Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTIKUM ANTROPOMETRI

“Public Health Practice”

Oktiza Dwi Rianti


N 201 16 051
Kelas A
Tim 3

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi merupakan salah satu faktor utama penentu kualitas Sumber Daya
Manusia. Karena, gizi merupakan suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorbsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan zat-zat yang tidak digunakan
untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-
organ, serta menghasilkan energi (Supariasa dkk, 2002).
Tingkat kesehatan seseorang dipengaruhi beberapa faktor di antaranya
bebas dari penyakit atau cacat, keadaan sosial ekonomi yang baik, keadaan
lingkungan yang baik, dan status gizi juga baik. Orang yang mempunyai status
gizi baik tidak mudah terkena penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit
degeneratif. Status gizi merupakan salah satu faktor penting dalam mencapai
derajat kesehatan yang optimal. Namun pada masyarakat kita masih ditemui
berbagai penderita penyakit yang berhubungan dengan kekurangan gizi
(Kemenkes, 2017).
Status gizi dapat diketahui melalui pengukuran beberapa parameter,
kemudian hasil pengukuran tersebut dibandingkan dengan standar atau
rujukan. Peran penilaian status gizi bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya
status gizi yang salah. Penilaian status gizi menjadi penting karena dapat
menyebabkan terjadinya kesakitan dan kematian terkait dengan status gizi.
Oleh karena itu dengan diketahuinya status gizi, dapat dilakukan upaya untuk
memperbaiki tingkat kesehatan pada masyarakat (Kemenkes, 2017).
Cara untuk menilai baik buruknya gizi seseorang adalah dengan
melakukan pengukuran status gizi. Status gizi yang baik akan mempengaruhi
proses pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya dapat
meningkatkan kemampuan intelektual yang akan berdampak pada prestasi
belajar di sekolah. Salah satu cara untuk menilai status gizi adalah dengan
menggunakan antropometri. Antropometri adalah ilmu yang mempelajari
berbagai ukuran tubuh manusia. Ukuran yang sering digunakan adalah berat
badan dan tinggi badan. Selain itu juga ukuran tubuh lainnya seperti lingkar
lengan atas, lapisan lemak bawah kulit, tinggi lutut, lingkar perut, dan lingkar
pinggul (Supariasa dkk, 2002).
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum antropometri yaitu:
1. Untuk mengetahui cara pengukuran IMT (Tinggi Badan dan Berat Badan)
2. Untuk mengetahui cara pengukuran Prediksi Tinggi Badan (Tinggi Lutut)
3. Untuk mengetahui cara pengukuran rasio Lingkar Pinggang dan Panggul
4. Untuk mengetahui cara pengukuran lingkar perut
5. Untuk mengetahui cara pengukuran Lingkar Lengan Atas
6. Untuk mengetahui Percent Body Fat (TLK Tricep dan TLK Subscapular)
C. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum antropometri yaitu:
1. Mahasiswa mengetahui cara pengukuran IMT (Tinggi Badan dan Berat
Badan)
2. Untuk mengetahui cara pengukuran Prediksi Tinggi Badan (Tinggi Lutut)
3. Untuk mengetahui cara pengukuran rasio Lingkar Pinggang dan Panggul
4. Untuk mengetahui cara pengukuran lingkar perut
5. Untuk mengetahui cara pengukuran Lingkar Lengan Atas
6. Untuk mengetahui Percent Body Fat (TLK Tricep dan TLK Subscapular)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Penilaian Status Gizi


Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang
diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu
populasi atau individu yang memiliki risiko status gizi kurang maupun gizi
lebih. Penilaian status gizi terdiri dari dua jenis, yaitu :
1. Penilaian Langsung
a) Antropometri
Antropometri merupakan salah satu cara penilaian status gizi yang
berhubungan dengan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan umur dan
tingkat gizi seseorang. Pada umumnya antropometri mengukur dimensi
dan komposisi tubuh seseorang (Supariasa, 2001). Metode antropometri
sangat berguna untuk melihat ketidakseimbangan energi dan protein.
Akan tetapi, antropometri tidak dapat digunakan untuk
mengidentifikasi zat-zat gizi yang spesifik.
b) Klinis
Pemeriksaan klinis merupakan cara penilaian status gizi berdasarkan
perubahan yang terjadi yang berhubungan erat dengan kekurangan
maupun kelebihan asupan zat gizi. Pemeriksaan klinis dapat dilihat
pada jaringan epitel yang terdapat di mata, kulit, rambut, mukosa mulut,
dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh (kelenjar tiroid).
c) Biokimia
Pemeriksaan biokimia disebut juga cara laboratorium. Pemeriksaan
biokimia pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi adanya
defisiensi zat gizi pada kasus yang lebih parah lagi, dimana dilakukan
pemeriksaan dalam suatu bahan biopsi sehingga dapat diketahui kadar
zat gizi atau adanya simpanan di jaringan yang paling sensitif terhadap
deplesi, uji ini disebut uji biokimia statis. Cara lain adalah dengan
menggunakan uji gangguan fungsional yang berfungsi untuk mengukur
besarnya konsekuensi fungsional dari suatu zat gizi yang spesifik Untuk
pemeriksaan biokimia sebaiknya digunakan perpaduan antara uji
biokimia statis dan uji gangguan fungsional
d) Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilaian status gizi dengan
melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur
jaringan yang dapat digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian
buta senja.
2. Penilaian Tidak Langsung
a) Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian status gizi
dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi oleh
individu maupun keluarga. Data yang didapat dapat berupa data
kuantitatif maupun kualitatif. Data kuantitatif dapat mengetahui jumlah
dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan data kualitatif dapat
diketahui frekuensi makan dan cara seseorang maupun keluarga dalam
memperoleh pangan sesuai dengan kebutuhan gizi.
b) Statistik Vital
Statistik vital merupakan salah satu metode penilaian status gizi melalui
data-data mengenai statistik kesehatan yang berhubungan dengan gizi,
seperti angka kematian menurut umur tertentu, angka penyebab
kesakitan dan kematian, statistik pelayanan kesehatan, dan angka
penyakit infeksi yang berkaitan dengan kekurangan gizi.
c) Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena
masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi,
seperti faktor biologis, faktor fisik, dan lingkungan budaya. Penilaian
berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab
kejadian gizi salah (malnutrition) di suatu masyarakat yang nantinya
akan sangat berguna untu melakukan intervensi gizi.
B. Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos
artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari
tubuh. Pengertian ini bersifat sangat umum sekali. Dari definisi tersebut dapat
ditarik pengertian bahwa antropometri gizi adalah berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat
badan, tinggi badan, lingkar lengan, lingkar lengan atas dan tebal lemak bawah
kulit (Nurrizky, 2018).
Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi dari
berbagai ketidak seimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini
biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Nurrizky, 2018).
C. Pengukuran Secara Antropometri
1. Indeks Massa Tubuh (IMT)

a) Berat Badan
Berat badan menggambarkan jumlah protein, lemak, air dan mineral
yang terdapat di dalam tubuh. Terdapat beberapa alasan kenapa berat
badan digunakan sebagai parameter antropometri. Alasan tersebut di
antaranya adalah perubahan berat badan mudah terlihat dalam waktu
singkat, berat badan dapat menggambarkan status gizi saat ini. Untuk
melakukan pengukuran berat badan diperlukan alat yang hasil
ukurannya akurat. Beberapa jenis alat timbang yang biasa digunakan
untuk mengukur berat badan di antaranya dacin untuk menimbang berat
badan balita, timbangan detecto, bath room scale (timbangan kamar
mandi), timbangan injak digital, dan timbangan lainnya.
b) Tinggi Badan
Tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk pertumbuhan
linier. Tinggi badan merupakan parameter antropometri untuk menilai
pertumbuhan panjang atau tinggi badan. Perubahan tinggi badan terjadi
dalam waktu yang lama, sehingga sering disebut akibat masalah gizi
kronis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur tinggi badan harus
mempunyai ketelitian 0,1 cm. Anak yang berusia 0–2 tahun diukur
dengan ukuran panjang badan, sedangkan anak berusia lebih 2 tahun
dengan menggunakan mikrotois.
2. Prediksi Tinggi Badan
a) Tinggi Lutut
Tinggi lutut erat kaitannya dengan tinggi badan, sehingga data tinggi
badan didapatkan dari tinggi lutut bagi orang tidak dapat berdiri atau
lansia. Pada lansia digunakan tinggi lutut karena pada lansia terjadi
penurunan masa tulang bungkuk sukar untuk mendapatkan data tinggi
badan akurat.
3. Rasio Lingkar Pinggang dan Panggul
Perubahan metabolisme memberikan gambaran tentang pemeriksaa
penyakit yang berhubungan dengan perbedaan distribusi lemak tubuh
Ukuran yang sering digunakan adalah rasio lingkar pinggang - pinggul.
Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus dilakukan oleh tenaga
terlatih dan posisi pengukuran harus tepat karena perbedaan posisi
pengukuran memberikan hasil yang berbeda.
Standar resiko penyakit degeneratif berdasarkan pengukuran WHR pada
jenis kelamin dan kelompok umur
Jenis Kelompok Resiko
kelamin umur Low Moderate High Very high
20-29 < 0,83 0,83-0,88 0,89-0,94 > 0,94
Pria 30-39 < 0,84 0,84-0,91 0,92-0,96 > 0,96
40-49 < 0,88 0,88-0,95 0,96-1,00 > 1,00
20-29 < 0,71 0,71-0,77 0,78-0,82 > 0,82
Wanita 30-39 < 0,72 0,72-0,78 0,79-0,84 > 0.84
40-49 < 0,73 0,73-0,79 0,80-0,87 > 0,87
Sumber. Sirajuddin 2012.
4. Lingkar Perut
Lingkar perut dapat menggambarkan adanya timbunan lemak di dalam
rongga perut. Semakin panjang lingkar perut menunjukkan bahwa semakin
banyak timbunan lemak di dalam rongga perut yang dapat memicu
timbulnya antara lain penyakit jantung dan diebetes mellitus. Untuk pria
dewasa Indonesia lingkar perut normal adalah 92.0 cm dan untuk wanita
80.0 cm
5. Lingkar Lengan Atas (LILA)
Untuk keperluan penilaian status gizi, LLA memiliki beberapa kelebihan
yaitu, Indikator yang baik untuk menilai KEP berat, alat ukur murah,
sederhana, sangat ringan, dapat dibuat sendiri, dapat digunakan oleh orang
yang tidak dapat membaca tulis, dengan memberi kode warna untuk
menentukan tingkat keadaan gizi. Namun terdapat beberapa kelemahan
yaitu hanya dapat mengidentifikasi anak dengan KEP berat, sulit
menemukan ambang batas, dan sulit untuk melihat pertumbuhan anak 2-5
tahun.
6. Percent Body Fat
Lemak sebagai cadangan energi yang digunakan ketika tubuh mengalami
kekurangan sumber energi karbohidrat dan protein. Sebagai cadangan
sumber energi, lemak tubuh diukur melalui tebal lemak bawah kulit
(TLBK) atau skinfold. Pengukuran lemak tubuh dilakukan pada beberapa
bagian tubuh, misal: tulang belikat (subscapular), di tengah garis ketiak
(midaxillary), sisi dada (pectoral), perut (abdominal), suprailiaka, paha,
tempurung lutut (suprapatellar), pertengahan tungkai bawah (medial calv)
bagian depan lengan atas (bicep), bagian belakang lengan atas (tricep),
lengan bawah (forearm). Lemak tubuh juga dapat diukur secara absolut
(dalam kg) dan secara relatif (%) terhadap berat tubuh total. Jumlah lemak
tubuh sangat bervariasi ditentukan oleh jenis kelamin dan umur.
D. Keunggulan dan Kelemahan Antropometri
Menurut Nurrizky (2018), pengukuran antropometri memiliki beberapa
keunggulan dan kelemahan yaitu:
1. Keunggulan
a) Prosedurnya sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel
yang besar.
b) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh
tenaga yamg sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan
pengukuran antropometri. Kader gizi (posyandu) tidak perlu seorang ahli,
tetapi dengan pelatihan singkat ia dapat melaksankan kegiatannya secara
rutin.
c) Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan dan dibuat di
daerah setempat. Memang ada alat antropometri yang mahal dan harus
diimpor dari luar negeri, tetapi penggunaan alat itu hanya tertentu saja
seperti Skin Fold Caliper untuk mengukur lemak dibawah kulit.
d) Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibakukan.
e) Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
f) Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi
buruk, karena sudah ada ambang batas yang jelas.
g) Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada
periode tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
h) Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok
yang rawan terhadap gizi
2. Kelemahan
a) Tidak sensitif, metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waktu
singkat. Di samping itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi
tertentu seperti zink dan Fe.
b) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)
dapat menurunkan spesifikasi dan sensitivitas pengukuran antropometri.
c) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi
presisi, akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.
d) Kesalahan ini terjadi karena, pengukuran, perubahan hasil pengukuran
baik fisik maupun komposisi jaringan, serta analisis dan asumsi yang
keliru.
e) Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan latihan petugas yang
tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak ditera, dan kesulitan
pengukuran.
BAB III
HASIL ANALISIS

