Anda di halaman 1dari 3

Saat ini boleh dikata sopan santun sering terlupakan.

Anak-anak SMA dengan enteng memanggil kawannya dengan


sebutan monyet atau anjing meski sekadar bercanda. Para sopir dengan mudah memaki-maki sopir lain karena
saling berebut paling dulu. Anak-anak sekolah karena kata-kata yang buruk akhirnya tawuran yang tak jarang
menimbulkan korban jiwa. Itu semua disebabkan karena tiadanya akhlak atau sopan santun. Dulu ada pendidikan
“Budi Pekerti”. Namun sekarang tak ada lagi.
Ada juga sebagian orang yang rajin belajar agama dan rajin beribadah kepada Allah, namun akhlaknya kepada
sesama manusia sangat buruk. Mereka berjalan dengan sombong dengan muka ke atas seolah-olah surga sudah di
tangannya dan yang lain tidak.
Nabi Muhammad tidak begitu. Beliau tetap rendah hati dan berakhlak mulia:
“Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak yang agung” (Al qalam : 4)
“Hanyalah aku diutus (oleh Allah) untuk menyempurnakan akhlak.” (HR.Ahmad, lihat Ash Shahihah oleh Asy Syaikh
al Bani no.45 dan beliau menshahihkannya).
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan : “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam
adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari dan Muslim). Dalam hadits lain anas memuji beliau
shalallahu ‘alahi wasallam : “Belum pernah saya menyentuh sutra yang tebal atau tipis lebih halus dari tangan
rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Saya juga belum pernah mencium bau yang lebih wangi dari bau rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam. Selama sepuluh tahun saya melayani rasulullah shalallahu ‘alahi wa sallam, belum
pernah saya dibentak atau ditegur perbuatan saya : mengapa engkau berbuat ini ? atau mengapa engkau tidak
mengerjakan itu ?” (HR. Bukhari dan Muslim).
Akhlak merupakan tolak ukur kesempurnaan iman seorang hamba sebagaimana telah disabdakan oleh rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam : “Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya.” (HR
Tirmidzi, dari abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, diriwayatkan juga oleh Ahmad. Disahihkan Al Bani dalam Ash
Shahihah No.284 dan 751). Dalam riwayat Bukhari dan Muslim dari Abdillah bin amr bin Al ‘Ash radhiallahu ‘anhuma
disebutkan : “Sesungguhnya sebaik-baik kalian ialah yang terbaik akhlaknya.”

Kitab Kebajikan, Silaturahmi Dan Adab Sopan Santun


1. Berbakti terhadap kedua orang tua dan bahwa mereka adalah yang paling berhak menerima kebaktian
tersebut
 Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. dan bertanya: Siapakah manusia yang paling berhak untuk
aku pergauli dengan baik? Rasulullah saw. menjawab: Ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa?
Rasulullah saw. menjawab: Kemudian ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw.
menjawab: Kemudian ibumu. Dia bertanya lagi: Kemudian siapa? Rasulullah saw. menjawab lagi: Kemudian
ayahmu. (Shahih Muslim No.4621)
 Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra., ia berkata:
Seseorang datang menghadap Nabi saw. memohon izin untuk ikut berperang. Nabi saw. bertanya: Apakah
kedua orang tuamu masih hidup? Orang itu menjawab: Ya. Nabi saw. bersabda: Maka kepada keduanyalah
kamu berperang (dengan berbakti kepada mereka). (Shahih Muslim No.4623)
REPORT THIS AD

2. Mengutamakan kebaktian kepada kedua orang tua daripada salat sunat dan perkara sunat lainnya
 Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Seorang yang bernama Juraij sedang salat di sebuah tempat peribadatan, lalu datanglah ibunya
memanggil. (Kata Humaid: Abu Rafi` pernah menerangkan kepadaku bagaimana Abu Hurairah ra.
menirukan gaya ibu Juraij memanggil anaknya itu, sebagaimana yang dia dapatkan dari Rasulullah saw.
yaitu dengan meletakkan tapak tangan di atas alis matanya dan mengangkat kepala ke arah Juraij untuk
menyapa.) Lalu ibunya berkata: Hai Juraij, aku ibumu, bicaralah denganku! Kebetulan perempuan itu
mendapati anaknya sedang melaksanakan salat. Saat itu Juraij berkata kepada diri sendiri di tengah
keraguan: Ya Tuhan! Ibuku ataukah salatku. Kemudian Juraij memilih meneruskan salatnya. Maka
pulanglah perempuan tersebut. Tidak berapa lama perempuan itu kembali lagi untuk yang kedua kali. Ia
memanggil: Hai Juraij, aku ibumu, bicaralah denganku! Kembali Juraij bertanya kepada dirinya sendiri: Ya
Tuhan! Ibuku atau salatku. Lagi-lagi dia lebih memilih meneruskan salatnya. Karena kecewa, akhirnya
perempuan itu berkata: Ya Tuhan! Sesungguhnya Juraij ini adalah anakku, aku sudah memanggilnya
berulang kali, namun ternyata dia enggan menjawabku. Ya Tuhan! Janganlah engkau mematikan dia
sebelum Engkau perlihatkan kepadanya perempuan-perempuan pelacur. Dia berkata: Seandainya wanita
itu memohon bencana fitnah atas diri Juraij niscaya ia akan mendapat fitnah. Suatu hari seorang
penggembala kambing berteduh di tempat peribadatan Juraij. Tiba-tiba muncullah seorang perempuan dari
sebuah desa kemudian berzinalah penggembala kambing itu dengannya, sehingga hamil dan melahirkan
seorang anak lelaki. Ketika ditanya oleh orang-orang: Anak dari siapakah ini? Perempuan itu menjawab:
Anak penghuni tempat peribadatan ini. Orang-orang lalu berbondong-bondong mendatangi Juraij. Mereka
membawa kapak dan linggis. Mereka berteriak-teriak memanggil Juraij dan kebetulan mereka menemukan
Juraij di tengah salat. Tentu saja Juraij tidak menjawab panggilan mereka. Akhirnya mulailah mereka
merobohkan tempat ibadahnya. Melihat hal itu Juraij keluar menemui mereka. Mereka bertanya kepada
Juraij: Tanyakan kepada perempuan ini! Juraij tersenyum kemudian mengusap kepala anak tersebut dan
bertanya: Siapakah bapakmu? Anak itu tiba-tiba menjawab: Bapakku adalah si penggembala kambing.
Mendengar jawaban anak bayi tersebut, mereka segera berkata: Kami akan membangun kembali tempat
ibadahmu yang telah kami robohkan ini dengan emas dan perak. Juraij berkata: Tidak usah. Buatlah seperti
semula dari tanah. Kemudian Juraij meninggalkannya. (Shahih Muslim No.4625)
3. Silaturahmi (menyambung hubungan kekeluargaan) dan haram memutuskannya.
 Hadis riwayat Abu Hurairah ra. dia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk sehingga setelah selesai
menciptakan mereka, bangkitlah rahim (hubungan kekeluargaan) berkata: Ini adalah tempat bagi orang
berlindung (kepada-Mu) dengan tidak memutuskan tali silaturahmi. Allah menjawab: Ya. Apakah kamu
senang kalau Aku menyambung orang yang menyambungmu, dan memutuskan orang yang
memutuskanmu? Ia berkata: Tentu saja. Allah berfirman: Itulah milikmu. Kemudian Rasulullah saw.
bersabda: Bacalah ayat berikut ini kalau kalian mau: Maka apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan
membuat kerusakan di muka bumi dan memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang
yang dilaknati Allah dan ditulikan telinganya dan dibutakan matanya. Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Alquran ataukah hati mereka terkunci. (Shahih Muslim No.4634)
 Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Rahim (tali persaudaraan) itu digantungkan pada arsy, ia berkata: Barang siapa
yang menyambungku (berbuat baik kepada kerabat), maka Allah akan menyambungnya dan barang siapa
yang memutuskan aku, maka Allah pun akan memutuskannya. (Shahih Muslim No.4635)
 Hadis riwayat Jubair bin Muth`im ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang memutuskan hubungan
kekeluargaan. (Shahih Muslim No.4636)
 Hadis riwayat Anas bin Malik ra., ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Barang siapa yang merasa senang bila dimudahkan
rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah dia menyambung hubungan kekeluargaan
(silaturahmi). (Shahih Muslim No.4638)
REPORT THIS AD

4. Pengharaman saling mendengki, saling membenci dan saling bermusuhan


 Hadis riwayat Anas bin Malik ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kamu saling membenci, saling mendengki dan saling
bermusuhan, tetapi jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tidak halal seorang muslim
mendiamkan (tidak menyapa) saudaranya lebih dari tiga hari. (Shahih Muslim No.4641)
5. Haram mendiamkan lebih dari tiga hari tanpa alasan syara
 Hadis riwayat Abu Ayyub Al-Anshari ra.:
Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Tidak halal seorang muslim mendiamkan (tidak mau menyapa)
saudaranya lebih dari tiga malam di mana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling.
Yang terbaik di antara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam. (Shahih Muslim No.4643)
6. Haram berburuk sangka, mencari-cari aib orang lain, saling bersaing dalam kehidupan dunia, saling
menjerumuskan dan sebagainya
 Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Bahwa Rasulullah saw. bersabda: Hindarilah oleh kamu sekalian berburuk sangka karena buruk sangka
adalah ucapan yang paling dusta. Janganlah kamu sekalian saling memata-matai yang lain, janganlah
saling mencari-cari aib yang lain, janganlah kamu saling bersaing (kemegahan dunia), janganlah kamu
saling mendengki dan janganlah kamu saling membenci dan janganlah kamu saling bermusuhan tetapi
jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara. (Shahih Muslim No.4646)
7. Pahala yang diterima seorang mukmin dari penyakit, kesedihan dan lainnya bahkan dari duri yang
menusuknya
 Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Aku tidak pernah melihat seorang pun yang paling banyak menanggung penderitaan daripada Rasulullah
saw.. (Shahih Muslim No.4662)
 Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Aku masuk menemui Rasulullah saw. ketika beliau sedang menderita penyakit demam lalu aku mengusap
beliau dengan tanganku dan berkata: Wahai Rasulullah! Sesungguhnya engkau benar-benar terjangkit
demam yang sangat parah. Rasulullah saw. bersabda: Ya, sesungguhnya aku juga mengidap demam
seperti yang dialami oleh dua orang di antara kamu. Aku berkata: Itu, karena engkau memperoleh dua
pahala. Rasulullah saw. bersabda: Benar. Kemudian Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang muslim
pun yang tertimpa suatu penyakit dan lainnya kecuali Allah akan menghapus dengan penyakit tersebut
kesalahan-kesalahannya seperti sebatang pohon yang merontokkan daunnya. (Shahih Muslim No.4663)
 Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada seorang muslim pun yang tertusuk duri atau tertimpa
bencana yang lebih besar dari itu kecuali akan tercatat baginya dengan bencana itu satu peningkatan
derajat serta akan dihapuskan dari dirinya satu dosa kesalahan. (Shahih Muslim No.4664)
 Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:
Bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda: Tidak ada satu kepedihan pun atau keletihan
atau penyakit atau kesedihan sampai perasaan keluh-kesah yang menimpa seorang muslim kecuali akan
dihapuskan dengan penderitaannya itu sebagian dari dosa kesalahannya. (Shahih Muslim No.4670)
 Hadis riwayat Abu Hurairah ra., ia berkata:
Ketika turun ayat: Barang siapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan
kejahatan itu, kaum muslimin merasa sangat sedih sekali, lalu Rasulullah saw. bersabda: Janganlah kamu
sekalian terlalu bersedih dan tetaplah berbuat kebaikan karena dalam setiap musibah yang menimpa
seorang muslim terdapat penghapusan dosa bahkan dalam bencana kecil yang menimpanya atau karena
sebuah duri yang menusuknya. (Shahih Muslim No.4671)
 Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Dari Atha bin Abu Rabah ia berkata: Ibnu Abbas ra. pernah berkata kepadaku: Maukah kamu aku
perlihatkan seorang wanita penghuni surga? Aku menjawab: Mau. Ia berkata: Wanita berkulit hitam ini
pernah mendatangi Nabi saw. dan berkata: Sesungguhnya aku menderita penyakit ayan dan auratku
terbuka, maka mohonlah kepada Allah demi kesembuhanku. Nabi saw. bersabda: Kalau kamu mau
bersabar, maka bagimu adalah surga. Dan kalau kamu mau sembuh, maka aku akan memohonkan kepada
Allah semoga Dia menyembuhkan penyakitmu. Wanita itu berkata: Baiklah aku akan bersabar. Wanita itu
berkata lagi: Sesungguhnya auratku selalu terbuka, maka mohonkanlah kepada Allah agar aku tidak
terbuka aurat. Lalu Rasulullah berdoa untuknya. (Shahih Muslim No.4673)

Anda mungkin juga menyukai