A. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas Sumber Daya
Manusia. Karena, gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ, serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002).
Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor di antaranya
bebas dari penyakit atau cacat, keadaan sosial ekonomi yang baik, keadaan
lingkungan yang baik, dan status gizi juga baik. Orang yang mempunyai status
gizi baik tidak mudah terkena penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit
degeneratif. Status gizi merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal. Namun pada masyarakat kita masih ditemui
berbagai penderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi
(Kemenkes, 2017).
Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter,
kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau
rujukan. Peran penilaian status gizi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
status gizi yang salah. Penilaian status gizi menjadi penting karena dapat
menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi.
Oleh karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upaya untuk
memperbaiki tingkat kesehatan pada masyarakat (Kemenkes, 2017).
Cara untuk menilai baik buruknya gizi seseorang adalah dengan
melakukan pengukuran status gizi. Status gizi yang baik akan mempengaruhi
proses pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya dapat
meningkatkan kemampuan intelektual yang akan berdampak pada prestasi
belajar di sekolah. Salah satu cara untuk menilai status gizi adalah dengan
menggunakan antropometri. Antropometri adalah ilmu yang mempelajari
berbagai ukuran tubuh manusia. Ukuran yang sering digunakan adalah berat
badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar
lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkar perut, dan lingkar
pinggul (Supariasa dkk, 2002).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum antropometri yaitu:
1. Untuk mengetahui cara pengukuran IMT (Tinggi Badan dan Berat Badan)
2. Untuk mengetahui cara pengukuran Prediksi Tinggi Badan (Tinggi Lutut)
3. Untuk mengetahui cara pengukuran rasio Lingkar Pinggang dan Panggul
4. Untuk mengetahui cara pengukuran lingkar perut
5. Untuk mengetahui cara pengukuran Lingkar Lengan Atas
6. Untuk mengetahui Percent Body Fat (TLK Tricep dan TLK Subscapular)
C. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum antropometri yaitu:
1. Mahasiswa mengetahui cara pengukuran IMT (Tinggi Badan dan Berat
Badan)
2. Untuk mengetahui cara pengukuran Prediksi Tinggi Badan (Tinggi Lutut)
3. Untuk mengetahui cara pengukuran rasio Lingkar Pinggang dan Panggul
4. Untuk mengetahui cara pengukuran lingkar perut
5. Untuk mengetahui cara pengukuran Lingkar Lengan Atas
6. Untuk mengetahui Percent Body Fat (TLK Tricep dan TLK Subscapular)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral
yang terdapat di dalam tubuh. Terdapat beberapa alasan kenapa berat
badan digunakan sebagai parameter antropometri. Alasan tersebut di
antaranya adalah perubahan berat badan mudah terlihat dalam waktu
singkat, berat badan dapat menggambarkan status gizi saat ini. Untuk
melakukan pengukuran berat badan diperlukan alat yang hasil
ukurannya akurat. Beberapa jenis alat timbang yang biasa digunakan
untuk mengukur berat badan di antaranya dacin untuk menimbang berat
badan balita, timbangan detecto, bath room scale (timbangan kamar
mandi), timbangan injak digital, dan timbangan lainnya.
b) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk pertumbuhan
linier. Tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk menilai
pertumbuhan panjang atau tinggi badan. Perubahan tinggi badan terjadi
dalam waktu yang lama, sehingga sering disebut akibat masalah gizi
kronis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi badan harus
mempunyai ketelitian 0,1 cm. Anak yang berusia 0–2 tahun diukur
dengan ukuran panjang badan, sedangkan anak berusia lebih 2 tahun
dengan menggunakan mikrotois.
2. Prediksi Tinggi Badan
a) Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi
badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau
lansia. Pada lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi
penurunan masa tulang bungkuk sukar untuk mendapatkan data tinggi
badan akurat.
3. Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul
Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaa
penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh
Ukuran yang sering digunakan adalah rasio lingkar pinggang - pinggul.
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga
terlatih dan posisi pengukuran harus tepat karena perbedaan posisi
pengukuran memberikan hasil yang berbeda.
Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR pada
jenis kelamin dan kelompok umur
Jenis Kelompok Resiko
kelamin umur Low Moderate High Very high
20-29 < 0,83 0,83-0,88 0,89-0,94 > 0,94
Pria 30-39 < 0,84 0,84-0,91 0,92-0,96 > 0,96
40-49 < 0,88 0,88-0,95 0,96-1,00 > 1,00
20-29 < 0,71 0,71-0,77 0,78-0,82 > 0,82
Wanita 30-39 < 0,72 0,72-0,78 0,79-0,84 > 0.84
40-49 < 0,73 0,73-0,79 0,80-0,87 > 0,87
Sumber. Sirajuddin 2012.
4. Lingkar Perut
Lingkar perut dapat menggambarkan adanya timbunan lemak di dalam
rongga perut. Semakin panjang lingkar perut menunjukkan bahwa semakin
banyak timbunan lemak di dalam rongga perut yang dapat memicu
timbulnya antara lain penyakit jantung dan diebetes mellitus. Untuk pria
dewasa Indonesia lingkar perut normal adalah 92.0 cm dan untuk wanita
80.0 cm
5. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Untuk keperluan penilaian status gizi, LLA memiliki beberapa kelebihan
yaitu, Indikator yang baik untuk menilai KEP berat, alat ukur murah,
sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, dapat digunakan oleh orang
yang tidak dapat membaca tulis, dengan memberi kode warna untuk
menentukan tingkat keadaan gizi. Namun terdapat beberapa kelemahan
yaitu hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat, sulit
menemukan ambang batas, dan sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5
tahun.
6. Percent Body Fat
Lemak sebagai cadangan energi yang digunakan ketika tubuh mengalami
kekurangan sumber energi karbohidrat dan protein. Sebagai cadangan
sumber energi, lemak tubuh diukur melalui tebal lemak bawah kulit
(TLBK) atau skinfold. Pengukuran lemak tubuh dilakukan pada beberapa
bagian tubuh, misal: tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak
(midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), suprailiaka, paha,
tempurung lutut (suprapatellar), pertengahan tungkai bawah (medial calv)
bagian depan lengan atas (bicep), bagian belakang lengan atas (tricep),
lengan bawah (forearm). Lemak tubuh juga dapat diukur secara absolut
(dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak
tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur.
D. Keunggulan dan Kelemahan Antropometri
Menurut Nurrizky (2018), pengukuran antropometri memiliki beberapa
keunggulan dan kelemahan yaitu:
1. Keunggulan
a) Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
yang besar.
b) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh
tenaga yamg sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan
pengukuran antropometri. Kader gizi (posyandu) tidak perlu seorang ahli,
tetapi dengan pelatihan singkat ia dapat melaksankan kegiatannya secara
rutin.
c) Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di
daerah setempat. Memang ada alat antropometri yang mahal dan harus
diimpor dari luar negeri, tetapi penggunaan alat itu hanya tertentu saja
seperti Skin Fold Caliper untuk mengukur lemak dibawah kulit.
d) Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
e) Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
f) Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi
buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas.
g) Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada
periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
h) Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok
yang rawan terhadap gizi
2. Kelemahan
a) Tidak sensitif, metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu
singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi
tertentu seperti zink dan Fe.
b) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.
c) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi
presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.
d) Kesalahan ini terjadi karena, pengukuran, perubahan hasil pengukuran
baik fisik maupun komposisi jaringan, serta analisis dan asumsi yang
keliru.
e) Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang
tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera, dan kesulitan
pengukuran.
BAB III
HASIL ANALISIS
4,76
2. %𝑏𝑜𝑑𝑦𝑓𝑎𝑡 = [( ) − 4,28] 𝑥100
𝐷𝑏
𝐷𝑏 = 1,0897 − 0,00113(37)
𝐷𝑏 = 1,047
4,76
%𝑏𝑜𝑑𝑦𝑓𝑎𝑡 = [( ) − 4,28] 𝑥100
𝐷𝑏
4,76
%𝑏𝑜𝑑𝑦𝑓𝑎𝑡 = [( ) − 4,28] 𝑥100
1,047
%𝑏𝑜𝑑𝑦𝑓𝑎𝑡 = 26,6 %
Jika dibandingkan dengan kalsifikasi Pecent Body Fat subjek masuk dalam
kategori Healthy Range yang berada pada rentang 21-33% untuk umur 20-
40 tahun.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum antropometri yaitu:
1. Subjek memiliki IMT 23,3 yang termasuk dalam kategori normal.
2. Subjek memiliki angka WHR yang menunjukkan 0,71-0,77 sehingga
termasuk dalam kategori moderate terhadap risiko terkena penyakit
kardiovaskular.
3. Subjek memiliki lingkar perut 69 cm, dan jika dibandingkan dengan nilai
ambang batas lingkar perut subjek masih dibawah nilai ambang batas untuk
perempuan yaitu 80cm.
4. Subjek memiliki LILA 26,9 cm. sehingga subjek tidak berisiko KEK,
wanita usia subur dikatakan KEK jika nilai LILA <23.5 cm.
5. Subjek memiliki percent body fat 26,6% sehingga subjek masuk dalam
kategori Healthy Range yang berada pada rentang 21-33% untuk umur 20-
40 tahun.
B. Saran
Adapun saran dari praktikum antropometri yaitu: sebaiknya waktu untuk
pelaksanaan praktikum ditambah durasinya agar semua mahasiswa mendapat
giliran menjadi subjek perhitungan. Sehingga bisa mengetahui nilai dari IMT,
WHR, lingkar perut, LILA, dan percent body fat mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA