Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg atau nilai

tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Menurut InaSH (perhimpunan hipertensi Indonesia), untuk

menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan

jarak 1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100 mmHg (Gardia, 2012). Organ berpengaruh

terhadap Hipertensi ada Jantung, Pembuluh Darah, Ginjal, Otak, Dan Mata (Retina). Hipertensi bisa
terjadi karena Faktor usia, Obesitas, Kurangnya olahraga, Gangguan ginjal tiroid, Stress, Makanan

makanan yang banyak mengandung garam, Genetik/ keturunan, Alkohol, Dan Merokok.

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terbesar penyebab morbiditas dan mortalitas pada
penyakit kardiovaskuler (Kearney dkk., 2005) Sejak tahun 1999 hingga 2009, angka kematian akibat

hipertensi meningkat sebanyak 17,1% (Go dkk., 2014) dengan angka kematian akibat komplikasi

hipertensi mencapai 9,4 juta pertahunnya (WHO, 2013).


Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri keperawatan untuk membantu

klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan melalui

kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat sebagai perawat pendidik. Merubah gaya hidup yang

sudah menjadi kebiasaan seseorang membutuhkan suatu proses yang tidak mudah. Untuk merubah
perilaku biasanya ada beberapa faktor yang sangat mempengaruhi, salah satunya adalah pengetahuan

seseorang tentang objek baru tersebut. Diharapkan dengan baiknya pengetahuan seseorang terhadap
objek baru dalam kehidupannya maka akan lahir sikap positif yang nantinya kedua komponen ini

menghasilkan tindakan yang baru yang lebih baik. Dengan mendapatkan informasi yang benar,
diharapkan penderita hipertensi mendapat bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan

pola hidup sehat dan dapat menurunkan resiko penyakit degeneratif terutama hipertensi dan penyakit

kardiovaskuler.

B. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui manajemen Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami Hipertensi.


2. Mengetahui Peran Perawat dalam menjalankan intervensi pada pasien yang mengalami Hipertensi.

3. Mengetahui Evidance Based Nursing terkait intervensi keperawatan pada pasien yang mengalami

Hipertensi.

1
C. Manfaat Penulisan

1. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, maupun melaksanakan Asuhan Keperawatan pasien yang

mengalami “Hipertensi”.
2. Mahasiswa dapat mengetahui, mengerti, maupun melaksanakan pengkajian keperawatan dan

membuat Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami “Hipertensi”.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Hipertensi

Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg atau nilai
tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg. Menurut InaSH(perhimpunan hipertensi Indonesia), untuk

menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan jarak

1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100 mmHg (Gardia, 2012). Hipertensi dapat didefinisikan

sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik di
atas 90 mmHg. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolic sedikitnya 90 mmHg (Price, 2005). Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi

tekanan darah normal seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli, yaitu> 140/90 mmHg (Sudoyo,
2006). Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah diatas

normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan angka kematian (mortalitas)
(Kushariyadi, 2008).

B. Jenis Hipertensi

1. Hiprtensi primer
Hipertensi primer adalah hipertensi yang belum diketahui penyebabnya.Jenis hipertensi ini

diderita oleh sekitar 95% orang.Oleh sebab itu, penelitian dan pengobatan lebih ditunjukan bagi

penderita ensesial. (sumber : Ns. Reny 2014).


Hipertensi primer di perkirakan disebabkan oleh fakor berikut ini.

a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untik

mendapatkan hiprtensi jika orangtuanya adalah penderita hipertensi.

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah
maka tekanan darah meningkat), jenis kelamin (pria lebih tinggi dari perempuan), dan ras (ras kulit
hitam lebih banyak dari kulit putih).

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbul hiprtensi adalah konsumsi garam yang tinggi
(lebih dari 30 g), kegmukan atau makan yang berlebihan,stres, merokok, minum alkohol, minum
obat-obatan (efedri, prdnison, epinefrin).
3
2. Hipertensi skunder

Hipertensi skunder terjadi akibat penyebab yang jelas.Salah satu contoh hipertensi skunder
adalah hipertensi vaskular renal, yang terjadi akibat stenosis arteri renalis.Kelainan ini dapat bersifat
kongenital atau akibat aterosklerosis.Stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke ginjal sehingga

terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasan renin, dan pembentukan angiotensin
11.Angiotensin 11 secara langsung meningkatkan tekanan darah, dan secara tidak langsung
meningkatkan tekanan darah, dan secara tidak langsung meningkatkan sintesis andotro dan reasorpsi
natrium. Apabila dapat di lakukan perbaikan pada stenosis, atau apabila ginjal yang terkena di angkat,

tekanan darah akan kembali ke normal.

Penyebab lain dari hipertnsi skunder, antara lain feokromositoma, yaitu tumor penghasilan

epinefri di kelenjar adrenal, yang menyebabkan meningkatnya kecepatan denyut jantungdan volume

sekucup, dan penyakit cushing, yang menyebabkan peningkatan volume sekucup akibat retensi garam

dan peningkatan CTR karena hipersentivitas sistem saraf simpatis aldosteronisme primer (peningkatan
aldosteron tanpa di ketahui penyebabnya) dan hipertensi yang berkaitan dengan konstrasepsi oral

juga dianggap sebagai kontrasepsi sekunder. (sumber : Ns. Reny 2014).


3. Hipertensi akibat kehamilan

Hipertensi akibat kehamilan atau hipertensi gestasional adalah jenis hipertensi sekunder.

Hipertensi gestasional adalah peningkatan tekanan darah (≥140 mmHg pada sistoli; >90 mmHg pada

diastolik) terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu pada wanita non-hipertensi dan membaik dalam 12

minggu pascapartum. Hipertensi jenis ini tampak terjadi akibat kombinasi dan peningkatan curah

jantung dan pningkatan total peripheral resistance (TPR). Jika hipertensi terjadi setelah 12 minggu
pascapartum, atau telah ada sebelum kehamilan 20 minggu, masuk ke dalam kategori hipertensi

kronik.

Pada preeklampsia, tekanan darah tinggi di sertai dengan proteinuria (dari dalam urine

setidaknya 0,3 protein dalam 24 jam). Preeklampsia biasanya terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu
dan dihubungan dengan penurunan aliran darah plasenta dan peleasan mediator kimiawi yang dapat

penuluran aliran darah plasenta dan pelepasan mediator kimiaw yang dapat menyebabkan difungsi sel

endotel vaskular di seluruh tubuh. Kondisi ini merupakan gangguan yang sangat serius, seperti halnya

preeclampsia superimposed pada hipertnsi kronis. (sumber : Ns. Reny 2014)

C. Anatomi dan Fisiologi

Hipertensi atau tekanan darah, jantung didalam tubuh memompa kedalam sel pembuluh darah

yang kemudian membawa darah keseluruh tubuh. Normal tekanan darah 120/80 mmHg, pada saat
terjadinya hipertensi jantung bekerja keras memompa darah keseluruh tubuh yang diakibatkan karena
dampak pengerasan pembuluh darah, penyempitan arteri juga gangguan jantung.

4
Gambar 1.1(https://search.yahoo.com)

Organ yang berpengaruh terhadap hipertensi adalah:

1. Pembuluh Darah

Pembuluh darah menjadi keras, sempit dan kehilangan elastisitasnya. Pada akhirnya akan

mengakibatkan penyumbatan dan robek. Terjadi seiring bertambahnya usia meskipun tidak memiliki
riwayat tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi menyebabkan gangguan pembuluh darah, akibat
lain tekanan darah tinggi berpengaruh terhadap proses perkembangan arteroklerosis (penebalan

didnding pembuluh darah akibat penumpukan lemak, kolesterol).


Jika pembuluh darah semakin kecil dan keras tekanan yang ada didalam pembuluh darah

semakin meningkat dan jantung berusaha keras memompa untuk mengalirkan darah keseluruh tubuh.

Akibat jantung terlalu keras bekerjaakan mengganggu fungsi jantung yang menyebabkan kelainan

jantung.

2. Jantung

Jantungnya membesar dan sebagian darah yang seharusnya dipompa untuk diedarkan keseluruh

tubuh tertinggal di dalam bilik atau ventrikel jantung dan terjadi jantung kongestif, jantung tidak

mampu lagi memompa darah yang ada dibilik atau ventrikelnya.Gejala dari kelainan gagal jantung
kongestif, adanya akumulasi cairan dalam paru dan rongga dada.
3. Otak

Penyumbatan atau robekan pada pembuluh darah otak, pembuluh darah di otak dapat

mengalami stroke dan pendarahan diotak yang mempengaruhi fungsi normal otak, terjadi perdarahan

dan gangguan fungsi otak.


4. Ginjal

Jika pembuluh darah yang mengalirkan darah ke ginjal rusak, maka jaringan ginjal tidak akan
mendapatkan darah yang diperlukan yang menyebabkan kehilangan fungsi ginjal.

5. Mata
Tekanan darah tinggi menyebabkan gangguan retina pada mata yang menyebabkan perubahan

retina pada mata, tempat dimana mata mendapatkan gambar visual yang menyebabkan mata kabur,

5
katarak, bahkan bisa menyebabkan kebutaan.Pembuluh darah pada retina semakin menyempit, robek

dan terjadi perdarahan.

D. Biokimia Dan Fisika

Pada Tabel 1.2 Menjelaskan bagaimana Biokimia dan Fisika pada penyakit Hipertensi.
Tabel 1.2 Biokomia dan Fisika
Rasional
Biokimia a. Kadar hormon- hormon renin- angiotensin-aldosteron
b. Hormon adrenalin & noradrenalin
c. Sistem saraf simpatik & parasimpatik dan lain sebagainya
Penyebab perbedaan dengan orang lain: genetik, pola diet, kualitas
pembuluh darah, adanya penyakit lain (hiperlipidemia, diabetes, gagal
ginjal), faktor psikologis, obat-obatan yang sedang dipakai.
Fisika a. Osmolaritas- makin tinggi osmolaritas, makin tinggi BP. Osmolaritas paling
dipengaruhi oleh kadar Na.
b. Volume- makin rendah volume, makin tinggi osmolaritas -> makin tinggi BP.
c. Tahanan parifer ( dipengaruhi oleh luas penampangan pembuluh darah) –
makin tinggi tahanan perifer, makin tinggi BP.
d. Volume sekuncup ( stroke volume ) – makin tinggi stroke volume, makin
tinggi BP.
(sumber : Ns.kiki 2017)

E. Etiologi

Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik.Hipertensi terjadi sebagai

respons penigkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan tetapi,ada berapa faktor yang

memengaruhi terjadinya hipertensi :


Tabel 1.2 Etiologi Hipertensi
Etiologi Penjelasan
Genetik Respons neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transpor
Na.
Obesitas Terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat.
Stress Stress dapat memicu suatu hormon dalam tubuh yang mengendalikan
pikiran seseorang. Jika mengalami stress hal tersebut dapat
mengakibatkan tekanan darah semakin tinggi dan meningkat.
Usia Pada orang lanjut usia, penyebab hipertensi disebabkan terjadinya
perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun katup jantung
menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah,
kehilangan elastisitas pembuluh darah, dan meningkatkan resistensi
pembuluh darah perifer. Setelah usia 20 tahun kemampuan jantung
memopa darah menurun 1% tiap tahun sehingga menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volume. Elastisitas pembuluh darah
menghilang karena terjadinya kurangnya efektifitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenasi.

6
F. Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaxsai pembulu darah terletak di pusat vasomotor,

pada medulla diotak. Dari pusat fase motor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis ditoraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk influs yang bergerak kebawah melalui system
saraf simpatis ke ganglia simpatis.Pada titik ini, neuron priganglion melepaskan asetilkolin dimana
dengan dilepaskannya norepinepril mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
Berbagai factor seperti kecemasan dan kekuatan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah

terhadap rangsangan vasokontriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepineprin


meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi pada saat bersamaan dimana

system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal

juga terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.Medulla adrenal mensekresi epinepril,

yang menyebabkan faso kontriksi.korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya. Yang dapat
memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan

aliran keginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angiotensin II suatu vasekontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang

sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravascular.Semua factor ini cenderung mencetuskan


hipertensi (Rohaendi, 2008).

G. Derajat Hipertensi

Hipertensi adalah kondisis yang peling umum terlihat pada perawatan primer dan menyebaban
infrak miokard,struk, gagal ginjal, dan kematian jika tidak terdektesi dini dan di obati dengan tepat.

Pasien ini di yakinkan bahwa pengobatan tekan darah ( BP) akan mengurangi beban penyakit mereka,

sementara dokter menginginkan panduan pengelolahan hipertensi dengan menggunakan bukti ilmiah

terbaik. Laporan ini mengambil pendekatan berbasis bukti yang ketat untuk merekombinaskan ambang,
tujuan, dan pengonbatan-pengobatan dalam pengelolahan hipertensi pada orang dewasa.Bukti ambil

dari uji coba terkontrol secara acak, yang mewakili standar emas untuk menentukan khasiat dan

efektifitas.Bukti kualittas dan rekomendasi dinilai berdassarkan pengaruhnya terhada hasil penting.
Ada bukti kuat yang mendukung pengobatan orang hipertensi berusia 60 tahun atau lebih tua

terhadap sasaran BP kurangi dari 150/90mmHg dan orang hipertensi berusia 30 sampai 59 tahun

ketujuan diastolic kurang dari 60 tahun untuk tujuan sistolik, atau pada mereka yang berusia lebih muda
dari 30 tahun untuk tujuan diastolic, sehingga panel merekomendasikan BP kurang dari 140/90 mmHg

untuk kelompok-kelompok tersebut berdasarkan ahli pendapat. Ambang batas dan tujuan yang sama
direkombinasikan untuk orang dewsa. Hipertensi dengan diabetes atau penyait ginjal kronis

7
nondiabetes (CKD) seperti pada populasi hipertensi umum yang berusia kurang dari 60 tahun.Ada bukti

moderat untuk mendukung memulai pengobatan dengan penghambat enzim pengubah angiontensin,
penghambat saluran kalsium, atau diuretic tipe thiazide pada populasi hipertensi nonblack, termasuk
diabetes.Pada populasi hipertensi hitam, termasuk diabetes, calcium channel blocker atau thiazide-type

diuretic direkombinasikan sebagai terapi awal.Ada bukti moderat untuk mendukung terapi awal.Ada
bukti moderat untuk mendukung terapi antihipertensi awal atau tambahan dengan inhibitor enzim
pengubah angiontensin pada orang dengan CKD untuk memperbaiki hasil ginjal.Meskipun panduan ini
memberikan rekombinasi berbasis bukti untuk pengelolaan BP tinggi dan harus memenuhi kebutuhan

klinis kebanyakan pasien, rekomendasi ini bukan merupakan pengganti nilai klinis, dan keputusan

tentang perawatan harus mempertimbangkan dan menggabungkan karakteristik klinis dan kadang

masing-masing secara hati-hati.Pasien individu.Hipertensi tetap menjadi salah satu contributor yang

peling penting untuk penyakit dan kematian.Bukti melimpah dari uji coba terkontrol secara acak (RCT)

telah menunjukan manfaat pengobatan obat antihipertensi dalam mengurangi dampak kesehatan yang
penting.Pada orang dewasa hipertensi pedoman klinis ada di persimpangan antara bukti penelitian dan

tindakan klinis yang dapat memperbaiki hasil pasien. Panduan praktek kliniklaporan institute of medicine
kami bias mempercayai garis besar jalur menuju pengembangan panduan dan merupakan pendekatan
yang diharapkan panel ini dalam pembuatan lapora ini. Angota panel yang ditunjukan ke komite

nasional bersama ke delapan ( JCN 8) menggunakan metode berbasis bukti dan rekombinasi untuk

pengobatan tekanan darah (BP) berdasarkan tinjauan sistematis terdapat literature untuk memenuhi

kebutuhan pengguna, terutama kebutuuhan dokter perawatan primer lapran ini adalah ringkasan

eksekutif dari bukti dan dirancang untuk memberikan rekomedasi yang jelas bagi semua dokter.
Secara Klinis derajat hipertensi dapat dikelompokkan yaitu :

Gambar 1.7 (JNC8, 2015)

8
H. Tanda dan Gejala

1. Sakit Kepala
Gejala hipertensi kambuh atau di saat tekanan darah sangat tinggi bisa menyebabkan sakit kepala.di

saat jantung memompa darah secara berlebihan karena disebabkan darah tidak mengalir dengan
baik ke seluruh tubuh termasuk ke kepala maka efek yang akan terjadi ialah sakit kepala. sakit kepala

bisa menandakan jika otak tidak mendapatkan cukup darah dan juga oksigen sebab ada masalah di
pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak mengalir dengan baik, sehingga jika masih

berlangsung lama bisa menyebabkan sakit kepala berkepanjangan.


2. Pingsan

Sebagai hilangnya kesadaran sementara. Hal ini umumnya terjadi karena otak tidak menerima

asupan oksigen ( kelelahan, cuaca terlalu panas), dehidrasi, darah atau gula yang cukup, tekanan

darah rendah, dan tekanan darah tinggi (tanda-tanda stroke). selain itu pingsan dapat juga
disebabkan oleh karena gangguan impuls saraf di otak.

3. Nyeri dada

Nyeri dada biasanya terjadi akibat dari bagian otot jantung yang tidak bisa menerima pasokan darah

dengan cukup sehingga kemudian akan menyebabkan munculnya rasa nyeri.

4. Gangguan penglihatan
Gejala hipertensi kambuh lainnya ialah dengan adanya gangguan penglihatan.Gangguan penglihatan

yang bisa buram atau ganda akibat dari tekanan darah yang sudah melampaui batas atau terlalu

tinggi.

5. Gangguan pernafasan
Karena darah yang membawa oksigen tersumbat karena penumpukan lemak yang berlebih.Oleh

sebab itu darah tidak dapat membawa oksigen dengan baik.

6. Detak jantung tidak normal

Kecepatan jantung tidak wajar cepatnya (takikardia) atau lambatnya (bradikardia) atau ketika impuls
elektrik bergerak dalam aliran yang abnormal sehingga detak jantung dipekirakan mempunyai irama

yang abnormal.

7. Darah pada urin


Darah yang akan disaring oleh ginjal dialirkan melalui pembuluh darah yang berada disekitar ginjal,

dan banyak sekali darah yang mengalir di pembuluh darah ini. Seiring berjalannya waktu, kalau

hipertensi tidak terkontrol, maka akan menyebabkan arteri di sekitar ginjal ini menyempit, melemah,
dan mengeras. Kerusakan pada arteri ini menghambat darah yang diperlukan oleh jaringan pada

ginjal.

9
8. Dada berdebar
Detak jantung yang kuat dan cepat.Denyutan tersebut juga bisa terasa tidak beraturan.Selain
didada.Dapat pula terasa di tenggorokan dan leher.Faktor penyebabnya itu bisa dari merokok, kafein,

mengonsumsi minuman alkohol.

I. Faktor Penyebab

Pada Tabel 1.3 Menjelaskan Mengenai Faktor Penyebab yang terjadi pada pasien penderita Hipertensi.

Tabel 1.3 Faktor Penyebab Hipertensi

Faktor penyebab Penjelasan

Usia Usia juga mempengaruhi tekanan darah seseorang, semakin bertambahnya

usia maka tekanan darah pun akan semakin meningkat. Namun usia yang

semakin tua pun tekanan darah dapat dikendalikan dengan tetap menjaga pola

asupan makan, rajin berolahraga dan melakukan pemeriksaan rutin tekanan


darah.

Obesitas Seseorang yang memiliki berat tubuh berlebih atau kegemukan merupakan

peluang besar terserang penyakit hipertensi.

Kurangnya olahraga Kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga membuat organ tubuh dan pasokan

darah maupun oksigen menjadi tersendat sehingga meningkatkan tekanan

darah.

Stress Stress dapat memicu suatu hormon dalam tubuh yang mengendalikan pikiran
seseorang. Jika mengalami stress hal tersebut dapat mengakibatkan tekanan

darah semakin tinggi dan meningkat.

Makanan yang banyak Garam mempunyai peluang yang sangat besar dalam meningkatkan tekanan

mengandung garam darah secara cepat. Ditambah pada mereka yang sebelumnya memiliki riwayat
terhadap penyakit diabetes, hipertensi ringan dan mereka yang berusia diatas
45 tahun.

Genetik atau keturunan Faktor keturunan memang selalu memainkan peranan penting dari timbulnya

suatu penyakit yang dibawa oleh gen keluarga. Bila salah satu anggota
keluarga atau orang tua memiliki tekanan darah tinggi, maka anak pun

memiliki resiko yang sama dan bahkan resiko tersebut lebih besar dibanding

yang diturunkan oleh gen orang tua.

Alkohol Merupakan prekusor berbagai masalah yang berhubungan dengan jantung,


ginjal dan otak. Konsumsi alkohol yang berlebihan dapat meningkatkan

tekanan darah, mengakibatkan hipertensi.

10
Merokok Kandungan nikotin dan zat senyawa kimia yang cukup berbahaya yang

terdapat pada rokok juga memberikan peluang besar seseorang menderita


hipertensi terutama pada mereka yang termasuk dalam perokok aktif.

J. Manifestasi Klinis

Sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan gejala penyakit.Ada kesalahan pemikiran
yang sering terjadi pada masyarakat bahwa penderita hipertensi selalu merasakan gejala

penyakit.Kenyataanya justru sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan adanya gejala
penyakit.Hipertensi terkadang menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nafas pendek, pusing, nyeri

dada, palpitasi, dan epistaksis.Gejala-gejala tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan

tolak ukur keparahan dari penyakit hipertensi (WHO, 2013).

K. Pemeriksaan Diagnostic

Pada tabel 1.4 Menjelaskan Pemeriksaan Diagnostic apa saja yang dapat memperjelas penyakit

yand di alami pada pasien yang mengalami Hipertensi.

Tabel 1.4 Pemeriksaan Diagnostic Hipertensi


Pemeriksaan Penjelasan Pemeriksaan
Pemeriksaan EKG EKG: adanya pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri, adanya
penyakit jantung koroner atau aritmia
Pemeriksaan Hb Hemoglobin/hematokrit: bukan diagnostik tetapi mengkaji hubngan dari
sel-sel terhadap terhadap volume cairan(viskositas)dan dapat
mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkogulabilitas, anemia.
Nilai normal Hb
1. Pria : 14 - 18 gr/dL
2. Wanita : 12 – 16 gr/dL
3. Anak : 10 – 16 gr/dL
4. Bayi baru lahir : 12 – 24 gr/dL
Pemeriksaan BUN/kreatin BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal. Nilai
kreatinin normal pada laki-laki sekitar 0,6 – 1,2 mg/dL. Nilai kreatinin
normal pada wanita antara 0,5 – 1,1 mg/dL
Pemeriksaan Glukosa Glukosa: hiperglikemia (Diabetes Millitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi)
Nilai normal glukosa:
1. Sebelum makan : 70 – 130 mg/dL
2. Dua jam setelah makan < 180 mg/dL
3. Setelah tidak makan (puasa) selama setidaknya 8 jam kurang dari 100
mg/dL
4. Menjelang tidur : 100 – 140 mg/dL
Pemeriksaan Kalium Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
Kadar normal kalium dalam darah pada orang dewasa berkisar antara 3,5 –
5 mEq/L atau 3,5 – 5 mmol/L

11
Pemeriksaan Kalsium Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
Nilai normalnya : 8,8 – 10,4 mg/dL SI unit : 2,2 – 2,6 mmol/L
Pemeriksaan Kolesterol Kolesterol dan trigliserida serum: peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa
(efek kardiovaskuler).
Nilai normal kadar kolesterol:
1. Pada pria nilai normal kolesterol < 130 mg/dL
2. Pada wanita nilai normal kolesterol berkisar antara 160 dan 199
mg/dL
Pemeriksaan Asam Urat Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko
terjadinya hipertensi
Kadar asam urat normal:
1. Pada pria dewasa nilai normal asam urat adalah 2 - 7,5 mg/dL,
sedangkan pada wanita dewasa 2 - 6,5 mg/dL
2. Pada pria di atas 40 tahun, normalnya 2 - 8,5 mg/dL, sedangkan pada
wanita di atas 40 tahun normalnya 2 - 8 mg/dL
3. Pada anak laki-laki usia 10-18 tahun nilai normal asam urat adalah 3,6
- 5,5 mg/dL, sedangkan pada anak perempuan 3,6 – 4 mg/dL
Foto Rontgen Foto rontgen: adanya pembesaran jantung, vaskularisasi atau aorta yang
melebar
Pemeriksaan Jantung Echocardiogram: tampak adanya penebalan dinding ventrikel kiri, mungkin
juga sudah terjadi dilatasi dan gangguan fungsi sistolik dan diastolik
(Diklat PJT-RSCM, 2008).

L. Komplikasi Hipertensi

1. Stroke (perdarahan di jaringan otak)

Storeke terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah. Stroke terjadi karena adanya

gangguan pembuluh darah ke otak bila ada daerah otak yang kekurangan suplai darah secara tiba-
tiba dan penderitanya mengalami gangguan persarafan sesuai daerah otak yang terkena. Stroke di
mana semua organ tubuh mengalami penebalan pada bagian intimia, sehingga mengakibatkan

lumen pem-buluh darah semakin sempit dan berdampak pada penurunan aliran darah otak

(Kristiyawatindkk.,2009). Tekanan darah yang sistematik yang meningkat akan membuat pembuluh

darah serebal berkonstriksi. Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila
tekanan darah meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan

menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh darah serebral yang mengakibatkan diamter
lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya, karena pembuluh darah

serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk mengatasi fluktuasi dari
tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan darah sistemik maka tekanan perfusi ke

jaringan otak tidak adekuat, sehingga akan mengakibatkan iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi
kenaikan tekanan darah sistemik maka tekanan darah perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi
yang mengakibatkan terjadi hiperemia, edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak atau yang di
sebut stroke.
12
(Aisyah Muhrini Sofyan,Dkk 2012)

2. Penyakit jantung
Penyakit jantung atau yang biasanya disebut penyakit jantung koroner adalah adanya
penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah arteri koroner. Penyempitan dan penyumbatan

pembuluh darah arteri koroner disebabkan oleh penumpukan zat-zat lemak (kolesterol, trigiliserida)
yang makin lama makin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding
pembuluh nadi. Hal ini mengurangi atau mengehentikan aliran darah ke otot jantung sehingga
menganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dari jantung koroner adalah kehilangan

oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran darah ke jantung berkurang. Pembentukan plak lemak

dalam arteri akan mempengaruhi pembentukan bekuan darah yang mendorong terjadinya serangan

jantung atau penyakit jantung. Jantung bengkak dalam istilah medis disebut Cardiomyopathies

menyerang pada otot jantung itu sendiri. Orang-orang yang terserang penyakit ini biasanya

mengalami pembesarn, secara tidak normal dan atau bahkan menjadi kaku. Menyebabkan jantung
memopa secara tidak normal (Menjadi lebih lemah). Tanpa penangan yang baikcardiomyopathies

akan menyebabkan penyakit yang lebuh buruk seperti gagal jantung atau menyebabkan jantung
berdetak tidak normal dan menyebabkan stroke. Ganguan jantung ialah gangguan pada katup mitral

atau lubang pada dinding jantung yang memisahkan kedua bilik atas jantung. Secara alami

gumpalan dalam darah biasanya adisaring keparu, tetapi karena dinding jantung berlubang, mka

gumpalan lolos tidak melalui paru tetapi lasung keotak yang menyebabkan terjadinya penyumbatan

di pembuluh darah otak sehingga terjadi storke.

(Pramudita Anjasmoro 2006).


3. Gagal ginjal

Hipertensi dan gagal ginjal merupakan faktor resiko utama terjadinya serangan jantung dan penyakit

lainnya hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah halus

dalam ginjal sehingga mengurangi kemampuan ginjal untuk menyaring darah dengan baik.
(Arumi, 2011 dalam jurnal (Pieter hengkesa dkk, 2015).

4. Penatalaksanaan

1. Farmakologi

a. Diuretik
Diuretic adalah obat yang meningkatkan eksresi natrium dan air dari ginjal. Obat-obatan ini

sering mejadi agens pertama yang dicoba pada hipertensi ringan dan mempengaruhi kadar

natrium dan volume darah. Meskipun obat ini menyebabkan meningkatkan kemih dan dapat
menyebabkan gangguan elektrolit serta asam basa, obat-obatan ini biasanya di toleransi dengan
baik oleh sebagian besar pasien.

b. Penyekat sistem saraf simpatis


13
Obat yang menghambat system saraf simpatis berguna dalam menghambat berbagai efek,

kompensasif dari system saraf simpatis.


1) Penyekat β menghambat vasokontriksi, meningkatkan frekuensi jantung, meningkatkan
kontraksi otot jantung, dan cenderung meningkatkan aliran darah ke ginjal, menyebabkan

penurunan pelepasan renin. Obat-obat ini memiliki banyak efek merugikan dan tidak di
anjurkan untuk semua orang. Obat ini sering digunakan sebagai monoterapi dalam
pengobatan langkah 2, dan pada beberapa pasien yang tekanan darahnya dapat dikontrol
secara adekuat oleh obat ini.

2) Penyekat α dan β berguna jika digunakan bersama dengan agens lain dan cenderung menjadi

lebih kuat, menghambat semua reseptor dalam system simpatis. Pasien sering mengeluh letih,

kehilangan libido, ketidakmampuan untuk tidur, dan gangguan gastrointestinal (GI) dan

genitourinary, mereka cenderung tidak ingin terus menggunakan obat ini.

