Anda di halaman 1dari 13

NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN STATUS GIZI


ANAK BALITA YANG MEMILIKI JAMKESMAS DI DESA
TEGAL GIRI KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN
BOYOLALI

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1 Ilmu Gizi

Oleh:
ERNA MEY LISWATI
J 310 141 047

PROGRAM STUDI ILMU GIZI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

i
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa naskah publikasi ini adalah hasil pekerjaan

saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suaru perguruan tinggi dan lembaga

pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun

yang belum atau tidak diterbitkan sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan

daftar pustaka.

Surakarta, Maret 2016

ERNA MEY LISWATI

v
HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK BALITA
YANG MEMILIKI JAMKESMAS DI DESA TEGAL GIRI KECAMATAN NOGOSARI
KABUPATEN BOYOLALI
Erna Mey Liswati J310141047
Pembimbing : 1. Endang Nur W. SST, M.Si.,Med
2. Irma Budi Hapsari, S.SiT

Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1 Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan Surakarta 57162
Email : meyliswati01@gmail.com

ABSTRAK

Pendahuluan Status gizi anak balita salah satunya dipengaruhi oleh faktor kondisi sosial
ekonomi, antara lain pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anak, pengetahuan dan pola
asuh ibu serta kondisi ekonomi orang tua secara keseluruhan.
Tujuan Untuk mengetahui hubungan antara karakteristik ibu yang dalam hal ini berupa
karakteristik umur, pendidikan, pekerjaan, dan paritas ibu di Desa Tegal Giri, Kecamatan
Nogosari Kabupaten Boyolali. Metode Penelitian Data dikumpulkan melalui kuesioner yang
telah diisi oleh ibu balita yang kemudian di analisis secara bivariat dan multivariat
menggunakan uji chi square. Hasil menunjukkan bahwa umur ibu terbanyak pada umur <20
dan >35 tahun (51,2%), pendidikan ibu paling banyak adalah pendidikan lanjut (62,8%).
Status pekerjaan ibu paling banyak adalah ibu yang bekerja dan menghabiskan waktu diluar
rumah >6 jam (51,2 %). Paritas ibu paling banyak adalah paritas ≤ 4 anak (53,5%). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan status gizi
balita (p: 0,473), pekerjaan ibu dengan status gizi kurang(p: 0,473), pendidikan ibu dengan
status gizi balita (p: 0,276), paritas ibu dengan status gizi balita (0,065). Kesimpulan hasil
penelitian yang dilakukan di Desa Tegal Giri Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali
tentang karakteristik ibu hubungannya dengan status gizi balita dengan responden
sebanyak 43 ibu balita , dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan
antara karakteristik ibu (umur ibu, tingkat pendidikan, pekerjaan ibu, paritas ibu) dengan
status gizi balita).
ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF MOTHER CHARACTERISTICS ON TODDLER NUTRITIONAL


STATUS GIVEN THE JAMKESMAS TEGAL GIRI NOGOSARI, BOYOLALI

Background The nutritional status of children under five is influenced by factors of socio-
economic conditions, such as mother education, occuption, and knowladge, number of
children, parenting, and parent, economic status. Objective To determine the relationship
between characteristics of mother that in this case a characteristic of age, education,
occupation, and maternal parity in Tegal Giri, District Nogosari Boyolali. Method Data Were
collected through questionnaires completed by the mothers then were analyzed using chi-
square test. Result Most mother were <20 and> 35 years old (51.2%), most of mother's
education was advanced education (62.8%). Maternal employment status at most were
mothers who work and spend time outside the home> 6 hours (51.2%). Most mothers had
parity ≤ 4 children (53.5%). The results showed that there were no relationships between
mothers age (p: 0.473), mother's occupation (p: 0.473), mother's education (p: 0.276),
member of parity (0.065) and nutritional status of childern. Conclusion Can be concluded
that there was no significant relationship between maternal characteristics (maternal age,
education level, occupation of mother, member of parity were received Jamkesmas in Tegal
Giri, Nogosari Boyolali) and the nutritional status of children.
PENDAHULUAN gizi, yang selanjutnya dapat beresiko
menurunkan derajat kesehatan (Depkes
Status gizi pada masyarakat RI, 2002).
dipengaruhi oleh banyak faktor. Kondisi Kasus gizi kurang perlu menjadi
sosial ekonomi merupakan salah satu perhatian khusus karena dapat
faktor penting yang mempengaruhi status menghambat perkembangan fisik dan
gizi. Bila kondisi sosial ekonomi baik maka mental anak. Kasus gizi kurang berkaitan
status gizi diharapkan semakin baik. dengan peningkatan risiko kesakitan dan
Status gizi anak balita akan berkaitan erat kematian serta terhambatnya
dengan kondisi sosial ekonomi keluarga pertumbuhan dan perkembangan motorik
(orang tua), antara lain pendidikan orang dan mental. Balita yang mengalami gizi
tua, pekerjaan orang tua, jumlah anak kurang memiliki risiko terjadinya
orang tua, pengetahuan dan pola asuh ibu penurunan kemampuan intelektual,
serta kondisi ekonomi orang tua secara produktivitas dan peningkatan risiko
keseluruhan (Supariasa, 2002). penyakit degeneratif dimasa mendatang.
Gizi kurang merupakan salah satu Hal ini dikarenakan anak balita dengan
permasalahan gizi di Indonesia yang gizi kurang juga cenderung lebih rentan
disebabkan oleh beberapa faktor terhadap penyakit infeksi, begitu juga
diantaranya adalah karena jumlah asupan anak yang mengalami infeksi rentan
pangan yang bermutu, faktor lingkungan, terhadap status gizi kurang (BPPK, 2010).
tingkat pendidikan, sosial ekonomi, dan Status gizi yang dipengaruhi oleh
adanya faktor infeksi (penyakit). masukan zat gizi secara tidak langsung
Permasalahan ini masih menunjukkan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
angka yang cukup tinggi, berdasarkan Diantaranya adalah karakteristik keluarga.
laporan prevalensi gizi kurang secara Karakteristik keluarga khususnya ibu
Nasional tahun 2013 masih sebesar berhubungan dengan tumbuh kembang
19,6%, hal ini menunjukkan belum anak. Ibu sebagai orang yang terdekat
tercapainya target pemerintah dalam dengan lingkungan asuhan anak ikut
menurunkan prevalensi gizi dalam berperan dalam proses tumbuh kembang
Rencana Pembangunan Jangka anak melalui zat gizi makanan yang
Menengah Nasional (RPJM) di bidang diberikan. Karakteristik ibu ikut
kesehatan tahun 2010-2014, yang menentukan keadaan gizi anak
menetapkan salah satu sasaran diantaranya adalah umur ibu, pendidikan,
pembangunan yang akan dicapai adalah status pekerjaan ibu dan paritas ibu
menurunkan prevalensi gizi kurang (Depkes, 2000).
menjadi setinggi-tingginya 15% Umur yang baik bagi ibu untuk hamil
(Riskesdas, 2013). adalah umur 20-35 tahun, karena pada
Status gizi balita merupakan salah umur yang kurang dari 20 tahun kondisi
satu indikator gizi masyarakat dan bahkan ibu masih dalam pertumbuhan, sehingga
telah dikembangkan menjadi salah satu asupan makanan lebih banyak digunakan
indikator kesehatan dan kesejahteraan untuk mencukupi kebutuhan ibu sendiri.
masyarakat. Hal ini dikarenakan bayi dan Selain itu juga secara fisik alat reproduksi
balita merupakan kelompok yang sangat pada ibu yang berumur kurang dari 20
rentan terhadap berbagai penyakit. Balita tahun juga belum terbentuk secara
merupakan masa dimana terjadinya sempurna. Pada umumnya rahimnya
proses pertumbuhan dan perkembangan masih relatif sangat kecil dan tulang
dengan cepat, dengan hal tersebut balita panggul belum cukup besar, keadaan ini
membutuhkan asupan gizi berkualitas baik dapat mengakibatkan gangguan atau
dan seimbang, karena pada masa inilah terhambatnya pertumbuhan janin. Secara
terjadi banyak aktifitas yang tentunya kejiwaan ibu yang berumur kurang dari 20
tinggi. Jika kebutuhan gizi balita tidak tahun keadaan emosinya masih labil.
terpenuhi, maka dikwatirkan tidak Pada umur lebih dari 35 tahun kondisi
tercapainya pertumbuhan dan kesehatan ibu sudah menurun dan rentan
perkembangan yang optimal. Hal tersebut terhadap penyakit, dimana penyakit
dapat menyebabkan masalah kekurangan tersebut dapat mengganggu peredaran
darah ke plasenta sehingga berpengaruh menurun dan sering mengalami kurang
terhadap pertumbuhan janin (Unicef, darah, sehingga berpengaruh buruk pada
2002). kehamilan selanjutnya, selama hamil
Pendidikan ibu merupakan modal terjadi perdarahan lewat jalan lahir dan
utama dalam menunjang ekonomi letak bayi sungsang (Unicef, 2002).
keluarga juga berperan dalam Asupan makan erat kaitannya dengan
penyusunan makan keluarga, serta pemberian makanan pada anak balita. Hal
pengasuhan dan perawatan anak. Bagi ini harus diperhatikan baik dari jumlah
keluarga dengan tingkat pendidikan yang maupun zat gizinya. Makanan yang
tinggi akan lebih mudah menerima diberikan hendaklah sehat dan bergizi. Hal
informasi kesehatan khususnya bidang ini sesuai dengan anjuran dalam al-qur’an
gizi, sehingga dapat menambah untuk mengkonsumsi makanan yang halal
pengetahuanya dan mampu menerapkan dan thoyiban (baik) sebagaimana
dalam kehidupan sehari-hari (Depkes RI, disebutkan dalam Al-Baqarah ayat 168,
2005). yang artinya :”Hai sekalian manusia,
Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh makanlah makanan yang halal lagi baik
beberapa faktor, disamping pendidikan dari apa yang terdapat di bumi”, adapun
yang pernah ditempuh, faktor lingkungan dalam surat lain” Dan makanlah makanan
sosial dan frekuensi kontak dengan media yang halal lagi baik, dari apa yang Allah
masa juga mempengaruhi pengetahuan telah rezekikan kepadamu, dan
gizi. Salah satu sebab gangguan gizi bertaqwalah kepada Allah yang kamu
adalah kurangnya pengetahuan gizi atau telah beriman kepadaNya” (QS. Al-
kemauan untuk menerapkan informasi Maidah:88). Yang disebut makanan pada
tentang gizi dalam kehidupan sehari hari ayat Al-Baqarah dan Al-Maidah tersebut
(Suharjo, 2003). dapat dihubungkan dengan ayat lain,
Pada masa sekarang ini jumlah misalnya: “Daging hewan” (Surah Al-
wanita yang terlibat dalam kegiatan Nahl:5) yang tujuannya untuk menghindari
ekonomi sebagai tenaga kerja aktif makin penyakit hati, menguatkan otot-otot,
meningkat dan terbesar dalam semua menguatkan otak dan menghindari
sektor pekerjaan. Diantaranya pertanian, anemia. Menurut Herman Sudiman (2004)
industri, jasa dan lain-lain. Salah satu dalam Zumroti (2010) asupan dan
dampak negatif yang dikhawatirkan timbul keadaan gizi balita dipengaruhi oleh pola
sebagai akibat dari keikutsertaan ibu-ibu pengasuhan keluarga, karena pada balita
pada kegiatan diluar rumah adalah masih tergantung dalam mendapatkan
keterlantaran anak terutama anak balita. makanan.
Padahal masa depan kesehatan anak Berdasarkan data sekunder tahun
dipengaruhi oleh pengasuhan dan 2014 yang diperoleh dari laporan bulanan
keadaan gizi sejak usia bayi. Usia bayi balita gizi kurang Dinas Kesehatan
sampai anak berumur 5 tahun merupakan Boyolali, angka prevalensi tertinggi
usia penting. Karena pada umur tersebut kejadian gizi kurang untuk balita terdapat
anak belum dapat melayani kebutuhan di Kecamatan Nogosari yaitu 4,46 %.
sendiri dan bergantung pada Sedangkan prevalensi tertinggi di wilayah
pengasuhnya (Karyadi, 2006). kerja puskesmas Nogosari yaitu Desa
Paritas atau jumlah anak yang Tegal diri sebesar 30,5%. Hal inilah yang
dilahirkan ibu sangat berkaitan dengan mendorong peneliti untuk mengetahui
jarak kelahiran. Semakin tinggi paritasnya, lebih lanjut mengenai hubungan antara
maka semakin pendek jarak kelahirannya. karakteristik ibu dengan status gizi balita
Hal ini dapat membuat seorang ibu belum di Desa Tegal Giri Boyolali.
cukup waktu untuk memulihkan kondisi
tubuhnya. Setelah melahirkan ibu belum METODE PENELITIAN
dapat pulih sempurna dan termasuk juga
sistem sirkulasi, sehingga jika dalam Jenis penelitian yang dilakukan
uterus terdapat janin maka pertumbuhan adalah penelitian observasional dengan
dapat terhambat. Paritas yang tinggi dapat rancangan cross sectional. Populasi
menyebabkan kondisi kesehatan ibu
dalam penelitian ini adalah balita usia 1-5 injak dan dacim, data karakteristik ibu
tahun. balita diperoleh secara langsung dengan
Teknik pengambilan sampel mengisi kuesinoer.
menggunakan systematic random Pengolahan dan analisis data
sampling dengan kriteria inklusi balita menggunakan uji chi square untuk
diasuh oleh ibu balita, tidak memiliki mengetahui hubungan karakteristik ibu
pantangan makan, tidak memiliki penyakit dengan status gizi balita.
bawaan lahir. Jumlah sampel pada
penelitian ini adalah 43balita. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data tinggi badan balita diperoleh
dengan pengukuran langsung Desa Tegal Giri merupakan desa dengan
menggunakan microtoise atau penduduk laki-laki sebanyak 2063 orang,
lenghtboard. Data berat badan diukur dengan rata-rata sektor pekerjaan sebagai
secara langsung menggunakan timbangan petani.
1. Analisis Univariat pendidikan dasar ini adalah pendidikan
a. Karakteristik Responden (Umur, SD sampai SLTP, dan pendidikan lanjut
Pekerjaan, Pendidikan, Paritas) yaitu pendidikan yang ditempuh ibu balita
1) Pada penelitian ini umur dari SLTA sampai PT. Distribusi
responden mempunyai responden selengkapnya dapat diketahui
rentang antara 20-35
3) pada tabel 3.
tahun. Gambaran umur Tabel 3. Distribusi Responden
responden dari penelitian Berdasarkan Pendidikan
ini dapat dilihat pada tabel Pendidik
Frekuen Persenta
1. si se
an
Tabel 1 Distribusi Responden (n) (%)
Berdasarkan Umur Dasar 16 37,2
Lanjut 27 62,8
Umur Frekuensi Persentase Jumlah 48 100
(tahun) (n) (%) 4) Berdasarkan paritas ibu balita
<20/>35 22 51,2
digolongkan menjadi paritas tinggi
20-35 21 48,8
dan dimana paritas tinggi yaitu ibu
Jumlah 43 100
yang melahirkan anak >4 anak dan
paritas rendah yaitu ibu yang
Pada penelitian ini pekerjaan
melahirkan anak ≤ 4 anak. Dari tabel
responden digolongkan bekerja dan
diatas, menunjukkan bahwa ibu
tidak bekerja. Dimana ibu yang
dengan peritas anak >4 adalah
bekerja yaitu ibu yang bekerja dan
sebanyak 22 orang (45,8%) dan ibu
menghabiskan waktu diluar rumah >6
dengan paritas anak ≤ 4 anak
jam, dan ibu yang tidak bekerja yaitu
sebanyak 23 orang (53,5%). Distribusi
ibu yang tidak bekerja dan
responden berdasarkan paritas ibu
menghabiska waktu diluar rumah <6
dapat dilihat pada tabel 4.
jam. Distribusi responden
Tabel 4. Distribusi Responden
selengkapnya dapat diketahui pada
Berdasarkan Paritas
tabel 2.
Peritas Frekuensi Persentase
Tabel 2. Distribusi Responden Ibu (n) (%)
Berdasarkan Pekerjaan >4 22 45,8
Frekuensi Persentase anak
Pekerjaan
(n) (%) ≤4 23 53,5
Bekerja 22 51,2 anak
Tidak 21 48,8 Jumlah 48 100
Bekerja 5) Karakteristik Subyek Penelitian (Umur
Jumlah 43 100 dan Jenis Kelamin)
2) Pada penelitian ini pendidikan a. Umur
responden penelitian digolongkan menjadi Frekuensi Persentase
Umur
pendidikan dasar dan lanjut. Dimana (n) (%)
1-2 th 25 58,1 dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu
3-5 th 18 41,9 tentang gizi, faktor umur juga sangat
Total 43 100 mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu
b. Jenis Kelamin tentang gizi, jadi umur ibu yang masih
Frekuen Persenta muda, belum memiliki banyak
Jenis
si se pengetahuan yang cukup mengenai gizi,
kelamin
(n) (%) baik ibu pada saat hamil maupun pasca
Laki-laki 20 46,5 melahirkan (Daryono, 2003).
Perempu 23 53,5
Masa reproduksi wanita pada
an
Jumlah 43 100
dasarnya dibagi dalam periode yaitu kurun
reproduksi muda (15-19 tahun), kurun
c. Distribusi Status Gizi
Status Frekuensi Persentase
reproduk sehat (20-35 tahun) dan kurun
Gizi (n) (%) reproduksi tua (36-45 tahun). Menunda
Normal 10 23,3 kehamilan pertama sampai dengan usia
Kurang 33 76,7 20 tahun akan menjamin kehamilan dan
Total 43 100 kelahiran lebih aman serta mengurangi
resiko bayi lahir rendah (Unicef, 2002).
2. Analisis Bivariat Berdasarkan hasil penelitian
didapatkan bahwa tidak ada hubungan
antara umur ibu dengan status gizi balita,
hal ini ditunjukkan dari hasil uji chi square
dengan nilai p sebesar 0,473. Umur yang
baik untuk wanita hamil yaitu antara 20-35
tahun. Tetapi dalam kenyataannya masih
banyak wanita yang melahirkan di bawah
umur 20 tahun dengan status gizi balita
normal. Hal ini dikarenakan faktor
kesungguhan ibu dalam merawat,
mengasuh serta membesarkan anaknya.
Hasil analisis menggunakan uji chi Sikap dan pengetahuan tentang gizi anak
square nilai p:0,473 yang menunjukkan yang cukup akan memberikan dampak
tidak ada hubungan signifikan antara umur pada pola pemberian makan yang diberika
ibu balita dengan status gizi. Hasil ini kepada anak balita sehingga berpengaruh
sejalan dengan penelitian Daryono (2003) status gizi anak balita (Unicef, 2002).
dan Mulyani (2004) yang tidak Berdasarkan hasil analisis
menemukan adanya hubungan antara yang dilakukan pekerjaan ibu dengan
umur ibu dengan status gizi pada balita. status gizi balita menunjukkan tidak ada
Faktor umur merupakan faktor secara hubungan yang signifikan dengan nilai
tidak langsung mempengaruhi status gizi p>0,005. Hal ini dikarenakan faktor lain,
pada balita, faktor umur kehamilan ibu ini seperti pola asuh ibu, karena ibu yang
secara langsung mempengaruhi memiliki kesibukan di luar rumah dan lebih
kesehatan reproduksi pada kehamilan ibu, banyak menghabiskan waktu untuk
yaitu menentukan tercapainya potensi bekerja maka akan mempengaruhi pola
genetik yang optimal, yaitu faktor pranatal asuhnya. Pola asuh ibu secara tidak
dan pascanatal. Dalam penelitian ini umur langsung juga akan mempengaruhi status
kehamilan ibu <20/>35 tahun memiliki gizi pada balita,mempengaruhi
prosentasi kejadian gizi kurang (44,2%) pertumbuhan dan perkembangan balita
lebih besar dibanding dengan status gizi (Unicef, 2002).
normal. Tetapi berdasarkan hasil analisis Penelitian ini kondisi di lapangan
yang dilakukan antara umur ibu dengan menunjukkan bahwa kebanyakan ibu yang
status gizi tidak terdapat hubungan yang bekerja rata-rata adalah bekerja di pabrik,
signifikan. Hal ini bisa terjadi karena faktor sehingga jam kerjanya lebih dari 6 jam,
lain yaitu faktor pengetahuan ibu, dimana waktu bertemu dan waktu untuk mengurus
pada penelitian ini umur ibu masih anak juga akan berkurang, dan rata-rata
tergolong umur kehamilan muda, bisa responden mengalihkan kepada
neneknya, semestinya pada masa ini Status gizi kurang lebih banyak
perhatian dan kasih sayang seorang ibu ditemukan pada ibu dengan pendidikan
sangat dibutuhkan untuk proses lanjut. Kemungkinan hal ini dapat terjadi
pertumbuhan dan perkembangan pada karena tingkat pendidikan ibu yang tinggi
balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan tidak diimbangi dengan pengetahuan gizi
penelitian yang dilakukan oleh Mulyani yang baik. Keadaan ini dipengaruhi oleh
(2004) yang tidak menemukan hubungan berbagai faktor diantaranya perilaku
yang signifikan antara pekerjaan ibu makan, kebiasaan makan, waktu, budaya,
dengan status gizi pada balita, dimana pemilihan makanan, lingkungan fisik/sosial
faktor pola asuh yang kurang karena dan status pekerjaan ibu, ibu yang bekerja
kesibukan ibu . (terutama diluar rumah) tidak mempunyai
Salah satu dampak negatif yang waktu yang cukup seperti ibu yang tidak
dikhawatirkan timbul sebagai akibat dari bekerja untuk menyediakan makanan
keikutsertaan ibu-ibu pada kegiatan diluar yang bergizi bagi anak (Mulyani, 2001).
rumah adalah keterlantaran anak terutama Tingkat pendidikan merupakan salah
anak balita, padahal masa depan satu indikator sosial dalam masyarakat
kesehatan anak dipengaruhi oleh karena melalui pendidikan ibu merupakan
pengasuhan dan keadaan gizi sejak usia salah satu indikator sosial masyarakat
bayi sampai nak berusia 5 tahun karena melalui pendidikan sikap tingkah
merupakan usia penting. Karena pada laku manusia dapat meningkat dan
umur tersebut anak belum dapat melayani berubah citra sosialnya. Pendidikan ibu
kebutuhan sendiri dan bergantung pada merupakan modal utama dalam
pengasuhnya. Oleh karena itu alangkah menunjang ekonomi keluarga, juga
baiknya balita yang ditinggalkan dapat berperan penyusunan makan keluarga
dipercayakan kepada pengasuh atau serta pengasuhan keluarga, juga berperan
anggota keluarga yang lain untuk dirawat dalam penyusunan makan keluarga serta
dan diberi konsumsi makanan yang baik pengasuhan dan perawatan anak
(Mulyati, 1990). (Mulyani, 2011).
Selain itu pekerjaan seseorang dapat Menurut asumsi peneliti, pengaruh
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. pendidikan terhadap status gizi balita
Semakin tinggi tingkat pendidikan maka, dikarenakan pendidikan yang ada di
kesempatan untuk mendapatkan tempat penelitian cukup baik namun
pekerjaan semakin besar. Jenis pekerjaan dengan pendidikan yang responden miliki
yang dilakukan akan berpengaruh masih kurang dipraktekan dalam
terhadap besar pendapatan yang diterima. kehidupan sehari-hari.Makin tinggi
Peningkatan pendapatan akan pendidikan, pengetahuan, keterampilan
mengakibatkan individu cenderung terdapat kemungkinan makin baik tingkat
meningkatkan kualitas konsumsi ketahanan pangan keluarga, makin baik
pangannya, sedangkan tingkat pula pengasuhan anak, dan makin banyak
pendapatan yang lebih rendah, kualitas keluarga memanfaatkan pelayanan
pangan diutamakan pada pangan padat kesehatan yang ada demikian juga
energi (Engel et al, 2004). sebaliknya (Depkes RI, 2004). Seseorang
Berdasarkan hasil analisis yang telah yang hanya tamat sekolah dasar belum
dilakukan menggunakan uji chi-square tentu kurang mampu menyusun makanan
didapatkan nilai p: 0,276 yang yang memenuhi persyaratan gizi
menunjukkan tidak ada hubungan antara dibandingkan orang lain yang
pendidikan ibu dengan status gizi pada pendidikannya tinggi. Karena sekalipun
balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendidikannya rendah jika orang tersebut
penelitian yang dilakukan oleh Marbun rajin mendengarkan penyuluhan gizi
(2002) dan Mulyani (2001) yang tidak bukan mustahil pengetahuan gizinya akan
menemukan hubungan antara tingkat lebih baik. Hanya saja tetap harus
pendidikan ibu dengan status gizi. Namun dipertimbangkan bahwa faktor tingkat
hasil beda dengan hasil penelitian pendidikan turut pula menentukan mudah
Yukanto (2001). tidaknya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan gizi yang mereka karakteristik ibu hubungannya dengan
peroleh (Depkes RI, 2004). status gizi balita dengan responden
Paritas atau jumlah kelahiran sangat sebanyak 43 ibu balita , dapat disimpulkan
berkaitan dengan jarak kelahiran. bahwa:
Semakin tinggi paritasnya, maka 1. Jumlah ibu balita yang berumur <20
semakin pendek jarak kelahirannya. tahun atau lebih dari 35 tahun 22
Berdasarkan hasil penelitian bahwa tidak (51,2%) dan umur 20-35 tahun 21
terdapat hubungan antara paritas ibu orang (48,8%).
dengan status gizi balita, dengan nilai 2. Status pekerjaan dalam penelitian
p:0,065. Dalam penelitian ini paritas ini banyak yang adalah ibu yang
tidak menunjukkan ada hubungan bekerja dan menghabiskan waktu
dengan kejadian status gizi, dikarenakan diluar rumah ≥ 6 jam yaitu 22 Ibu
pada penelitian ini subyek yang (51,2%).
dilakukan untuk penelitian adalah dari 3. Tingkat pendidikan ibu memiliki
keluarga yang memiliki jamkesmas, pendidikan yang paling banyak
dimana keluarga ini memang dari segi adalah pendidikan lanjut (64,6%).
ekonomi masih di bawah standar 4. Paritasnya paling banyak adalah
pendapatan untuk memenuhi paritas rendah (≤4 anak) ( 53,5%).
kebutuhannya, jadi akan mempengaruhi 5. Tidak ada hubungan yang signifikan
daya beli keluarga dalam memenuhi antara umur ibu dengan status gizi
kebutuhannya, maka dari itu dalam dengan nilai p:0,473.
penelitian ini faktor paritas ibu bukan 6. Tidak ada hubungan yang signifikan
merupakan faktor permasalah terjadinya antara tingkat pendidikan dengan
kasus gizi kurang pada balita, tetapi status gizi dengan nilai p : 0,276.
karena faktor lain, yaitu faktor sosial 7. Tidak ada hubungan yang signifikan
ekonomi yang secara tidak langsung antara pekerjaan ibu dengan status
mempengaruhi status gizi balita, karena gizi dengan nilai p: 0,473.
kemampuan daya beli keluarga dalam 8. Tidak ada hubungan yang signifikan
memperoleh makanan masih tergolong antara paritas ibu dengan status gizi
rendah. Hal ini tidak sejalan dengan hasil dengan nilai p: 0,065.
penelitaian Moehji (1992), yang SARAN
menyatakan bahwa anak dengan urutan Berdasarkan temuan studi ini, upaya
paritas yang lebih tinggi seperti anak untuk meningkatkan status gizi balita,
kelima dan seterusnya yang ternyata diarahkan langsung menyentuh rumah
kemungkinan untuk menderita gangguan tangga (keluarga khususnya para ibu),
gizi lebih besar dibandingkan dengan karena dalam pemenuhan gizi balita
anak 1,2,3,4 (Unicef, 2002). sangat tergantung pada ibu.
Paritas dikatakan tinggi bila seorang
wanita melahirkan anak ke-4 atau lebih. DAFTAR PUSTAKA
Anak dengan urutan paritas yang lebih
tinggi seperti anak kelima, keenam dan Almatsier Sunita. 2005. Penuntut Diet.
seterusnya ternyata kemungkinan untuk Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
menderita gangguan gizi lebih besar
Arisman. 2007. Gizi Daur Kehidupan.
dibandingkan dengan anak 1,2,3.4.
Jakarta: EGC.
Bahaya yang mungkin beresiko terhadap
seorang anak timbul apabila terjadi Badan Penelitian dan Pengembangan
kelahiran lagi, sedangkan sebelumnya Kesehatan Kementrian RI. 2013. Riset
masih minum ASI, sehingga ibu beralih Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013.
pada anak yang baru lahir (Unicef, Jakarta.
2002).
Beny A Kodyat. 2008. Penuntasan
KESIMPULAN Masalah Gizi Kurang dalam Widya Karya
Berdasarkan hasil penelitian yang Nasional Pangan dan Gizi VI. Jakarta:
dilakukan di desa Tegal Giri Kecamatan LIPI.
Nogosari Kabupaten Boyolali tentang
Candra, A. 2013. Konsep Gizi Seimbang Hidayat, A. Aziz. 2004. Pengantar Konsep
Sebagai Pengganti 4 sehat 5 sempurna. Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Depkes RI. 2000. Pedoman Tenaga Gizi
Puskesmas. Jakarta: Depkes RI. Hidayat, A. Aziz. 2004. Pengantar Konsep
Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba
Depkes RI. 2002. Pemantauan Medika.
Pertumbuhan Anak. Direktorat Gizi
Masyarakat: Jakarta. Hurlock, B.E. 2009. Psikologi
Perkembangan: Suatu Pendekatan
Depkes RI. 2005. Klasifikasi Status Gizi Sepanjang Rentang Kehidupan.
Anak Bawah lima tahun. Keputusan Mentri Ed.5.Jakarta: Erlangga.
Kesehatan RI Nomor :
920/Menkes/SK/VIII/2002. Jakarta: Irianto Aritonang. 2003. Pemantauan
Direktorat Jendral Bina Kesehatan Pertumbuhan Balita. Yogyakarta:
Masyarakat. Kanisius.

Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Kariadi , D. 2006. Peranan Gizi dalam
Antenal di Tingkat Pelayanan Dasar. Pembangunan Nasioanal. IPB Bogor.
Jakarta.
Kemenkes RI. 2010. Panduan Yankes
Depkes RI. 2005. Pedoman Tenaga Gizi Berbasis Perlindungan Pada Anak.
Puskesmas. Jakarta: Depkes RI. Jakarta: Kemenkes RI.

Depkes RI. 2012. Riset Kesehatan Dasar. Kemenkes. 2011. Panduan


Jakarta: Badan Penelitian dan Penyelenggaraan Pemberian Makanan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi
Kesehatan RI. Kurang. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI.
Diana Agoes Sulistijani dan Maria Popy
Herliyanti. 2003. Menjaga Kesehatan Bayi Kemenkes.2011. Panduan
dan Balita. Jakarta: Puspa Swara. Penyelenggaraan Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi
Djaeni, Ahmad . 2000. Ilmu Gizi Untuk Kurang. Jakarta: Kementrian Kesehatan
Mahasiswa dan Profesi. Jakarta: Dian RI.
Rakyat.
Lusa. 2009. Prinsip Gizi Pada Wanita
Gibson, R. S. 2005. Principles of Remaja dan Dewasa.
Nutritional Assessment. Second Edition. http://.lusa.web.id/gizi-seimbang-pada-
Oxford University Press Inc, New York. remaja-dan-dewasa/5 5 Juni 2015.
Gibson, R.S. 2005. Principle of Nutritional Pudjiadji. 2000. Ilmu Gizi Klinik Anak.
Assesment Second EdItion, Oxford Jakarta FKUI.
University press Inc. New York.
Sayogya. 2004. Menuju Gizi Baik yang
Hartriyanti, Y.,&Triyanti.2007. Penilaian Merata di Pedesaan dan Perkotaan.
Status Gizi, dalam Gizi dan Kesehatan Yogyakarta: UGM.
Masyarakat. PT Raja Grafindo Persada,
Jakarta. Sjahmien, Moehji.2003. Ilmu Gizi 2
Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta :
Herman, Susilowati. 2000. Penelitian Gizi Papas Sinar Sinanti.
dan Makanan. Puslitbang.Bogor.
Sjahmien, Moehji. 2002. Pemeliharaan
Herman. 2004. Penelitian Gizi dan Gizi untuk Bayi dan Balita. Jakarta: Papas
Makanan. Puslitbang Bogor. Sinar Sinanti.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya untuk Keluarga dan
Masyarakat. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.

Soekirman. 2004. Menghadapi Masalah


Gizi Ganda dalam Pembangunan Jangka
Panjang Kedua dalam Risalah Widya
Karya Pangan Dan Gizi V. Jakarta:LIPI.

Soetjatiningsih.2008. Tumbuh Kembang


Anak. Universitas Erlangga. Surabaya.

Sri Mulyati. 2000. Penelitian Gizi dan


Makanan. Puslitbang Bogor.

Suhardjo. 2003. Berbagai Cara


Pendidikan Gizi Puskesmas. Jakarta:
Unicef.

Suhardjo. 2006. Pangan dan Gizi


Pertanian. Jakarta: UI pres.

Suhardjo.2003. Berbagai Cara Pendidikan


Gizi. Bogor: Bumi Aksara.

Supariasa, I dewa Nyoman, Bachyar


Bakri, dan Ibnu Fajar. 2002. Penilaian
Status Gizi. EGC. Jakarta..

Unicef. 2002. Pedoman Hidup Sehat.


Jakarta: Unicef.

Wiryo, Hananto. 2002. Peningkatan Gizi


dan Anak. Jakarta: Sagung Seto.

Yunarto, Ican Holi. 2004. Pengaruh


Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan untuk Balita Gizi Kurang.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai