Anda di halaman 1dari 6

A.

Keterampilan Berpikir Kreatif


1. Pengertian Berpikir Kreatif
Menurut Asmani berpikir kreatif adalah kemampuan (berdasarkan informasi yang
tersedia) untuk memberikan gagasan-gagasan baru dengan menemukan banyak kemungkinan
terhadap suatu masalah, yang menekankan segi kuantitas, ketergantungan , keragaman
jawaban dan menerapkan dalam pemecahan masalah (Nuryanah, 2015).
Dengan berpikir kreatif peserta didik mampu mengembangkan ide-ide kreativitas
untuk dapat memunculkan ataupun menemukan pemikiran-pemikiran, baik itu dalam bentuk
suatu strategi atau solusi terhadap pemecahan suatu masalah. Begitupun halnya dengan
proses pembelajaran berpikir kreatif sangat berperan penting dalam pengembangan
kreativitas peserta didik.
Hurlock (1999) menerangkan mengenai mengenai kreativitas sebagai berikut :
A. Kreatif adalah kemmpuan seseorang untuk menghasilkan kompossisi produk atau gagasan pada
dasarnya baru. Dan sebelumnya dikenal pembuatannya. Ia
dapat berupa kegiatan imajinasi atau sintesis kegiatan pemikiran yang hasilnya
bukan perangkuman. Ia mungkin mencakup pembentukan pola baru dn gabungan
informasi yang diperoleh dari pengalaman sebelumnya dan pencakokan hubungan
lama ke situasi baru dan mungkin mencakup pembentukan korelasi baru. Ia harus
mempunya maksud dan tujuan yang ditentukan, bukan fantasi semata, walaupun
merupakan hasil yang sempurna dan lengkap. Ia mungkin dapat berbentuk produk
seni, kesustraan, produk ilmiah, atau mungkin bersifat procedural atau metodologis.

2. Factor – Factor Yang Mempengaruhi Kreatifitas


Menurut Rodgers (dalam Munandar, 2009) menjelaskan faktor-faktor yang
mendorong terwujudnya kreatifitas individu sebagai berikut :
a. Motivasi intrinsic (dorongan dari dalam diri sendiri)
Setiap individu memiliki kecenderungan atau dorongan dalam dirinya untuk beraktivitas,
mewujudkan potens, mengungkapkan potensi dan mengaktifkan semua kapasitas yang
dimilikinya. Dorongan ini merupakan motivasi primer untuk kreativitasnya ketika indivdu
membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungannnya dalam upaya menjadi
dirinya sepenuhnya.
b. Motivasi Ektrinsik (Dorongan dari lingkungan)
Lingkungan yang dapat mempengaruhi kreatifitas individu dapat berupa lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan kekuatan yang paling
penting dan merupakan sumber utama dalam pengembangan kreativitas individu. Pada
lingkungan sekolah, setiap jenjangnya mulai dari pra sekolah hingga ke perguruan tinggi
dapat berperan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kreatifitas individu. Dalam
lingkungan masyarakat kebudayaan –kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat
juga turut mempengaruhi kreativitas individu (Munandar, 2009)
Rogers dalam Munandar, 2009 menjelaskan kondisi lingkungan yang dapat
mengembangkan kretivitas ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut :
1) Keamanan psikologis
Keamanan psikologis dapat terbentuk melalui tiga tahapan yang saling berkaitan satu sama
lainnya, yaitu:
a) Menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan keterbatasannya
b) Mengusahakan suasana yang didalamnya tidak terdapat evaluasi eksternal (tidak
bersifat ancaman)
c) Memberikan pengertian secara empati, ikut menghayati perasaan, pikiran, tindakan
individu, dan mampu melihat dari sudut pandang mereka dan menerimanya
2) Kebebasan Psikologis.

3. Unsur-Unsur Berfikir Kreatif


Menurut Munandar unsur – unsur yang harus ada dalam berfikir kreatif (Fuadah,
2013) yaitu :

Tabel 2.4
Unsur-Unsur berfikir Kreatif
Aspek Perilaku Siswa
Berpikir Lancar :  Mengajukan banyak pertanyaan
 Mencetuskan banyak  Menjawab dengan sejumlah
gagasan, jawaban atau jawaban jika ada pertanyaan
penyelesaian  Mempunyai banyak gagasan
 Selalu memikirkan lebih dari mengenai suatu masalah
satu jawaban  Lancar dalam menggunakan
gagasan-gagasannya
 Bekerja lebih cepat dan melakukan
lebih banyak dari pada siswa lain
 Cepat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek dan
situasi.
Berpikir luwes :  Memberikan aneka ragam
 Mengahasilkan gagasan, penggunaan yang tak lazim
pertanyaan atau jawaban terhadap suatu objek
yang bervariasi  Memberikan macam-macam
 Dapat melihat suatu masalah penafsiran terhadap suatu gambar,
dari sudut pandang yang cerita atau masalah
berbeda  Menerapkan suatu konsep atau asas
 Mencari alternative atau arah denagn cara yang berbeda
yang berbeda  Memberikan pertimbangan atau
Mampu mengubah cara pendekatan mendiskusikan sesuatu selalu
atau pemikiran memiliki posisi yang berbeda atau
bertentangan dengan amyoritas
kelompok
 Jika diberi suatu masalah biasanya
memikirkan berbagai macam cara
yang berbeda untuk
menyelesaikannya
 Menggolongkan hal hal yang
menurut pembagian atau kategori
yang berbeda
 Mampu mengubah arah berpikir
secara spontan
Berpikir Orisinil :  Memikirkan masalah-masalah atau
 Mampu melahirkan ungkapan hal yang tak pernah terpikirkan oleh
yang baru dan unik orang lain
 Memikirkan cara – cara yang  Mempertanyakan cara-cara lama
tak lazim untuk dan berusaha memikirkan cara-cara
mengungkapkan diri baru
 Mampu membuat kombinasi-  Memilih a-simetri dalam membuat
kombinasi yang tak lazim gambar atau desain
dari bagian-bagian atau  Mencari pendekatan baru stereotype
unsur-unsur  Bekerja untuk mendapatkan
penyelesaian baru.
Berpkir Elaboratif :  Mencari arti yang lebih mendalam
 Mampu berkarya dan terhadap jawaban atau pemecahan
mengembangkan suatu masalah dengan melakuakn
produk atau gagasan langkah-langkah yang terperinci
 Menambahkan atau  Mengembangkan atau memperkaya
memperinci detail-detail dari gagasan orang lain
suatu objek , gagasan atau  Mencoba untuk menguji detail-
situasi sehingga menjadi detail untuk melihat arah yang akan
lebih baik. ditempuh
 Mempunyai rasa keadilan yang kuat
sehingga tidak puas dengan
penampilan yang kosong dan
sederhana
 Menambahkan garis-garis atau
warna –warna dan detail-detail atau
bagian-bagian terhadap gambar
sendiri atau gambar orang lain
Berpikir Evaluatif :  Meberi pertimbangan atas dasar
 Menemtukan patokan sudut pandang sendiri
penilaian sendiri dan  Mencetuskan pendapatnya sendiri
menentukan apakah suatu mengenai suatu hal
pernyatan benar suatu  Menganalisis masalah atau
rencana sehat atau tindakan penyelesaian secara kritis dengan
bijaksana selalu menanyakan “mengapa”?
 Mampu mengambil  Mempunyai alasan (rasional yang
keputusan terhadap situasi dapat dipertanggungjawabkan untuk
yang terbuka mencapai suatu keputusan)
 Tidak hanya mencetuskan  Merancang suatu rencana kerja dan
gagasan tetapi gagasan-gagasan tetapi menjadi
melaksanakannya peneliti atau penilaian yang kritis.
 Menentukan pendapat dan bertahan
terhadapnya/
Sumber : Laily Fuadah (2013)
Berfikir kreatif adalah cara baru dalam melihat dan mengerjakan sesuatu yang
memuat 4 aspek antara lain, fluency (kefasihan), flexybility (keluwesan), originality
(keaslian), dan elaboration(keterincian) (Anwar et al, 2012; Rudyanto, 2014, hlm. 43), Dari
berbagai definisi dapat disimpulkan bentuk perilaku dari berpikir kreatif sebagi berikut :
Tabel 1. Perilaku Kemampuan Berpikir Kreatif
Indikator KBK Perilaku KBK
Kelancaran  Kemampuan memiliki gagasan
(fluency) yang luas
 Kemampuan menghasilkan banyak
gagasan/jawaban
Kerincian  Kemampuan merinci detail-detail
(elaboration) tertentu
 Mampu menghasilkan gagasan,
Fleksibilitas jawaban atau pertanyaan dari
(Flexibility) sudut pandang yang berbeda-beda
 Kemampuan memberikan arah
pemikiran yang berbeda
Orisinalitas  Banyaknya variasi kemampuan
(originality) memberikan jawaban yang tidak
lazim, lain dari yang lain yang
jarang diberikan
 Banyak variasi kemampuan
memberikan arah pemikiran yang
berbeda
Sumber : (Anwar et al, 2012; Rudyanto, 2014, hlm. 43)

4. Tahapan-Tahapan Perkembangan Kreativitas


Menurut Cropley (1999) menjelaskan ada 3 tahapan perkembangan kreativitas yang
dimiliki individu, yaitu :
a. Preconventional Phase (Tahap Prekonvensional)
Tahap ini terjadi pada anak usia 6-8 tahun pada tahap ini, individu menunjukkan
spontanitas dan emosional dalam menghasilkan suatu karya yang kemudian mengarah
kepada hasil yang estetik dan menyenangkan. Individu menghasilkan sesuatu yang baru
tanpa memperhatikan aturan dan bahasan dari luar.
b. Conventional Phase (tahap konvensional)
Tahap ini berlangsung pada anak usia 9-12 tahun. Pada tahap ini kemampuan berpikir
seseorang dibatasi oleh aturan-aturan yang ada sehingga karya yang dihasilkan menjadi
kaku. Selain itu , pada tahap ini kemampuan kritis dan evaluative juga berkembang.
c. Posconventional Phase (tahap Poskonvensional)
Tahap ini berlangsung pada usia 12 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini, individu sudah
mampu menghasilkan karya-karya yang telah disesuaikan dengan batasan-batasan
eksternal dan nilai –nilai konvensional yang ada di lingkungan.

5. Proses Berpikir Kreatif


Siti Nuryanah (2015) menjelaskan mengenai proses berfikir kreatif yang
berlandasakan pada teori Wallas (1926)) proses berpikir kreatif meliputi empat tahap yaitu :
a. Tahap persiapan, pada tahap ini seseorang memepersiapkan diri untuk memecahkan
masalah dengan belajar berpikir, mencari jawaban, bertanya kepada orang lain, dan lain
sebagainya.
b. Tahap inkubasi, pada tahap ini merupakan kegiatan mencari data dan menghimpun data
atau informasi tidak dilanjutkan.
c. Tahap iluminasi, pada tahap ini tibul insight atau aha-erlebnis (inspirasi atau gagasan
baru) serta proses psikologis yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau
gagasan baru
d. Tahap verivikasi atau evaluasi, pada tahap ini ide atau kreasi baru harus diuji terhadap
realitasnya, yang membutuhkan pemikiran yang kreatif dan pemikiran kritis.

6. Tingkat berpikir kreatif


Tatang Yuli dkk (2006) menjelaskan mengenai kategori tingkat berpikir kreatif menurut De
Bono dalam Barak dan Doppelt (20

Anda mungkin juga menyukai