Hukum
Hukum
ABSTRAK
Pengawasan yang dilakukan terhadap Notaris pada saat berlakunya Peraturan Jabatan
Notaris berada pada Hakim Pengawas yang ditunjuk oleh Pengadilan Negeri untuk
melakukan pengawasan terhadap segala perbuatan dan tingkah laku dari Notaris. Akan tetapi
untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari Notaris sebagai pejabat umum maka
dikeluarkanlah suatu peraturan baru yang berlaku bagi Notaris, yaitu Undang-undang Nomor
2 Tahun 2014. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan tugas pengawasan
terhadap Notaris oleh Majelis Pengawas Notaris dan Dewan Kehormatan serta peranan dan
fungsi Majelis Pengawas Wilayah terhadap pelaksanaan tugas jabatan Notaris. Metode yang
digunakan adalah menggunakan metode Normatif empiris, dengan spesifikasi penelitian
deskriptif analitis. Pengawasan yang dilakukan oleh Dewan Kehormatan adalah berkaitan
dengan pelanggaran Kode Etik Profesi Notaris; 2) Peranan dan fungsi Majelis Pengawas
Wilayah terhadap Pelaksanaan tugas Jabatan Notaris melakukan tugasnya selalu
memperhatikan dan melihat relevansi serta urgensi seorang Notaris dipanggil sebagai saksi
maupun sebagai tersangka dengan pengambilan minuta atau foto copynya maupun surat-surat
yang dilekatkan pada minuta tersebut untuk proses peradilan, penyidikan atau penuntut
umum. Dengan persetujuan tersebut mempunyai arti bahwa dengan tidak adanya persetujuan
maka hal tersebut tidak dapat dilakukan.
ABSTRACK
As a public official, in implementing his duties Notary also must be controlled that not
deviated from the regulation rules apply for him and also must be capable with responsibility
in provide ail authentically deed that applied to those community require it. The control that
was effected to the Notary while adopting a regulation to the Notary official set upon art
supervisor judge appointed by State Court perhaps in relating With controlling on all acts
and behave of Notary. In order to improve quality and quantity on notary as public official
however, it was issued a new regulation drat effective for all Notaries; namely the Acts No.2
of 2014. The research uses juridical normatif as the method, with the research specification
of descriptive analytical. The collected data are analyzed qualitatively upon the problem
describing with the deductive conclusion. While for supervision that done by honour council
related to code infringement etik notary public profession; 2) part and area supervisor
assembly function towards notary public function task execution does the task always pay
attention and see relevance with urgency a notary public is called as also as suspected with
taking minuta or photo copy also letters that pasted in minuta for judicature process,
investigation or publik prosecutor. in the affirmative has meaning that without sanctions
existence so the mentioned can not be done.
3
Habib Adjie, 2014, Hukum Notaris Indonesia
Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 3) Kitab Undang-Undang Hukum
2004 Tentang Jabatan Notaris, Cet. 4, Refika Pidana
Aditama, Bandung, hal, 46.
68
sesuai aturan hukum yang berlaku, yaitu pemberhentian dengan hormat dari jabatan
atas laporan Majelis Pemeriksa jika notaris hanya dapat dilakukan oleh Menteri
menemukan suatu tindak pidana dalam atas usulan dari MPP. Pada dasarnya
melakukan pemeriksaan terhadap notaris, pengangkatan dan pemberhentian notaris
maka majelis pengawas akan dari jabatannya sesuai dengan aturan
melaporkannya kepada pihak yang hukum bahwa yang mengangkat dan yang
berwenang. memberhentikannya harus instansi yang
Menurut Pasal 1 angka 24 Kitab sama, yaitu Menteri.
Undang Undang Hukum Acara Pidana Kita telah mengetahui bahwa MPW
(KUHAP) bahwa laporan adalah dan MPD terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu :
pemberitahuan yang disampaikan oleh (1). Notaris, (2) Pemerintah/Birokrat dari
seseorang karena hak atau kewajiban Departemen Hukum dan HAM setempat,
berdasarkan undang-undang kepada dan (3). Akademisi dari fakultas hukum.
pejabat berwenang tentang telah atau Bahwa dari ketiga unsur tersebut belum
sedang atau diduga akan terjadinya tentu mempunyai pemahaman yang sama,
peristiwa pidana. Berdasarkan isi Pasal yaitu mengenai apa saja batasan atau tolak
tersebut, bahwa syarat untuk menjadi ukur MPD dalam memeriksa Notaris untuk
pelapor, yaitu: melaksanakan ketentuan Pasal 66 UUJN.