A. Alat dan Bahan


1. Timbangan Digital
2. Microtoice
3. Meteran
4. Pita LILA
5. Caliper
6. Pengukur Tinggi Lutut
7. Sudut Lutut
B. Cara Kerja
1. Pengukuran Tinggi Badan
a) Subjek tidak mengenakan alas kaki. Posisikan subjek tepat di bawah
microtoice.
b) Kaki rapat, lutut lurus. Tumit, pantat, dan bahu menyentuh dinding
vertical.
c) Subjek dengan pandangan lurus ke depan, kepala tidak perlu menyentuh
dinding. Tangan lepas ke samping badan dengan telapak tangan
menghadap paha.
d) Mintalah subjek untuk menarik nafas panjang dan berdiri tegak tanpa
mengangkat tumit untuk membantu menegakkan tulang belakang.
e) Tarik microtoice hingga menyentuh ujung kepala, pegang secara
horizontal. Saat mengukur, mata harus sejajar dengan alat untuk
menghindari kesalahan penglihatan.
2. Berat Badan
a) Subjek mengenakan pakaian minimal dan tidak mengenakan alas kaki.
b) Pastikan timbangan berada pada penunjukkan skala dengan angka 0,0
c) Subjek berdiri di atas timbangan dengan berat badan yang tersebar
merata pada kedua kaki dan posisi kepala dengan pandangan lurus
kedepan
d) Bacalah berat badan pada timbangan digital
3. Tinggi Lutut
a) Subjek dalam posisi duduk dan kaki subjek tertekuk 90 ° (siku-siku)
dengan menggunakan alat bantu sudut kayu
b) Memposisikan ujung bawah pengukur di bawah tumit bagian tengah
subjek
c) Memposisikan ujung atas pengukur dibagian tulang lutut subjek
d) Membaca tinggi lutut subjek.
4. Pengukuran LILA
a) Menentukan titik mid point
1) Meminta subjek untuk berdiri tegak
2) Meminta subjek untuk membuka lengan pakaian yang menutup
lengan
3) Menekuk lengan subjek membentuk 90° , dengan telapak tangan
menghadap ke atas. Pengukur berdiri di belakang subjek dan
menentukan titik tengah antara tulang atas pada bahu kiri
4) Menandai titik tengah
b) Mengukur LILA
1) Memposisikan lengan tergantung lepas dan siku lurus disamping
badan, telapak tangan menghadap ke bawah
2) Mengukur lingkar lengan atas pada posisi mid point dengan pita
LILA menempel kulit
3) Mencatat LILA pada skala 0,1 cm terdekat
5. Pengukuran Lingkar Pinggang
a) Memposisikan subjek beridiri tegak dengan keadaan rileks
b) Menghadap ke subjek dan meletakkan alat ukur melingkari pinggang
secara horizontal dibagian paling ramping
c) Mengukut diakhir dari exhale yang normal, dan alat ukur tidak
menekan kulit
d) Membaca dengan teliti hasil pengukuran hingga 0,1 cm terdekat
6. Pengukuran Lingkar Panggul
a) Memposisikan subjek berdiri tegak dengan kedua lengan berada pada
sisi tubuh dan kaki rapat
b) Pengukur jongkok di samping subjek sehingga tingkat maksimal dari
pinggul terlihat
c) Melingkarkan pengukur secara horizontal tanpa menekan kulit
d) Membaca dengan teliti hasil pengukuran hingga 0,1 cm
7. Pengukuran Lingkar Perut
a) Menyingkap pakaian bagian atas dan raba tulang rusuk, tetapkan titik
batas tepi tulang rusuk paling bawah
b) Menetapkan titik yang lengkung tulang pangkal paha/panggul
c) Menetapkan titik tengah
