Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 12 :

GHEA AUDINA DHISTIRA (162210101107)


DARA ACEH BRIGIFIANTI (162210101109)
TRI ANANDA AGUSTIN (162210101110)
AIN NUR ROFIKO (162210101113)

Pengetahuan etnofarmakologis diakui sebagai hal yang sangat penting dalam pencarian
Obat baru (entitas kimia baru) yang memerlukan biaya mahal. Sebagai alternatif, Pengetahuan
tradisional dapat menghasilkan phytomedicines yang dapat dikembangkan dalam waktu yang
lebih singkat dengan biaya lebih murah (Brandaoa, 2011). Pada riset kali ini kami membahas
tentang Homalanthus nutans (Euphorbiaceae) dan Prostratin sebagai kandidat obat anti
HIV/AIDS. Berikut adalah aspek- aspek yang dibahas :

BAB I. Aspek Botani

Tanaman Homalanthus nutans termasuk ke dalam famili Euphorbiaceae dimana


habitat asal dari tanaman ini adalah New South Wales selatan sampai North East
Quensland dan Melanesia di pinggiran hutan hujan sub tropis dan hutan hujan kering.
Tanaman ini bisa ditemukan pula di Kepulauan Pasifik. Homalanthus nutans sering
dikenal dengan nama native poplar atau native bleeding heart. Tanaman ini termasuk
jenis pohon kecil yang berbunga dan berbuah. Daunnya berbentuk segitiga sampai
berbentuk hati dan berubah warna antara merah sampai orange secara konstan. Helai
daun berukuran sekitar 6,5-11,5 x 5,5-7,5 cm. Tangkai daun berukuran 3,5-9 cm. Daun
penumpu berukuran 6-18 mm x 3-5 mm. Bunga dari tanaman ini berwarna kuning
kehijauan dan biasanya tumbuh di bulan September – Desember. Buahnya berwarna
putih kebiruan dan matang sekitar bulan Desember-Maret . Berdasarkan urutan
taksonomi tanaman Homalanthus nutans termasuk dalam :

Kingdom : Plantae
Sub kingdom : viridi plantae
Infra kingdom : streptophyta
Superdivisi : embriophyta
Divisi : trakheophyta
Sub divisi : spermatophytina
Kelas : magnoliopsida
Super ordo : rosanae
Ordo : Malpighiales
Family : euphorbiaceae
Genus : homalanthus A Juss.
Spesies : Homalanthus nutas

BAB II. Aspek Etnofarmasi


Daun Homalanthus nutans yang baru hancur digunakan untuk menghentikan
pendarahan oleh penambang Aborigin dan Cina (Lovejoy T. E., 1997). Selain itu ahli
etnobotani Paul Cox mengidentifikasi 200 tanaman untuk pengobatan yellow fever (yang
kemudian diidentifikasi sebagai virus hepatitis) (Cragg, 2010).Tabib Samoan
menggunakan kulit batang untuk menghasilkan air dalam fusi sebagai tonik umum yang
mampu menyembuhkan hepatitis (Lovejoy T. E., 1997).

BAB III. Bioaktifitas

Homalanthus nutans mengandung prostratin ester phorbol. Phorbol sebagai


komponen aktif juga dikenal sebagai promotor tumor. The National Cancer Institute
mengemukakan bahwa prostratin tidak menginduksi hiperplasia pada tikus,tetapi justru
menstimulasi protein C kinase yang mampu menghambat pembunuhan sel inang
manusia oleh HIV secara in vitro. NCI menganggap bahwa prostratin sebagai kandidat
untuk terapi anti-AIDS (Lovejoy T. E., 1997). Prostratin dapat menghambat infeksi HIV
dengan cara menekan ekspresi pada reseptor CD4+ baik pada sel sudah terinfeksi
maupun sel normal. Sel T CD4+ berperan penting dalam replikasi DNA virus sehingga
terbentuk virus yang baru. Prostratin memiliki aktivitas menghambat efek sitopatik dari
virus HIV secara in vitro. Konsentrasi prostratin mikopartikel pada dasarnya
menghentikan reproduksi virus pada sel ini dan juga sel monosit manusia atau makrofag
manusia yang baru terisolasi. Ikatan prostratin mengaktifkan protein C kinase secara in
vitro di dalam sel CEM-SS dan menimbulkan efek biokimia lainnya dari phorbol estern di
dalam sel C3H10T1/2.Tingkat sitoproteksi dari prostratin tergantung pada jenis sel inang
dan strain virus. Prostratin berpotensi sebagai anti tumor. Sebagai
contoh,propstratinmenghambat induksi PMA dari dekarboksilasi ornitin,edema dan
hyperplasia pada CD1 kulit tikus. Uji laboratorium telah menunjukkan senyawa prostatin
tidak hanya memiliki sifat antivirus yang signifikan namun juga mengaktifkan dorman.
Sel sistem imun yang terinfeksi HIV, secara efektif akan mengeliminasi virus ini jika tidak
lolos dari efek obat anti HIV (Laugranis, 2009).
BAB IV. Sejarah dan Perkembangan

