Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat
ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya.
oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan
kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua
orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri dengan
tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak
dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007).
diantaranya :
a. Skala intensitas nyeri menurut Agency for Health Care Policy and
0 10
Tidak Nyeri sangat
Nyeri Hebat
Keterangan :
0 : Tidak nyeri,
1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik,
7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti
memukul.
c. Skala Wajah
care of infants and children, ed 7, St. Louis 2003. Mosby (Jackson. M &
Jackson. L, 2011)
tidak perlu mencari indikasi khusus untuk melakukan operasi ini (Martinus
Gerhard, 1997).
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Sedangkan
menurut Farrer (2001), Sectio caesaria (SC) adalah suatu tindakan untuk
melahirkan bayi per abdominal dengan melalui insisi pada dinding abdomen dan
dinding uterus interior, biasanya yang sering dilakukan insisi segmen bawah
adalah melahirkan janin melalui insisi pada dinding abdomen (laparatomi) dan
guna melahirkan janin ( persalinan buatan ), melalui insisi pada dinding abdomen
dan uterus bagian depan sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut
dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat (Alsatrio,2012)
2.3.1 Indikasi
plasenta previa, pernah seksio sesarea, kelainan letak, partus tak maju, kehamilan
1. Indikasi Ibu
b) Panggul sempit.
g) Distosia serviks
i) Disfungsi uterus
a) Letak lintang
b) Letak bokong
d) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-
presentation)
4. Gawat janin
f) Kelainan Uterus :
(tiga) jeniS:
Insisi di buat pada korpus uteri, pembedahan ini yang lebih mudah
10 cm.
Pada bagian segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil,
luka ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari tangan dan berhenti di dekat
besar kasus terletak dibalik insisi di ekstraksi atau di dorong, diikuti oleh
karena insisi rahim atau akibat atonia uteri yang dapat terjadi setelah
c. Sepsis setelah pembedahan, frekuensi dari komplikasi ini lebih besar bila
dalam rahim.
d. Cidera pada sekeliling struktur usus besar, kandung kemih yang lebar
g. Gangguan laktasi
caesarea meliputi :
1. Pentalaksanaan Farmakologi
a. Meperidine/Petidine
menit, mencapai puncak dalam waktu 1 jam dan masa kerjanya 3-5
secara oral mencapai 45% - 75%. Meperidin 64% terikat pada protein
dihati (Sulistia,2007).
29
b. Asam Mafenamat
arakidonat.
c. Kaltrofen
atau susu.
kali/12 jam.
secara injeksi sebaiknya tidak lebih dari 3 hari. Bila responnya baik,
oksitosin. Oksitosin merangsang otot polos uterus dan kelenjar mamae. Adapun
Farmakodinamik
- Efek Kardiovaskuler:
Farmakokinetik
tablet isap
32
tidak terikat oleh protein plasma dan dieliminasi oleh ginjal dan hati
(sulistia,2007)
a. Tanda-tanda vital
di evaluasi setiap 4 jam sekali. Jumlah urin dan jumlah darah yang hilang serta
terbukti sudah cukup selama pembedahan dan dalam 24 jam pertama berikutnya.
dievaluasi kembali. Bila tidak ada manipulasi intra abdomen yang ekstensif atau
sepsis, pasien seharusnya sudah dapat menerima cairan per oral satu hati setelah
kedua setelah operasi, sebagian besar pasien sudah dapat menerima makanan
biasa.
33
Kateter sudah dapat dilepas dari vesika urinaria setelah 12 sampai 24 jam
distensi. Gejala kembung dan nyeri akibat inkoordinasi gerak usus dapat menjadi
gangguan pada hari ke-2 dan ke-3 post operasi. Pemberian supositoria rectal akan
diikuti dengan defekasi atau jika gagal, pemberian enema dapat meringankan
keluhan pasien.
d. Ambulasi
Pada hari pertama post operasi, pasien dengan bantuan perawat dapat
baru saja diberikan akan mengurangi rasa nyeri. Pada hari kedua, pasien dapat
e. Perawatan luka
Luka insisi diinspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang relative
diangkat pada hari ke empat setelah pembedahan.Paling lambat pada hari ke tiga
post partum, pasien sudah dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
f. Laboratorium
Secara rutin Ht diukur pada pagi hari setelah operasi, Ht harus segera
dicek kembali bila terdapat kehilangan darah atau bila terdapat oliguri atau
melakukan ambulasi tanpa kesulitan apapun dan kemungkinan kecil jika terjadi
Pada Proses operasi digunakan anastesi agar pasien tidak merasakan nyeri
pada saat dibedah. Namun setelah operasi selesai dan pasien mulai sadar dan efek
anastesi habis bereaksi, pasien akan merasakan nyeri pada bagian tubuh yang
mengalami pembedahan. Pada operasi Sectio Caesaria ada 7 lapisan perut yang
harus disayat. Sementara saat proses penutupan luka, 7 lapisan tersebut dijahit
satu demi satu menggunakan beberapa macam benang jahit. Rasa nyeri didaerah
sayatan yang membuat terganggu dan pasien merasa tidak nyaman (Walley,
2008).
Nyeri post operasi akan meningkatkan stress post operasi dan memiliki
kecemasan, bernafas lebih mudah dan dalam, dapat mentoleransi mobilisasi yang
memastikan bahwa nyeri pasien post operasi dapat dibebaskan. (Potter dan Perry,
2006).
35
Respon tubuh :
Nyeri
1. Respon Fisiologis
2. Respon Psikologis
3. Respon Perilaku
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi Nyeri :
Skala Wajah
nyeri pada pasien post operasi sectio caesaria di Rumah Sakit Umum Prof.