PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg atau nilai
tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Menurut InaSH (perhimpunan hipertensi Indonesia), untuk
menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan
jarak 1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100 mmHg (Gardia, 2012). Organ berpengaruh
terhadap Hipertensi ada Jantung, Pembuluh Darah, Ginjal, Otak, Dan Mata (Retina). Hipertensi bisa
terjadi karena Faktor usia, Obesitas, Kurangnya olahraga, Gangguan ginjal tiroid, Stress, Makanan
makanan yang banyak mengandung garam, Genetik/ keturunan, Alkohol, Dan Merokok.
Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terbesar penyebab morbiditas dan mortalitas pada
penyakit kardiovaskuler (Kearney dkk., 2005) Sejak tahun 1999 hingga 2009, angka kematian akibat
hipertensi meningkat sebanyak 17,1% (Go dkk., 2014) dengan angka kematian akibat komplikasi
klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan melalui
kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik. Merubah gaya hidup yang
sudah menjadi kebiasaan seseorang membutuhkan suatu proses yang tidak mudah. Untuk merubah
perilaku biasanya ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi, salah satunya adalah pengetahuan
seseorang tentang objek baru tersebut. Diharapkan dengan baiknya pengetahuan seseorang terhadap
objek baru dalam kehidupannya maka akan lahir sikap positif yang nantinya kedua komponen ini
menghasilkan tindakan yang baru yang lebih baik. Dengan mendapatkan informasi yang benar,
diharapkan penderita hipertensi mendapat bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan
pola hidup sehat dan dapat menurunkan resiko penyakit degeneratif terutama hipertensi dan penyakit
kardiovaskuler.
B. Tujuan Penulisan
3. Mengetahui Evidance Based Nursing terkait intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami
Hipertensi.
1
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, maupun melaksanakan Asuhan Keperawatan pasien yang
mengalami “Hipertensi”.
2. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, maupun melaksanakan pengkajian keperawatan dan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg atau nilai
tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Menurut InaSH(perhimpunan hipertensi Indonesia), untuk
menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak
1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100 mmHg (Gardia, 2012). Hipertensi dapat didefinisikan
sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di
atas 90 mmHg. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolic sedikitnya 90 mmHg (Price, 2005). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi
tekanan darah normal seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli, yaitu> 140/90 mmHg (Sudoyo,
2006). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas
normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)
(Kushariyadi, 2008).
B. Jenis Hipertensi
1. Hiprtensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.Jenis hipertensi ini
diderita oleh sekitar 95% orang.Oleh sebab itu, penelitian dan pengobatan lebih ditunjukan bagi
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untik
b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah
maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit
hitam lebih banyak dari kulit putih).
c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbul hiprtensi adalah konsumsi garam yang tinggi
(lebih dari 30 g), kegmukan atau makan yang berlebihan,stres, merokok, minum alkohol, minum
obat-obatan (efedri, prdnison, epinefrin).
3
2. Hipertensi skunder
Hipertensi skunder terjadi akibat penyebab yang jelas.Salah satu contoh hipertensi skunder
adalah hipertensi vaskular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis.Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis.Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga
terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin
11.Angiotensin 11 secara langsung meningkatkan tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andotro dan reasorpsi
natrium. Apabila dapat di lakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,
Penyebab lain dari hipertnsi skunder, antara lain feokromositoma, yaitu tumor penghasilan
epinefri di kelenjar adrenal, yang menyebabkan meningkatnya kecepatan denyut jantungdan volume
sekucup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekucup akibat retensi garam
dan peningkatan CTR karena hipersentivitas sistem saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan
aldosteron tanpa di ketahui penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan konstrasepsi oral
Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional adalah jenis hipertensi sekunder.
Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan darah (≥140 mmHg pada sistoli; >90 mmHg pada
diastolik) terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita non-hipertensi dan membaik dalam 12
minggu pascapartum. Hipertensi jenis ini tampak terjadi akibat kombinasi dan peningkatan curah
jantung dan pningkatan total peripheral resistance (TPR). Jika hipertensi terjadi setelah 12 minggu
pascapartum, atau telah ada sebelum kehamilan 20 minggu, masuk ke dalam kategori hipertensi
kronik.
Pada preeklampsia, tekanan darah tinggi di sertai dengan proteinuria (dari dalam urine
setidaknya 0,3 protein dalam 24 jam). Preeklampsia biasanya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu
dan dihubungan dengan penurunan aliran darah plasenta dan peleasan mediator kimiawi yang dapat
penuluran aliran darah plasenta dan pelepasan mediator kimiaw yang dapat menyebabkan difungsi sel
endotel vaskular di seluruh tubuh. Kondisi ini merupakan gangguan yang sangat serius, seperti halnya
Hipertensi atau tekanan darah, jantung didalam tubuh memompa kedalam sel pembuluh darah
yang kemudian membawa darah keseluruh tubuh. Normal tekanan darah 120/80 mmHg, pada saat
terjadinya hipertensi jantung bekerja keras memompa darah keseluruh tubuh yang diakibatkan karena
dampak pengerasan pembuluh darah, penyempitan arteri juga gangguan jantung.
4
Gambar 1.1(https://search.yahoo.com)
1. Pembuluh Darah
Pembuluh darah menjadi keras, sempit dan kehilangan elastisitasnya. Pada akhirnya akan
mengakibatkan penyumbatan dan robek. Terjadi seiring bertambahnya usia meskipun tidak memiliki
riwayat tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi menyebabkan gangguan pembuluh darah, akibat
lain tekanan darah tinggi berpengaruh terhadap proses perkembangan arteroklerosis (penebalan
semakin meningkat dan jantung berusaha keras memompa untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh.
Akibat jantung terlalu keras bekerjaakan mengganggu fungsi jantung yang menyebabkan kelainan
jantung.
2. Jantung
Jantungnya membesar dan sebagian darah yang seharusnya dipompa untuk diedarkan keseluruh
tubuh tertinggal di dalam bilik atau ventrikel jantung dan terjadi jantung kongestif, jantung tidak
mampu lagi memompa darah yang ada dibilik atau ventrikelnya.Gejala dari kelainan gagal jantung
kongestif, adanya akumulasi cairan dalam paru dan rongga dada.
3. Otak
Penyumbatan atau robekan pada pembuluh darah otak, pembuluh darah di otak dapat
mengalami stroke dan pendarahan diotak yang mempengaruhi fungsi normal otak, terjadi perdarahan
Jika pembuluh darah yang mengalirkan darah ke ginjal rusak, maka jaringan ginjal tidak akan
mendapatkan darah yang diperlukan yang menyebabkan kehilangan fungsi ginjal.
5. Mata
Tekanan darah tinggi menyebabkan gangguan retina pada mata yang menyebabkan perubahan
retina pada mata, tempat dimana mata mendapatkan gambar visual yang menyebabkan mata kabur,
5
katarak, bahkan bisa menyebabkan kebutaan.Pembuluh darah pada retina semakin menyempit, robek
Pada Tabel 1.2 Menjelaskan bagaimana Biokimia dan Fisika pada penyakit Hipertensi.
Tabel 1.2 Biokomia dan Fisika
Rasional
Biokimia a. Kadar hormon- hormon renin- angiotensin-aldosteron
b. Hormon adrenalin & noradrenalin
c. Sistem saraf simpatik & parasimpatik dan lain sebagainya
Penyebab perbedaan dengan orang lain: genetik, pola diet, kualitas
pembuluh darah, adanya penyakit lain (hiperlipidemia, diabetes, gagal
ginjal), faktor psikologis, obat-obatan yang sedang dipakai.
Fisika a. Osmolaritas- makin tinggi osmolaritas, makin tinggi BP. Osmolaritas paling
dipengaruhi oleh kadar Na.
b. Volume- makin rendah volume, makin tinggi osmolaritas -> makin tinggi BP.
c. Tahanan parifer ( dipengaruhi oleh luas penampangan pembuluh darah) –
makin tinggi tahanan perifer, makin tinggi BP.
d. Volume sekuncup ( stroke volume ) – makin tinggi stroke volume, makin
tinggi BP.
(sumber : Ns.kiki 2017)
E. Etiologi
Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.Hipertensi terjadi sebagai
respons penigkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi,ada berapa faktor yang
6
F. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaxsai pembulu darah terletak di pusat vasomotor,
pada medulla diotak. Dari pusat fase motor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis ditoraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk influs yang bergerak kebawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis.Pada titik ini, neuron priganglion melepaskan asetilkolin dimana
dengan dilepaskannya norepinepril mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan kekuatan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal
yang menyebabkan faso kontriksi.korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya. Yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan
kemudian diubah menjadi angiotensin II suatu vasekontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
G. Derajat Hipertensi
Hipertensi adalah kondisis yang peling umum terlihat pada perawatan primer dan menyebaban
infrak miokard,struk, gagal ginjal, dan kematian jika tidak terdektesi dini dan di obati dengan tepat.
Pasien ini di yakinkan bahwa pengobatan tekan darah ( BP) akan mengurangi beban penyakit mereka,
sementara dokter menginginkan panduan pengelolahan hipertensi dengan menggunakan bukti ilmiah
terbaik. Laporan ini mengambil pendekatan berbasis bukti yang ketat untuk merekombinaskan ambang,
tujuan, dan pengonbatan-pengobatan dalam pengelolahan hipertensi pada orang dewasa.Bukti ambil
dari uji coba terkontrol secara acak, yang mewakili standar emas untuk menentukan khasiat dan
efektifitas.Bukti kualittas dan rekomendasi dinilai berdassarkan pengaruhnya terhada hasil penting.
Ada bukti kuat yang mendukung pengobatan orang hipertensi berusia 60 tahun atau lebih tua
terhadap sasaran BP kurangi dari 150/90mmHg dan orang hipertensi berusia 30 sampai 59 tahun
ketujuan diastolic kurang dari 60 tahun untuk tujuan sistolik, atau pada mereka yang berusia lebih muda
dari 30 tahun untuk tujuan diastolic, sehingga panel merekomendasikan BP kurang dari 140/90 mmHg
untuk kelompok-kelompok tersebut berdasarkan ahli pendapat. Ambang batas dan tujuan yang sama
direkombinasikan untuk orang dewsa. Hipertensi dengan diabetes atau penyait ginjal kronis
7
nondiabetes (CKD) seperti pada populasi hipertensi umum yang berusia kurang dari 60 tahun.Ada bukti
moderat untuk mendukung memulai pengobatan dengan penghambat enzim pengubah angiontensin,
penghambat saluran kalsium, atau diuretic tipe thiazide pada populasi hipertensi nonblack, termasuk
diabetes.Pada populasi hipertensi hitam, termasuk diabetes, calcium channel blocker atau thiazide-type
diuretic direkombinasikan sebagai terapi awal.Ada bukti moderat untuk mendukung terapi awal.Ada
bukti moderat untuk mendukung terapi antihipertensi awal atau tambahan dengan inhibitor enzim
pengubah angiontensin pada orang dengan CKD untuk memperbaiki hasil ginjal.Meskipun panduan ini
memberikan rekombinasi berbasis bukti untuk pengelolaan BP tinggi dan harus memenuhi kebutuhan
klinis kebanyakan pasien, rekomendasi ini bukan merupakan pengganti nilai klinis, dan keputusan
tentang perawatan harus mempertimbangkan dan menggabungkan karakteristik klinis dan kadang
masing-masing secara hati-hati.Pasien individu.Hipertensi tetap menjadi salah satu contributor yang
peling penting untuk penyakit dan kematian.Bukti melimpah dari uji coba terkontrol secara acak (RCT)
telah menunjukan manfaat pengobatan obat antihipertensi dalam mengurangi dampak kesehatan yang
penting.Pada orang dewasa hipertensi pedoman klinis ada di persimpangan antara bukti penelitian dan
tindakan klinis yang dapat memperbaiki hasil pasien. Panduan praktek kliniklaporan institute of medicine
kami bias mempercayai garis besar jalur menuju pengembangan panduan dan merupakan pendekatan
yang diharapkan panel ini dalam pembuatan lapora ini. Angota panel yang ditunjukan ke komite
nasional bersama ke delapan ( JCN 8) menggunakan metode berbasis bukti dan rekombinasi untuk
pengobatan tekanan darah (BP) berdasarkan tinjauan sistematis terdapat literature untuk memenuhi
kebutuhan pengguna, terutama kebutuuhan dokter perawatan primer lapran ini adalah ringkasan
eksekutif dari bukti dan dirancang untuk memberikan rekomedasi yang jelas bagi semua dokter.
Secara Klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :
8
H. Tanda dan Gejala
1. Sakit Kepala
Gejala hipertensi kambuh atau di saat tekanan darah sangat tinggi bisa menyebabkan sakit kepala.di
saat jantung memompa darah secara berlebihan karena disebabkan darah tidak mengalir dengan
baik ke seluruh tubuh termasuk ke kepala maka efek yang akan terjadi ialah sakit kepala. sakit kepala
bisa menandakan jika otak tidak mendapatkan cukup darah dan juga oksigen sebab ada masalah di
pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak mengalir dengan baik, sehingga jika masih
Sebagai hilangnya kesadaran sementara. Hal ini umumnya terjadi karena otak tidak menerima
asupan oksigen ( kelelahan, cuaca terlalu panas), dehidrasi, darah atau gula yang cukup, tekanan
darah rendah, dan tekanan darah tinggi (tanda-tanda stroke). selain itu pingsan dapat juga
disebabkan oleh karena gangguan impuls saraf di otak.
3. Nyeri dada
Nyeri dada biasanya terjadi akibat dari bagian otot jantung yang tidak bisa menerima pasokan darah
4. Gangguan penglihatan
Gejala hipertensi kambuh lainnya ialah dengan adanya gangguan penglihatan.Gangguan penglihatan
yang bisa buram atau ganda akibat dari tekanan darah yang sudah melampaui batas atau terlalu
tinggi.
5. Gangguan pernafasan
Karena darah yang membawa oksigen tersumbat karena penumpukan lemak yang berlebih.Oleh
Kecepatan jantung tidak wajar cepatnya (takikardia) atau lambatnya (bradikardia) atau ketika impuls
elektrik bergerak dalam aliran yang abnormal sehingga detak jantung dipekirakan mempunyai irama
yang abnormal.
dan banyak sekali darah yang mengalir di pembuluh darah ini. Seiring berjalannya waktu, kalau
hipertensi tidak terkontrol, maka akan menyebabkan arteri di sekitar ginjal ini menyempit, melemah,
dan mengeras. Kerusakan pada arteri ini menghambat darah yang diperlukan oleh jaringan pada
ginjal.
9
8. Dada berdebar
Detak jantung yang kuat dan cepat.Denyutan tersebut juga bisa terasa tidak beraturan.Selain
didada.Dapat pula terasa di tenggorokan dan leher.Faktor penyebabnya itu bisa dari merokok, kafein,
I. Faktor Penyebab
Pada Tabel 1.3 Menjelaskan Mengenai Faktor Penyebab yang terjadi pada pasien penderita Hipertensi.
usia maka tekanan darah pun akan semakin meningkat. Namun usia yang
semakin tua pun tekanan darah dapat dikendalikan dengan tetap menjaga pola
Obesitas Seseorang yang memiliki berat tubuh berlebih atau kegemukan merupakan
Kurangnya olahraga Kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga membuat organ tubuh dan pasokan
darah.
Stress Stress dapat memicu suatu hormon dalam tubuh yang mengendalikan pikiran
seseorang. Jika mengalami stress hal tersebut dapat mengakibatkan tekanan
Makanan yang banyak Garam mempunyai peluang yang sangat besar dalam meningkatkan tekanan
mengandung garam darah secara cepat. Ditambah pada mereka yang sebelumnya memiliki riwayat
terhadap penyakit diabetes, hipertensi ringan dan mereka yang berusia diatas
45 tahun.
Genetik atau keturunan Faktor keturunan memang selalu memainkan peranan penting dari timbulnya
suatu penyakit yang dibawa oleh gen keluarga. Bila salah satu anggota
keluarga atau orang tua memiliki tekanan darah tinggi, maka anak pun
memiliki resiko yang sama dan bahkan resiko tersebut lebih besar dibanding
10
Merokok Kandungan nikotin dan zat senyawa kimia yang cukup berbahaya yang
J. Manifestasi Klinis
Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala penyakit.Ada kesalahan pemikiran
yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita hipertensi selalu merasakan gejala
penyakit.Kenyataanya justru sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan adanya gejala
penyakit.Hipertensi terkadang menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri
dada, palpitasi, dan epistaksis.Gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan
K. Pemeriksaan Diagnostic
Pada tabel 1.4 Menjelaskan Pemeriksaan Diagnostic apa saja yang dapat memperjelas penyakit
11
Pemeriksaan Kalsium Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
Nilai normalnya : 8,8 – 10,4 mg/dL SI unit : 2,2 – 2,6 mmol/L
Pemeriksaan Kolesterol Kolesterol dan trigliserida serum: peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler).
Nilai normal kadar kolesterol:
1. Pada pria nilai normal kolesterol < 130 mg/dL
2. Pada wanita nilai normal kolesterol berkisar antara 160 dan 199
mg/dL
Pemeriksaan Asam Urat Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi
Kadar asam urat normal:
1. Pada pria dewasa nilai normal asam urat adalah 2 - 7,5 mg/dL,
sedangkan pada wanita dewasa 2 - 6,5 mg/dL
2. Pada pria di atas 40 tahun, normalnya 2 - 8,5 mg/dL, sedangkan pada
wanita di atas 40 tahun normalnya 2 - 8 mg/dL
3. Pada anak laki-laki usia 10-18 tahun nilai normal asam urat adalah 3,6
- 5,5 mg/dL, sedangkan pada anak perempuan 3,6 – 4 mg/dL
Foto Rontgen Foto rontgen: adanya pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta yang
melebar
Pemeriksaan Jantung Echocardiogram: tampak adanya penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin
juga sudah terjadi dilatasi dan gangguan fungsi sistolik dan diastolik
(Diklat PJT-RSCM, 2008).
L. Komplikasi Hipertensi
Storeke terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah. Stroke terjadi karena adanya
gangguan pembuluh darah ke otak bila ada daerah otak yang kekurangan suplai darah secara tiba-
tiba dan penderitanya mengalami gangguan persarafan sesuai daerah otak yang terkena. Stroke di
mana semua organ tubuh mengalami penebalan pada bagian intimia, sehingga mengakibatkan
lumen pem-buluh darah semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah otak
(Kristiyawatindkk.,2009). Tekanan darah yang sistematik yang meningkat akan membuat pembuluh
darah serebal berkonstriksi. Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila
tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan
menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh darah serebral yang mengakibatkan diamter
lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya, karena pembuluh darah
serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari
tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke
jaringan otak tidak adekuat, sehingga akan mengakibatkan iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi
kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan darah perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi
yang mengakibatkan terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak atau yang di
sebut stroke.
12
(Aisyah Muhrini Sofyan,Dkk 2012)
2. Penyakit jantung
Penyakit jantung atau yang biasanya disebut penyakit jantung koroner adalah adanya
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah arteri koroner. Penyempitan dan penyumbatan
pembuluh darah arteri koroner disebabkan oleh penumpukan zat-zat lemak (kolesterol, trigiliserida)
yang makin lama makin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding
pembuluh nadi. Hal ini mengurangi atau mengehentikan aliran darah ke otot jantung sehingga
menganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dari jantung koroner adalah kehilangan
oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang. Pembentukan plak lemak
dalam arteri akan mempengaruhi pembentukan bekuan darah yang mendorong terjadinya serangan
jantung atau penyakit jantung. Jantung bengkak dalam istilah medis disebut Cardiomyopathies
menyerang pada otot jantung itu sendiri. Orang-orang yang terserang penyakit ini biasanya
mengalami pembesarn, secara tidak normal dan atau bahkan menjadi kaku. Menyebabkan jantung
memopa secara tidak normal (Menjadi lebih lemah). Tanpa penangan yang baikcardiomyopathies
akan menyebabkan penyakit yang lebuh buruk seperti gagal jantung atau menyebabkan jantung
berdetak tidak normal dan menyebabkan stroke. Ganguan jantung ialah gangguan pada katup mitral
atau lubang pada dinding jantung yang memisahkan kedua bilik atas jantung. Secara alami
gumpalan dalam darah biasanya adisaring keparu, tetapi karena dinding jantung berlubang, mka
gumpalan lolos tidak melalui paru tetapi lasung keotak yang menyebabkan terjadinya penyumbatan
Hipertensi dan gagal ginjal merupakan faktor resiko utama terjadinya serangan jantung dan penyakit
lainnya hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah halus
dalam ginjal sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk menyaring darah dengan baik.
(Arumi, 2011 dalam jurnal (Pieter hengkesa dkk, 2015).
4. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Diuretik
Diuretic adalah obat yang meningkatkan eksresi natrium dan air dari ginjal. Obat-obatan ini
sering mejadi agens pertama yang dicoba pada hipertensi ringan dan mempengaruhi kadar
natrium dan volume darah. Meskipun obat ini menyebabkan meningkatkan kemih dan dapat
menyebabkan gangguan elektrolit serta asam basa, obat-obatan ini biasanya di toleransi dengan
baik oleh sebagian besar pasien.
penurunan pelepasan renin. Obat-obat ini memiliki banyak efek merugikan dan tidak di
anjurkan untuk semua orang. Obat ini sering digunakan sebagai monoterapi dalam
pengobatan langkah 2, dan pada beberapa pasien yang tekanan darahnya dapat dikontrol
secara adekuat oleh obat ini.
2) Penyekat α dan β berguna jika digunakan bersama dengan agens lain dan cenderung menjadi
lebih kuat, menghambat semua reseptor dalam system simpatis. Pasien sering mengeluh letih,
kehilangan libido, ketidakmampuan untuk tidur, dan gangguan gastrointestinal (GI) dan
tekanan darah. Akan tetapi, obat ini juga menghambat reseptor-α2 prasinaptik, mencegah
control umpan balik pelepasan norepineprin. Hasilnya adalah peningkatan reflex takikardia
yang terjadi jika tekanan darah diturunkan. Obat ini digunakan untuk mendiagnosis dan
tempat reseptor α1 pasca sinaptik. Hal ini menyebabkan penurunan tonus vascular dan
vasodilatasi yang mengarah pada turunnya tekanan darah. Obat ini tidak menghambat tempat
reseptor-α2 , dan oleh sebab itu reflex takikardia yang menyertai penurunan tekanan darah
tidak terjadi.
5) Agonis-α2 menstimulasi reseptor-α2 pada system saraf pusat (SSP) dan menghambat pusat
kardiovaskuler, menyebabkan penurunan aliran simpatis dari SSP dan mengakibatkan turunnya
tekanan darah. Obat ini dikaitkan dengan berbagai efek merugikan pada SSP dan GI serta
arimia jantung.
dapat terjadi. Inhibitor ACE dapat diguanakan sebagai monoterapi dalam langkah 2
penatalaksanaan hipertensi, atau dapat di kombinasikan dengan diuretic. Inhibitor ACE yang
digunakan adalah sebagai berikut.
14
1) Benazetpril (lotensin), merupakan obat oral yang sering digunakan, hanya disetujui untuk
pengobatan hipertensi, obat ini biasanya intoleransi dengan baik namun masih dikaitkan
dengan terjadinya batuk yang membandel.
2) Captrofil (Capoten) diindikasikan untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung kongestif
(GJK) nefropati diabetic, dan disfungsi ventricular kiri setelah IM ; obat ini dikaitkan dengan
pansitopenia yang terkadang fatal, batuk dan distress JI yang tidak menyenangkan.
3) Enarapril (Vasotec), obat oral yang digunakan untuk pengobatan hipertensi, GJK, dan disfungsi
ventricular kiri; obat ini digunakan secara parenteral (Enaprilat-[Vasotec IV]) Jika penggunaan
secara oral tidak mungkin digunakan atau diperlukan awitan yang cepat.
4) Fosinopril (Monopril), adalah obat oral yang ditoleransi dengan baik untuk pengobatan
hipertensi dan sebagai terapi penunjang pada GJK, obat ini juga dikaitkan dengan timbulnya
batuk.
5) Lisinopril (Prinivil, Zestril), adalah obat oral yang digunakan untuk mengobati hipertensi dan
GJK serta untuk mengobati pasien yang stabil selama 24 jam setelah IM akut guna
hipertensi; obat ini dikaitkan dengan berbagai efek JI yang tidak menyenangkan dan efek pada
kulit, batu, serta aritmia jantung; IM dan pansitopenia yang fatal terkadang dikaitkan dengan
7) Perindopril (Aceon) adalah obat oral yang digunakan secara tunggal atau dalam kombinasi
dengan antihipertensif. Lain untuk mengontrol tekanan darah. Obat ini dikaitkan dengan
pansitopenia yang terkadang fatal dan juga obstruksi jalan nafas yang srius sampai fatal
8) Kuinapril (Accuepril) digunakan secara oral untuk pengobatan hipertensi dan sebagai
penunjang pada pengobatan GJK; efek merugikan yang ditimbulkan oleh obat ini tidak
sebanyak yang ditimbulkan oleh agens lainnya.
9) Ranipril (Altace) digunakan secara oral untuk pengobatan hipertensi dan sebagai pengobatan
tambahan pada GJK; obat ini memiliki efek merugikan yang lebih sedikit dari pada beberapa
agens lain.
10) Trandolapril (Mavik), digunakan secara oral untuk pengobatan hipertensi dan GJK setelah IM
akut, ditoleransi dengan cukup baik.
serum dan hilangnya natrium serum serta cairan. Obat ini diindikasikan untuk pengobatan
15
hipertensi, tunggal atau dalam kombinasi dengan obat lain. Obat ini juga digunakan sebagai
tambahan digoksin dan diuretic untuk pengobatan GJK dan fungsi ventricular kiri.Efek terapeutik
dalam kasus ini dianggap berhubungan dengan penurunan beban kerja jantung karena
penurunan tahanan perifer dan volume darah.
e. Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi dengan baik, didistribusikan secara luas, dimetabolisme dihati, dan
dieksresikan melalui urin dan feses.Obat ini diketahui dapat menembus plasenta dan dikaitkan
dengan abnormalitas janin yang serius.Obat ini tidak boleh digunakan selama kehamilan. Wanita
usia subur yang memilih untuk menggunakan salah satu kontrasepsi barrier guna menghindari
kehamilan selama meminum obat ini. Beberapa obat ini telah terdeteksi didalam ASI. Karena
berpotensi menimbulkan efek merugikan yang serius pada neonates, ibu harus menggunakan
metode lain untuk memberi makan bayinya selama laktasi atau memilih antihipertensif lainnya.
kerusakan fungsi ginjal, yang dapat diperburuk oleh efek obat ini yang menurunkan aliran darah
ginjal; pada kehamilan, karena adanya efek merugikan potensial pada janin; dan selama laktasi,
karena berpotensi menurunkan produk ASI dan dampak pada neonates. Obat ini harus digunakan
dengan hati-hati pada pasien yang menderita GJK, karena perubahan hemodinamik dapat
memperburuk kondisi pasien pada beberapa kasus; dan pada pasien yang mengalami deplesi
g. Efek Merugikan
Efek merugikan yang paling sering terjadi pada penggunaan Inhibitor ACE berhubungan dengan
efek fase dilatasi dan perubahan aliran darah.Efek semacam ini meliputi takikardia refleks, nyeri
dada, angina, GJK, dan aritmia jantung; iritasi GI, ulkus, konstivasi, dan cedera hati; insufisiensi
ginjal, gagal ginjal, proteinuria; dan ruam, alopesia, dermatitits, dan fotosensitivitas.Berbagai obat
ini menyebabkan batuk membandel yang kemungkinan berhubungan dengan efek pada paru
tempat ACE dihambat, yang dapat menyebabkan pasien berhenti menggunakan obat
Terdapat penurunan absorpsi Inhibitor ACE oral jika digunakan bersama makanan.Obat ini harus
diminum pada saat lambung kosong, satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan.
Pertimbangan keperawatan untuk pasien yang menerima Inhibitor ACE
16
j. Tahap Pemberian obat
1) Tahap 1
Pada anak-anak: Standar nasional untuk menentukan tingkat tekanan darah pada anak anak
merupakan hal baru telah ditetapkan bahwa hipertensi dapat dimulai sebagai penyakit anak-
anak, dan berbagai penelitian penapisan telah dilakukan untuk menetukan nilai normal bagi
usia anak-anak dianggap lebih sering menderita hipertensi sekunder yang disebabkan oleh
penyakit ginjal atau masalah kongenital seperti koarkatasi aorta. Pengobatan hipertensi pada
anak-anak harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena jangka panjang dari agens anti
hipertensif tidak diketahui. Jika memungkinkan perubahan gaya hidup harus dilakukan
sebelum terapi obat. Penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas dapat menurunkan
tekanan darah kembali normal pada banyak anak-anak. Jika terapi obat diguanakan,diuretic
ringan dapat dicoba terlebih dahulu, dengan pemantauan kadar glukosa darah dan elektrolit
secara teratur. penyekatβ telah berhasil pada bebarapa anak ; efek merugikannya dapat
membatasi penggunaan obat ini pada anak yang lain. Keamanan dan efktivitas inhibutor
enzim pengubah angiotensin ( ACE ) dan penyekat reseptor angiotensin belu, ditetapkan pada
anak-anak. Penyekat saluran kalsium telah digunakan untuk mengobati hipertensi pada anak-
anak dan dapat menjadi pertimbangan pertama jika terapi obat diperlukan.
Pada orang dewasa: Individu dewasa yang menerima obat ini perlu diberi tahu tentang efek
merugikan harus segera dilaporkan. Mereka perlu diingatkan tentang waspadaan keamanan
yang mungkin perlu dilakukan pada cuaca panas atau pada kondisi yang menyababkan
kehilangan cairan (mis; diare,muntah). Jika meraka minum obat lain, efek interaksi dari
berbagai obat tersebut harus di evaluasi. Pentingnya tindakan lain untuk membantu
aktivitas juga harus ditekankan. Keamanan penggunan obat ini selama kehamilan ditetapkan.
Inhibitor ACE dan penyekat reseptor angiotensin tidak boleh digunakan selama kehamilan,
dan wanita usia subur harus di anjurkan untuk menggunakan kontra sepsi barier guna
mencegah kehamilan pada saat menggukan obat ini. Penyekat saluran kalsium dan vasodilator
tidak boleh digunakan pada kehamilan kecuali manfaatnya pada ibu jauh lebih besar dari pada
risiko potensialnya pada janin.Obat ini masuk ke ASI dan menyabkan efek merugikan pada
bayi. Obat ini harus digunakan dengan hati-hati atau metode lain untuk memberi makan bayi
harus dilakukan jka obat ini diperlukan selama aktasi.
Pada lansia: Lansia seering mendapat obat ini. Mereka lebih rentan terhadap efek toksik dari
obat dan cenderung menderita penyakit lain yang dapat mempengaruhi metabolise eksresi
obat tersebut. Kerusakan ginjal atau hati dapat menyebakan akumulasi obat didalam
tubuh.Jika terdapat disfungsi ginjal atau hati, dosisi harus dikurangi, dan pasien harus dipantau
Lansia perlu berhati-hati pada setiap situasi yang dapat menyebabkan turunnya tekanan
darah, seperti kehilangan cairan akibat diare atau muntah, kurang asupan, atau panas
berlebihan dengan sedikit keringat yang timbul karena bertambahnya usia. Pusing, jayuh atau
pingsan dapat terjadi jika tekanan darah jatuh, terkana darah harus selalu diukur sesat sebelum
obat antihipertensif diberikan kepada pasien lansia, untuk menghindari penurunan tekana
darah yang berlebihan. Pasien lansia harus diberitahu secara khusus tentang anti hipertensif
sustained release yang tidak dapat dibelah , digerus, atau dikunyah, untuk menghindari
kemungkinan kelebihan dosis jika obat ini dibelah dengan tidak tepat.
2) Tahap 2
Jika langakah pertama tidak cukup menurunkan tekanan darah ketingkat yang dapat diterima,
terapi obat diperlukan. Obat pilihan dapat berupa diuretic, yang menurunkan kadar natrium
dalam serum dan volume darah ; penyekat β, yang menyababkan frekuensi jantung dan
kekuatan kontraksi serta vasodilatasi ; inhibutor ACE, yang mengahambat pengubah
3) Tahap 3
Jika respons pasien terhadap langkah ke-2 tidak ade kuat, dosis atau kelas obat dapat diubah
4) Tahap 4
Langkah ini mencangkup semua tindakan diatas disertai tambahan agens antihipertensif lain
sampai tingkat control tekanan darah yang diinginkan tercapai. Pengobatan hipertensi
sebuah alogaritme untuk pengobatan hipertensi guna membantu dokter memilih agens
antihipertensi dengan mempertimbangkan kondisi penyulit. Respon actual pasien terhadap
antihipertensi sangat bersifat individual,sehingga obat pilihan untuk satu pasien dapat
memberikan sedikit efek atau menimbulkan efek apapun pada pasien lain.
18
5. Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Kumpulkan data berikut melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik pengkajian terfokus
lanjutan diuraikan dibagian intervensi keperawatan selanjutnya
a. Sistem integument
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat,cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu
kulit meningkat, kemerahan.
b. Sistem pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng.
banyak, penggunaan otot bantu pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang
paru.
c. Sistem cardiovaskuler
Obyektif : denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun.
d. System Neurosensori
e. Sistem Musculoskeletal
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris
pernafasan.
f. Sistem genitourinaria
Subyektif : -
a) Hb : menurun/normal
b) Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah
meningkat/normal.
19
2. Pengkajian fisik
Tabel 1.5 Menjelaskan tentang bagaimana Pemeriksaan Fisik pada pasien Penderita Hipertensi.
(blogspot.com)
Pemeriksaan mata Mata :gejala hipertensi dapat di ketahui dari pemeriksaan
mata jika terdapat gejala mata berkunang-kunang dan
padangan mata menjadi kabur seketika di karenakan
adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal.
Untuk mengetahuinya dilakukan :
Inspeksi :
Kelengkapan dan kesimetrian mata, adakah ekssoftalmus
(mata menonjol), atau Enofthalmus (mata tenggelam),
gerakan ritmis bol mata,
a. Lakukan pemeriksaan visus dengan jarak 5-6 m
dengan snellan card periksa visus OD/Os
(chedwards.net) 5/5 atau 6/6 = norml
1/60 = mampu melihat dengan hitungan jari
1/300 = mampu melihat dengan lambaian tangan
b. Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan Hidung Hidung : Normal simetris
gejala hipertensi dapat di ketahui dari pemeriksaan
hidung tanda dan gejalanya mimisan, gangguan pada
system penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.
Amati bentuk tulang hidung posis septum nasi (adakah
pembengkakan, mukosa hidung, adakah pembesaran
(polip)
(lifeinthefastlane.com)
Mulut
Inspeksi dan palpasi :
1. Amati gigi,gusi,dan lidah adakah caries, kotoran,
kelengkapan, gigi palsu, warna lidah, perdarahan dan
abses
2. Amati rorfaring atau rongga mulut, bau mulut, uvula
simetris atau tidak
20
3. Perhatikan adakalh lendir dan benda asing atau tidak
(drnorthrup.com)
Pemeriksaan dada Dada :simetris,pergerakan dada, masa dan lesi,nyeri
tractikel fremitus:
1. Amati bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit
2. Amati pernafasan klien frekuensi (16-24x/menit),
retraksi intercosta retraksi suprasternal, pernafasan
cuping hidung
21
Suara nafas, suara ucapan, suara tambahan
(secangkir terapi.com)
Pemeriksaan Ekstremitas Pemeriksaan ekstremitas: gejala hipertensi pada
ekstermitas gangguan pada tonus otot, merasa kesulitan
untuk melakukan aktivitas karena kelemahan ,
kesemuatan atau kebas.
1. Ekstremitas atas
a. Inspeksi
Bagaimana pergerakan tangan, dan kekuatan
otot
b. Palpasi
Apakah ada nyeri tekan, masa/benjolan
(cuap-cuap S1 keperawatan – blogger.com) c. Motorik
Untuk mengamati besar dan bentuk otot,
melakukan pemeriksaan tonus kekuatan otot
dan tes keseimbangan
d. Reflex
Memulai reflex fisiologi seperti biceps dan
triceps
e. Sensorik
Apakah klien dapat membedakan nyeri,
sentuhan, temperatur, rasa, gerak dan
tekanan.
2. Ekstremitas bawah
a. Inspeksi
Bagaimana pergerakan kaki dan kekuatan otot
b. Palpasi
Apakah ada nyeri tekan, massa/benjolan
c. Motorik
Untuk mengamati besar bentuk otot
melakukan pemeriksaan otot dan
keseimbangan
d. Reflex
Memulai reflex fisiologi seperti biceps dan
triceps
e. Sensorik
Apakah klien dapat membedakan nyeri,
sentuhan, temperatur, rasa, gerak dan
tekanan.