Homalanthus nutans yang merupakan pohon hutan hujan tropis digunakan oleh
tabib dari Samoan untuk mengobati hepatitis. Saat ini dipertimbangkan untuk
pengembangan klinis dalam pengobatan HIV/AIDS. Ekstrak tumbuhan Homalanthus
nutans mengandung senyawa Prostratin yang menunjukkan aktivitas anti HIV. Senyawa
ini pertama kali diisolasi di National Cancer Institute dan strukturnya dilaporkan pada
tahun 1992. Pada tahun 2010 dilakukan uji pra klinis pada senyawa prostratin, jika
hasilnya bagus akan dilakukan uji klinis pada tahun 2011 (Laugranis, 2009).

Prostratin memiliki kemampuan untuk menginduksi ekspresi HIV Laten tanpa


mengaktifkan sel yang tidak terinfeksi. Prostratin secara ekfektif mengaktifkan ekspresi
gen HIV dalam sel jurkat (Heinrich, 2015). Senyawa ini mungkin bekerja sesuai dengan
pendekatan toksin pseudomonas. prostratin, turunan dari tanaman yang digunakan
sebagai obat antiviral tradisional di Pasifik Selatan. Prostratin juga disarankan sebagai
obat anti HIV dalam satu dekade yang lalu. Meskipun prostratin tidak menghalangi
masuknya virus HIV, namun senyawa ini dapat melindungi sel-sel yang terinfeksi dari
virus. Karena keduanya dapat menginduksi di sel yang terinfeksi secara laten. Peneliti
menemukan bahwa kombinasi prostratin dan penghambat HDAC bertindak secara
sinergis dengan cara yang memungkinkan penggunaan prostratin dengan dosis yang
jauh lebih rendah. Dengan demikian berpotensi menghindari toksisitas dengan dosis
penuh. Jumlah prostratin yang kontak dengan sel mamalia kurang dari 10% dari jumlah
prostratin yang diperlukan (Acton, 2013). Perkembangan lebih lanjut dari prostratin
dilakukan oleh AIDS Research Alliance of America (ARA) yang melakukan pengkajian
perkembangan postratin dengan bernegosiasi membuat kesepakatan dengan
Pemerintah Samoan yang memungkinkan dilakukannya pembayaran kepada
Pemerintah Samoan, desa, dan keluarga tabib. Wawancara dilakukan dengan tabib
berdasarkan perjanjian yang dinegosiasikan dengan kepala suku dan orator di desa
Falealupo dengan persetujuan Perdana Menteri Samoan dan anggota parlemen. Dari
hasil negosiasi tersebut ARA diberikan ijin untuk memproduksi prostratin dari sumber
tanaman di Samoan dengan biaya yang efektif dan memastikan bahwa obat tersebut
akan didistribusikan dengan keuntungan minimal di negara-negara berkembang di mana
penggunaan obat tersebut disetujui (Cragg, 2010).
DAPUS

Acton, Q. A. (2013). Advances in Viral Genome Research and Application. Atlanta: Scholarly
Edition.

Brandaoa, G. C. (2011). Antiviral Activity of Plants Occurring in the State of Minas Gerais. J.
Chem. Pharm. Res., 223-236.

Cragg, G. M. (2010). Natural Products Structural Diversity-II Secondary Metabolites: Sources,


Structures and Chemical Biology. Chemistry and Biology, 5–39.

Heinrich, M. A. (2015). Ethnopharmacology. United Kingdom: ohn Wiley and Sons Ltd.

Laugranis, G. (2009). HIV Plus. Bristol mayer squibb.

Lovejoy, T. E. (1997). Biodiversity and Human Health. Washington D C: Island Press.

Anonim. http://www.saveourwaterwaysnow.com.au/01_cms/details_pop.asp?ID=183 (Diakses


pada 14 Maret 2018 22:21).

Anda mungkin juga menyukai