1) Seorang ( satu orang / Bahwa batasan pemeriksaan tersebut harus
perseorangan); dan berdasarkan pada 3 (tiga) aspek akta, yaitu
2) Ada hak dan kewajiban (1). Lahiriah, (2). Formal dan (3). Materil.
berdasarkan undang-undang. Bahwa aspek lahiriah yang berarti
Majelis Pengawas merupakan suatu akta Notaris harus secara fisik harus dilihat
badan dengan parameter seperti ini apa adanya, dan aspek formal mengenai
dikaitkan dengan Pasal 1 angka 24 mekanisme/prosedur pembuatan akta
KUHAP, bahwa yang dapat menjadi berdasarkan UUJN, serta aspek materil
pelapor adalah subjek hukum berupa yang berarti tugas Notaris hanya
orang, bukan majelis atau badan. Berkaitan memformulasikan keinginan para pihak ke
pula dengan keputusan Menteri dalam bentuk akta Notaris selama
Kehakiman Nomor M.01.PW.07.03. Tahun sepanjang sesuai dengan aturan hukum
1982 tentang Pedoman Pelaksanaan yang berlaku, dan tidak dapat
KUHAP, dalam Pasal 5 ayat 1 huruf a diimplementasikanhya sebuah akta Notaris
angka 1 dan Pasal 7 ayat (1) disebutkan bukan kesalahan Notaris, selama sepanjang
bahwa, penyidik dan penyelidik tidak dapat diimplementasikannya akta
berkewajiban mempunyai wewenang Notaris bukan hasil konspirasi Notaris
menerima laporan atau pengaduan dari dengan para penghadap dengan maksud
seseorang tentang adanya tindak pidana. dan tujuan untuk merugikan para
Substansi Pasal ini menegaskan bahwa penghadap atau pihak lainnya.
penyelidik atau penyidik hanya menerima Batasan tersebut harus dijadikan tolak
pengaduan atau laporan dari orang. ukur oleh MPW dan MPD, kalau anggota
Dengan demikian tidak tepat Majelis MPW dan MPD yang berasal dari unsur
Pengawas bertindak sebagai pelapor tindak Notaris sudah pasti mengetahui dan
pidana, karena Majelis Pengawas bukan memahami ketiga aspek tersebut, tapi
subjek Hukum berupa orang. unsur anggota MPW dan MPD yang
Pengaturan sanksi yang terdapat dalam bukan dari Notaris belum tentu memahami
Pasal 85 UUJN , sanksi berupa teguran ketiga hal tersebut, oleh karena itu jika
lisan dan teguran tertulis hanya dapat tidak ada pemahaman yang sama mengenai
dijatuhkan oleh MPW. Sanksi berupa batasan pemeriksaan tersebut, maka para
pemberhentian sementara dari jabatan Notaris sangat rentan untuk selalu menuju
notaris hanya dapat dijatuhkan oleh MPP, jalan ke hotel prodeo, dan jika terjadi
dan sanksi berupa pemberhentian dengan permasalahan dianggap turut serta atau
tidak hormat dari jabatan notaris serta membantu melakukan suatu tindak pidana.
Agar ada pemahaman yang sama mengenai
70
batasan pemeriksaan tersebut di atas, maka dalam kualifikasi sebagai Badan atau
perlu diadakan Forum Majelis Pengawas Jabatan Tata Usaha Negara. Berdasarkan
Notaris Indonesia, dan inisiatif seperti ini Pasal 67 ayat (2) UUJN Menteri
harus dimulai dari Organisasi Jabatan mendelegasikan wewenang pengawasan
Notaris (seperti INI). Meskipun dalam hal tersebut kepada suatu badan dengan nama
ini MPD bukan kepanjangan tangan Majelis Pengawas. Majelis Pengawas
Organisasi Jabatan Notaris dan tidak menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri
bertujuan untuk melindungi Notaris, tapi Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
dalam hal ini sangat wajar jika para Indonesia Nomor M.02.PR.08.10 Tahun
Notaris sebagai anggota dari Organisasai 2004, adalah suatu badan yang mempunyai
Jabatan Notaris mendapat perlindungan kewenangan dan kewajiban untuk
yang memadai dari organisasinya. Dengan melaksanakan pengawasan dan pembinaan
cara memberikan pemahaman yang sama terhadap Notaris. Dengan demikian
mengenai batasan pemeriksaan Notaris Menteri selaku delegans dan Majelis
sebagaimana tersebut di atas. Pengawas selaku delegataris. Majelis
Pemeriksaan atau sidang yang Pengawas sebagai delegataris mempunyai
dilakukan oleh Majelis Pengawas, Notaris wewenang untuk mengawasi Notaris
sebagai terlapor (ataupun Notaris sebagai sepenuhnya, tanpa perlu untuk
pelapor yang melaporkan sesama Notaris) mengembalikan wewenangnya kepada
Majelis Pengawas diberi wewenang untuk delegans.
mendengarkan keterangan dan menerima Dalam melakukan pengawasan,
tanggapan serta menerima buktibukti dari pemeriksaan dan penjatuhan sanksi Majelis
Notaris sebagai terlapor (ataupun Notaris Pengawas harus berdasarkan kewenangan
sebagai pelapor yang melaporkan sesama yang telah ditentukan UUJN sebagai acuan
Notaris). untuk mengambil keputusan, hal ini perlu
Majelis Pengawas dalam menjalankan dipahami karena anggota Majelis
kewenangannya mengeluarkan putusan Pengawas tidak semua berasal dari Notaris,
yang ditujukan kepada Notaris, baik sehingga tindakan atau keputusan dari
putusan menjatuhkan sanksi administratif Majelis Pengawas harus mencerminkan
ataupun putusan mengusulkan untuk tindakan suatu Majelis Pengawas sebagai
memberikan sanksi-sanksi tetentu dari suatu badan, bukan tindakan anggota
MPW kepada MPP ataupun MPP kepada Majelis Pengawas yang dianggap sebagai
Menteri. tindakan Majelis Pengawas. Dengan
Kewenangan pengawasan dan demikian jika Menteri Hukum dan HAM
pemeriksaan terhadap Notaris adalah RI yang secara atribusi mempunyai
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia kewenangan Pengawasan yang kemudian
yang dalam pelaksanaannya Menteri didelegasikan kepada Majelis Pengawas,
membentuk Majelis Pengawas Notaris. maka Menteri telah memberikan
Menteri sebagai kepala Departemen kewenangan kepada Majelis Pengawas
Hukum dan Hak Asasi Manusia Notaris untuk melakukan suatu tindakan
mempunyai tugas membantu Presiden yang sesuai dengan wewenangnya,
dalam menyelenggarakan sebagian urusan termasuk mengeluarkan aturan-aturan yang
pemerintah di bidang hukum dan hak asasi penting agar Majelis Pengawas Notaris
manusia. bisa jalan, tapi dengan keluarnya Peraturan
Wewenang untuk melakukan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
pengawasan terhadap Notaris secara Republik Indonesia nomor :
atributif ada pada Menteri sendiri, yang M.03.HT.03.10. Tahun 2007 Tentang
dibuat, diciptakan dan diperintahkan dalam Pengambilan Minuta Akta dan
undang-undang sebagaimana tersebut Pemanggilan Notaris, Menteri masih
dalam Pasal 67 ayat (1) UUJN. Kedudukan mengintervensi dan ingin menarik kembali
Menteri sebagai eksekutif (pemerintah) delegasinya yang sudah diberikan kepada
yang menjalankan kekuasaan pemerintah Majelis Pengawas Notaris.
71
penafsiran dari pengertian suatu undang- kelompok profesi Notaris dari penilaian
undang. Untuk menjamin kepastian, yang umum. Selain hal tersebut menurut
ketertiban dan perlidungan hukum penulis peran utama yang dilakukan oleh
dibutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat Majelis Pengawas Wilayah, yaitu
otentik mengenai keadaan, peristiwa atau menyaring laporan yang masuk melalui
perbuatan hukum yang diselenggarakan MPD dan meneliti kembali masalah
melalui jabatan tertentu. Notaris tersebut agar nantinya tidak terjadi
merupakan jabatan tertentu yang kesalahan dalam pengambilan keputusan
menjalankan profesi dalam pelayanan karena yang dilindungi bukan hanya
hukum kepada masyarakat, perlu masyrakat yang merasa dirugikan namun
mendapatkan perlindungan dan jaminan seseorang yang juga mengemban jabatan
demi tercapainya kepastian hukum. notaris itu sendiri. Dengan adanya
Notaris sebagai pejabat umum yang peradilan yang dilakukan oleh MPW
diangkat oleh Menteri Hukum dan Hak tersebut, maka akan memberikan
Asasi Manusia, bertugas untuk melayani perlindungan hukum dan jaminan kepada
kepentingan masyarakat yang memberi Notaris dalam menjalankan jabatannya
kepercayaan kepada Notaris, untuk secara profesional.
membuat akta otentik mengenai perbuatan
hukum yang diinginkan oleh masyarakat. B. Kendala Majelis Pengawas
Adapun tujuan masyarakat mendatangi Wilayah Notaris Dalam Melakukan
seorang Notaris untuk membuat akta Pengawasan Terhadap Notaris
otentik adalah, karena akta otentik tersebut Yang Melanggar Undang-Undang
akan berlaku sebagai alat bukti yang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
sempurna baginya. Jabatan Notaris
Ketentuan Pasal 1868 KUH Perdata Arif Endang Dwi Wahyuni S.H,.
tersebut kemudian dijabarkan dalam M.Kn adalah salah satu notaris yang
Peraturan Jabatan Notaris (PJN) yang berkedudukan di Kota Samarinda serta
dimuat dalam Stbl. 1860.3, yang menjadi sekertaris Pengwil INI Samarinda,
selanjutnya Peraturan Jabatan Notaris terkait tentang tugas dari INI (Ikatan
(PJN) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku Notaris Indonesia) khususnya Pengurus
sejak diundangkannya Undang-Undang Wilayah dalam hal pengawasan terhadap
Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan notaris tidak berperan penting karena hal
Notaris. mengenai pengawasan menjadi tanggung
Dari rumusan diatas penulis jawab dari Majelis Pengawas Notaris.
menganalisa yang menjadi tujuan pokok Tugas dari INI hanya terkait organisasi
pengawasan adalah agar segala hak dan yang berhubungan dengan teknis
kewenangan maupun kewajiban yang pelaksanaan rapat pleno, pemilihan Ketua
diberikan kepada Notaris dalam dan semua hal yang berkaitan dengan
menjalankan tugasnya sebagaimana yang teknis, kemudian yang berkaitan dengan
digariskan dalam peraturan dasar yang jabatan notaris yang memantau ialah MPD
bersangkutan, senantiasa dilakukan di atas dan MPW tuturnya, dan dari sudut
jalur yang telah ditentukan, bukan saja pandang beliau sebagai notaris terkait
jalur hukum tetapi juga atas dasar moral pemeriksaan rutin yang dilakukan Majelis
dan etika profesi demi terjaminnya Pengawas Notaris dalam hal ini adalah
perlindungan hukum dan kepastian hukum MPD sebagai perpanjangan tangan MPW,
bagi masyarakat Pembentukan Majelis saat melakukan pemeriksaan terhadap
Pengawas yang dalam hal ini adalah MPW notaris seharusnya unsur akademisi yang
sebagai focus utama penulis, hadir untuk telah tercantum dalam undang-undang
menyelamatkan kepentingan masyarakat haruslah para dosen atau guru besar dalam
dari kerugian yang diakibatkan oleh bidang kenotariatan bukan hanya sekedar
Notaris yang tidak bertanggung jawab dan dosen dari fakultas hukum, menurutnya
menjaga citra dan kewibawaan lembaga yang sangat berperan penting dalam
Notariat serta melindungi nama baik pemeriksaan dan pengawasan adalah unsur
73
notaris sendiri, karena hanya notaris yang dan ayat (2) Peraturan Menteri Hukum dan
mengerti dalam benar tidaknya pembuatan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
akta, hal ini karena tidak semua unsur dari Nomor M.02.PR08.10 Tahun 2004 tentang
Majelis Pengawas Notaris memamahami Tata Cara Pengangkatan Anggota,
benar Undang-Undang Jabatan Notaris. 4 Pemberhentian Anggota, Susunan
Aji Suryana Jamaluddin Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara
Jadayat,SH,M.KN adalah salah satu notaris Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris
yang berkedudukan di Samarinda sekaligus dan Bagian Ke III Nomor 1.2. Keputusan
menjadi Ketua Majelis Pengawas Notaris Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Daerah, “mengenai kendala yang dihadapi Republik Indonesia Nomor: M.39-
dalam melakukan pengawasan terhadap PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman
jabatan notaris yang dilakukan oleh MPD Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas
hanya terkait pelaporan dari masyarakat Notaris, Pasal 8 ayat 1, Pasal 9 sampai
yang merasa dirugikan oleh notaris dengan Pasal 11, Pasal 14 sampai dengan
sehingga jangkauan pengawasan yang Pasal 18 Peraturan Menteri Hukum dan
dilakukan oleh MPD tidak terlalu luas, Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
terkait hadirnya unsur akademisi dalam Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007
keanggotaan yang merupakan amanat dari Tentang Pengambilan Minuta Akta dan
undang-undang dalam pembagian tugas Pemanggilan Notaris, Pasal 4 Kode Etik
dilapangan dalam tugas melakukan Ikatan Notaris Indonesia, yang ditetapkan
pemeriksaan kita memberikan porsi yang pada tanggal 28 Januari 2005) secara de
sama namun tentunya baik unsur facto (secara kenyataan di Kalimantan
pemerintah dan akademisi tidak melakukan Timur) ditaati, maka aturan hukum
pemeriksaan secara spesifik yang tersebut Pasal 70 dan Pasal 71 Undang-
berhubungan dengan akta notaris, karena Undang Nomor. 30 Tahun 2004 Tentang
yang mengetahui benar adalah notaris Jabatan Notaris dan Pasal 73 Undang-
sendiri. Terkait pelanggaran kode etik Undang Nomor 2 Tahun 2014 Tentang
sendiri dalam organisasi notaris dalam INI Jabatan Notaris, Pasal 13 ayat (1) dan ayat
ada pengurus dan dewan kehormatan, (2) Peraturan Menteri Hukum dan Hak
pengurus sendiri tidak ikut campur dalam Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
urusan pelanggaran kode etik. Kode Etik M.02.PR08.10 Tahun 2004 tentang Tata
sendiri yang terjadi dalam organisasi Cara Pengangkatan Anggota,
notaris antar sesama rekan biasanya akan Pemberhentian Anggota, Susunan
diselesaikan oleh Dewan Kehormatan, jadi Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara
memang bukan Pengwil tapi ada organisasi Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris
lain dan juga pelanggaran kode etik yang dan Bagian Ke III Nomor 1.2. Keputusan
terkait dengan pihak lain diluar INI akan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
menjadi rana dari MPD dan MPW, jadi Republik Indonesia Nomor: M.39-
MPD itu menangani perkara-perkara PW.07.10 Tahun 2004 tentang Pedoman
terkait kode etik dan pelanggaran tugas Pelaksanaan Tugas Majelis Pengawas
jabatan notaris”5 Notaris, Pasal 8 ayat 1, Pasal 9 sampai
Peraturan hukum Pasal 70 dan Pasal dengan Pasal 11.Pasal 14 sampai dengan
71 Undang-Undang Nomor. 30 Tahun Pasal 18 Peraturan Menteri Hukum dan
2004 Tentang Jabatan Notaris dan Pasal 73 Hak Asasi Manusia Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 Nomor: M.03.HT.03.10 Tahun 2007
Tentang Jabatan Notaris , Pasal 13 ayat (1) Tentang Pengambilan Minuta Akta dan
Pemanggilan Notaris, Pasal 4 Kode Etik
4
Ikatan Notaris Indonesia, yang ditetapkan
Wawancara dengan notaris Arif Endang
pada tanggal 28 Januari 2005) juga
Dwi Wahyuni S.H,. M.Kn pada tanggal 25
Oktober 2016
dianggap berlaku secara de jure (secara
5
Wawancara dengan notaris Aji Suryanana hukum).
J.J, S.H, M.KN selaku Ketua MPD pada tanggal Namun pada faktanya secara de facto,
25 Oktober 2016 yaitu di Kalimantan Timur Pasal 70 dan
74
Kamus Arsip
Alwi Hasan, dkk., 2007. Kamus Besar Arsip Laporan Majelis Pengawas Daerah
Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, yang diserahkan kepada Kantor
Jakarta, Balai Pustaka. Wilayah Kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia tanggal 28
Oktober 2010.
78
Internet
http://www.landasanteori.com/2015/10/pen
gertian-peranan-definisi-
menurut.html diakses 25 Juli 2016,
Jam 10:59 PM.