Anda di halaman 1dari 16

Miss Ratna Said

we share because we care...

Kamis, 04 Juli 2013

makalah perkembangan inteligensi remaja

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karuniaNya sehingga makalah ini
dapat di selesaikan dengan tepat waktu.

Makalah yang berjudul “ Perkembangan Inteligensi Pada Masa Remaja” ini sengaja di susun untuk
memenuhi tugas pertengahan semester sekaligus sebagai bahan penilaian dari dosen mata kuliah yang
bersangkutan.

Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini. Khususnya kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Drs. Janwar Tambunan, M. Pd atas waktu yang telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikannya
dengan baik.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, oleh karena kami menerima
dengan senang hati segala kritik dan saran yang berguna bagi penyempurnaan makalah ini dikemudian
hari. Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca.

Pematangsiantar, 20 April 2013

Hormat kami,

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .........................1

DAFTAR ISI .........................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..........................3

B. Permasalahan ..........................3

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ..........................4

BAB II ISI

A. Pengertian Inteligensi ..........................5

B. Pengaruh Perkembangan Inteligensi Pada Masa Remaja . . . . . . . 6

C. Karakteristik Perkembangan Inteligensi ..............7

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Inteligensi . . 8

E. Perbedaan-perbedaan Individual Perkembangan Inteligensi . . 11

F. Upaya-upaya Membantu Perkembangan Inteligensi . . . . . . . . 13

a. Institusional
b. Masyarakat

c. Keluarga

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

B. Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

DAFTAR PUSTAKA . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Selain mengalami perkembangan fisik, seksual dan sosial pada masa ini remaja juga mengalami
perkembangan pemikiran, pemikiran remaja berubah menjadi lebih abstrak, logis dan idealis. Artinya
remaja tidak akan percaya begitu saja terhadap apa yang dikatakan oleh orang tua tanpa tahu sebab dan
alasan, remaja mulai berfikir layaknya para intelektual dimana semua serba rasional, dan remaja juga
mulai berfikir tentang citra diri mereka. Pemikiran remaja lebih bersifat egosentris (Santrock, 1995).
Dimana remaja mempunyai keyakinan bahwa orang lain akan memperhatikan dirinya sebagaimana
halnya dirinya sendiri. Intelegesi merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi tingkah laku
sesorang, dan intelegensi dapat di peroleh melalui pengalaman, selain itu faktor interinstik dan
eksterinsik sangat mampengaruhi intelek, tetapi intelegensi yang tinggi tidak menjamin kesuksesan
seseorang. Walaupun demikian perkembangan inteligensi pada masa remaja dianggap penting pada
masa kini.

B. Permasalahan
Inteligensi merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Remaja dianggap saat
dimana inteligensi berkembang dengan pesat, oleh karena itu perkembangan inteligensi pada masa
remaja sangat layak untuk dikupas.

Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi pokok permasalahan dalam perkembangan inteligensi pada masa
remaja:

1. Pengertian inteligensi.

2. Faktor yang mempengaruhi perkembangan inteligensi.

3. Bagaimana cara mengetes inteligensi.

4. Hubungan inteligensi dengan tingkah laku remaja.

5. Perbedaan individu dalam kemampuan dan perkembangan inteligensi.

6. Usaha untuk membantu perkembangan inteligensi.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dikarenakan masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang inteligensi dan perkembangannya. Maka
makalah ini disusun agar masyarakat lebih mengetahui dan mamahami apakah itu inteligensi,
bagaimanakah perkembangan inteligensi pada masa remaja dan apakah peranan inteligensi itu sendiri
pada masa remaja.

Kiranya melalui tulisan ini kita dapat lebih memahami dan mengerti mengenai perkembangan inteligensi
pada masa remaja.
BAB II

ISI

A. Pengertian Inteligensi

Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu
“Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh
Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep
lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal
pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan
penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin,yang berarti memahami.
Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk
memahami sesuatu.
Menurut kamus Webster New World Dictionary Of America Language, intelgensi berarti:

1. kecakapan untuk berfikir mengamati atau mengarti;kecakapan untuk mengamati hubungan-


hubungan, perbedaan-perbedaan, dan lain-lain. Dengan demikian kecakapan berda berbeda dari
kemampuan dan perasaan.

2. kecakapan mental yang besar, sangat intelegensi

3. fikiran atau intelegensi.

Berikut ini merupakan beberapa pengertian intelegensi menurut para ahli:

1. Menurut super dan cites, intelegensi adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
atau belajar dari pengalaman.

2. Menurut Garret (1946), intelegensi adalah kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan
masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan symbol-simbol.

3. Menurut William stern intelegensi merupakan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri pada
tuntutan baru dibantu dengan penggunaan fungsi berfikir.

4. Menurut Wachler (1958), intelegensi adalah keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan
bertindak secara terarah serta kemampuan mengolah dan manguasai lingkungan secara efektif.

5. Menurut Singgih Gunarsa, intelegensi adalah suatu kumpulan kemampuan seseorang yang
memungkinkan memperoleh ilmu pengetehuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubunganya
dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.

Menurut para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa intelegensi merupakan suatu kumpulan kemampuan
seseorang yang memungkinkan memperoleh ilmu pengetahuan dan menerapkan ilmu pengetahuan
tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan dan menghadapi berbagai masalah yang timbul.

B. Pengaruh Perkembangan Intelegensi Pada Masa Remaja

Selain mengalami perkembangan fisik, seksual dan sosial pada masa ini remaja juga mengalami
perkembangan pemikiran, pemikiran remaja berubah menjadi lebih abstrak, logis dan idealis. Artinya
remaja tidak akan percaya begitu saja terhadap apa yang dikatakan oleh orang tua tanpa tahu sebab dan
alasan, remaja mulai berfikir layaknya para intelektual dimana semua serba rasional, dan remaja juga
mulai berfikir tentang citra diri mereka. Pemikiran remaja lebih bersifat egosentris (Santrock, 1995).
Dimana remaja mempunyai keyakinan bahwa orang lain akan memperhatikan dirinya sebagaimana
halnya dirinya sendiri.

Remaja mulai bersikap kritis dan tidak mau menerima begitu saja perintah-perintah atau aturan-aturan
yang ada; mereka ingin juga mengetahui alasan dan sebab-sebabnya. Tidak jarang dengan
perkembangan intelektualnya yang bersifat kritis ini, remaja mengalami konflik atau pertentangan
dengan pihak orang tua atau pendidik-pendidik yang biasanya berpegang akan nilai-nilai lama (Mulyono,
1995). Piaget menyebutnya dengan operasional formal. Piaget yakin bahwa pemikiran operasional
formal berlangsung antara 11 – 15 (Santrock, 1995).

Tidak ada perubahan dramatis dalam fungsi intelektual selama masa remaja. Kemampuan untuk
mengerti masalah-masalah kompleks berkembang secara bertahap. Masa remaja adalah awal dari tahap
pikiran formal operasional, yang mungkin dapat dicirikan sebagai pemikiran yang melibatkan logika
pengurangan atau deduksi. Tahap ini terjadi di semua orang tanpa memandang pendidikan dan
pengalaman mereka. Namun, bukti riset tidak mendukung hipotesis itu yang menunjukkan bahwa
kemampuan remaja untuk menyelesaikan masalah kompleks adalah fungsi dari proses belajar dan
pendidikan yang terkumpul.

C. Karakteristik Perkembangan Intelegensi

Lingkungan dimana seorang hidup mengalami perubahan yang terus-menerus. Supaya seseorang dapat
bertahan ia harus mempertahankan keseimbangannya dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Memperoleh keseimbangan baru sering disebut dengan istilah “adaptasi”. Proses adaptasi dibagi
menjadi 2 yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah usaha seseorang dalam hubungannya dengan
lingkungannya yakni mempengaruhi dan mengubah lingkungannya. Akomodasi adalah kebalikan dari
proses asimilasi.

Piaget (dalam E. Prayitno,1992) berpendapat dimanapun anak di seantero dunia ini akan mengalami 4
periode perkembangan berfikir, yaitu:

1. Perkembangan berfikir sensorimotorik.

Dinamakan berfikir sensorimotorik, karena anak mengenal dan memahami lingkungannya dengan
melalui penginderaan (sensori) dan melalui gerakan-gerakan (motorik). Anak akan mengenal suatu
benda dngan memperhatikannya, menyentuh, dan bahkan menjilatnya. Periode perkembangan
sensomotorik meliputi enam fase perkembangan sebagai berikut:

v Usia sampai 1 bulan meliputi kemampuan berfikir reflek, kemampuan mengerak-gerakkan anggota
badan walaupun belum terkoordinasi, kemampuan untuk mengakomodasi dan mengasimilasikan
berbagai kesan yang diterimanya dari lingkungannya.

v Usia sampai 4 bulan, kemampuan memperluas skemata yang dimilikinya secara heriditas.

v Usia sampai dengan 8 bulan, kemampuan menghubungkan antara perlakuannya terhadap benda
dengan akibat yang terjadi pada benda itu.
v Usia sampai dengan 12 bulan, kemampuan memahami bahwa benda “tetap ada” walaupun untuk
sementara menghilang dan pada waktu yang akan datang dapat muncul kembali, kemampuan
melakukan percobaan, kemampuan menentukan tujuan kegiatan tanpa tergantung pada orang lain.

2. Perkembangan berfikir preoprasional.

Perkembangan ini berlangsung antara usia 2-6 tahun. Penggunaan istilah opersional di sini dimaksudkan
sebagai gambaran bahwa anak mempergunakan aktifitas mental dalam berfikir. Misalnya anak dapat
mengkombinasikan dan mentranformasikan berbagai informasi. Anak mampu mengemukakan alasan-
alasan dalam mengatakan ide-idenya dan mengerti adanya hunbungan sebab akibat dalam suatu
peristiwa konkret, walaupun logika hubungan sebab akibat itu belum lengkap. Perlu dipahami bahwa
pada periode perkembangan berfikir ini anak berfikir egosentris, artinya anak menganggap benar apa
yang difikirkannya, walaupun apa yang difikirkannya itu tidak sesuai dengan kenyataan yang ada. Tingkah
laku egosentris anak dapat dilihat dari ciri tingkah laku seperti berikut:

v Berfikir imaginatif, menganggap bahwa khayalan sebagai suatu realita atau sesuatu benar-benar terjadi
sehingga muncul apa yang disebut “dusta”atau “khayal”.

v Berbahasa egosentris, anak berdialog/berbicara dengan dirinya sendiri karena fikirannya tertuju pada
dirinya sendiri.

v Memiliki ‘aku’ yang tinggi.

v Perkembangan bahasa yang cepat, dimana anak pada usia ini menguasai kata sekitar 200-2000 kata.

3. Perkembangan berfikir konkret.

Periode perkembangan berfikir konkret berlangsung pada usia 6-12 tahun. Dikatakan berfikir konkret
karena anak hanya mampu berfikir dengan logika jika untuk memecahkan persoalan-persoalan yang
sifatnya konkret atau nyata yaitu dengan cara mengamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan
dengan pemecahan persoalan itu. Oleh karena itu anak hanya mampu menyelesaikan masalah yang
divisualisasikan dan sangat sulit memahami masalah-masalah yang sifatnya verbal.

4. Perkembangan berfikir formal.

Setelah melewati periode berfikir konkret, anak akan mencapai kemampuan berfikir formal yang
ditandai dengan dikuasainya kemampuan sebagai berikut:

v Kemampuan berfikir abstrak, yaitu kemampuan menghubungkan berbagai konsep tanpa disertai
peristiwa-peristiwa atau benda-benda konkret.

v Kemampuan berfikir logis dengan objek-objek abstrak.

v Kemampuan untuk mengintropeksi diri sendiri.

v Kemampuan dalam mempelajari peranan-peranan orang dewasa.


v Kemampuan dalam menyadari kepentingan masyarakat dilingkungannya.

Dengan dicapainya berbagai kemampuan seperti diatas maka anak telah mencapai kemampuan berfikir
sebagai orang dewasa.

D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Inteligensi

Menurut Ngalim Purwanto (1986) factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan


intelektual antara lain :

v Faktor Hereditas (Genetik) Banyak teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa kapasitas intelegensi
dipengaruhi oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat
kecerdasan anak tergantung factor gen mana (ayah atau ibu) yang dominant mempengaruhinya pada
saat terjadinya “konsepsi” individu. Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang lahir telah
mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan baik tanpa
mendapat pendidikan dan latihan atau sentuhan dari lingkungan.

v Faktor Gizi Kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi /
tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan
bernilai gizi tinggi (gizi berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensi
ialah pada fase prenatal (anak dalam kandungan) hingga usia balita, sedangkan usia diatas lima tahun
pengaruhnya tidak signifikan lagi.

v Faktor Kematangan Piaget (seorang psikolog dari Swiss) membuat empat tahapan kematangan dalam
perkembangan intelektual, yaitu : Periode sensori motorik (0-2 tahun), Periode pra operasional (2-7
tahun), Periode operasional konkrit (7-11 tahun) dan Periode operasional formal (11-16 tahun). Hal
tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya makin berfungsi
dengan sempurna. Ini berarti factor kematangan mempengaruhi struktur intelektual, sehingga
menimbulkan perubahan-perubahan kualitatif dari fungsi intelektual. Yaitu kemampuan menganalisis
(memecahkan suatu permasalahan yang rumit) dengan baik.

v Faktor Pembentukan Pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan
terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana seperti
bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai, semua ini dapat membentuk anak
menjadi meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya, pada gilirannya situasi ini akan meningkatkan
perkembangan intelegensi anak dibanding anak seusianya.

Kebebasan Psikologis Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya
berkembang dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan
takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih
cara (metode) tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti
dalam perkembangan intelektual.

Andi Mappiare (1982) mengemukakan tiga faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan intelegensi
remaja, yaitu :

v Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga ia mampu berfikir selektif.

v Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berfikir
proporsional.

v Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis yang
radikal dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan
benar.

Dalam perkembangannya, intelegensi sering megalami gangguan/retardasi mental. Pengertian retardasi


mental ialah keadaan dengan inteligensi kurang (abnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau
sejak masa kanak-kanak) atau keadaan kekurangan inteligensi (kecerdasan) sehingga daya guna sosial
dan dalam pekerjaan seseorang menjadi terganggu. Penyebab retardasi adalah:

1. Retardasi mental primer ialah kemungkinan faktor keturunan dan kemungkinan tidak diketahui

Retardasi mental sekunder ialah faktor WAR yang diketahui dan mempengaruhi otak misalnya: infeksi,
gangguan metabolisme, kekurangan gizi, prematurotas, gangguan jiwa berat, kelainan kromoson,
penyakit otak. Tanda-tanda retordasi mental:

1. Tahap kecerdasan (IQ) sangat rendah.

2. Daya ingat lemah.

3. Tidak mampu mengurus dirinya sendiri.

4. Minat hanya mengenal pada hal sederhana.

5. Perhatiannya mudah berpindah pindah (labil).

6. Keterbatasan emosi (takut, marah, benci, senang dan terkejut).

E. Perbedaan-perbedaan Individual Perkembangan Inteligensi

William Stern, seorang ahli psikologi terkenal mengemukakan bahwa inteligensi


Merupakan suatu kemampuan untuk menyesuaikan diri pada tuntutan baru dibantu dengan
penggunaan fungsi berfikir. Sama halnya dengan Binet seorang ahli yang mengadakan penelitian
mengenai inteligensi berpendapat bahwa inteligensi merupakan kemampuan yang siperoleh melalui
keturunan, kemampuan yang diwarisi dan dimiliki seseorang sejak lahir dan tidak terlalu banyak
dipengaruhi lingkungan. Dalam batas-batas tertentu lingkungan turut berperan dalam pembentukan
kemampuan yang dimaksud.

Kemampuan dengan aspek-aspeknya yang menggambarkan tingkatan-tingkatan kemampuan


dapat dinyatakan dalam angka yang dikenal dengan istilah IQ ( Intelegence Quotient ). Nilai IQ
merupakan suatu perbandingan antara kemampuan yang dimilikinya (MA= Mental Age) dan kemampuan
yang dimiliki oleh teman sebaya (CA=Chronological Age).

M (Mental Age)

IQ = x 100

C (Chronological Age)

Misalkan seorang anak berumur 12 tahun, tetapi kemampuannya dalam bentuk potensi dapat
disamakan dengan remaja-remaja yang berumur 15 tahun, maka IQ yang dimilikinya adalah:

15

X 100 = 125

12

Apabila kita mengacu pada (1) penggolongan IQ W. Stern dan (2) klasifikasi kecerdasan oleh Binet Simon
seperti berikut:

(1) (2)

Genius (130 – ke atas) Gifted (130- ke atas)

Very superior (120-129) Rapid Learner (111-129)

Superior (110-119) Normal (91-110)

Normal (80-89) Slow learner (71-90)

Dull normal (80-89) Debil (51-70)

Moron (70-79) Embisil (31-50)

Embicil (60-69) Idiot (30 ke bawah)

Idiot (di bawah 60)


Maka sebagaimana contoh di atas ( IQ=125 ) tergolong pada tingkat superior. Dengan demikian
dapat diduga bahwa pendidikan anak tersebut di sekolah lanjutan atas maupun pendidikan di perguruan
tinggi akan dapat di jalani dengan sangat berhasil. Dalam hal ini kemampuan dalam bentuk
kecenderungan-kecenderungan befungsi, diambil sebagai patokan untuk mengukur IQ dan prestasi
skolastik.

Tes intelegensi ditemukan oleh Alfred Binet dan asistennya Simon. Pada tahun 1908-1911 tes ini
dinamakan sebagai Chelle Matrique De Intellegence atau skala pengukur kecerdasan. Tes Binet-Simon
terdiri dari sekumpulan pertanyaan yang telah di kelompokkan menurut umur (untuk anak umur 3-15
tahun), pertanyaan-pertanyaan ini sengaja di buat mengenai skala sesuatu yang tidak berhubungan
dengan pelajaran di sekolah. Seperti:

1. Mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang,

2. Mengulang deretan angk-angka,

3. Mamperbandingkan berat timbangan,

4. Menceritakan isi gambar-gambar,

5. Menyebut nama bermacam-macam warna,

6. Menyebut harga mata uang,

7. Dan lain sebagainya.

Dengan menggunakan hasil pengukuran test inteligensi yang mencakup general (Infomation and Verbal
Analogies, Jones and Conrad (Loree, 1970 : 78) telah mengembangkan sebuah kurva perkembangan
Inteligensi, yang dapat di tafsirkan anatara lain sebagai berikut :

1. Laju perkembangan Inteligensi pada masa anak-anak berlangsung sangat pesat

2. Terdapat variasi dalam saatnya dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis

kecakapan khusus tertentu (Juntika N, 137-138).

Bloom (1964) melukiskan berdasarkan hasil studi longitudinal, bahwa dengan berpatokan kepada hasil
test IQ dari masa-masa sebelumnya yang di tempuh oleh subyek yang sama, kita akan dapat melihat
perkembangan prosentase taraf kematangan dan kemamppuannya sebagai berikut:

a. Usia 1 tahun berkembang sampai sekitar 20%-nya

b. Usia 4 tahun sekitar 50%-nya

c. Usia 8 tahun sekitar 80%-nya

d. Usia 13 tahun sekitar 92%-nya


Hasil studi Bloom ini tampaknya (1952; 150 dan Loree 91970) : 79) juga menugaskan bahwa laju
perkembangan IQ itu bersifat proposional.

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran masalah inteligensi merupakan salah satu masalah pokok
karenanya tidak mengherankan kalau masalah tersebut banyak di kupas orang, baik secara khusus
maupun secara sambil lalu dalam pertautan dengan pengupasan yang lain.

Tentang peran inteligensi itu dalam proses pendidikan ada yang menganggap demikian pentingnya
sehingga di pandang menentukan dalam hal berhasil dan tidaknya seseorang dalam hal belajar. Sedang
pada sisi lain ada juga yang menganggap bahwa inteligensi tidak lebih mempengaruhi soal tersebut.
Tetapi pada umumnya orang berpendapat, bahwa inteligensi merupakan salah satu faktor penting yang
ikut menentukan berhasil atau gagalnya belajar seseorang. Terlebih-lebih pada waktu anak masih sangat
muda, inteligensi sangat besar pengaruhnya.

F. Upaya-upaya Membantu Perkembangan Inteligensi

a. Institusional

a) Dalam proses belajar mengajar hendaknya orang tua dan guru lebih mengutamakan proses dari
pada hasilnya.

b) Menggunakan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir

c) Guru membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak.

d) Menyediakan fasilitas yang memadai untuk menumbuhkembangkan taraf kecerdasan anak.

e) Memberikan tugas sekolah dengan berbagai macam metode yang dapat merangsang dan
mengembangkan daya pikir.

b. Keluarga

a) Mengajak anak ke tempat rekreasi edukasi, contohnya museum dan kebun binatang. Setelah
selesai dan tiba dirumah, ceritakan kembali apa saja yang dilihat di tempat tersebut. Dan ajukan
beberapa pertanyaan untuk merangsang otak mereka, mengingat, dan mengevaluasi apa saja yang telah
mereka lihat dan alami.

b) Dalam memberikan pertanyaan, berikan mereka beberapa waktu untuk menjawab. Dan jika
mereka sulit mengingat berikan satu-per-satu kata petunjuk untuk merangsang otak mereka.

c) Berikan mereka aktivitas dan game yang bisa merangsang otak seperti: puzzle, scrabble,
menyusun kata dan lain-lain. Game-game tersebut akan melatih otak dan kemampuan berfikir mereka.
d) Membacakan mereka buku-buku yang memiliki cerita yang positif. Atau musik-musik anak yang
mudah dihafal.

e) Ciptakan lingkungan keluarga dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ini juga merupakan hal
penting dalam membantu perkembangan otak anak.

c. Lingkungan

a) Menciptakan lingkungan yang sehat dan teratur sehingga anak tidak terpengaruh dengan
hal-hal yang kurang baik.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dalam penyusunan makalah mengenai “Perkembangan Intelegensi pada masa remaja” ini, kami dapat
menarik kesimpulan bahwa ikhtiar pendidikan, khususnya melalui proses pembelajaran, guna
mengembangkan kemampuan intelektual setiap peserta didik harus di pupuk dan dikembangkan agar
potensi yang dimiliki setiap individu terwujud sesuai dengan perbedaan masing-masing.

B. SARAN

Sebaiknya, untuk mengetahui tingkat perkembangan intelegensi seseorang harus dilakukan berdasarkan
tahap-tahapnya, sesuai dengan perkembangan umur mereka. Walaupun intelegensi tersebut merupakan
bawaan sejak lahir atau yang dikenal dengan faktor hereditas, namun faktor lingkungan juga sangat
berpengaruh dalam perkembangan intelek seseorang. Untuk itu, agar perkembangan intelegensi
berkembang dengan baik maka harus diperhatikan faktor-faktor tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Janwar Tambunan. (1987). Pengantar Bimbingan dan Penyuluhan. Pematangsiantar:

FKIP UHN
Unknown di Kamis, Juli 04, 2013

Berbagi

2 komentar:

adeputri pasaribu12 Desember 2013 20.13

sangat membantu. thanks ya ratna

Balas

ratna sari22 Desember 2013 20.13

sama-sama :)

Balas

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai