Korosi 1
Korosi 1
DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH:
FAKULTAS VOKASI
2017
i
Kata Pengantar
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala limpahan karunia dan rahmat. Sehingga penulis dapat menyusun
makalah dengan judul “Korosi dan Penanganannya” dengan lancar.
Penulis ucapkan terima kasih kepada semua yang terlah membantu terselesainya
makalah ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:
1. Ir. Eddy Widiyono selaku dosen pembimbing mata kuliah Ilmu Logam.
2. Anggota kelompok kami yang telah bekerja sama menyelesaikan makalah ini.
3. Teman-teman yang selalu memberikan masukan dan saran kepada kelompok kami
untuk memperbaiki makalah ini.
Makalah ini tentunya masih memiliki banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karena
itu, penulis membutuhkan kritik dan saran dari Anda demi penyempurnaan makalah
ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan pada proses
pembelajaran selanjutnya.
Ketua kelompok
(Moh. Firmansyah)
ii
Daftar isi
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Gambar iv
Bab 1 Pendahuluan
Bab 2 Isi
Bab 3 Penutup
3.1 Kesimpulan 15
Daftar Pustaka 16
iii
Daftar Gambar
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa
yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan. Contoh
korosi yang paling lazim adalah perkaratan besi.
Dalam kehidupan sehari-hari, korosi dapat kita jumpai terjadi pada berbagai jenis
logam. Bangunan-bangunan maupun peralatan elektronik yang memakai komponen
logam seperti seng, tembaga, besi baja, dan sebagainya semuanya dapat terserang oleh
korosi ini. Selain pada perkakas logam ukuran besar, korosi ternyata juga mampu
menyerang logam pada komponen-komponen renik peralatan elektronik, mulai dari
jam digital hingga komputer serta peralatan canggih lainnya yang digunakan dalam
berbagai aktivitas umat manusia, baik dalam kegiatan industri maupun di dalam
rumah tangga.
Kerugian yang dapat ditimbulkan oleh korosi tidak hanya biaya langsung seperti
pergantian peralatan industri, perawatan jembatan, konstruksi dan sebagainya, tetapi
juga biaya tidak langsung seperti terganggunya proses produksi dalam industri serta
kelancaran transportasi yang umumnya lebih besar dibandingkan biaya langsung.
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penulisan
v
BAB II
ISI
Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada korosi besi, bagian tertentu dari besi itu
berlaku sebagai anode, di mana besi mengalami oksidasi.
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir ke bagian lain dari besi itu yang bertindak
sebagai katode, di mana oksigen tereduksi.
atau
Ion besi(II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion besi(III)
yang kemudian membentuk senyawa oksida terhidrasi, yaitu karat besi. Mengenai
bagian mana dari besi itu yang bertindak sebagai anode dan bagian mana yang
bertindak sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor, atau
perbedaan rapatan logam itu.
Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang merusak logam karena logam
bereaksi secara kimia atau elektrokimia dengan lingkungan. Ada definisi lain yang
mengatakan bahwa korosi adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari
bijih mineralnya. Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam
bentuk senyawa besi oksida ataubesi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan
dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama
pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi
(kembali menjadi senyawa besi oksida).
vi
2.2 Jenis-jenis Korosi
Jenis kerusakan yang terjadi tidak hanya tergantung pada jenis logam, keadaan
fisik logam dan keadaan penggunaan-penggunaannya, tetapi juga tergantung pada
lingkungannya. Ditinjau dari bentuk produk atau prosesnya, menurut Setyowati tahun
2008 korosi dapat dibedakan dalam beberapa jenis, di antaranya :
vii
terjadi pelarutan total terhadap semua unsur. Salah satu unsur pemadu yang
potensialnya lebih tinggi akan terdeposisi, sedangkan unsur yang potensialnya lebih
rendah akan larut ke elektrolit. Akibatnya terjadi keropos pada logam paduan tersebut.
Contoh lain selective leaching terjadi pada besi tuang kelabu yang digunakan sebagai
pipa pembakaran. Berkurangnya besi dalam paduan besi tuang akan menyebabkan
paduan tersebut menjadi porous dan lemah, sehingga dapat menyebabkan terjadinya
pecah pada pipa.
g. Korosi erosi
Korosi erosi adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam yang
disebabkan aliran fluida yang sangat cepat sehingga merusak permukaan logam dan
lapisan film pelindung. Korosi erosi juga dapat terjadi karena efek-efek mekanik yang
terjadi pada permukaan logam, misalnya : pengausan, abrasi dan gesekan. Logam yang
mengalami korosi erosi akan menimbulkan bagian-bagian yang kasar dan tajam
viii
h. Korosi lelah
Merupakan kegagalan logam akibat aksi gabungan beban dinamik dan
lingkungan korosif.
i. Pitting corrosion
Korosi sumuran (pitting corrosion), korosi ini terjadi akibat adanya sistem
anoda pada logam, dimana daerah tersebut terdapat konsentrasi ion Cl– yang tinggi.
Korosi jenis ini sangat berbahaya karena pada bagian permukaan hanya lubang kecil,
sedangkan pada bagian dalamnya terjadi proses korosi membentuk “sumur” yang tidak
tampak.
Mekanisme korosi ini dapat dijelaskan dari Gambar 2.3 dibawah ini. Karena
suatu pengaruh fisik maupun metalurgis (adanya presipitasi karbida maupun inklusi)
maka pada permukaan logam terdapat daerah yang terkorosi lebih cepat dibandingkan
lainnya. Kondisi ini menimbulkan pit yang kecil, pelarutan logam yang cepat terjadi
dalam pit, saat reduksi oksigen terjadi pada permukaan yang rata. Pelarutan logam
yang cepat akan mengakibatkan pindahnya ion Cl–. Kemudian didalam pit terjadi
proses hidrolisis (seperti pada Crevice Corrosion) yang menghasilkan ion H+ dan Cl–.
Kedua jenis ion ini secara bersama – sama mempercepat terjadinya pelarutan logam
sehingga mempercepat terjadinya korosi.
Dengan adanya reaksi diatas pada daerah sekitar sumuran cenderung untuk menekan
laju korosi karena daerah tersebut terpasifasi dengan naiknya pH akibat timbulnya ion
OH–. Dengan kata lain sumuran secara katodik melindungi bagian lain dari permukaan
ix
baja. Terkadang pada dasar sumuran, terdapat larutan terlarut dari garamnya seperti
kristal FeCl2.4H2O. Oleh karena korosi sumuran memiliki kecenderungan untuk terjadi
dibawah permukaan sehingga mengakibatkan kerusakan yang lebih hebat
dibandingkan dengan dipermukaan, sehingga dapat dikatakan korosi sumuran sebagai
perioda perantara terjadinya korosi merata.
Macam-macam bentuk pitting. Berikut ini adalah macam-macam bentuk dari korosi
sumuran:
x
Gambar 2.3 Macam-macam Korosi Retak Tegang
Dalam kondisi kombinasi antara tegangan (baik tensile, torsion, compression, maupun
thermal) dan lingkungan yang korosif maka Stainless Steel cenderung lebih cepat
mengalami korosi.
xi
aplikasi temperature rendah disebabkan unsur Nickel membuat SS tidak menjadi rapuh
pada temperatur rendah. Sedangkan Duplex SS seperti 2304 dan 2205 (dua angka
pertama menyatakan persentase Chrom dan dua angka terakhir menyatakan persentase
Nickel) memiliki bentuk mikrostruktur campuran austenitic dan Ferritic. Duplex
ferritic-austenitic memiliki kombinasi sifat tahan korosi dan temperatur relatif tinggi
atau secara khusus tahan terhadap Stress Corrosion Cracking. Meskipun kemampuan
Stress Corrosion Cracking-nya tidak sebaik ferritic SS tetapi ketangguhannya jauh
lebih baik (superior) dibanding ferritic SS dan lebih buruk dibanding Austenitic SS.
Sementara kekuatannya lebih baik dibanding Austenitic SS (yang di annealing)
kira-kira 2 kali lipat. Sebagai tambahan, Duplex SS ketahanan korosinya sedikit lebih
baik dibanding 304 dan 316 tetapi ketahanan terhadap pitting coorrosion jauh lebih
baik (superior) dubanding 316. Ketangguhannya Duplex SS akan menurun pada
temperatur dibawah – 50oC dan diatas 300oC (Nugroho, 2008).
Materi utama pada konstruksi untuk alat proses dalam industri Farmasetika dan
Bioteknologi adalah stainless steel austenit tipe 316L. Stainless steel tipe 316L
mempunyai mikrostruktur yang terdiri dari fase austenit dan sedikit volume fase ferrit.
Hal ini dapat dicapai dengan penambahan cukup nikel pada campuran untuk
menstabilkan fase austenit. Komposisi Nikel pada SS 316L rata-rata adalah 10-11%.
Stainless steel duplex memilki komposisi kimia yang disesuaikan untuk menghasilkan
mikrostuktur yang fase ferrit dan austenitnya sama banyak. Baru-baru ini, muncul pula
duplex stainless steel tipe 2205 sebagai material industri, yang merupakan stainless
steel dengan pengurangan kandungan nikel 5% dan menyesuaikan penambahan
Mangaan dan Nitrogen untuk menghasilkan ferrit kira-kira 40-50% (Fritz, 2011).
Jenis korosi yang paling umum terjadi pada stainless steel dalam aplikasi
farmasi dan bioteknologi adalah korosi sumuran pada lingkungan
bantalan-klorida. Peningkatan kadar Cr, Mo dan N di stainless steel duplex 2205 secara
substansi lebih tahan terhadap korosi pitting dan korosi celah daripada 316 L.
Resistensi pitting relatif dari stainless steel dapat ditentukan dengan mengukur suhu
yang diperlukan untuk menghasilkan pitting (pitting suhu kritis) dalam larutan uji
standar seperti besi klorida 6%. Stainless steel duplex 2205 memiliki suhu kritis pitting
(CPT) di antara tipe 316 L dan Super austenitik stainless steel 6% Mo. Perlu dicatat
bahwa pengukuran CPTs dalam larutan klorida memberikan peringkat yang dapat
diandalkan dari ketahanan pitting klorida relatif, tetapi seharusnya tidak digunakan
xii
untuk memprediksi suhu pitting kritis dalam lingkungan bantalan-klorida lainnya
(Fritz, 2011).
Pada suhu di atas 150oF (60oC) kombinasi dari tegangan tarik dan klorida dapat
dengan mudah memecahkan kelas 316L. Mode katastropik serangan disebut korosi
stres retak klorida dan harus dipertimbangkan ketika memilih bahan untuk proses
stream panas. 316L tipe yang harus dihindari untuk aplikasi yang melibatkan klorida
dan suhu 150oF dan lebih tinggi. 2205 duplex stainless steel tahan SCC (Stress
Corrosion Cracking) dalam larutan garam sederhana sampai dengan suhu minimal 250
F (Fritz, 2011).
Perbandingan properti mekanik antara stainless steel duplex 2205 dengan austenit
316L:
xiii
Bangkai Kapal di Dasar Laut yang Telah Terkorosi oleh Kandungan Garam yang
Tinggi
Gambar 2.7 Zat pengotor yang menyebabkan korosi pada permukaan logam.
xiv
2.4 Penyebab Terjadinya Korosi
Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi redoks.
Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi
apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan
mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam
tersebut. Hal tersebut menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom logam
dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C
sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air
sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa
korosi. Jika jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak dengan permukaan logam
semakin banyak, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam
tersebut.
Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi
dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Konsentrasi elektrolit yang besar
dapat meningkatkan laju aliran elektron sehingga laju korosi meningkat.
4. Temperatur
5. pH
Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena
adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:
2H+(aq) + 2e- → H2
xv
Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam
yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.
6. Metalurgi
Permukaan logam
Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki
kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.
7. Mikroba
Berdasarkan proses terjadinya korosi, maka ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan elektrokimia.
1. Perlindungan Mekanis
xvi
dengan mengoleskan lemak pada permukaan logam. Untuk jangka waktu yang agak
lama, dapat dilakukan dengan pengecatan. Salah satu cat pelindung yang baik ialah
meni (Pb3O4) karena selain melindungi secara mekanis juga memberi perlindungan
elektrokimia. Selain pengecatan, perlindungan mekanis dapat pula dilakukan dengan
logam lain, yaitu dengan cara penyepuhan.
Untuk perlindungan agar barang-barang yang terbuat dari besi tidak cepat rusak, maka
besi (E° = –0,44 volt) lebih baik dilapis dengan seng (E° = –0,76 volt) daripada
dilapis dengan timah (E° = –0,14 volt).
Apabila terjadi goresan atau di permukaan. Adanya uap air, gas CO2 di udara dan
partikel-partikel lain, terjadilah sel volta mini dengan Zn sebagai anodenya dan Fe
sebagai katodenya. Zn akan teroksidasi terlebih dahulu karena harga E°-nya lebih
kecil daripada Fe, sehingga korosi elektrolitik (reaksi elektrokimia yang mengoksidasi
logam) tidak terjadi.
Apabila terjadi goresan atau lapisan mengelupas kedua logam akan muncul di
permukaan. Adanya uap air, gas CO2 di udara dan partikel-partikel lain terjadilah sel
volta mini. Di sini Fe akan bertindak sebagai anode karena E0 Fe lebih kecil daripada
E° Sn, hingga Fe akan teroksidasi lebih dulu. Di sini akan terjadi proses korosi
elektrolitik. Oleh karena itu, pelat besi yang dilapisi timah akan cepat
berlubang-lubang daripada besi Galvani. Hanya dari segi keindahan, besi yang
dilapisi dengan NiCr dan Sn tampak lebih bagus daripada besi yang dilapisi Zn.
2. Perlindungan Elektrokimia
xvii
Gambar 3.2 Perlindungan Elektrokimia.
1). Untuk mencegah korosi pada pipa di dalam tanah, di dekatnya ditanam logam
yang lebih aktif, misalnya Mg,
yang dihubungkan dengan kawat. Batang magnesium akan mengalami oksidasi dan
Mg yang rusak dapat
diganti dalam jangka waktu tertentu, sehingga pipa yang terbuat dari besi terlindung
dari korosi.
2). Untuk melindungi menara-menara raksasa dari pengkaratan, maka bagian kaki
menara dihubungkan dengan lempeng magnesium yang ditanam dalam tanah. Dengan
demikian menara besi akan menjadi katode magnesium dan lempeng Mg sebagai
anodenya.
xviii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korosi adalah kerusakan atau degradasi logam akibat reaksi redoks antara suatu
logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-senyawa
yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut perkaratan.
Berdasarkan proses terjadinya korosi, maka ada 2 cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah korosi, yaitu perlindungan mekanis dan perlindungan elektrokimia.
Pencegahan korosi didasarkan pada dua prinsip, yaitu: Mencegah kontak dengan
oksigen dan/atau air dan Perlindungan katoda (pengorbanan anoda).
xix
DAFTAR PUSTAKA
xx