22
Pemeriksaan kulit Kulit : karena adanya peningkatan tekanan darah di dalam
arteri yang menyebabkan penurunan tekanan darah
dengan cara melebarnya arteri.
a. Inspeksi
Lihat warna kulit klien dibawah sinar matahari
apakah normal atau tidak, pucat atau tidak lihat
apakah ada lesi pada kulit atau tidak, lihat
apakah kulit tampak berminyak atau tidak
b. Palpasi
Raba permukaan kulit, rasakan kelembapannya,
(redkank.com)
normal kulit teraba lembab, tetapi tidak basah,
rasakan suhu pada permukaan kulit, cubit sedikit
pada bagian dada atau lengan bagian dalam.
Turgor kulit akan kembali dalam waktu < 2 detik
c. Untuk adanya pitting edema, tekan perlahan
pada daerah pretibialis, dorsum pedis atau
sakrum
3. Diagnosis Keperawatan
Definisi :
Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik
tubuh.
Batasan karakteristik :
a. Takikardia
b. Palpitasi Jantng
b. Nyeri Akut berhubungan dengan Agens cedera biologis (mis., infeksi, kiskemia, neoplasma)
Definisi:
Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (international association for the
study of pain);awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir
23
b. Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis, waspada)
c. Perubahan pada parameter fisiologis (mis., tekanan darah, frekuensi jantung, frekuensi
pernapasan, saturasi oksigen, dan endtidal karbondioksida[CO2])
Faktor yang berhubungan:
Domain 2 Nutrisi
Kelas 5Hidrasi
Batasan karakteristik :
Defenisi :
Rentan terhadap penurunan sirkulasi darah ke ginjal, yang dapat mangganggu kesehatan.
Domain 4 Aktivitas/Istirahat
1) Hipertensi
Definisi:
Ketidak cukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan
Domain 4 Aktivitas/istirahat
24
4. Nursing Care Plane
25
jantung
f. Identifikasi kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda vital
3. Pengaturan Hemodinamik
Definisi :
Optimalisasi denyut jantung, preload dan
afterload serta kontraktilitas [jantung]
a. Lakukan penilaian komprehensif
terhadap status hemodinamik (yaitu,
memeriksa tekanan darah, denyut
jantung, denyut nadi, tekanan vena
jugularis, tekanan vena sentral, atrium
kiri dan kanan, tekanan ventrikel dan
tekanal arteri pulmonalis), dengan
tepat.
b. Monitor dan dokumentasikan
tekanan nadi proporsional (yaitu,
tekanan darah sistolik dikurangi
tekanan darah diastolic dibagi
dengan tekanan darah sistolik,
sehingga menghasilkan persentase
yang proporsial).
c. Berikan pemeriksaan fisik berkala
pada populasi berisiko (misalnya,
pasien gagal jantung).
d. Pertimbangkan status volume (yaitu,
apakah pasien hipervolemi atau
berada pada rentang cairan yang
seimbang?)
e. Monitor adanya tanda dan gejala
masalah status volume (misalnya,
distensi vena, peningatan tekanan di
vena jugularis interna kanan, refleks
vena jugularispositif pada abdomen
edema, asites, crackles, dyspnea,
ortopnea, dyspnea paroxysmal
nocturnal).
f. Monitor dan catat tekanan darah,
denyut jantung, irama, dan denyut
nadi.
g. Monitor curah jantung, indeks
kardiak dan indek kerja stroke
ventrikuler, yang sesuai.
2. Nyeri Akut berhubungan 1. Kontrol Nyeri 1. Pengurangan Kecemasan
dengan agens cedera Defenisi: Defenisi :
biologis (mis., infeksi, Tindakan pribadi untuk mengontrol Mengurangi tekanan , kekuatan, firasat,
iskemia, neoplasma) nyeri. maupun keidaknyamanan terkait dengan
dibuktikan dengan Setelah dilakukan tindakan sumber-sumber bahaya yang tidak
Batasan Karakteristik: keperawatan , klien diharapkan: teridentifikasi.
a. Ekspresi wajah nyeri (mis., a. Mengenali kapan nyeri terjadi
26
mata kurang bercahaya, dengan skala 4 Aktivitas-aktivitas:
tampak kacau, gerakan mata b. Menggambarkan faktor penyebab a. Gunakan pendekatan yang tenang
berpencar atau tetap pada dengan skala 4 dan menyakinkan.
satu focus, meringis) c. Gunakan tindakan pencegahan b. Nyatakan dengan jelas harapan
b. Mengekspresikan perilaku dengan skala 4 terhadap perilaku klien.
(mis., gelisah, merengek, d. Menggunakan tindakan c. Dorong aktivitas yang tidak
menangis, waspada) pengurangan nyeri tanpa kompetitif secara tepat.
c. Perubahan pada parameter anagesik dengan skala 4 d. Dengarkan klien.
fisiologis (mis., tekanan e. Menggunakan anagesik yang e. Identifikasi pada saat terjadi
darah, frekuensi jantung, direkomendasikan dengan skala 4 perubahan tingkat kecemasan.
frekuensi pernapasan, f. Melaporkan perubahan terhadap f. Berikan aktifitas pengganti yag
saturasi oksigen, dan gejala nyeri pada professional bertujuan untuk mengurangi tekanan.
endtidal kesehatan dengan skala 4 g. Kaji untuk tanda verbal dan
karbondioksida[CO2]) g. Menggunakan sumber daya yang nonverbal kecemasan.
tersedia dengan skala 4
2. Manajemen Nyeri
2. Tingkat nyeri Defenisi:
Definisi: Pengirangan atau reduksi nyeri sampai
Keparahan dari nyeri yang diamati pada tingkat kenyamanan yang dapat
atau dilaporkan. diterima oleh pasien.
Setelah dilakukan tinddakan Aktivitas-aktivitas:
keperawatan diaharapkan pasien a. lakukan peggajian nyeri
a. Nyeri yang dilaporkan dengan komprehensif yang meliputi lokasi,
skala 4 karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
b. Mengerang dan menangis kualitas, intensitas atau beratnya
dengan skala 4 nyeri dan factor pencetus.
c. Ekspresi nyeri wajah dengan skala b. Gunakan strategi komunikasi
4 terapeutik untuk mengetahui
d. Tidak bisa beristirahat dengan pengalaman nyeri dan sampaikan
skala 4 penerimaan pasien terhadap nyeri.
e. Frekuensi nafas dengan skala 4 c. Gali pengetahuan dan kepercayaan
f. Tekanan darah dengan skala 4 pasien mengenai nyeri.
d. Pertimbangkan pengaruh budaya
terhadap respon nyeri.
e. Tentukan akibat dari pengalaman
nyeri tehadap kualitas hidup pasien
(misalnya, tidur, nafsu makan,
pengertian, perasaan, hubungan,
performa kerja, dan tanggung jawab
peran)
f. Gali bersama pasien factor-faktor
yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri.
g. Evaluasi pengalaman nyeri dimasa
lalu yang meliputi riwayat nyeri
kronik individu atau keluarga atau
nyeri yang menyebabkan
disability/ketidakmampuan/kecatatan
, dengan tepat.
27
3. Terapi Relaksasi
Defenisi:
Penggunaan teknik-teknik untuk
mendorong dan memperoleh relaksasi
dengan tujuan mengurangi tanda dan
gejala yang tidak diinginkan seperti nyeri,
kaku otot dan ansietas.
Aktivitas-aktivitas:
a. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat
relaksasi serta jenis relaksasi yang
tersedia (misalnya, music, meditasi,
bernafas dengan ritme, rileksasi
rahang dan relaksasi otot progresif.
b. Dorong klien untuk mengambil posisi
yang nyaman dengan pakaian
longgar dan mata tertutup.
c. Minta klien untuk rileks dan
merasakan rileksasi yang terjadi.
d. Dorong control sendiri ketika
relaksasi dilakukan
e. Gunakan relaksasi sebagai strategi
tambahan dengan (pengobatan)
obat-obatan nyeri atau sejalan
dengan terapi lainnya dengan tepat.
f. Evaluasi dan dokumentasikan respon
terhadap terapi relaksasi.
28
3. Kelebihan Volume Cairan 1. Keseimbangan Cairan 1. Manajemen Elektrolit
berhubungan dengan Defenisi: Defenisi:
gangguan mekanisme Keseimbangan cairan didalam ruang Peningkatan keseimbangan elektrolit dan
regulasi ditandai dengan intraseluler dan ekstraseluler tubuh. pencegahan komplikasi yang diakibatkan
Batasan karakteristik : Setelah dilakukan tindakan oleh adanya abnormalitas maupun
a. Gangguan pola nafas keperawatan klien diharapkan: tingkat serum elektrolit yang tidak
b. Gangguan tekanan darah a. tekanan darah dengan skala 4 diinginkan.
c. dispnea b. tekanan vena sentral dengan Aktivitas-aktivitas :
skala 4 a. Monitor nilai serum elektrolit yang
c. keseimbangan intake dan output abnormal.
dalam 24 jam dengan skala 4 b. Monitor manifestasi
d. kelembaban membrane mukosa ketidakseimbangan lektrolit
dengan skala 4 c. Berikan cairan sesuai resep jika
e. serum elektrolit dengan skala 4 diperlukan
f. bola mata cekung dan lembek d. Pertahankan pemberian cairan
dengan skala 4 intravenous berisi elektroli dengan
laju yang lambat
2. Keseimbangan Elektrolit e. Instruksikan klien dan keluarga
Defenisi: mengenai modivikasi diet secara
Konsentrasi ion-ion serum yang spesifik.
penting untuk pertahankan f. Monitor respon pasien terhadap
keseimbangan elektrolit. terapi elektrolit yang diresepkan.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan klien diharapkan: 2. Monitor Cairan
Defenisi:
a. peningkatan serum sodium Pengumpulan dan analisis data pasien
dengan skala 4 dalam pegaturan keseimbangan cairan.
b. peningkatan serum potassium Aktivitas-aktivitas:
dengan skala 4 a. Tentukan jumlah dan jenis intakel
c. peningkatan serum klorida asupan cairan serta kebiasaan
dengan skala 4 eliminasi.
d. peningkatan serum kalsium b. Tentukan factor-faktor risiko yang
dengan skala 4 mungkn menyebabkan
e. peningkatan serum magnesium ketidakseimbangan cairan (misalnya,
dengan skala 4 kehilangan albumin, luka bakar,
f. peningkatan serum forfor dengan malnutrisi, sepsis, sindrom nefrotik,
skala 4 hipertermia, terapi diuretic, patologi
ginjal, gagal jantung, diaphoresis,
disfungsi hati, olahraga berat,
paparan panas, infeksi, pacaoprasi,
poliuria, muntah, dan diare).
c. Periksa ulang kapiler dengan
memegang tangan pasien pada
tinggi yang sama seperti jantung dan
menekan jarinya selama lima detik,
lalu lepaskan tekanan dan hitung
waktu sampai jarinya kembali merah
(yaitu, harus kurang dari 2 detik)
d. Monitor tekanan darah, denyut
jantung, dan status pernapasan.
e. Batasi dan alokasikan asupan cairan.
29
f. Berikan agen farmakologis untuk
meningkatkan pengeluaran urine
3. Manajemen Hipervolemia
Definisi :
Pengurangan volume cairan ekstraseluler
dan/atau intraseluler dan pencegahan
komplikasi pada pasien yang mengalami
kelebihan cairan.
Aktivitas-aktivitas
a. Monitor status hemodinamik meliputi
denyut nadi, tekanan darah MAP,
CVP, PAP, PCWP, CO, dan CI, jika
tersedia
b. Monitor edema perifer
c. Monitor intake dan output
d. Monitor tanda berkurangnya preload
(msialnya, peningkatan urine output,
perbaikan suara paru abnormal,
penurunan tekanan darah, MAP, CVP,
PCWP, CO, CI)
e. Batasin intake cairan bebas pada
pasien dengan hyponatremia dilusi.
f. Monitor suara jantung abnormal
4. Risiko Ketidakefektifan 1. Perfusi Jaringan: Organ Abdomen 1. Pengaturan Hemodinamik
Perfusi Ginjal di buktikan Defenisi: Defenisi :
dengan Kecukupan aliran darah malalui Optimalisasi denyut jantung, preload dan
Faktor Resiko : pembuluh darah kecil dari viscera afterload serta kontraktilitas (jantung).
Hipertensi abdomen untuk mempertahankan Aktivitas-aktivitas:
fungsi organ. a. Lakukan penilaian komperehensif
Setelah dilakukan tindakan terhadap status hemodinamik (yaitu,
keperawatan klien diharapkan : memeriksa tekanan darah, denyut
a. Tekanan darah diastolic dengan jantung, denyut nadi, tekanan vena
skala 4 jogularis, tekanan vena sentral, atrium
b. Tekanan darah sistolik dengan kiri dan kanan, tekanan vetrikel dan
skala 4 tekanan arteri pulmonalis) dengan
c. Nilai rata-rata tekanan darah tepat
dengan skala 4 b. Monitor dan dokumentasikan
d. Output Urine dengan skala 4 tekanan nadi proposional (yaitu,
e. Keseimbangan cairan elektrolit tekanan darah sistolik dikurangi
dan asam/basa dengan skala 4 tekanan darah diastolic dibagidengan
f. Kehilangan selera makan dengan tekanan darah sistolik, sehingga
skala 4 menghasilkan presentase yang
proporsial)
2. Fungsi Ginjal c. Pertimbangkan status volume ( yaitu,
Defenisi : apakah pasien hipervolemi,
Kemampuan ginjal untuk mengatur hipervolemi atau berada pada
cairan tubuh, menyaring ddarah dan rentang cairan yang seimbang)
membersihkan hasil pembuangan d. Monitor adanya tanda dan gejala
melalui pembentuk urine. status volume (misalnya, distensi
Setelah melakukan tindakan vena, peningkatan tekanan di vena
30
keperawatan klien diharapkan : jugularis interna kanan, reflex vena
a. Urine output selama 8 jam jugularis positif pada abdomen
dengan skala 4 edema, asites, crackles,
b. Keseimbangan intake dan output dyspnea,ortopnea, dyspnea
selama 24 jam dengan skala 4 paroxysmal nocturnal)
c. Berat jenis urine dengan skala 4 e. Monitor dan catat tekanan darah,
d. Warna urine dengan skala 4 denyut jan tung irama dan denyut
e. Hematuria dengan skala 4 nadi
f. Hipertensi dengan skala 4 f. Monitor curah jantung , indeks
kardiak dan indeks kerja stroke
ventrikuler, yang sesuai.
g. Monitor kapiler paru, tekanan arteri
sekitar, tekanan vena sentral dan
atrium kanan.
h. Monitor kadar elektrolit
2. Pencegahan Syok
Definisi :
Mendeteksi dan mengobati pasien yang
berisiko mengalami syok.
Aktivitas-aktivitas :
a. Monitor terhadap adanya respon
konpensasi awal syok (mialnya.,
tekanan darah normal, tekanan nadi
melemah, hipotensiortostatik ringan
(15 sampai 25 mmHg), perlambatan
pengisian kapiler, putat/dingin pada
kulit atau kulit kemerahan, takipnea
ringan, mual dan muntah,
peningkatan rasa haus, dan
kelemahan)
b. Monitor terhadap adanya tanda-
tanda respon sindroma inflamaisi
sistemik (misalnya., peningkatan
suhu, takikardi, takipnea, hipokarbia,
leokositosis, leukopenia)
c. Monitor terhadap adanya tanda awal
dari penurunan fungsi jantung
(misalnya., penurunan CO dan urine
output , peningkatan SVR dan PCWP,
bunyi crackles pada paru, jantung S3
dan S4 dan takikarrdia)
d. Monitor status sirkulasi (misalnya.,
tekanan darah, wrana kulit,
temperature kulit, bunyi janutng, nadi
dan irama, kekuatan dan kualitas nadi
perifer, dan pengisian kapiler)
e. Monitor terhdapa adanya tanda
ketidak adekuatan perfusi oksigen
kejaringan(misalnya., rsepon terhadap
stimulus, peningkatan kecemasan,
31
perubahan status mental, agitasi,
oliguria dan akral teraba dingi dan
warna kulit tidak sama dan merata
f. Monitor terhadap adanya tanda/
gejala asites dan nyeri abdomen atau
punggung.
g. Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai factor-faktor pengicu syok
3. Manajemen Cairan
Definisi :
Meningkatkan keseimbangan cairan dan
pencegahan komplikasi yang dihasilkan
dari tingkat cairan tidak normal atau tidak
diinginkan
Aktivitas-aktivitas:
a. Jaga intake/asupan yang akuran dan
catat output (pasien)
b. Monitor status hidrasi (misalnya,
membrane mukosa lembab, denyut
nadi adekuat, dan tekanan darah
ortostatik)
c. Monitor hasil laboratorium yang
relevan dengan retensi cairan
(misalnya, peningkatan berat jenia,
penignkatan bun, penurunan
hematokrit dan peningkatan kadar
osmolaritas urin)
d. Monitor status hemodinamik,
termasuk cvp, MAP, PAP dan PCWP,
jika ada
e. Monitor indikasi kelebihan
cairan/retensi (misalnya, cklees,
elevasi CVP atau tekanan kapiler paru
yang terganjal, edema, distensi vena
leher, dan asitest)
f. Monitor makanan / cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan kalori
harian
g. Distribusikan asupan cairan selama
24 jam
32
c. Respons tekanan darah b. Frekuensi nadi ketika beraktivitas dalam berpartisipasi melalui aktivitas
abnormal terhadapaktivitas dengan skala 4 spesifik
c. Tekanan darah sistolik ketika b. berkolaborasi dengan (ahli)
beraktivitas dengan skala 4 terapifisik, okupasi dan terapi
d. Tekanan darah diastolic ketika sekreasional dalam perencanaan dan
beraktivitas dengan skala 4 pemantauan program aktivitas, jika
e. Kekuatan tubuh bagian atas memang diperlukan
dengan skala 4 c. bantuan klien untuk mengeksplorasi
f. kekuatan tubuh bagian bawah tujuan personal dari aktivitas-aktivitas
dengan skala 4 yang biasa dilakukan (misalnya,
bekerja) danaktivitas-aktivitas yang
2. keefektifan pompa jantung disukai
Definisi: d. identifikasi strategi untuk
kecukupan volume darah yang di meningkatkan partisipasi terkait
pompakan dari ventrikel kiri untuk dengan aktivitas yang diinginkan
mendukung tekanan perfusi sistemik. e. berikan aktivitas untuk meningkatkan
Setelah dilakukantindakan perhatian dan berkonsultasi dengan
keperawatan: terapis rekreasional (mengenaihal ini)
a. tekanan darah sistol degan skala f. tingkatkan gaya hidup dengan
4 melalui aktivitas fisik untuk
b. tekanan darah diastol dengan mencegah peningkatan beratbadan
skala 4 yang tidak diinginkan
c. denyut nadi perifer dengan skala g. monitor responemosi, fisik, sosialdan
4 spiritual terhadapaktivitas
d. keseimbangan intake dan output
dalam 24 jam dengan skala 4
e. diskritmia dengan skala 4 2. Perawatan jantung : Rehabilitatif
f. suara jantung abnormal dengan Defenisi:
skala 4 Peningkatan tingkat fungsi aktivitas yang
paling maksimum pada pasien yang
telah mengalami episode gangguan
fungsi jantung yang terjadi karena
keseimbangan suplai oksigen keotot
jantung dan kebutuhnnya.
Aktivitas-aktvitas
a. monitor toleransi
pasienterhadapaktivitas
b. instruksikan kepada pasien dan
keluarga mengenai modivikas ifaktor
resiko jantung (misalnya,
menghentikan kebiasaan merokok,
diet danolahraga) , sebagaimana
mestinya
c. intruksikan pasien dan keluarga
mengenai aturan berolahraga,
termasuk pemanasan, peregangan
dan pendinginan, sebagaimana
mestinya
d. instruksikan pasien dan keluarga
untuk membatasi
mengangkat/mendorong barang
33
(bendaberat) dengan cara yang tepat
e. instruksikan pasien dan keluarga
mengenai pertimbangan khusus
terkait dengan aktivitas sehari-hari
(misalnya, pembatasan aktivitas dan
meluangkan waktu istirahat), jika
memang tepat
f. koordinasikan rujukan pasien (diet,
pekerja sosial, danfisioterapi)
g. skrining akan adanya kecemasan dan
depresi pada pasien, sebagaimana
mestinya
3. Peningkatan Latihan
Defenisi:
Memfasilitasi aktifitas fisik secara teratur
untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesehatan dan tingkat
kebugaran
Aktivitas-aktivitas:
a. gali pengalaman individu sebelumnya
mengenai latihan
b. gali hambatan untuk melakukan
latihan
c. libatkan keluarga/orang yang
memberat perawatan anda dalam
merencanakan dan meningkatkan
program latihan
d. informasikan individu mengenai
manfaat kesehatan dan efek fisiologis
latihan
e. instruksikan individu mengenai
kondisi yang mengharuskan berhenti
atau mengubah program latihan
f. instruksikan individu untuk
melakukan pemanasan dan
pendinginan dengan cukup pada saat
latihan
g. monitor respon individu terhadap
program latihan
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg atau nilai
tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg.Menurut InaSH (perhimpunan hipertensi Indonesia), untuk
menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan
jarak 1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100 mmHg (Gardia, 2012).Organ berpengaruh
terhadap Hipertensi ada Jantung, Pembuluh Darah, Ginjal, Otak, Dan Mata (Retina). Hipertensi bisa
terjadi karena Faktor usia, Obesitas, Kurangnya olahraga, Gangguan ginjal tiroid, Stress, Makanan
makanan yang banyak mengandung garam, Genetik/ keturunan, Alkohol, Dan Merokok.
B. Saran
Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa pentingnya mengetahui ilmu
tentang Hipertensi, Maka kita harus mempelajari dan mampu menerapkannya.Bagi para pembaca
jangalah malas untuk membaca, karena dengan membaca kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat di
dalam kehidupan sehari-hari.
35
36