Anda di halaman 1dari 14

65

Peranan Majelis Pengawas Wilayah Notaris Dalam Melakukan Pengawasan


Terhadap Pelaksanaan Jabatan Notaris Terkait Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2014 Tentang Jabatan Notaris

Eureika Kezia Sakudu dan Wahyuni Safitri


Sakudu01@gmail.com, wahyunibun@uwgm.ac.id
Fakultas Hukum Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda

ABSTRAK

Pengawasan yang dilakukan terhadap Notaris pada saat berlakunya Peraturan Jabatan
Notaris berada pada Hakim Pengawas yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri untuk
melakukan pengawasan terhadap segala perbuatan dan tingkah laku dari Notaris. Akan tetapi
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari Notaris sebagai pejabat umum maka
dikeluarkanlah suatu peraturan baru yang berlaku bagi Notaris, yaitu Undang-undang Nomor
2 Tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan tugas pengawasan
terhadap Notaris oleh Majelis Pengawas Notaris dan Dewan Kehormatan serta peranan dan
fungsi Majelis Pengawas Wilayah terhadap pelaksanaan tugas jabatan Notaris. Metode yang
digunakan adalah menggunakan metode Normatif empiris, dengan spesifikasi penelitian
deskriptif analitis. Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan adalah berkaitan
dengan pelanggaran Kode Etik Profesi Notaris; 2) Peranan dan fungsi Majelis Pengawas
Wilayah terhadap Pelaksanaan tugas Jabatan Notaris melakukan tugasnya selalu
memperhatikan dan melihat relevansi serta urgensi seorang Notaris dipanggil sebagai saksi
maupun sebagai tersangka dengan pengambilan minuta atau foto copynya maupun surat-surat
yang dilekatkan pada minuta tersebut untuk proses peradilan, penyidikan atau penuntut
umum. Dengan persetujuan tersebut mempunyai arti bahwa dengan tidak adanya persetujuan
maka hal tersebut tidak dapat dilakukan.

Kata Kunci : Majelis Pengawas, Jabatan Notaris

ABSTRACK

As a public official, in implementing his duties Notary also must be controlled that not
deviated from the regulation rules apply for him and also must be capable with responsibility
in provide ail authentically deed that applied to those community require it. The control that
was effected to the Notary while adopting a regulation to the Notary official set upon art
supervisor judge appointed by State Court perhaps in relating With controlling on all acts
and behave of Notary. In order to improve quality and quantity on notary as public official
however, it was issued a new regulation drat effective for all Notaries; namely the Acts No.2
of 2014. The research uses juridical normatif as the method, with the research specification
of descriptive analytical. The collected data are analyzed qualitatively upon the problem
describing with the deductive conclusion. While for supervision that done by honour council
related to code infringement etik notary public profession; 2) part and area supervisor
assembly function towards notary public function task execution does the task always pay
attention and see relevance with urgency a notary public is called as also as suspected with
taking minuta or photo copy also letters that pasted in minuta for judicature process,
investigation or publik prosecutor. in the affirmative has meaning that without sanctions
existence so the mentioned can not be done.

Keyword: Supervisor Assembly, Notary Public Function


66

Notaris, supaya dalam menjalankan tugas


PENDAHULUAN jabatannya tidak menyimpang dari
kewenangannya dan tidak melanggar
A. Latar Belakang peraturan perundang-undangan yang
Era globalisasi saat ini, jasa Notaris berlaku, fungsi Majelis Pengawas Notaris
dalam proses pembangunan semakin adalah agar segala hak dan kewenangan
meningkat, karena Notaris merupakan maupun kewajiban yang diberikan kepada
jabatan tertentu yang menjalankan profesi Notaris dalam menjalankan tugas
dan pelayanan hukum kepada masyarakat jabatannya sebagaimana yang diberikan
yang memerlukan perlindungan dan oleh peraturan perundang-undangan yang
jaminan demi tercapainya kepastian berlaku, senantiasa dilakukan diatas jalur
hukum. Dalam Penjelasan Umum Undang- yang telah ditentukan, bukan saja jalur
Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang hukum, tetapi juga atas dasar moral dan
Jabatan Notaris, menerangkan bahwa etika demi terjaminnya perlindungan
dalam Undang-Undang Dasar Negara hukum dan kepastian hukum bagi pihak
Republik Indonesia, Negara Republik yang membutuhkannya. Tidak kalah
Indonesia adalah negara hukum yang penting juga peranan masyarakat untuk
menjamin kepastian, ketertiban dan mengawasi dan senantiasa melaporkan
perlindungan hukum yang berintikan tindakan Notaris yang dalam
kebenaran dan keadilan. Ketertiban dan melaksanakan tugas jabatannya tidak
perlindungan hukum menuntut antara lain sesuai dengan aturan hukum yang berlaku
bahwa lalu lintas hukum dalam kehidupan kepada Majelis Pengawas Notaris
masyarakat memerlukan adanya alat bukti setempat. Dengan adanya laporan seperti
yang menentukan dengan jelas hak dan ini dapat mengeliminasi tindakan Notaris
kewajiban seseorang sebagai subjek yang tidak sesuai dengan aturan hukum
hukum dalam masyarakat. pelaksanaan tugas jabatan Notaris. 2
Akta Otentik sebagai alat bukti yang Di dalam ketentuan Pasal 67 sampai
terkuat dan terpenuh memiliki peranan dengan Pasal 81 Undang-undang Jabatan
penting dalam setiap hubungan hukum Notaris (UUJN) terdapat sarana kaidah-
dalam kehidupan masyarakat, diantaranya kaidah hukum untuk mengawasi Notaris
di dalam hubungan bisnis, kegiatan di yang meliputi perilaku Notaris dan
bidang perbankan, pertanahan, kegiatan pelaksanaan jabatan Notaris.
sosial dan di dalam kebutuhan hidup lain. Fungsi Notaris di dalam dan diluar
Kebutuhan akan pembuktian tertulis pembuatan Akta Otentik untuk pertama
berupa Akta Otentik yang menentukan kalinya diatur di dalam Undang-Undang
secara jelas hak dan kewajiban, menjamin Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Jabatan
kepastian hukum dan sekaligus diharapkan Notaris secara komprehensif. Demikian
pula memberi sumbangan nyata bagi pula ketentuan tentang pengawasan
penyelesaian perkara secara murah dan terhadap Notaris yang dilaksanakan Oleh
cepat bagi masyarakat. Karena itu apa Majelis Pengawas Notaris dilakukan
yang dinyatakan dalam Akta Otentik itu dengan melibatkan pihak ahli akademisi,
harus diterima sepenuhnya oleh para pihak, disamping departemen yang tugas dan
kecuali pihak yang berkepentingan dapat tangung jawabnya di bidang kenotariatan
dapat membuktikan hal yang sebaliknya serta Organisasi Notaris, dibentuknya
secara memuaskan di persidangan Majelis Pengawas Notaris di tiap kota atau
pengadilan. 1 kabupaten dimaksudkan untuk
Peranan Majelis Pengawas Notaris meningkatkan pelayanan dan perlindungan
adalah melaksanakan pengawasan terhadap hukum bagi masyarakat pengguna jasa
Notaris.
1
Habib Adjie, 2011, Majelis Pengawas Notaris Pada faktanya terjadi penyimpangan-
Sebagai Pejabat Tata Usaha Negara, Cet. 1, penyimpangan yang banyak dilakukan oleh
Refika Aditama, Bandung, hal, 15.
2
Ibid.
67

Notaris dalam melaksanakan kewenangan B. Rumusan Masalah


dan jabatannya mulai dari penyimpangan- Berdasarkan uraian yang telah
penyimpangan yang bersifat administratif dikemukakan di atas, maka rumusan
maupun penyimpangan-penyimpangan masalah dalam penulisan proposal
yang mengakibatkan kerugian materiil penelitian ini adalah :
pada masyarakat pengguna jasa Notaris. a. Bagaimana Peranan Majelis Pengawas
Untuk menjalankan fungsi Wilayah Notaris Dalam Melakukan
pengawasan dengan baik maka telah Pengawasan Terhadap Pelaksanaan
disusun beberapa peraturan perundang- Jabatan Notaris ?
undangan yang mengatur tugas, wewenang b. Apa Kendala Majelis Pengawas
dan kewajiban Majelis Pengawas Wilayah Wilayah Notaris Dalam Melakukan
Notaris dengan Undang-Undang Nomor 2 Pengawasan Terhadap Notaris Yang
Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris, Melanggar Undang-Undang Nomor 2
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Tahun 2014 Tentang Jabatan Notaris ?
Manusia Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 2016 tentang Majelis Kehormatan METODE PENELITIAN
Notaris. Nomor: M.01-HT.03.01 Tahun
2006 tentang Syarat dan Tata Cara a. Jenis Penelitian
Pengangkatan, Pemindahan dan Penelitian ini merupakan penelitian
Pemberhentian Notaris dan Peraturan yuridis Normatif adalah Metode yuridis
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia normatif merupakan studi penulisan
Republik Indonesia Nomor: dokumen baik itu kajian terhadap norma
M.03.HT.03.10 Tahun 2007 Tentang dan asas yang berkaitan dengan tindakan
Pengambilan Minuta Akta dan yang dilakukan Majelis Pengawas Notaris
Pemanggilan Notaris. 3 dalam melakukan pengawasan terhadap
Penulis hendak mengamati peranan notaris dalam menjalankan jabatannya.
Majelis Pengawas di tingkat Wilayah Jadi metode penelitian hukum ini mengkaji
terhadap pelaksanaan tugas jabatan hukum normatif, mengenai Peran
Notaris, karena selain Majelis Pengawas Pengawas Wilayah Notaris.
Pusat, Majelis Pengawas Wilayah juga b. Sumber Data
mempunyai kewenangan untuk Sumber data yang dipergunakan
mengadakan dan atau melakukan penulis untuk menunjang penelitian ini
pemeriksaan kepada Notaris yang adalah sebagai berikut :
melakukan pelanggaran baik yang berupa 1. Data Sekunder
kode etik Notaris maupun ketentuan dalam Data sekunder dilakukan dengan cara
peraturan perundang-undangan yang studi kepustakaan yang diperoleh dari data
berlaku, sehingga dapat dijatuhkan sanksi. literatur-literatur dan buku-buku yang
Untuk memperjelas hal tersebut diatas, sesuai dengan permasalahan dengan
maka akan ditinjau lebih lanjut tentang permasalahan dalam penelitian ini.
pengawasan Notaris di wilayah Propinsi a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-
Kalimantan Timur dan bagaimana kinerja bahan yang isinya mempunyai
Majelis Pengawas Wilayah dalam kekuatan mengikat yang berupa :
menyikapi kendala-kendala yang muncul 1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945
di lapangan berkaitan dengan tugas jabatan 2) Kitab Undang-Undang Hukum
Notaris. Perdata

3
Habib Adjie, 2014, Hukum Notaris Indonesia
Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 3) Kitab Undang-Undang Hukum
2004 Tentang Jabatan Notaris, Cet. 4, Refika Pidana
Aditama, Bandung, hal, 46.
68

4) Undang-Undang Nomor 2 Tahun berada di tingkat Wilayah dalam upaya


2014 Tentang Jabatan Notaris memberikan pengawasan terhadap Notaris
5) Peraturan Menteri Hukum dan Hak agar tidak melakukan berbagai hal diluar
Asasi Manusia Republik Indonesia Undang-Undang Jabatan Notaris demi
Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 menjaga wibawa Jabatan Notaris dan
Tentang Pedoman Tugas Majelis masyarakat agar tidak mengalami kerugian
Pengawas Notaris yang dapat terjadi ketika Notaris melanggar
6) Peraturan Menteri Hukum dan Hak ketentuan yang telah berlaku, kemudian dari
Asasi Manusia Republik Indonesia data yang diperoleh melalui observasi dan
Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007 wawancara yang dilakukan diklasifikasi
Tentang Pengambilan Minuta Akta untuk selanjutnya disistematiskan dan pada
dan Pemanggilan Notaris akhirnya di analisi untuk dijadikan dasar
7) Peraturan Menteri Hukum Dan Hak dalam membuat suatu kesimpulan.
Asasi Manusia Nomor 7 Tahun 2016
Tentang Majelis Kehormatan PEMBAHASAN
Notaris A. Peranan Majelis Pengawas
b. Bahan hukum sekunder diperoleh dari Wilayah Notaris Dalam
bahan kepustakaan meliputi literatur- Melakukan Pengawasan
literatur khususnya yang berkaitan Terhadap Pelaksanaan Jabatan
dengan penelitian ini. Notaris
c. Bahan hukum tersier diperoleh dari Setelah di berlakukannya Undang-
bahan kepustakaan meliputi kamus Undang No. 2 Tahun 2014 tentang
hukum dan kamus besar bahasa Perubahan atas Undang-Undang No. 30
Indonesia Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris,
terdapat beberapa perubahan ketentuan
c. Teknik Pengumpulan Data yang mengatur pengawasan dan
Teknik pengumpulan data yang pembinaan yang di lakukan oleh Majelis
diperoleh penulis adalah sebagai berikut: Pengawas Daerah. Pengawasan terhadap
1. Studi Dokumentasi, yaitu dengan Notaris dilakukan oleh Majelis Pengawas
mengkaji berbagai dokumen resmi yang Daerah, sedangkan pembinaan yang
berhubungan dengan permasalahan yang sebelumnya juga kewenangan Majelis
akan di teliti. Pengawas Daerah sekarang menjadi
2. Studi Kepustakan, yaitu dengan kewenangan Majelis Kehormatan Notaris.
mengumpul data-data yang diperoleh Majelis kehormatan notaris adalah suatu
dari kamus hukum dan KBBI serta badan yang mempunyai kewenangan untuk
literatur-literatur, di mana data tersebut melaksanakan pembinaan notaris dan
dianggap relevan terhadap kewajiban memberikan persetujuan atau
permasalahan yang ada. penolakan untuk kepentingan penyidikan
3. Studi Lapangan dengan cara melakukan dan proses peradilan, atas pengambilan
observasi langsung pada tempat fotokopi minuta akta dan pemanggilan
penelitian serta melakukan interview notaris untuk hadir dalam pemeriksaan
atau wawancara terhadap pihak terkait yang berkaitan dengan akta atau protokol
yaitu, Kantor Wilayah Kementerian notaris ynag berada dalam penyimpanan
Hukum dan Hak Asasi Manusi serta Notaris. Sedangkan Majelis pengawas
Majelis Pengawas Wilayah dan notaris adalah suatu badan yang
anggota. mempunyai kewenangan dan kewajiban
untuk melaksanakan pembinaan dan
d. Analisa Data pengawasan terhadap notaris.
Analisis data dalam penelitian ini Mengenai kewenangan Majelis
dilakukan secara deskriptif kualitatif ialah Pengawas ( Daerah, Wilayah, dan Pusat)
memberikan gambaran tentang peran dari ini, ada satu kewenangan Majelis
Majelis Pengawas Notaris khususnya yang Pengawas yang perlu untuk diluruskan
69

sesuai aturan hukum yang berlaku, yaitu pemberhentian dengan hormat dari jabatan
atas laporan Majelis Pemeriksa jika notaris hanya dapat dilakukan oleh Menteri
menemukan suatu tindak pidana dalam atas usulan dari MPP. Pada dasarnya
melakukan pemeriksaan terhadap notaris, pengangkatan dan pemberhentian notaris
maka majelis pengawas akan dari jabatannya sesuai dengan aturan
melaporkannya kepada pihak yang hukum bahwa yang mengangkat dan yang
berwenang. memberhentikannya harus instansi yang
Menurut Pasal 1 angka 24 Kitab sama, yaitu Menteri.
Undang Undang Hukum Acara Pidana Kita telah mengetahui bahwa MPW
(KUHAP) bahwa laporan adalah dan MPD terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu :
pemberitahuan yang disampaikan oleh (1). Notaris, (2) Pemerintah/Birokrat dari
seseorang karena hak atau kewajiban Departemen Hukum dan HAM setempat,
berdasarkan undang-undang kepada dan (3). Akademisi dari fakultas hukum.
pejabat berwenang tentang telah atau Bahwa dari ketiga unsur tersebut belum
sedang atau diduga akan terjadinya tentu mempunyai pemahaman yang sama,
peristiwa pidana. Berdasarkan isi Pasal yaitu mengenai apa saja batasan atau tolak
tersebut, bahwa syarat untuk menjadi ukur MPD dalam memeriksa Notaris untuk
pelapor, yaitu: melaksanakan ketentuan Pasal 66 UUJN.
1) Seorang ( satu orang / Bahwa batasan pemeriksaan tersebut harus
perseorangan); dan berdasarkan pada 3 (tiga) aspek akta, yaitu
2) Ada hak dan kewajiban (1). Lahiriah, (2). Formal dan (3). Materil.
berdasarkan undang-undang. Bahwa aspek lahiriah yang berarti
Majelis Pengawas merupakan suatu akta Notaris harus secara fisik harus dilihat
badan dengan parameter seperti ini apa adanya, dan aspek formal mengenai
dikaitkan dengan Pasal 1 angka 24 mekanisme/prosedur pembuatan akta
KUHAP, bahwa yang dapat menjadi berdasarkan UUJN, serta aspek materil
pelapor adalah subjek hukum berupa yang berarti tugas Notaris hanya
orang, bukan majelis atau badan. Berkaitan memformulasikan keinginan para pihak ke
pula dengan keputusan Menteri dalam bentuk akta Notaris selama
Kehakiman Nomor M.01.PW.07.03. Tahun sepanjang sesuai dengan aturan hukum
1982 tentang Pedoman Pelaksanaan yang berlaku, dan tidak dapat
KUHAP, dalam Pasal 5 ayat 1 huruf a diimplementasikanhya sebuah akta Notaris
angka 1 dan Pasal 7 ayat (1) disebutkan bukan kesalahan Notaris, selama sepanjang
bahwa, penyidik dan penyelidik tidak dapat diimplementasikannya akta
berkewajiban mempunyai wewenang Notaris bukan hasil konspirasi Notaris
menerima laporan atau pengaduan dari dengan para penghadap dengan maksud
seseorang tentang adanya tindak pidana. dan tujuan untuk merugikan para
Substansi Pasal ini menegaskan bahwa penghadap atau pihak lainnya.
penyelidik atau penyidik hanya menerima Batasan tersebut harus dijadikan tolak
pengaduan atau laporan dari orang. ukur oleh MPW dan MPD, kalau anggota
Dengan demikian tidak tepat Majelis MPW dan MPD yang berasal dari unsur
Pengawas bertindak sebagai pelapor tindak Notaris sudah pasti mengetahui dan
pidana, karena Majelis Pengawas bukan memahami ketiga aspek tersebut, tapi
subjek Hukum berupa orang. unsur anggota MPW dan MPD yang
Pengaturan sanksi yang terdapat dalam bukan dari Notaris belum tentu memahami
Pasal 85 UUJN , sanksi berupa teguran ketiga hal tersebut, oleh karena itu jika
lisan dan teguran tertulis hanya dapat tidak ada pemahaman yang sama mengenai
dijatuhkan oleh MPW. Sanksi berupa batasan pemeriksaan tersebut, maka para
pemberhentian sementara dari jabatan Notaris sangat rentan untuk selalu menuju
notaris hanya dapat dijatuhkan oleh MPP, jalan ke hotel prodeo, dan jika terjadi
dan sanksi berupa pemberhentian dengan permasalahan dianggap turut serta atau
tidak hormat dari jabatan notaris serta membantu melakukan suatu tindak pidana.
Agar ada pemahaman yang sama mengenai
70

batasan pemeriksaan tersebut di atas, maka dalam kualifikasi sebagai Badan atau
perlu diadakan Forum Majelis Pengawas Jabatan Tata Usaha Negara. Berdasarkan
Notaris Indonesia, dan inisiatif seperti ini Pasal 67 ayat (2) UUJN Menteri
harus dimulai dari Organisasi Jabatan mendelegasikan wewenang pengawasan
Notaris (seperti INI). Meskipun dalam hal tersebut kepada suatu badan dengan nama
ini MPD bukan kepanjangan tangan Majelis Pengawas. Majelis Pengawas
Organisasi Jabatan Notaris dan tidak menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri
bertujuan untuk melindungi Notaris, tapi Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
dalam hal ini sangat wajar jika para Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun
Notaris sebagai anggota dari Organisasai 2004, adalah suatu badan yang mempunyai
Jabatan Notaris mendapat perlindungan kewenangan dan kewajiban untuk
yang memadai dari organisasinya. Dengan melaksanakan pengawasan dan pembinaan
cara memberikan pemahaman yang sama terhadap Notaris. Dengan demikian
mengenai batasan pemeriksaan Notaris Menteri selaku delegans dan Majelis
sebagaimana tersebut di atas. Pengawas selaku delegataris. Majelis
Pemeriksaan atau sidang yang Pengawas sebagai delegataris mempunyai
dilakukan oleh Majelis Pengawas, Notaris wewenang untuk mengawasi Notaris
sebagai terlapor (ataupun Notaris sebagai sepenuhnya, tanpa perlu untuk
pelapor yang melaporkan sesama Notaris) mengembalikan wewenangnya kepada
Majelis Pengawas diberi wewenang untuk delegans.
mendengarkan keterangan dan menerima Dalam melakukan pengawasan,
tanggapan serta menerima buktibukti dari pemeriksaan dan penjatuhan sanksi Majelis
Notaris sebagai terlapor (ataupun Notaris Pengawas harus berdasarkan kewenangan
sebagai pelapor yang melaporkan sesama yang telah ditentukan UUJN sebagai acuan
Notaris). untuk mengambil keputusan, hal ini perlu
Majelis Pengawas dalam menjalankan dipahami karena anggota Majelis
kewenangannya mengeluarkan putusan Pengawas tidak semua berasal dari Notaris,
yang ditujukan kepada Notaris, baik sehingga tindakan atau keputusan dari
putusan menjatuhkan sanksi administratif Majelis Pengawas harus mencerminkan
ataupun putusan mengusulkan untuk tindakan suatu Majelis Pengawas sebagai
memberikan sanksi-sanksi tetentu dari suatu badan, bukan tindakan anggota
MPW kepada MPP ataupun MPP kepada Majelis Pengawas yang dianggap sebagai
Menteri. tindakan Majelis Pengawas. Dengan
Kewenangan pengawasan dan demikian jika Menteri Hukum dan HAM
pemeriksaan terhadap Notaris adalah RI yang secara atribusi mempunyai
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia kewenangan Pengawasan yang kemudian
yang dalam pelaksanaannya Menteri didelegasikan kepada Majelis Pengawas,
membentuk Majelis Pengawas Notaris. maka Menteri telah memberikan
Menteri sebagai kepala Departemen kewenangan kepada Majelis Pengawas
Hukum dan Hak Asasi Manusia Notaris untuk melakukan suatu tindakan
mempunyai tugas membantu Presiden yang sesuai dengan wewenangnya,
dalam menyelenggarakan sebagian urusan termasuk mengeluarkan aturan-aturan yang
pemerintah di bidang hukum dan hak asasi penting agar Majelis Pengawas Notaris
manusia. bisa jalan, tapi dengan keluarnya Peraturan
Wewenang untuk melakukan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
pengawasan terhadap Notaris secara Republik Indonesia nomor :
atributif ada pada Menteri sendiri, yang M.03.HT.03.10. Tahun 2007 Tentang
dibuat, diciptakan dan diperintahkan dalam Pengambilan Minuta Akta dan
undang-undang sebagaimana tersebut Pemanggilan Notaris, Menteri masih
dalam Pasal 67 ayat (1) UUJN. Kedudukan mengintervensi dan ingin menarik kembali
Menteri sebagai eksekutif (pemerintah) delegasinya yang sudah diberikan kepada
yang menjalankan kekuasaan pemerintah Majelis Pengawas Notaris.
71

Tindakan Menteri Hukum dengan tetapi tetap dilakukankan juga dengan


Peraturan tersebut telah tidak sesuai tidak mengindahkan ketentuan perundan-
dengan Norma atau kaidah Hukum gundangan dan sanksi yang akan dihadapi.
Administrasi dalam penyelenggaraan Sebagaimana diatur dalam Pasal 24
negara yang baik dan bertentangan dengan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Azas-azas Umum Pemerintahan Yang Baik Manusia RI Nomor M.02.PR.08.10 Tahun
(Pasal 53 ayat 2 huruf b Undang-undang 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan
Nomor 9 Tahun 2004 tentang Perubahan Anggota, Pemberhentian Anggota,
Atas Undang-undang Nomor 5 Tahun Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata
1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas
Negara). Jika Menteri telah Notaris menyatakan bahwa :
mendelegasikan pengawasan Notaris 1. Pada sidang pertama yang ditentukan,
kepada Majelis Pengawas Notaris, maka Pelapor dan Terlapor hadir, lalu
Majelis Pengawas Notaris mempunyai Majelis Pemeriksa Daerah melakukan
kewenangan penuh untuk melaksanakan pemeriksaan dengan membacakan
pengawasan, termasuk membuat aturan- laporan dan mendengar keterangan
aturan hukum yang berkaitan dengan Pelapor.
pengawasan. Dan Menteri tidak perlu lagi 2. Dalam pemeriksaan sebagaimana
membuat aturan hukum lainnya untuk dimaksud pada ayat (1) Terlapor
dilaksanakan oleh Majelis Pengawas diberi kesempatan yang cukup untuk
Notaris. menyampaikan tanggapan.
Pengawasan Notaris dibedakan antara 3. Pelapor dan Terlapor dapat
perilaku dan tindakan yang dilakukan oleh mengajukan bukti-bukti untuk
Notaris dalam menjalankan jabatanya oleh mendukung dalil yang diajukan.
Majelis Pengawas, sedangkan perilaku dan 4. Laporan diperiksa oleh Majelis
tindakan yang dilakukan oleh Notaris Pemeriksa Daerah dalam jangka
diluar menjalankan jabatanya diawasi oleh waktu paling lambat 30 (tiga puluh)
Dewan Kehormatan Notaris. Pengawasan hari kalender terhitung sejak laporan
tersebut pada dasarnya adalah merupakan diterima.
wujud dari perlindungan hukum terhadap Apabila pihak penyidik akan
Notaris itu sendiri oleh karena dengan memanggil Notaris baik sebagai saksi
adanya suatu pengawasan, maka setiap maupun tersangka, maka penyidik harus
Notaris dalam berperilaku dan tindakannya mengirim surat terlebih dahulu kepada
baik dalam menjalankan jabatannya Majelis Pengawas Daerah (MPD).
maupun diluar jabatannya selalu dalam Tindakan hukum pemanggilan,
koridor hukum. Dengan adanya Majelis pemeriksaan dan penyitaan yang dilakukan
Pengawas menurut penulis akan oleh penyidik dapat dilakukan terhadap
memberikan perlindungan hukum terhadap Notaris baik sebagai saksi maupun
Notaris, sehingga menghindari adanya tersangka terutama dalam kaitannya
campur tangan pihak lain berkaitan dengan dengan suatu tindakan pidana dalam
Notaris dalam menjalankan jabatannya pembuatan akta oetentik oleh Notaris yang
secara profesional. bersangkutan sesuai dengan ketentuan
Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Pasal 7 ayat (1) huruf j KUHAP.
Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris Menurut penulis pentingnya
(UUJN) tidak terdapat kata “Perlindungan pemahaman yang sama antara Notaris
Hukum”, namun demikian dengan di dengan institusi lain dalam pembuatan akta
undangkannya UUJN tersebut memberikan otentik yang dibuat oleh Notaris sebagai
pengayoman yang lebih baik terhadap alat bukti. Hal ini dikarenakan masih
Notaris dalam menjalankan profesinya sering terjadi adanya perbedaan pandangan
secara profesional. Masalah yang dihadapi yang muncul dalam penafsiran atas dasar
Notaris dalam menjalankan profesinya, kepentingan tugas dan fungsi institusi atau
adalah ketidakcermatan dan ketidaktahuan lembaga agar tidak melakukan kesalahan
mengenai apa yang dilakukan sudah tahu
72

