DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2
CHINTIA I. PUADJI
MEISKE DADI
NURMALINDA K. MANGGIO
Segera setelah kelahiran bayi, serviks dan vagina harus diperiksa secara
menyeluruh untuk mencari adanya tidaknya laserasi dan dilakukan perbaikan
lewat pembedahan kalau diperlukan. Serviks, vagina dan perineum dapat
diperiksa lebih mudah sebelum pelepasan plasenta karena tidak ada perdarahan
rahim yang mengaburkan pandangan ketika itu. Pelepasan plasenta biasanya
dalam waktu 5 sampai 10 menit pada akhir kala II. Memijat pundus seperti
memeras untuk mempercepat pelepasan plasenta tidak dianjurkan karena dapat
meningkatkan kemungkinan masuknya sel janin kedalam sirkulasi ibu. setelah
kelahiran plasenta perhatian harus ditunjukan pada setiap perdarahan rahim yang
dapat berasal dari tempat implantasi plasenta. Kontraksi uterus yang mengurangi
perdarahan ini dapat dilakukan dengan pijat uterus dan penggunaan oksitosin. Dua
puluh unit oksitosin rutin ditambahkan pada infus intravena setelah bayi
dilahirkan. Plasenta harus diperiksa untuk memastikan kelengkapannya. Kalau
pasien menghadapi perdarahan masa nifas (misalnya karena anemia, pemanjangan
masa augmentasui, oksitosin pada persalinan, kehamilan kembar atau hidramnion)
dapat diperlukan pembuangan plasenta secara manual, eksplorasi uterus secara
manual atau kedua-duanya.
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa
daerah perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami
peregangan, oleh kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga akan
tampak terkulai dan terbuka. Sedangkan vulvabisa berwarna merah, bengkak dan
mengalami lecet-lecet.
Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang keluar, maka periksa
anus dengan rectal toucher.
1. Derajat pertama: laserasi mengenai mukosa dan kulit perineum, tidak perlu
dijahit.
2. Derajat kedua: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit dan
jaringan perineum (perlu dijahit).
3. Derajat ketiga: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit,
jaringan perineum dan spinkter ani.
4. Derajat empat: laserasi mengenai mukosa vagina, kulit,
jaringan perineum dan spinkter ani yang meluas hingga ke rektum.
(Sumber: Dep.Kes. RI, 2016, Asuhan Persalinan Normal, Jakarta)
Saat proses persalinan terjadi, serviks, vagina dan perineum mengalami perengangan
karena dilewati oleh bayi. Segera setelah kelahiran bayi, serviks, vagina, perineum harus
diperiksa secara menyeluruh untuk memastikan ada tidaknya laserasi. Untuk
memudahkan pemeriksaan laserasi dapat dilakukan sebelum plasenta lahir, karena
sebelum plasenta lahir perdarahan tidak banyak terjadi, sehingga perdarahan akibat
laserasi dapat dikenali.
(Sumber: Widiastini Luh Putu. 2015. Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu bersalin dan
bayi baru lahir. Bogor: IN MEDIA)
Pemeriksaan serviks, vagina dan perineum berguna untuk mengetahui laserasi atau
robekan jalan lahir yang dapat diketahui dari perdarahan pascapartum, plasenta yang lahir
lengkap, dan kontraksi uterus. Segera mungkin setelah plasenta lahir, periksa keadaan
serviks, vagina serta perineum untuk memastikan ada tidaknya perdarahan. Dengan
mengidentifikasi sumber atau asalnya, perdarahan yang terjadi dapat segera mungkin
diatasi dan memudahkan proses penanganannya.
Untuk mengetahui apakah ada tidaknya robekan jalan lahir, maka periksa daerah
perineum, vagina dan vulva. Setelah bayi lahir, vagina akan mengalami peregangan, oleh
kemungkinan edema dan lecet. Introitus vagina juga berwarna merah, bengkak dan
mengalami lecet-lecet. Untuk mengetahui ada tidaknya trauma atau hemoroid yang
keluar, maka periksa anus dengan rectal toucher.
(sumber: Oktarina Mika. 2016. Buku ajar asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru
lahir. Yogyakarta: CV Budi Utama)