3) Penyekat adrenergic-α menghambat reseptor adrenergic-α1 pasca sinaptik, mengurangi tonus


simpatis dalam vaskulatur dan menyebabkan pasodilatasi, yang kemudian menurunkan

tekanan darah. Akan tetapi, obat ini juga menghambat reseptor-α2 prasinaptik, mencegah
control umpan balik pelepasan norepineprin. Hasilnya adalah peningkatan reflex takikardia

yang terjadi jika tekanan darah diturunkan. Obat ini digunakan untuk mendiagnosis dan

mengatasi episode feokromositoma, namun kegunaanya pada hipertensi esensial terbatas

karena adanya efek merugikan terkait.

4) Penyakat-α1 digunakan untuk mengobati hipertensi karena kemampuannya menghambat

tempat reseptor α1 pasca sinaptik. Hal ini menyebabkan penurunan tonus vascular dan
vasodilatasi yang mengarah pada turunnya tekanan darah. Obat ini tidak menghambat tempat

reseptor-α2 , dan oleh sebab itu reflex takikardia yang menyertai penurunan tekanan darah

tidak terjadi.

5) Agonis-α2 menstimulasi reseptor-α2 pada system saraf pusat (SSP) dan menghambat pusat
kardiovaskuler, menyebabkan penurunan aliran simpatis dari SSP dan mengakibatkan turunnya

tekanan darah. Obat ini dikaitkan dengan berbagai efek merugikan pada SSP dan GI serta

arimia jantung.

c. Inhibitor Enzim Pengubah Angiotensin


Inhibitor ACE menghambat mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II didalam paru.
Hal ini mengehentikan fase system renin-angiotensin vasokonstriksi atau pelepasan algosteron

dapat terjadi. Inhibitor ACE dapat diguanakan sebagai monoterapi dalam langkah 2
penatalaksanaan hipertensi, atau dapat di kombinasikan dengan diuretic. Inhibitor ACE yang
digunakan adalah sebagai berikut.

14
1) Benazetpril (lotensin), merupakan obat oral yang sering digunakan, hanya disetujui untuk

pengobatan hipertensi, obat ini biasanya intoleransi dengan baik namun masih dikaitkan
dengan terjadinya batuk yang membandel.
2) Captrofil (Capoten) diindikasikan untuk pengobatan hipertensi dan gagal jantung kongestif

(GJK) nefropati diabetic, dan disfungsi ventricular kiri setelah IM ; obat ini dikaitkan dengan
pansitopenia yang terkadang fatal, batuk dan distress JI yang tidak menyenangkan.
3) Enarapril (Vasotec), obat oral yang digunakan untuk pengobatan hipertensi, GJK, dan disfungsi
ventricular kiri; obat ini digunakan secara parenteral (Enaprilat-[Vasotec IV]) Jika penggunaan

secara oral tidak mungkin digunakan atau diperlukan awitan yang cepat.

4) Fosinopril (Monopril), adalah obat oral yang ditoleransi dengan baik untuk pengobatan

hipertensi dan sebagai terapi penunjang pada GJK, obat ini juga dikaitkan dengan timbulnya

batuk.

5) Lisinopril (Prinivil, Zestril), adalah obat oral yang digunakan untuk mengobati hipertensi dan
GJK serta untuk mengobati pasien yang stabil selama 24 jam setelah IM akut guna

meningkatkan kemungkinan bertahan hidup.


6) Moeksipril (Univasc) obat oral yang kurang ditoleransi dengan baik untuk pengobatan

hipertensi; obat ini dikaitkan dengan berbagai efek JI yang tidak menyenangkan dan efek pada

kulit, batu, serta aritmia jantung; IM dan pansitopenia yang fatal terkadang dikaitkan dengan

penggunaan obat ini.

7) Perindopril (Aceon) adalah obat oral yang digunakan secara tunggal atau dalam kombinasi

dengan antihipertensif. Lain untuk mengontrol tekanan darah. Obat ini dikaitkan dengan
pansitopenia yang terkadang fatal dan juga obstruksi jalan nafas yang srius sampai fatal

(temukan sering pada pasien amerika-afrika).

8) Kuinapril (Accuepril) digunakan secara oral untuk pengobatan hipertensi dan sebagai

penunjang pada pengobatan GJK; efek merugikan yang ditimbulkan oleh obat ini tidak
sebanyak yang ditimbulkan oleh agens lainnya.

9) Ranipril (Altace) digunakan secara oral untuk pengobatan hipertensi dan sebagai pengobatan

tambahan pada GJK; obat ini memiliki efek merugikan yang lebih sedikit dari pada beberapa

agens lain.
10) Trandolapril (Mavik), digunakan secara oral untuk pengobatan hipertensi dan GJK setelah IM
akut, ditoleransi dengan cukup baik.

d. Cara Kerja Obat dan Indikasi terapeutik


Inhibitor ACE mencegah ACE mengubah Angiotensin I menjadi Angiotensin II, suatu
vasokonstriktor yang kuat dan stimulator pelepasan aldoteron. Aksi ini menyebabkan penurunan
tekanan darah dan sekresi aldosteron yang mengakibatkan terjadinya sedikit peningkatan kalium

serum dan hilangnya natrium serum serta cairan. Obat ini diindikasikan untuk pengobatan
15
hipertensi, tunggal atau dalam kombinasi dengan obat lain. Obat ini juga digunakan sebagai

tambahan digoksin dan diuretic untuk pengobatan GJK dan fungsi ventricular kiri.Efek terapeutik
dalam kasus ini dianggap berhubungan dengan penurunan beban kerja jantung karena
penurunan tahanan perifer dan volume darah.

e. Farmakokinetik
Obat ini diabsorpsi dengan baik, didistribusikan secara luas, dimetabolisme dihati, dan
dieksresikan melalui urin dan feses.Obat ini diketahui dapat menembus plasenta dan dikaitkan
dengan abnormalitas janin yang serius.Obat ini tidak boleh digunakan selama kehamilan. Wanita

usia subur yang memilih untuk menggunakan salah satu kontrasepsi barrier guna menghindari

kehamilan selama meminum obat ini. Beberapa obat ini telah terdeteksi didalam ASI. Karena

berpotensi menimbulkan efek merugikan yang serius pada neonates, ibu harus menggunakan

metode lain untuk memberi makan bayinya selama laktasi atau memilih antihipertensif lainnya.

f. KontraIndikasi dan Peringatan


Inhibitor ACE dikontraindikasikan jika terdapat alergi terhadap inhibitor ACE; pada kondisi

kerusakan fungsi ginjal, yang dapat diperburuk oleh efek obat ini yang menurunkan aliran darah
ginjal; pada kehamilan, karena adanya efek merugikan potensial pada janin; dan selama laktasi,

karena berpotensi menurunkan produk ASI dan dampak pada neonates. Obat ini harus digunakan

dengan hati-hati pada pasien yang menderita GJK, karena perubahan hemodinamik dapat

memperburuk kondisi pasien pada beberapa kasus; dan pada pasien yang mengalami deplesi

gram/volume, yang dapat diperburuk oleh efek obat ini.

g. Efek Merugikan
Efek merugikan yang paling sering terjadi pada penggunaan Inhibitor ACE berhubungan dengan

efek fase dilatasi dan perubahan aliran darah.Efek semacam ini meliputi takikardia refleks, nyeri

dada, angina, GJK, dan aritmia jantung; iritasi GI, ulkus, konstivasi, dan cedera hati; insufisiensi

ginjal, gagal ginjal, proteinuria; dan ruam, alopesia, dermatitits, dan fotosensitivitas.Berbagai obat
ini menyebabkan batuk membandel yang kemungkinan berhubungan dengan efek pada paru

tempat ACE dihambat, yang dapat menyebabkan pasien berhenti menggunakan obat

ini.Beberapa obat ini menyebabkan pansitopenia dan IM.

h. Interaksi obat-obat yang penting secara klinis


Terdapat peningkatan risiko reaksi hipersensivitas jika obat ini diminum bersama allopurinol.
i. Interaksi obat- makanan yang penting secara klinis

Terdapat penurunan absorpsi Inhibitor ACE oral jika digunakan bersama makanan.Obat ini harus
diminum pada saat lambung kosong, satu jam sebelum atau dua jam sesudah makan.
Pertimbangan keperawatan untuk pasien yang menerima Inhibitor ACE

16
j. Tahap Pemberian obat

1) Tahap 1
Pada anak-anak: Standar nasional untuk menentukan tingkat tekanan darah pada anak anak
merupakan hal baru telah ditetapkan bahwa hipertensi dapat dimulai sebagai penyakit anak-

anak, dan berbagai penelitian penapisan telah dilakukan untuk menetukan nilai normal bagi
usia anak-anak dianggap lebih sering menderita hipertensi sekunder yang disebabkan oleh
penyakit ginjal atau masalah kongenital seperti koarkatasi aorta. Pengobatan hipertensi pada
anak-anak harus dilakukan dengan sangat hati-hati karena jangka panjang dari agens anti

hipertensif tidak diketahui. Jika memungkinkan perubahan gaya hidup harus dilakukan

sebelum terapi obat. Penurunan berat badan dan peningkatan aktivitas dapat menurunkan

tekanan darah kembali normal pada banyak anak-anak. Jika terapi obat diguanakan,diuretic

ringan dapat dicoba terlebih dahulu, dengan pemantauan kadar glukosa darah dan elektrolit

secara teratur. penyekatβ telah berhasil pada bebarapa anak ; efek merugikannya dapat
membatasi penggunaan obat ini pada anak yang lain. Keamanan dan efktivitas inhibutor

enzim pengubah angiotensin ( ACE ) dan penyekat reseptor angiotensin belu, ditetapkan pada
anak-anak. Penyekat saluran kalsium telah digunakan untuk mengobati hipertensi pada anak-

anak dan dapat menjadi pertimbangan pertama jika terapi obat diperlukan.

Pada orang dewasa: Individu dewasa yang menerima obat ini perlu diberi tahu tentang efek

merugikan harus segera dilaporkan. Mereka perlu diingatkan tentang waspadaan keamanan

yang mungkin perlu dilakukan pada cuaca panas atau pada kondisi yang menyababkan

kehilangan cairan (mis; diare,muntah). Jika meraka minum obat lain, efek interaksi dari
berbagai obat tersebut harus di evaluasi. Pentingnya tindakan lain untuk membantu

menurunkan tekanan darah, penurunan berat badan, berhenti merokok,peningkatan aktivitas-

aktivitas juga harus ditekankan. Keamanan penggunan obat ini selama kehamilan ditetapkan.

Inhibitor ACE dan penyekat reseptor angiotensin tidak boleh digunakan selama kehamilan,
dan wanita usia subur harus di anjurkan untuk menggunakan kontra sepsi barier guna

mencegah kehamilan pada saat menggukan obat ini. Penyekat saluran kalsium dan vasodilator

tidak boleh digunakan pada kehamilan kecuali manfaatnya pada ibu jauh lebih besar dari pada

risiko potensialnya pada janin.Obat ini masuk ke ASI dan menyabkan efek merugikan pada
bayi. Obat ini harus digunakan dengan hati-hati atau metode lain untuk memberi makan bayi
harus dilakukan jka obat ini diperlukan selama aktasi.

Pada lansia: Lansia seering mendapat obat ini. Mereka lebih rentan terhadap efek toksik dari
obat dan cenderung menderita penyakit lain yang dapat mempengaruhi metabolise eksresi
obat tersebut. Kerusakan ginjal atau hati dapat menyebakan akumulasi obat didalam
tubuh.Jika terdapat disfungsi ginjal atau hati, dosisi harus dikurangi, dan pasien harus dipantau

dengan sangat ketat.Program pengobatan meyeluruh untuk pasien lansia harus


17
dikoordinasikan, dengan perhatian khusus pada interaksi antar obat dan terapi alternatif.

Lansia perlu berhati-hati pada setiap situasi yang dapat menyebabkan turunnya tekanan
darah, seperti kehilangan cairan akibat diare atau muntah, kurang asupan, atau panas
berlebihan dengan sedikit keringat yang timbul karena bertambahnya usia. Pusing, jayuh atau

pingsan dapat terjadi jika tekanan darah jatuh, terkana darah harus selalu diukur sesat sebelum
obat antihipertensif diberikan kepada pasien lansia, untuk menghindari penurunan tekana
darah yang berlebihan. Pasien lansia harus diberitahu secara khusus tentang anti hipertensif
sustained release yang tidak dapat dibelah , digerus, atau dikunyah, untuk menghindari
kemungkinan kelebihan dosis jika obat ini dibelah dengan tidak tepat.

2) Tahap 2

Jika langakah pertama tidak cukup menurunkan tekanan darah ketingkat yang dapat diterima,

terapi obat diperlukan. Obat pilihan dapat berupa diuretic, yang menurunkan kadar natrium

dalam serum dan volume darah ; penyekat β, yang menyababkan frekuensi jantung dan
kekuatan kontraksi serta vasodilatasi ; inhibutor ACE, yang mengahambat pengubah

angiotensin I menjadi angiotensin II ; penyekat reseptor angiotensin II, yang mengambat


angiotensin pada pembuluh darah; penyekat saluran kalsium, yang merelaksasikan kontraksi

otot ; atau penyekat otonomik lainnya.

3) Tahap 3

Jika respons pasien terhadap langkah ke-2 tidak ade kuat, dosis atau kelas obat dapat diubah

atau obatlain dapat ditambahkan untuk mendapatkan efek kombinasi.

4) Tahap 4
Langkah ini mencangkup semua tindakan diatas disertai tambahan agens antihipertensif lain

sampai tingkat control tekanan darah yang diinginkan tercapai. Pengobatan hipertensi

kemudian dipersulit dengan adanya penyakit kronis.Joint national kommitte menerbitkan

sebuah alogaritme untuk pengobatan hipertensi guna membantu dokter memilih agens
antihipertensi dengan mempertimbangkan kondisi penyulit. Respon actual pasien terhadap

antihipertensi sangat bersifat individual,sehingga obat pilihan untuk satu pasien dapat

memberikan sedikit efek atau menimbulkan efek apapun pada pasien lain.

18
5. Manajemen Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Kumpulkan data berikut melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik pengkajian terfokus
lanjutan diuraikan dibagian intervensi keperawatan selanjutnya

a. Sistem integument
Subyektif : -

Obyektif : kulit pucat,cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder), banyak keringat, suhu
kulit meningkat, kemerahan.

b. Sistem pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng.

Obyektif : pernapasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk (produktif/nonproduktif), sputum

banyak, penggunaan otot bantu pernafasan meningkat, terdengar stridor, ronchii pada lapang

paru.
c. Sistem cardiovaskuler

Subyektif : sakit kepala

Obyektif : denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas darah menurun.

d. System Neurosensori

Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang


Obyektif : GCS menurun, reflex menurun/normal, letargi.

e. Sistem Musculoskeletal

Subyektif : lemah, cepat lelah.

Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan penggunaan otot aksesoris
pernafasan.

f. Sistem genitourinaria

Subyektif : -

Obyektif : produksi urine menurun/normal.


g. System digestif

Subyektif : mual, kadang muntah.

Obyektif : konsistensi feses normal/ diare


h. Studi laboratorik

a) Hb : menurun/normal

b) Analisa Gas Darah : acidosis respiratorik, penurunan kadar oksigen darah, kadar karbon darah
meningkat/normal.

c) Elektrolit : natrium/kalsium menurun/normal.

19
2. Pengkajian fisik

Tabel 1.5 Menjelaskan tentang bagaimana Pemeriksaan Fisik pada pasien Penderita Hipertensi.

Tabel 1.5 Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik Rasional
Rambut sebagian basar beruban dan kusam
Inspeksi : distribusi rambut merata atau tidak, kotor atau
tidak, bercabang
Palpasi : mudah rontok atau tidak, tekstur: kasar/halus
Pemeriksaan wajah Gejala hipertensi dapat di ketahui dari pemeriksaan wajah
berupa wajah merah untuk mengetahuinya dilakukan :
inspeksi :
perhatikan ekspresi wajah klien, warna dan kondisi wajah
klien, struktur wajah klien, sembab atau tidak ada
kelumpuhan otot-otot fasialis atau tidak

(blogspot.com)
Pemeriksaan mata Mata :gejala hipertensi dapat di ketahui dari pemeriksaan
mata jika terdapat gejala mata berkunang-kunang dan
padangan mata menjadi kabur seketika di karenakan
adanya kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal.
Untuk mengetahuinya dilakukan :
Inspeksi :
Kelengkapan dan kesimetrian mata, adakah ekssoftalmus
(mata menonjol), atau Enofthalmus (mata tenggelam),
gerakan ritmis bol mata,
a. Lakukan pemeriksaan visus dengan jarak 5-6 m
dengan snellan card periksa visus OD/Os
(chedwards.net) 5/5 atau 6/6 = norml
1/60 = mampu melihat dengan hitungan jari
1/300 = mampu melihat dengan lambaian tangan
b. Pemeriksaan lapang pandang
Pemeriksaan Hidung Hidung : Normal simetris
gejala hipertensi dapat di ketahui dari pemeriksaan
hidung tanda dan gejalanya mimisan, gangguan pada
system penciuman, terdapat hambatan jalan nafas.
Amati bentuk tulang hidung posis septum nasi (adakah
pembengkakan, mukosa hidung, adakah pembesaran
(polip)

(lifeinthefastlane.com)

Mulut
Inspeksi dan palpasi :
1. Amati gigi,gusi,dan lidah adakah caries, kotoran,
kelengkapan, gigi palsu, warna lidah, perdarahan dan
abses
2. Amati rorfaring atau rongga mulut, bau mulut, uvula
simetris atau tidak

20
3. Perhatikan adakalh lendir dan benda asing atau tidak

Pemeriksaan telinga Telinga : gejala hipertensi dapat di ketahui dari


pemeriksaan telinga jika terdapat gejala telinga
berdengung
Inspeksi dan palpasi :
Amati bagian telinga luar : bentuk, ukuran, warna, lesi,
nyeri tekan, adakah peradangan, penumpukan serumen
Uji kemampuan kepekaan telinga :
1. Dengan bisikan pada jarak 4,5-6 m untuk menguji
(berbagi ilmu kesehatan-blogger.com) kemampuan pendengaran kanan dan kiri
2. Dengan arloji dengan jarak 30 cm dibandingkan
kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri
3. Dengan garputalalakukan uji urine: untuk
membandingkan kemampuan pendengaran antara
kondisi tulang dan konduksi udara, normalnya klien
mampu mendengarkan suara garputala dari kondisi
udara setelah suara dari kondisi tulang

Pemeriksaan leher Leher : gejala hipertensi dapat di ketahui dari


pemeriksaan leher bila leher terasa tengkung terasa pegal

(drnorthrup.com)
Pemeriksaan dada Dada :simetris,pergerakan dada, masa dan lesi,nyeri
tractikel fremitus:
1. Amati bentuk torak, kesimetrisan, keadaan kulit
2. Amati pernafasan klien frekuensi (16-24x/menit),
retraksi intercosta retraksi suprasternal, pernafasan
cuping hidung

Amati ada/tidak cianosis, batuk produktif atau kering:


1. Palpasi
Pemeriksaan taktil membandingkan getaran
dinding torak antara kanan dan kiri dengan cara
menempelkan kedua telapak tangan pemriksa
(belajar kedokteran) pada punggung klien dan klien diminta
mengucapkan kata tujuh puluh tujuh, telapak
tangan digeser kebawah dan dibandingkan
getarannya, normalnya getaran antara kanan dan
kiri teraba sama
2. Perkusi
Menempelkan jari tengah pemeriksa pada
intercosta klien dan mengetuk dengan jari tangan
yang satunya
3. Auskultasi

21
Suara nafas, suara ucapan, suara tambahan

Pemeriksaan Abdomen Abdomen : Agak menggembung, gejala hipertensi pada


abdomen yaitu adanya masa dan respon nyeri.

(secangkir terapi.com)
Pemeriksaan Ekstremitas Pemeriksaan ekstremitas: gejala hipertensi pada
ekstermitas gangguan pada tonus otot, merasa kesulitan
untuk melakukan aktivitas karena kelemahan ,
kesemuatan atau kebas.
1. Ekstremitas atas
a. Inspeksi
Bagaimana pergerakan tangan, dan kekuatan
otot
b. Palpasi
Apakah ada nyeri tekan, masa/benjolan
(cuap-cuap S1 keperawatan – blogger.com) c. Motorik
Untuk mengamati besar dan bentuk otot,
melakukan pemeriksaan tonus kekuatan otot
dan tes keseimbangan
d. Reflex
Memulai reflex fisiologi seperti biceps dan
triceps
e. Sensorik
Apakah klien dapat membedakan nyeri,
sentuhan, temperatur, rasa, gerak dan
tekanan.
2. Ekstremitas bawah
a. Inspeksi
Bagaimana pergerakan kaki dan kekuatan otot
b. Palpasi
Apakah ada nyeri tekan, massa/benjolan
c. Motorik
Untuk mengamati besar bentuk otot
melakukan pemeriksaan otot dan
keseimbangan
d. Reflex
Memulai reflex fisiologi seperti biceps dan
triceps
e. Sensorik
Apakah klien dapat membedakan nyeri,
sentuhan, temperatur, rasa, gerak dan
tekanan.

22
Pemeriksaan kulit Kulit : karena adanya peningkatan tekanan darah di dalam
arteri yang menyebabkan penurunan tekanan darah
dengan cara melebarnya arteri.
a. Inspeksi
Lihat warna kulit klien dibawah sinar matahari
apakah normal atau tidak, pucat atau tidak lihat
apakah ada lesi pada kulit atau tidak, lihat
apakah kulit tampak berminyak atau tidak
b. Palpasi
Raba permukaan kulit, rasakan kelembapannya,
(redkank.com)
normal kulit teraba lembab, tetapi tidak basah,
rasakan suhu pada permukaan kulit, cubit sedikit
pada bagian dada atau lengan bagian dalam.
Turgor kulit akan kembali dalam waktu < 2 detik
c. Untuk adanya pitting edema, tekan perlahan
pada daerah pretibialis, dorsum pedis atau
sakrum

3. Diagnosis Keperawatan

a. Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan Perubahan Afterload

Definisi :
Ketidakadekuatan darah yang dipompa oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolik

tubuh.

Domain 4 Aktivitas / Istirahat

Kelas 4 Respon Kardiovaskuler / pulmonal

Batasan karakteristik :
a. Takikardia

b. Palpitasi Jantng

c. Perubahan tekanan darah

Faktor Yang Berhubungan :


1) Perubahan afterload

b. Nyeri Akut berhubungan dengan Agens cedera biologis (mis., infeksi, kiskemia, neoplasma)

Definisi:

Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
actual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (international association for the
study of pain);awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir

yang dapat di antisipasi atau diprediksi.


Batasan Karakteristik:
a. Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar
atau tetap pada satu focus, meringis)

23
b. Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis, waspada)

c. Perubahan pada parameter fisiologis (mis., tekanan darah, frekuensi jantung, frekuensi
pernapasan, saturasi oksigen, dan endtidal karbondioksida[CO2])
Faktor yang berhubungan:

1) Agens cedera biologis (mis., infeksi, kiskemia, neoplasma)


c. Kelebihan Volume Cairan berhubgungan dengan gangguan mekanisme regulasi
Definisi :
Peningkatan Retensi Cairan Isotonik

Domain 2 Nutrisi

Kelas 5Hidrasi

Batasan karakteristik :

a. Gangguan pola nafas

b. Gangguan tekanan darah


c. dispnea

Faktor yang berhubungan :


1) gangguan mekanisme regulasi

d. Risiko Ketidakefektifan Perfusi Ginjal berhubungan dengan Hipertensi

Defenisi :

Rentan terhadap penurunan sirkulasi darah ke ginjal, yang dapat mangganggu kesehatan.

Domain 4 Aktivitas/Istirahat

Kelas 4 Respons Kardiovaskuler/ Pulmunal


Faktor Resiko :

1) Hipertensi

e. Intoleran aktifitas berhubungan dengan Gaya hidup kurang gerak

Definisi:
Ketidak cukupan energi psikologis atau fisiologis untuk mempertahankan atau menyelesaikan

aktivitas kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin di lakukan.

Domain 4 Aktivitas/istirahat

Kelas 4 Respons kardiovaskular/pulmonal


Batasan karakteristik:
a. Ketidaknyamanan setelah beraktifitas

b. Respons frekuensi jantung abnormal terhadap aktivitas


c. Respons tekanan darah abnormal terhadap aktivitas
faktor yang berhubungan:
1) Gaya hidup kurang gerak

24
4. Nursing Care Plane

Nanda NOC NIC


1. Penurunan Curah 1. Keefektifan pompa jantung 1. Perawatan jantung
Jantungberhubungan Definisi : Definisi :
dengan Perubahan Afterload Kecukupan volume darah yang Keterbatasan dari komplikasi sebagai
dibuktikan dengan dipompa kan dari ventrikel kiri untuk hasil dari ketidak seimbangan antara
Batasan karakteristik : mendukung tekanan perfusi sistemik. suplai oksigen pada otot jantung dan
a. Takikardia Setelah dilakukan tindakan kebutuhan seseorang pasien yang
b. Palpitasi Jantng keperawatan pasien diharapkan : memiliki gejala gangguan fungsi jantung.
c. Perubahan tekanan darah a. Tekanan darah sistol dengan skala Aktivitas-aktivitas :
4 a. Secara rutin mengecek pasien baik
b. Tekanan darah diastol dengan secara fisik dan psikologis sesuai
skala 4 dengan kebijakan tiap agen/penyedia
c. Denyut jantung apikal dengan layanan
skala 4 b. Pastikan tingkat aktivitas pasien yang
d. Denyut jantung parifer dengan tidak membahayakan curah jantung
skala 4 atau memprofokasi serangan jantung
e. Tekanan vena sentral denganskala c. Monitor EKG, adakah perubahan
4 segmen ST, sebagaimana mestinya.
f. Skala jantung abnormal dengan d. Monitor tanda-tanda vital secara
skala 4 rutin
g. Distritmia dengan skala 4 e. Monitor disritmia jantung, termasuk
gangguan ritme dan konduksi
jantung
f. Catat tanggal dan gejala penurunan
curah jantung
g. Monitor status pernafasan terkait
2. Status sirkulasi
dengan adanya gejala gagal jantung
Definisi :
h. Evaluasi perubahan tekanan darah
Aliran darah yang searah dan tidak
i. Catat tanda dan gejala penurunan
terhambat dengan aliran yang tepat
curah jantung.
melalui pembuluh darah besar sirkuit
sistemik dan paru.
2. Monitor tanda-tanda vital
Setelah dilakukan tindakan
Definisi :
keperawatan pasien diharapkan :
Pengumpulan dan analisis data
a. Tekanan darah sistol dengan skala
kardovaskuler, pernapasan, dan suhu
4
tubuh untuk menentukan dan mencegah
b. Tekanan darah diastol dengan
komplikasi.
skala 4
a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu,
c. Tekanan nadi dengan skala 4
dan status pernapasan dengan tepat
d. Tekanan darah rata-rata dengan
b. Monitor tekanan darah setelah pasien
skala 4
minum obat jika memungkinkan
e. Saturasi oksigen dengan skala 4
c. Monitor tekanan darah saat pasien
f. PaO2 (tekanan parsial oksigen
berbaring, duduk, dan berdiri
dalam darah arteri ) dengan skala
sebelum dan setelah perubahan
4
posisi
g. PaCO2 (Tekanan parsial
d. Monitor tekanan darah, denyut nadi,
karbondioksida dalam darah
dan pernapasan sebelum selama, dan
arteri) Dengan skala 4
setelah beraktivitas denga tepat.
e. Monitor irama dengan tekanan

25
jantung
f. Identifikasi kemungkinan penyebab
perubahan tanda-tanda vital

3. Pengaturan Hemodinamik
Definisi :
Optimalisasi denyut jantung, preload dan
afterload serta kontraktilitas [jantung]
a. Lakukan penilaian komprehensif
terhadap status hemodinamik (yaitu,
memeriksa tekanan darah, denyut
jantung, denyut nadi, tekanan vena
jugularis, tekanan vena sentral, atrium
kiri dan kanan, tekanan ventrikel dan
tekanal arteri pulmonalis), dengan
tepat.
b. Monitor dan dokumentasikan
tekanan nadi proporsional (yaitu,
tekanan darah sistolik dikurangi
tekanan darah diastolic dibagi
dengan tekanan darah sistolik,
sehingga menghasilkan persentase
yang proporsial).
c. Berikan pemeriksaan fisik berkala
pada populasi berisiko (misalnya,
pasien gagal jantung).
d. Pertimbangkan status volume (yaitu,
apakah pasien hipervolemi atau
berada pada rentang cairan yang
seimbang?)
e. Monitor adanya tanda dan gejala
masalah status volume (misalnya,
distensi vena, peningatan tekanan di
vena jugularis interna kanan, refleks
vena jugularispositif pada abdomen
edema, asites, crackles, dyspnea,
ortopnea, dyspnea paroxysmal
nocturnal).
f. Monitor dan catat tekanan darah,
denyut jantung, irama, dan denyut
nadi.
g. Monitor curah jantung, indeks
kardiak dan indek kerja stroke
ventrikuler, yang sesuai.
2. Nyeri Akut berhubungan 1. Kontrol Nyeri 1. Pengurangan Kecemasan
dengan agens cedera Defenisi: Defenisi :
biologis (mis., infeksi, Tindakan pribadi untuk mengontrol Mengurangi tekanan , kekuatan, firasat,
iskemia, neoplasma) nyeri. maupun keidaknyamanan terkait dengan
dibuktikan dengan Setelah dilakukan tindakan sumber-sumber bahaya yang tidak
Batasan Karakteristik: keperawatan , klien diharapkan: teridentifikasi.
a. Ekspresi wajah nyeri (mis., a. Mengenali kapan nyeri terjadi

26
mata kurang bercahaya, dengan skala 4 Aktivitas-aktivitas:
tampak kacau, gerakan mata b. Menggambarkan faktor penyebab a. Gunakan pendekatan yang tenang
berpencar atau tetap pada dengan skala 4 dan menyakinkan.
satu focus, meringis) c. Gunakan tindakan pencegahan b. Nyatakan dengan jelas harapan
b. Mengekspresikan perilaku dengan skala 4 terhadap perilaku klien.
(mis., gelisah, merengek, d. Menggunakan tindakan c. Dorong aktivitas yang tidak
menangis, waspada) pengurangan nyeri tanpa kompetitif secara tepat.
c. Perubahan pada parameter anagesik dengan skala 4 d. Dengarkan klien.
fisiologis (mis., tekanan e. Menggunakan anagesik yang e. Identifikasi pada saat terjadi
darah, frekuensi jantung, direkomendasikan dengan skala 4 perubahan tingkat kecemasan.
frekuensi pernapasan, f. Melaporkan perubahan terhadap f. Berikan aktifitas pengganti yag
saturasi oksigen, dan gejala nyeri pada professional bertujuan untuk mengurangi tekanan.
endtidal kesehatan dengan skala 4 g. Kaji untuk tanda verbal dan
karbondioksida[CO2]) g. Menggunakan sumber daya yang nonverbal kecemasan.
tersedia dengan skala 4
2. Manajemen Nyeri
2. Tingkat nyeri Defenisi:
Definisi: Pengirangan atau reduksi nyeri sampai
Keparahan dari nyeri yang diamati pada tingkat kenyamanan yang dapat
atau dilaporkan. diterima oleh pasien.
Setelah dilakukan tinddakan Aktivitas-aktivitas:
keperawatan diaharapkan pasien a. lakukan peggajian nyeri
a. Nyeri yang dilaporkan dengan komprehensif yang meliputi lokasi,
skala 4 karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
b. Mengerang dan menangis kualitas, intensitas atau beratnya
dengan skala 4 nyeri dan factor pencetus.
c. Ekspresi nyeri wajah dengan skala b. Gunakan strategi komunikasi
4 terapeutik untuk mengetahui
d. Tidak bisa beristirahat dengan pengalaman nyeri dan sampaikan
skala 4 penerimaan pasien terhadap nyeri.
e. Frekuensi nafas dengan skala 4 c. Gali pengetahuan dan kepercayaan
f. Tekanan darah dengan skala 4 pasien mengenai nyeri.
d. Pertimbangkan pengaruh budaya
terhadap respon nyeri.
e. Tentukan akibat dari pengalaman
nyeri tehadap kualitas hidup pasien
(misalnya, tidur, nafsu makan,
pengertian, perasaan, hubungan,
performa kerja, dan tanggung jawab
peran)
f. Gali bersama pasien factor-faktor
yang dapat menurunkan atau
memperberat nyeri.
g. Evaluasi pengalaman nyeri dimasa
lalu yang meliputi riwayat nyeri
kronik individu atau keluarga atau
nyeri yang menyebabkan
disability/ketidakmampuan/kecatatan
, dengan tepat.

27
3. Terapi Relaksasi
Defenisi:
Penggunaan teknik-teknik untuk
mendorong dan memperoleh relaksasi
dengan tujuan mengurangi tanda dan
gejala yang tidak diinginkan seperti nyeri,
kaku otot dan ansietas.
Aktivitas-aktivitas:
a. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat
relaksasi serta jenis relaksasi yang
tersedia (misalnya, music, meditasi,
bernafas dengan ritme, rileksasi
rahang dan relaksasi otot progresif.
b. Dorong klien untuk mengambil posisi
yang nyaman dengan pakaian
longgar dan mata tertutup.
c. Minta klien untuk rileks dan
merasakan rileksasi yang terjadi.
d. Dorong control sendiri ketika
relaksasi dilakukan
e. Gunakan relaksasi sebagai strategi
tambahan dengan (pengobatan)
obat-obatan nyeri atau sejalan
dengan terapi lainnya dengan tepat.
f. Evaluasi dan dokumentasikan respon
terhadap terapi relaksasi.

28
3. Kelebihan Volume Cairan 1. Keseimbangan Cairan 1. Manajemen Elektrolit
berhubungan dengan Defenisi: Defenisi:
gangguan mekanisme Keseimbangan cairan didalam ruang Peningkatan keseimbangan elektrolit dan
regulasi ditandai dengan intraseluler dan ekstraseluler tubuh. pencegahan komplikasi yang diakibatkan
Batasan karakteristik : Setelah dilakukan tindakan oleh adanya abnormalitas maupun
a. Gangguan pola nafas keperawatan klien diharapkan: tingkat serum elektrolit yang tidak
b. Gangguan tekanan darah a. tekanan darah dengan skala 4 diinginkan.
c. dispnea b. tekanan vena sentral dengan Aktivitas-aktivitas :
skala 4 a. Monitor nilai serum elektrolit yang
c. keseimbangan intake dan output abnormal.
dalam 24 jam dengan skala 4 b. Monitor manifestasi
d. kelembaban membrane mukosa ketidakseimbangan lektrolit
dengan skala 4 c. Berikan cairan sesuai resep jika
e. serum elektrolit dengan skala 4 diperlukan
f. bola mata cekung dan lembek d. Pertahankan pemberian cairan
dengan skala 4 intravenous berisi elektroli dengan
laju yang lambat
2. Keseimbangan Elektrolit e. Instruksikan klien dan keluarga
Defenisi: mengenai modivikasi diet secara
Konsentrasi ion-ion serum yang spesifik.
penting untuk pertahankan f. Monitor respon pasien terhadap
keseimbangan elektrolit. terapi elektrolit yang diresepkan.
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan klien diharapkan: 2. Monitor Cairan
Defenisi:
a. peningkatan serum sodium Pengumpulan dan analisis data pasien
dengan skala 4 dalam pegaturan keseimbangan cairan.
b. peningkatan serum potassium Aktivitas-aktivitas:
dengan skala 4 a. Tentukan jumlah dan jenis intakel
c. peningkatan serum klorida asupan cairan serta kebiasaan
dengan skala 4 eliminasi.
d. peningkatan serum kalsium b. Tentukan factor-faktor risiko yang
dengan skala 4 mungkn menyebabkan
e. peningkatan serum magnesium ketidakseimbangan cairan (misalnya,
dengan skala 4 kehilangan albumin, luka bakar,
f. peningkatan serum forfor dengan malnutrisi, sepsis, sindrom nefrotik,
skala 4 hipertermia, terapi diuretic, patologi
ginjal, gagal jantung, diaphoresis,
disfungsi hati, olahraga berat,
paparan panas, infeksi, pacaoprasi,
poliuria, muntah, dan diare).
c. Periksa ulang kapiler dengan
memegang tangan pasien pada
tinggi yang sama seperti jantung dan
menekan jarinya selama lima detik,
lalu lepaskan tekanan dan hitung
waktu sampai jarinya kembali merah
(yaitu, harus kurang dari 2 detik)
d. Monitor tekanan darah, denyut
jantung, dan status pernapasan.
e. Batasi dan alokasikan asupan cairan.

29
f. Berikan agen farmakologis untuk
meningkatkan pengeluaran urine

3. Manajemen Hipervolemia
Definisi :
Pengurangan volume cairan ekstraseluler
dan/atau intraseluler dan pencegahan
komplikasi pada pasien yang mengalami
kelebihan cairan.
Aktivitas-aktivitas
a. Monitor status hemodinamik meliputi
denyut nadi, tekanan darah MAP,
CVP, PAP, PCWP, CO, dan CI, jika
tersedia
b. Monitor edema perifer
c. Monitor intake dan output
d. Monitor tanda berkurangnya preload
(msialnya, peningkatan urine output,
perbaikan suara paru abnormal,
penurunan tekanan darah, MAP, CVP,
PCWP, CO, CI)
e. Batasin intake cairan bebas pada
pasien dengan hyponatremia dilusi.
f. Monitor suara jantung abnormal
4. Risiko Ketidakefektifan 1. Perfusi Jaringan: Organ Abdomen 1. Pengaturan Hemodinamik
Perfusi Ginjal di buktikan Defenisi: Defenisi :
dengan Kecukupan aliran darah malalui Optimalisasi denyut jantung, preload dan
Faktor Resiko : pembuluh darah kecil dari viscera afterload serta kontraktilitas (jantung).
Hipertensi abdomen untuk mempertahankan Aktivitas-aktivitas:
fungsi organ. a. Lakukan penilaian komperehensif
Setelah dilakukan tindakan terhadap status hemodinamik (yaitu,
keperawatan klien diharapkan : memeriksa tekanan darah, denyut
a. Tekanan darah diastolic dengan jantung, denyut nadi, tekanan vena
skala 4 jogularis, tekanan vena sentral, atrium
b. Tekanan darah sistolik dengan kiri dan kanan, tekanan vetrikel dan
skala 4 tekanan arteri pulmonalis) dengan
c. Nilai rata-rata tekanan darah tepat
dengan skala 4 b. Monitor dan dokumentasikan
d. Output Urine dengan skala 4 tekanan nadi proposional (yaitu,
e. Keseimbangan cairan elektrolit tekanan darah sistolik dikurangi
dan asam/basa dengan skala 4 tekanan darah diastolic dibagidengan
f. Kehilangan selera makan dengan tekanan darah sistolik, sehingga
skala 4 menghasilkan presentase yang
proporsial)
2. Fungsi Ginjal c. Pertimbangkan status volume ( yaitu,
Defenisi : apakah pasien hipervolemi,
Kemampuan ginjal untuk mengatur hipervolemi atau berada pada
cairan tubuh, menyaring ddarah dan rentang cairan yang seimbang)
membersihkan hasil pembuangan d. Monitor adanya tanda dan gejala
melalui pembentuk urine. status volume (misalnya, distensi
Setelah melakukan tindakan vena, peningkatan tekanan di vena

30
keperawatan klien diharapkan : jugularis interna kanan, reflex vena
a. Urine output selama 8 jam jugularis positif pada abdomen
dengan skala 4 edema, asites, crackles,
b. Keseimbangan intake dan output dyspnea,ortopnea, dyspnea
selama 24 jam dengan skala 4 paroxysmal nocturnal)
c. Berat jenis urine dengan skala 4 e. Monitor dan catat tekanan darah,
d. Warna urine dengan skala 4 denyut jan tung irama dan denyut
e. Hematuria dengan skala 4 nadi
f. Hipertensi dengan skala 4 f. Monitor curah jantung , indeks
kardiak dan indeks kerja stroke
ventrikuler, yang sesuai.
g. Monitor kapiler paru, tekanan arteri
sekitar, tekanan vena sentral dan
atrium kanan.
h. Monitor kadar elektrolit

2. Pencegahan Syok
Definisi :
Mendeteksi dan mengobati pasien yang
berisiko mengalami syok.
Aktivitas-aktivitas :
a. Monitor terhadap adanya respon
konpensasi awal syok (mialnya.,
tekanan darah normal, tekanan nadi
melemah, hipotensiortostatik ringan
(15 sampai 25 mmHg), perlambatan
pengisian kapiler, putat/dingin pada
kulit atau kulit kemerahan, takipnea
ringan, mual dan muntah,
peningkatan rasa haus, dan
kelemahan)
b. Monitor terhadap adanya tanda-
tanda respon sindroma inflamaisi
sistemik (misalnya., peningkatan
suhu, takikardi, takipnea, hipokarbia,
leokositosis, leukopenia)
c. Monitor terhadap adanya tanda awal
dari penurunan fungsi jantung
(misalnya., penurunan CO dan urine
output , peningkatan SVR dan PCWP,
bunyi crackles pada paru, jantung S3
dan S4 dan takikarrdia)
d. Monitor status sirkulasi (misalnya.,
tekanan darah, wrana kulit,
temperature kulit, bunyi janutng, nadi
dan irama, kekuatan dan kualitas nadi
perifer, dan pengisian kapiler)
e. Monitor terhdapa adanya tanda
ketidak adekuatan perfusi oksigen
kejaringan(misalnya., rsepon terhadap
stimulus, peningkatan kecemasan,

31
perubahan status mental, agitasi,
oliguria dan akral teraba dingi dan
warna kulit tidak sama dan merata
f. Monitor terhadap adanya tanda/
gejala asites dan nyeri abdomen atau
punggung.
g. Anjurkan pasien dan keluarga
mengenai factor-faktor pengicu syok

3. Manajemen Cairan
Definisi :
Meningkatkan keseimbangan cairan dan
pencegahan komplikasi yang dihasilkan
dari tingkat cairan tidak normal atau tidak
diinginkan
Aktivitas-aktivitas:
a. Jaga intake/asupan yang akuran dan
catat output (pasien)
b. Monitor status hidrasi (misalnya,
membrane mukosa lembab, denyut
nadi adekuat, dan tekanan darah
ortostatik)
c. Monitor hasil laboratorium yang
relevan dengan retensi cairan
(misalnya, peningkatan berat jenia,
penignkatan bun, penurunan
hematokrit dan peningkatan kadar
osmolaritas urin)
d. Monitor status hemodinamik,
termasuk cvp, MAP, PAP dan PCWP,
jika ada
e. Monitor indikasi kelebihan
cairan/retensi (misalnya, cklees,
elevasi CVP atau tekanan kapiler paru
yang terganjal, edema, distensi vena
leher, dan asitest)
f. Monitor makanan / cairan yang
dikonsumsi dan hitung asupan kalori
harian
g. Distribusikan asupan cairan selama
24 jam

5. Intoleran aktifitas 1. Toleransi terhadap aktivitas 1. Terapi Aktivitas


berhubungan dengan gaya Definisi: Defenisi:
hidup kurang gerak respon psikologis terhadap Peresepanterkaitdenganmenggunakanba
ditandai dengan pergerakan yang memerlukan energi ntuanaktivitasfisik, kognisi, soasialdan
Batasan karakteristik: dalam aktivitas Sehari-hari. spiritual
a. Ketidaknyamanan setelah Setelah dilakukan tindakan untukmeningkatkanfrekuensidandurasida
beraktifitas keperawatan diharapkan pasien riaktivitaskelompok
b. Respons frekuensi jantung a. Saturasi oksigen ketika Aktivitas-aktivitas
abnormal terhadap aktivitas beraktivitas dengan skala 4 a. Pertimbangkan kemampuan klien

32
c. Respons tekanan darah b. Frekuensi nadi ketika beraktivitas dalam berpartisipasi melalui aktivitas
abnormal terhadapaktivitas dengan skala 4 spesifik
c. Tekanan darah sistolik ketika b. berkolaborasi dengan (ahli)
beraktivitas dengan skala 4 terapifisik, okupasi dan terapi
d. Tekanan darah diastolic ketika sekreasional dalam perencanaan dan
beraktivitas dengan skala 4 pemantauan program aktivitas, jika
e. Kekuatan tubuh bagian atas memang diperlukan
dengan skala 4 c. bantuan klien untuk mengeksplorasi
f. kekuatan tubuh bagian bawah tujuan personal dari aktivitas-aktivitas
dengan skala 4 yang biasa dilakukan (misalnya,
bekerja) danaktivitas-aktivitas yang
2. keefektifan pompa jantung disukai
Definisi: d. identifikasi strategi untuk
kecukupan volume darah yang di meningkatkan partisipasi terkait
pompakan dari ventrikel kiri untuk dengan aktivitas yang diinginkan
mendukung tekanan perfusi sistemik. e. berikan aktivitas untuk meningkatkan
Setelah dilakukantindakan perhatian dan berkonsultasi dengan
keperawatan: terapis rekreasional (mengenaihal ini)
a. tekanan darah sistol degan skala f. tingkatkan gaya hidup dengan
4 melalui aktivitas fisik untuk
b. tekanan darah diastol dengan mencegah peningkatan beratbadan
skala 4 yang tidak diinginkan
c. denyut nadi perifer dengan skala g. monitor responemosi, fisik, sosialdan
4 spiritual terhadapaktivitas
d. keseimbangan intake dan output
dalam 24 jam dengan skala 4
e. diskritmia dengan skala 4 2. Perawatan jantung : Rehabilitatif
f. suara jantung abnormal dengan Defenisi:
skala 4 Peningkatan tingkat fungsi aktivitas yang
paling maksimum pada pasien yang
telah mengalami episode gangguan
fungsi jantung yang terjadi karena
keseimbangan suplai oksigen keotot
jantung dan kebutuhnnya.
Aktivitas-aktvitas
a. monitor toleransi
pasienterhadapaktivitas
b. instruksikan kepada pasien dan
keluarga mengenai modivikas ifaktor
resiko jantung (misalnya,
menghentikan kebiasaan merokok,
diet danolahraga) , sebagaimana
mestinya
c. intruksikan pasien dan keluarga
mengenai aturan berolahraga,
termasuk pemanasan, peregangan
dan pendinginan, sebagaimana
mestinya
d. instruksikan pasien dan keluarga
untuk membatasi
mengangkat/mendorong barang

33
(bendaberat) dengan cara yang tepat
e. instruksikan pasien dan keluarga
mengenai pertimbangan khusus
terkait dengan aktivitas sehari-hari
(misalnya, pembatasan aktivitas dan
meluangkan waktu istirahat), jika
memang tepat
f. koordinasikan rujukan pasien (diet,
pekerja sosial, danfisioterapi)
g. skrining akan adanya kecemasan dan
depresi pada pasien, sebagaimana
mestinya

3. Peningkatan Latihan
Defenisi:
Memfasilitasi aktifitas fisik secara teratur
untuk meningkatkan atau
mempertahankan kesehatan dan tingkat
kebugaran
Aktivitas-aktivitas:
a. gali pengalaman individu sebelumnya
mengenai latihan
b. gali hambatan untuk melakukan
latihan
c. libatkan keluarga/orang yang
memberat perawatan anda dalam
merencanakan dan meningkatkan
program latihan
d. informasikan individu mengenai
manfaat kesehatan dan efek fisiologis
latihan
e. instruksikan individu mengenai
kondisi yang mengharuskan berhenti
atau mengubah program latihan
f. instruksikan individu untuk
melakukan pemanasan dan
pendinginan dengan cukup pada saat
latihan
g. monitor respon individu terhadap
program latihan

34
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg atau nilai

tekanan diastolik lebih tinggi dari 90 mmHg.Menurut InaSH (perhimpunan hipertensi Indonesia), untuk

menegakkan diagnosis hipertensi perlu dilakukan pengukuran tekanan darah minimal 2 kali dengan
jarak 1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100 mmHg (Gardia, 2012).Organ berpengaruh
terhadap Hipertensi ada Jantung, Pembuluh Darah, Ginjal, Otak, Dan Mata (Retina). Hipertensi bisa

terjadi karena Faktor usia, Obesitas, Kurangnya olahraga, Gangguan ginjal tiroid, Stress, Makanan

makanan yang banyak mengandung garam, Genetik/ keturunan, Alkohol, Dan Merokok.

B. Saran

Berdasarkan uraian di atas kiranya kita dapat menyadari bahwa pentingnya mengetahui ilmu

tentang Hipertensi, Maka kita harus mempelajari dan mampu menerapkannya.Bagi para pembaca
jangalah malas untuk membaca, karena dengan membaca kita mendapatkan ilmu yang bermanfaat di
dalam kehidupan sehari-hari.

35
36

Anda mungkin juga menyukai