penafsiran dari pengertian suatu undang- kelompok profesi Notaris dari penilaian
undang. Untuk menjamin kepastian, yang umum. Selain hal tersebut menurut
ketertiban dan perlidungan hukum penulis peran utama yang dilakukan oleh
dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat Majelis Pengawas Wilayah, yaitu
otentik mengenai keadaan, peristiwa atau menyaring laporan yang masuk melalui
perbuatan hukum yang diselenggarakan MPD dan meneliti kembali masalah
melalui jabatan tertentu. Notaris tersebut agar nantinya tidak terjadi
merupakan jabatan tertentu yang kesalahan dalam pengambilan keputusan
menjalankan profesi dalam pelayanan karena yang dilindungi bukan hanya
hukum kepada masyarakat, perlu masyrakat yang merasa dirugikan namun
mendapatkan perlindungan dan jaminan seseorang yang juga mengemban jabatan
demi tercapainya kepastian hukum. notaris itu sendiri. Dengan adanya
Notaris sebagai pejabat umum yang peradilan yang dilakukan oleh MPW
diangkat oleh Menteri Hukum dan Hak tersebut, maka akan memberikan
Asasi Manusia, bertugas untuk melayani perlindungan hukum dan jaminan kepada
kepentingan masyarakat yang memberi Notaris dalam menjalankan jabatannya
kepercayaan kepada Notaris, untuk secara profesional.
membuat akta otentik mengenai perbuatan
hukum yang diinginkan oleh masyarakat. B. Kendala Majelis Pengawas
Adapun tujuan masyarakat mendatangi Wilayah Notaris Dalam Melakukan
seorang Notaris untuk membuat akta Pengawasan Terhadap Notaris
otentik adalah, karena akta otentik tersebut Yang Melanggar Undang-Undang
akan berlaku sebagai alat bukti yang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
sempurna baginya. Jabatan Notaris
Ketentuan Pasal 1868 KUH Perdata Arif Endang Dwi Wahyuni S.H,.
tersebut kemudian dijabarkan dalam M.Kn adalah salah satu notaris yang
Peraturan Jabatan Notaris (PJN) yang berkedudukan di Kota Samarinda serta
dimuat dalam Stbl. 1860.3, yang menjadi sekertaris Pengwil INI Samarinda,
selanjutnya Peraturan Jabatan Notaris terkait tentang tugas dari INI (Ikatan
(PJN) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Notaris Indonesia) khususnya Pengurus
sejak diundangkannya Undang-Undang Wilayah dalam hal pengawasan terhadap
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan notaris tidak berperan penting karena hal
Notaris. mengenai pengawasan menjadi tanggung
Dari rumusan diatas penulis jawab dari Majelis Pengawas Notaris.
menganalisa yang menjadi tujuan pokok Tugas dari INI hanya terkait organisasi
pengawasan adalah agar segala hak dan yang berhubungan dengan teknis
kewenangan maupun kewajiban yang pelaksanaan rapat pleno, pemilihan Ketua
diberikan kepada Notaris dalam dan semua hal yang berkaitan dengan
menjalankan tugasnya sebagaimana yang teknis, kemudian yang berkaitan dengan
digariskan dalam peraturan dasar yang jabatan notaris yang memantau ialah MPD
bersangkutan, senantiasa dilakukan di atas dan MPW tuturnya, dan dari sudut
jalur yang telah ditentukan, bukan saja pandang beliau sebagai notaris terkait
jalur hukum tetapi juga atas dasar moral pemeriksaan rutin yang dilakukan Majelis
dan etika profesi demi terjaminnya Pengawas Notaris dalam hal ini adalah
perlindungan hukum dan kepastian hukum MPD sebagai perpanjangan tangan MPW,
bagi masyarakat Pembentukan Majelis saat melakukan pemeriksaan terhadap
Pengawas yang dalam hal ini adalah MPW notaris seharusnya unsur akademisi yang
sebagai focus utama penulis, hadir untuk telah tercantum dalam undang-undang
menyelamatkan kepentingan masyarakat haruslah para dosen atau guru besar dalam
dari kerugian yang diakibatkan oleh bidang kenotariatan bukan hanya sekedar
Notaris yang tidak bertanggung jawab dan dosen dari fakultas hukum, menurutnya
menjaga citra dan kewibawaan lembaga yang sangat berperan penting dalam
Notariat serta melindungi nama baik pemeriksaan dan pengawasan adalah unsur
73

notaris sendiri, karena hanya notaris yang dan ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan
mengerti dalam benar tidaknya pembuatan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
akta, hal ini karena tidak semua unsur dari Nomor M.02.PR08.10 Tahun 2004 tentang
Majelis Pengawas Notaris memamahami Tata Cara Pengangkatan Anggota,
benar Undang-Undang Jabatan Notaris. 4 Pemberhentian Anggota, Susunan
Aji Suryana Jamaluddin Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara
Jadayat,SH,M.KN adalah salah satu notaris Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris
yang berkedudukan di Samarinda sekaligus dan Bagian Ke III Nomor 1.2. Keputusan
menjadi Ketua Majelis Pengawas Notaris Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Daerah, “mengenai kendala yang dihadapi Republik Indonesia Nomor: M.39-
dalam melakukan pengawasan terhadap PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman
jabatan notaris yang dilakukan oleh MPD Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas
hanya terkait pelaporan dari masyarakat Notaris, Pasal 8 ayat 1, Pasal 9 sampai
yang merasa dirugikan oleh notaris dengan Pasal 11, Pasal 14 sampai dengan
sehingga jangkauan pengawasan yang Pasal 18 Peraturan Menteri Hukum dan
dilakukan oleh MPD tidak terlalu luas, Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
terkait hadirnya unsur akademisi dalam Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007
keanggotaan yang merupakan amanat dari Tentang Pengambilan Minuta Akta dan
undang-undang dalam pembagian tugas Pemanggilan Notaris, Pasal 4 Kode Etik
dilapangan dalam tugas melakukan Ikatan Notaris Indonesia, yang ditetapkan
pemeriksaan kita memberikan porsi yang pada tanggal 28 Januari 2005) secara de
sama namun tentunya baik unsur facto (secara kenyataan di Kalimantan
pemerintah dan akademisi tidak melakukan Timur) ditaati, maka aturan hukum
pemeriksaan secara spesifik yang tersebut Pasal 70 dan Pasal 71 Undang-
berhubungan dengan akta notaris, karena Undang Nomor. 30 Tahun 2004 Tentang
yang mengetahui benar adalah notaris Jabatan Notaris dan Pasal 73 Undang-
sendiri. Terkait pelanggaran kode etik Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
sendiri dalam organisasi notaris dalam INI Jabatan Notaris, Pasal 13 ayat (1) dan ayat
ada pengurus dan dewan kehormatan, (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak
pengurus sendiri tidak ikut campur dalam Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
urusan pelanggaran kode etik. Kode Etik M.02.PR08.10 Tahun 2004 tentang Tata
sendiri yang terjadi dalam organisasi Cara Pengangkatan Anggota,
notaris antar sesama rekan biasanya akan Pemberhentian Anggota, Susunan
diselesaikan oleh Dewan Kehormatan, jadi Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara
memang bukan Pengwil tapi ada organisasi Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris
lain dan juga pelanggaran kode etik yang dan Bagian Ke III Nomor 1.2. Keputusan
terkait dengan pihak lain diluar INI akan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
menjadi rana dari MPD dan MPW, jadi Republik Indonesia Nomor: M.39-
MPD itu menangani perkara-perkara PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman
terkait kode etik dan pelanggaran tugas Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas
jabatan notaris”5 Notaris, Pasal 8 ayat 1, Pasal 9 sampai
Peraturan hukum Pasal 70 dan Pasal dengan Pasal 11.Pasal 14 sampai dengan
71 Undang-Undang Nomor. 30 Tahun Pasal 18 Peraturan Menteri Hukum dan
2004 Tentang Jabatan Notaris dan Pasal 73 Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007
Tentang Jabatan Notaris , Pasal 13 ayat (1) Tentang Pengambilan Minuta Akta dan
Pemanggilan Notaris, Pasal 4 Kode Etik
4
Ikatan Notaris Indonesia, yang ditetapkan
Wawancara dengan notaris Arif Endang
pada tanggal 28 Januari 2005) juga
Dwi Wahyuni S.H,. M.Kn pada tanggal 25
Oktober 2016
dianggap berlaku secara de jure (secara
5
Wawancara dengan notaris Aji Suryanana hukum).
J.J, S.H, M.KN selaku Ketua MPD pada tanggal Namun pada faktanya secara de facto,
25 Oktober 2016 yaitu di Kalimantan Timur Pasal 70 dan
74

Pasal 71 Undang-Undang Nomor. 30  Kurangnya kesepahaman mengenai


Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris dan tugas dari masing-masing Majelis
Pasal 73 Undang-Undang Nomor 2 Tahun Pengawas Notaris baik MPD ataupun
2014 Tentang Jabatan Notaris , Pasal 13 MPW dan instansi terkait.
ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri Menyangkut adanya laporan dari
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik masyarakat mengenai adanya dugaan
Indonesia Nomor M.02.PR08.10 Tahun pembuatan akta oleh Notaris yang
2004 tentang Tata Cara Pengangkatan merugikan masyarakat, maka MPD juga
Anggota, Pemberhentian Anggota, harus melakukan sidang dengan
Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata memanggil pelapor (masyarakat) dan
Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas terlapor (Notaris yang dilaporkan). Hal ini
Notaris dan Bagian Ke III Nomor 1.2. sesuai denganketentuan sebagaimana
Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi dimaksud dalam Pasal 70 huruf g UUJN
Manusia Republik Indonesia Nomor: yang menyatakan bahwa :
M.39-PW.07.10 Tahun 2004 tentang “Majelis Pengawas Daerah (MPD)
Pedoman Pelaksanaan Tugas Majelis berwenang menerima laporan dari
Pengawas Notaris, Pasal 8 ayat 1, Pasal 9 masyarakat mengenai adanya dugaan
sampai dengan Pasal 11, Pasal 14 sampai pelanggaran Kode Etik Notaris atau
dengan Pasal 18 Peraturan Menteri Hukum pelanggaran ketentuan dalam Undang-
dan Hak Asasi Manusia Republik Undang ini.”
Indonesia Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun Sehingga akan didapat keterangan
2007 Tentang Pengambilan Minuta Akta yang jelas mengenai permasalahan yang
dan Pemanggilan Notaris, Pasal 4 Kode terjadi yang pada akhirnya akan
Etik Ikatan Notaris Indonesia, yang menentukan keputusan sidang tersebut.
ditetapkan pada tanggal 28 Januari 2005 Mekanisme pelaporan dari masyarakat itu
tidak dapat dilaksanakan secara menyangkut pembuatan akta oleh Notaris
keseluruhan, karena: sebagaimana diatur dalam Pasal 21
 Keterbatasan dana yang diberikan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
pemerintah sering menjadi kendala Manusia RI Nomor M.02.PR.08.10 Tahun
dala bagi Majelis Pengawas dalam 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan
melakukan pengawasan dan tentunya Anggota, Pemberhentian Anggota,
hal ini membuat MPD, MPW dan Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata
MPP kesulitan dalam pengawasan. Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas
 Kesibukan masing-masing anggota Notaris yang menyatakan bahwa :
Majelis Pengawas Notaris Kalimantan 1) Laporan dapat diajukan oleh
Timur baik yang bekerja sebagai dosen, pihak yang merasa dirugikan.
maupun yang bekerja sebagai Notaris dan 2) Laporan harus disampaikan secara
yang bekerja sebagai Pegawai Negari Sipil tertulis dalam bahasa Indonesia
di masing-masing Instansi terkait. disertai bukti-bukti yang dapat
 Tidak terdapatnya sebuah kantor dipertanggungjawabkan.
sekretariat khusus untuk MPD, MPW 3) Laporan tentang adanya dugaan
karena sampai sekarang Kantor pelanggaran Kode Etik Notaris atau
Wilayah Kementerian Hukum dan pelanggaran pelaksanaan jabatan
HAM menjadi sekretariat bagi MPD Notaris disampaikan kepada majelis
dan MPW tentunya mengganggu peran pengawas daerah.
melaksanakan tugas pengawasan dalam 4) Laporan masyarakat selain
segi administratif pencatatan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat 3
dari masyarakat tentang Notaris yang disampaikan kepada Majelis
telah melanggar ketentuan Jabatan Pengawas Wilayah.
Notaris yang harus dilakukan oleh 5) Dalam hal laporan sebagaimana
Majelis Pengawas Notaris di dimaksud pada ayat 3 disampaikan
Kalimantan Timur. kepada Majelis Pengawas Wilayah,
maka Majelis Pengawas Wilayah
75

6) meneruskan kepada Majelis khususnya kepada Notaris yang tersangkut


Pengawas Daerah yang berwenang. perkara pidana berkaitan dengan akta-akta
7) Dalam hal laporan sebagaimana yang dibuatnya. Namun demikian secara
dimaksud pada. ayat 3 disampaikan umum banyak Notaris yang tersangkut
kepada Majelis Pengawas Pusat, maka masalah perlu adanya kajian lebih
Majelis Pengawas Pusat mendalam mengenai penyebabnya.
meneruskannya kepada Majelis Untuk itu perlu adanya pembenahan
Pengawas Daerah yang berwenang. yang dimulai dari dalam, yaitu lembaga
yang mengangkat dan organisasi Notaris
Ketentuan dalan Pasal 23 ayat 5 itu sendiri. Dalam hal ini peran organisasi
tersebut merupakan implemantasi dari diperlukan agar persoalan tidak berlarut-
ketentuan Pasal 71 huruf e Undang- larut karena akan merugikan Notaris itu
Undang No.30 tahun 2004 tenatang sendiri yang pada akhirnya juga akan
Jabatan Notaris yang menyatakan bahwa : merugikan masyarakat, sehingga
“Majelis Pengawas Daerah (MPD) untuk.menyelesaikan masalah ini perlu
berkewajiban memeriksa laporan dari adanya komitmen dari semua pihak yang
masyarakat terhadap Notrais dan berkompeten dalam hal ini.
menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut Menurut penulis, banyak kasus yang
kepada Majelis Pengawas Wilayah dalam menimpa Notaris harus dijadikan
jangka waktu 30 (tigapuluh) hari, dengan pembelajaran agar tetap menjaga etika
tembusan kepada pihak yang melaporkan, profesi dan menjalankan tugas sesuai
Notaris yang bersangkutan, Majelis dengan ketentuan yang berlaku. Selain itu,
Pengawas Pusat dan Organisasi Notaris.” mekanisme pengangkatan Notaris di
Menurut analisa penulis pada seluruh Indonesia harus transparan dan
prinsipnya Majelis Pengawas bukan konsisten dengan ketentuan yang ada.
merupakan superbody, namun sebagai Apabila terdapat penyimpangan harus
pembina, pengayomi dan pelindung serta diselesaikan secara hukum, salah satunya
berusaha mendampingi Notaris, termasuk adalah dengan melakukan pengawasan dan
adanya status Notaris yang dipanggil untuk memberikan perlindung hukum kepada
diperiksa sebagai saksi dan dalam kasus Notaris. Dengan demikian perlindungan
tersebut tentunya harus ada dasarnya untuk hukum yang diberikan oleh Majelis
menentukan Notaris yang bersangkutan Pengawas bukan kepada pribadi Notaris
sebagai saksi. Sebab Notaris yang tetapi kepada jabatan Notaris itu sendiri,
dipanggil bukan berarti atau belum tentu apabila masalah hukum atas Notaris yang
bersalah, akan tetapi bisa jadi ada faktor bersangkutan tidak berkaitan dengan
lain yang menyebabkan Notaris yang jabatannya maka bukan kewenangan dari
bersangkutan berstatus sebagai saksi yang Majelis Pengawas.
kemungkinan juga dapat sebagai
tersangka. Dengan dibentuknya Majelis PENUTUP
Pengawas (mulai dari tingkat daerah
sampai dengan pusat), diharapkan Notaris A. Kesimpulan
lebih profesional dalam menjalankan Berdasarkan uraian dan bahasan pada
tugasnya. Hal ini dikarenakan eksistensi bab-bab sebelumnya, maka dapatlah
Majelis Pengawas baik untuk tingkat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
daerah maupun tingkat pusat merupakan a. Peranan Majelis Pengawas Wilayah
pengawas sekaligus pelindung serta Notaris dalam Melakukan
mengayomi Notaris agar tetap pengawasan terhadap telaksanaan
menjalankan tugasnya sesuai dengan Jabatan Notaris belum efektif, karena
ketentuan hukum yang berlaku. Sehingga dalam hal pengawasan MPW tidak
dalam hal ini peranan Majelis Pengawas turun langsung karena sistem
Daerah yang penting adalah selain birokrasi yang mengatur MPD untuk
memberi pengawasan juga memberikan bersentuhan langsung dengan notaris
pembinaan dan perlindungan Notaris, dan masyarakat namun MPW
76

b. mengawasi kinerja dari MPD dalam tentang kenotariatan khususnya dalam


melakukan tugasnya, MPW dalam hal pembuatan akta otentik dan juga
ini harus selalu memperhatikan dan memiliki integritas moral yang tinggi.
melihat relevansi serta urgensi b. Dalam menghadapi hambatan
seorang Notaris dipanggil sebagai hendaknya dalam kesibukan masing-
saksi maupun sebagai tersangka masing, yaitu dengan menyediakan
dengan pengambilan minuta atau foto waktu kusus untuk melakukan tugas-
copynya maupun surat-surat yang tugas pengawasan, perlu adanya rapat
dilekatkan pada minuta tersebut untuk rutin setiap triwulan untuk membahas
proses peradilan, penyidikan atau kinerja masing-masing anggota
penuntut umum, agar dapat Majelis Pengawas Notaris Wilayah
mengambil keputusan yang tepat dan Daerah, membahas pelangaran-
tentang sanksi apa yang harus pelanggaran Notaris apabila ada
diberikan terhadap notaris laporan dari masyarakat, dan
bermasalah. membahas program kerja selama 1
c. Kendala Majelis Pengawas Wilayah (satu) tahun serta mengadakan
Notaris dalam melakukan pengawasan evaluasi setiap rapat. Dan dalam
terhadap Notaris yang melanggar kendala dana hendaknya ada inisiatif
Undang-Undang Nomor 2 Tahun dari MPW dan MPD dalam meminta
2014 Tentang Jabatan Notaris ialah kepada pemerintah dalam hal ini ialah
keterbatasan dana yang diberikan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi
pemerintah serta sistem birokrasi yang Manusia agar mengeluarkan Surat
membuat MPW tidak dapat turun Keputusan yang berkenaan tentang
langsung dan bersentuhan terhadap uang iuran yang telah ditentukan dari
pelapor, dan ketidaksepahaman setiap notaris untuk membantu dalam
tentang tugas dan tanggung jawab MPW dan MPD melakukan
sebagai Majelis Pengawas Notaris pengawasan.
Wilayah antar unsur serta kesibukan
setiap anggota baik pemerintahan,
notaris, dan akademisi yang dapat DAFTAR PUSTAKA
membuat hambatan saat melakukan
pemeriksaan dan pengawasan secara Buku Atau Literatur
teknis dan administratif yang kurang Adjie, Habib, 2011, Majelis Pengawas
baik dalam pencatatan laporan masuk Notaris Sebagai Pejabat Tata Usaha
dari masyarakat sering terjadi, Negara, Bandung, Refika Aditama.
sehingga data mengenai notaris yang
belum dan telah di proses dinyatakan __________, 2013, Cetakan, 3, Hukum
hilang oleh pejabat yang bekerja di Notaris Indonesia Tafsir Tematik
Kantor Kementerian Hukum dan Terhadap UU. 30 Tahun 2004
HAM yang juga salah satu anggota Tentang Jabatan Notaris, Bandung,
Majelis Pengawas Notaris, dan hanya Refika Aditama.
tersisa 1 data yang masih ada tentang
notaris yang telah di proses oleh __________, 2013, Sanksi Perdata dan
Majelis Pengawas Notaris. Administratif Terhadap Notaris
Sebagai Pejabat Publik, Bandung,
B. Saran Refika Aditama.
a. Dalam menjalani peran sebagai
Majelis Pengawas Wilayah Notaris, __________ , 2014, Cetakan. 4, Hukum
hendaknya Majelis Pengawas Notaris Indonesia Tafsir Tematik
Wilayah yang mengawasi Notaris Terhadap UU. 30 Tahun 2004
dalam menjalankan tugas dan Tentang Jabatan Notaris. Bandung,
jabatannya adalah pengawas yang Refika Aditama.
memiliki pengetahuan dan mengerti
77

Atmosudirjo, Prajudi, Cetakan. 3. 2012. Peraturan Perundang-undangan


Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Ghalia Indonesia. Indonesia Tahun 1945 Amandemen
IV
Fathana, Muclis dan Purwonto, Joko, 2012, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Notaris Bicara Soal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
Kewarganegaraan, Jakarta, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014
Watampore Press. Tentang Jabatan Notaris
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Hujubers, Theo, Cetakan. 3, 2010, Filsafat Manusia Republik Indonesia Nomor
Hukum Dalam Lintasan Sejarah. M.02.PR.08.10 Tahun 2004 Tentang
Yogyakarta, Andi. Pedoman Tugas Majelis Pengawas
Notaris
HR, Ridwan, Cetakan. 2, 2011, Hukum Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi
Administrasi Negara, Jakarta, Manusia Republik Indonesia
Rajawali Press. Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007
Tentang Pengambilan Minuta Akta
Koentjoro, Hakim Diana, 2014, Hukum dan Pemanggilan Notaris
Administrasi Negara, Bogor, Ghalia Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi
Indonesia. Manusia Nomor 7 Tahun 2016
Tentang Majelis Kehormatan
Makmur, 2011, Kebijakan Kelembagaan Notaris
Pengawasan, Bandung, Refika
Aditama. Tesis
Enggar Listantri. 2008, Pelaksanaan
Soekanto, Soerjono, 2009, Sosiologi Suatu Peran Majelis Pengawas Daerah
Pengantar, Jakarta, Raja Grafindo Dalam Rangka Upaya Pembinaan
Persada. Dan Pengawasan Terhadap
Notaris Di Kabupaten Bogor. Tesis
Sulihandari, Hartanti dan Rifiani, Nisya, Universitas Diponegoro Semarang.
2013, Prinsip-Prinsip Dasar Profesi
Notaris, Jakarta, Dunia Cerdas. Wawancara
Wawancara dengan bapak Amru Walid
Untung, Budi, Cetakan. 3, 2013, Hukum Batubara, S.H.,MH selaku Kepala
Koperasi Dan Peran Notaris Divisi HaM dan HAKI di Kantor
Indonesia, Yogyakarta, Andi. Wilayah Kementerian Hukum Dan
Utrecht, E. dan Saleh, Djinjing, Cetakan. 4, Hak Asasi Manusia pada tanggal 26
2010, Pengantar Hukum September 2016
Administrasi Negara Indonesia, Wawancara dengan notaris Arif Endang
Jakarta, Pustaka Sinar Harapan. Dwi Wahyuni S.H,. M.Kn pada
tanggal 25 Oktober 2016
Widiatmoko, 2011, Himpunan Peraturan Wawancara dengan notaris Aji Suryanana
Jabatan Notaris, Jakarta, Dunia J.J, S.H, M.KN selaku Ketua MPD
Cerdas. pada tanggal 25 Oktober 2016

Kamus Arsip
Alwi Hasan, dkk., 2007. Kamus Besar Arsip Laporan Majelis Pengawas Daerah
Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, yang diserahkan kepada Kantor
Jakarta, Balai Pustaka. Wilayah Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia tanggal 28
Oktober 2010.
78

Arsip Notula Rapat Majelis Pengawas


Daerah Notaris Kota Samarinda pada
tanggal 10 Juni 2014

Arsip Kutipan paparan dari MPPN Bapak


Winanto Wiryomartani,S.H.,M.H.
dalam Rapat Koordinasi MPD dan
MPW di Balikpapan tanggal 14 April
2016

Arsip laporan Rapat Koordinasi MPDN dan


MPWN se-Provinsi Kalimantan
Timur dan Kalimantan Utara di
Balikpapan tanggal 14 April 2016

Internet
http://www.landasanteori.com/2015/10/pen
gertian-peranan-definisi-
menurut.html diakses 25 Juli 2016,
Jam 10:59 PM.

Anda mungkin juga menyukai