d) Meminta subjek untuk berdiri tegak dan bernapas dengan normal
e) Mengukur lingkar perut dimulai dari titik tengah kemudian secara
sejajar horizontal mwlingkari pinggang dan perut kembali menuju titik
tengah
f) Membaca hasil pengukuran
8. Percent Body Fat
a) Titik Tricep
1) Memposisikan subjek dengan kedua lengan tergantung bebas
2) Menentukan mid point
3) Pengukuran meletakkan telapak tangan pada bagian lengan paling
atas kea rah mid point dimana ibu jari dan telunjuk menghadap
bawah. Menarik tricep skinfold 1 cm dari proximal tanda mid point
4) Mengukur tricep skinfold mendekati 0,1 mm
b) Titik Subscapular
1) Memposisikan subjek berdiri tegak dengan kedua lengan tergantung
bebas pada kedua sisi tubuh
2) Meletakkan tangan kiri ke belakang
3) Meraba scapula dan mencari kea rah bawah lateral sepanjang batas
vertebrata sampai sudut bawah scapula
4) Menarik subscpula skinfold dalam arah diagonal kurang lebih 45°
ke arah horizontal garis kulit
5) Meletakkan caliper 1 cm inferolateral dari ibu jari telunjuk yang
mengangkat kulit dari subutan ketebalan kulit di ukur mendekati 0,1
mm.
C. Hasil dan Interpretasi
1. IMT (Indeks Massa Tubuh)
Berdasarkan hasil pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan, subjek
mempunyai tinggi badan 149,9 cm dan berat badan 52,3 kg. Maka jika
dimasukkan ke rumus :
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛(𝑘𝑔) 52,3
𝐼𝑀𝑇 = = = 23,2
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛2 (𝑚) 1,4992
Jadi, jika dibandingkan dengan kategori IMT menurut WHO (2000), IMT
subjek masuk dalam kategori normal.
2. Prediksi Tinggi Badan (Tinggi Lutut)
Berdasarkan hasil pengukuran Tinggi Lutut, subjek mempunyai tinggi lutut
45,5 cm. Maka jika dimasukkan ke rumus :
84,88 − (0,24 𝑥 𝑢𝑚𝑢𝑟 (𝑡ℎ𝑛)) + (1,83 𝑥 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑙𝑢𝑡𝑢𝑡)
75 − 𝑢𝑚𝑢𝑟
− 𝑥1,2
5
75 − 20
84,88 − (0,24 𝑥 20) + (1,83 𝑥 45,5) − 𝑥1,2
5
3. Lingkar Pinggang dan Panggul
Berdasarkan hasil pengukuran lingkar pinggang dan lingkar panggul,
subjek mempunyai lingkar pinggang 68 cm dan lingkar panggul 95,5 cm.
Maka jika dimasukkan ke rumus :
68𝑐𝑚
𝑊𝐻𝑅 = = 0,712
95,5𝑐𝑚
Jadi, untuk perempuan kelompok umur 20-29 jika angka WHR
menunjukkan 0,71-0,77 termasuk dalam kategori moderate terhadap risiko
terkena penyakit kardiovaskular
4. Lingkar Perut
Berdasarkan hasil pengukuran lingkar perut, subjek mempunyai lingkar
perut 69 cm. Jika dibandingkan dengan nilai ambang batas lingkar perut
subjek masih dibawah nilai ambang batas untuk perempuan yaitu 80cm.
5. Lingkar Lengan Atas
Berdasarkan hasil pengukuran LILA, subjek mempunyai LILA 26,9 cm.
Jika dibandingkan dengan klasifikasi LILA subjek tidak berisiko KEK,
wanita usia subur dikatakan KEK jika nilai LILA <23.5 cm.
6. Percent Body Fat (TLK Tricep dan TLK Subscapular)
Berdasarkan hasil pengukuran percent body fat, subjek mempunyai TLK
tricep 18 mm dan TLK subscapular 19mm. Maka jika dimasukkan ke
dalam rumus:

1. 𝐷𝑏 = 1,0897 − 0,00113(∑ 𝑡𝑟𝑖𝑐𝑒𝑝 + 𝑠𝑐𝑎𝑝𝑢𝑙𝑎)

4,76
2. %𝑏𝑜𝑑𝑦𝑓𝑎𝑡 = [( ) − 4,28] 𝑥100
𝐷𝑏

𝐷𝑏 = 1,0897 − 0,00113 (∑ 18 + 19)

𝐷𝑏 = 1,0897 − 0,00113(37)
𝐷𝑏 = 1,047
4,76
%𝑏𝑜𝑑𝑦𝑓𝑎𝑡 = [( ) − 4,28] 𝑥100
𝐷𝑏
4,76
%𝑏𝑜𝑑𝑦𝑓𝑎𝑡 = [( ) − 4,28] 𝑥100
1,047
%𝑏𝑜𝑑𝑦𝑓𝑎𝑡 = 26,6 %
Jika dibandingkan dengan kalsifikasi Pecent Body Fat subjek masuk dalam
kategori Healthy Range yang berada pada rentang 21-33% untuk umur 20-
40 tahun.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum antropometri yaitu:
1. Subjek memiliki IMT 23,3 yang termasuk dalam kategori normal.
2. Subjek memiliki angka WHR yang menunjukkan 0,71-0,77 sehingga
termasuk dalam kategori moderate terhadap risiko terkena penyakit
kardiovaskular.
3. Subjek memiliki lingkar perut 69 cm, dan jika dibandingkan dengan nilai
ambang batas lingkar perut subjek masih dibawah nilai ambang batas untuk
perempuan yaitu 80cm.
4. Subjek memiliki LILA 26,9 cm. sehingga subjek tidak berisiko KEK,
wanita usia subur dikatakan KEK jika nilai LILA <23.5 cm.
5. Subjek memiliki percent body fat 26,6% sehingga subjek masuk dalam
kategori Healthy Range yang berada pada rentang 21-33% untuk umur 20-
40 tahun.
B. Saran
Adapun saran dari praktikum antropometri yaitu: sebaiknya waktu untuk
pelaksanaan praktikum ditambah durasinya agar semua mahasiswa mendapat
giliran menjadi subjek perhitungan. Sehingga bisa mengetahui nilai dari IMT,
WHR, lingkar perut, LILA, dan percent body fat mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar.


Kementrian Kesehatan RI, 2017, Penilaian Status Gizi, Bahan Ajar Gizi, Jakarta.
Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara
Biokimia dan Antropometri.
Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2002. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai