Jurnal I PDF
Jurnal I PDF
Jurnalis J. Hius ST., MBA.1 Jummaidi Saputra SH., MH 2 Anhar Nasution SH., MH 3
1
Program Studi Sistem Informasi Fakultas Ilmu Komputer Universitas Ubudiyah Indonesia
2
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Ubudiyah Indonesia
3
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Ubudiyah Indonesia
Abstrak
Saat ini perkembangan teknologi dan informasi di Indonesia sangat pesat. Teknologi Informasi dan
Komunikasi, TIK (bahasa Inggris: Information and Communication Technologies; ICT) adalah
payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan
menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi
komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses. Pemanfaatan
dalam bidang teknologi Informasi, media, dan komunikasi telah membuat perilaku seseorang menjadi
lebih baik dalam berperilaku dalam sebuah masyarakat. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi telah pula menyebabkan hubungan dunia menjadi tidak terhalang dengan batas dan
norma yang ada sehingga dapat menimbulkan suatu perubahan dalam seluruh bidang missal bidang
sosial, ekonomi, dan budaya secara cepat dan luas. Teknologi informasi saat ini menjadi pedang
bermata dua karena selain memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan
peradaban manusia, sekaligus menjadi faktor penting dalam perbuatan melawan hukum. Perubahan
ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di
masyarakat. Dampak yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi bukan hanya dampak positif
namun ada dampak negatif, perkembangan teknologi yang dimanfaatkan untuk tindak kejahatan yang
biasa dikenal dengan cybercrime. Salah satu tindak kejahatan yang memanfaatkan adanya
perkembangan teknologi yaitu pembobolan mesin ATM . Beberapa contoh dari cybercrime yang lain
adalah adalah hacking, cracking, defasing, dll.
dengan konvensi internasional yang terkait hukum dalam KUHP yang digunakan oleh
dengan kejahatan tersebut. aparat penegak hukum antara lain:
2. Peningkatan standar pengamanan sistem 1. Pasal 167 KUHP
jaringan komputer nasional sesuai dengan 2. Pasal 406 ayat (1) KUHP
standar internasional. 3. Pasal 282 KUHP
3. Meningkatkan pemahaman serta keahlian 4. Pasal 378 KUHP
aparat hukum mengenai upaya pencegahan, 5. Pasal 112 KUHP
inventigasi, dan penuntutan perkara-perkara 6. Pasal 362 KUHP
yang berhubungan dengan cybercrime. 7. Pasal 372 KUHP
4. Meningkatkan kesadaran warga Negara
mengenai bahaya cybercrime dan Selain KUHP adapula UU yang
pentingnya pencegahan kejahatan tersebut. berkaitan dengan hal ini, yaitu UU No 11
5. Meningkatkan kerja sama antar Negara tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
dibidang teknologi mengenai hukum Elektronik (UU ITE), dimana aturan tindak
pelanggaran cybercrime. pidana yang terjadi didalamnya terbukti
a. Jadi Secara garis besar untuk mengancam para pengguna internet. Sejak
penanggulangan secara global diperlukan ditetapkannya UU No 11 Tahun 2008 tentang
kerja sama antara negara dan penerapan Informasi dan Transaksi Elektronik pada 21
standarisasi undang-undang Internasional April 2008, telah menimbulkan banyak
untuk penanggulangan Cybercrime. korban. Berdasarkan pemantauan yang telah
penulis lakukan paling tidak telah ada 4 orang
B. Penegakan Hukum yang dipanggil polisi dan menjadi tersangka
Penegakan hukum tentang cybercrime karena diduga melakukan tindak pidana yang
terutama di Indonesia sangatlah dipengaruhi diatur dalam UU ITE. Para tersangka atau
oleh lima faktor yaitu Undang-Undang, korban UU ITE tersebut merupakan pengguna
mentalitas aparat penegak hukum, perilaku internet aktif yang dituduh telah melakukan
masyarakat, sarana dan kultur. Hukum tidak penghinaan atau terkait dengan muatan
bisa tegak dengan sendirinya selalu melibatkan penghinaan di internet. (data terlampir)
manusia di dalamnya dan juga melibatkan Orang-orang yang dituduh berdasarkan
tingkah laku manusia didalamnya. Hukum UU ITE tersebut kemungkinan seluruhnya
juga tidak bisa tegak dengan sendirinya tanpa akan terkena pasal 27 ayat (3) jo Pasal 45 ayat
adanya penegak hukum. Penegak hukum tidak (1) UU ITE yakni dengan ancaman 6 tahun
hanya dituntut untuk professional dan pintar penjara dan denda 1 miliar rupiah. UU ITE
dalam menerapkan norma hukum tapi juga dapat digunakan untuk menghajar seluruh
berhadapan dengan seseorang bahkan aktivitas di internet tanpa terkecuali jurnalis
kelompok masyarakat yang diduga melakukan atau bukan. Karena rumusannya yang sangat
kejahatan. lentur. (lihat tabel lampiran).
Dengan seiringnya perkembangan
jaman dan perkembangan dunia kejahatan, 5. KESIMPULAN
khususnya perkembangan cybercrime yang Berdasarkan data yang telah dibahas
semakin mengkhawatirkan, penegak hukum dalam makalah ini, maka dapat kami
dituntut untuk bekerja keras karena penegak simpulkan, Cybercrime merupakan kejahatan
hukum menjadi subjek utama yang berperang yang timbul dari dampak negative
melawan cybercrime. Misalnya Resolusi PBB perkembangan aplikasi internet. Sarana yang
No.5 tahun 1963 tentang upaya untuk dipakai tidak hanya komputer melainkan juga
memerangi kejahatan penyalahgunaan teknologi, sehingga yang melakukan kejahatan
Teknologi Informasi pada tanggal 4 Desember ini perlu proses belajar, motif melakukan
2001, memberikan indikasi bahwasanya ada kejahatan ini disamping karena uang juga
masalah internasional yang sangat serius, iseng. Kejahatan ini juga bisa timbul
gawat dan harus segera ditangani. dikarenakan ketidakmampuan hukum
Kitab Undang-undang Hukum Pidana termasuk aparat dalam menjangkaunya.
(KUHP) masih dijadikan sebagai dasar hukum Kejahatan ini bersifat maya dimana si pelaku
untuk menjaring cybercrime, khususnya jenis tidak tampak secara fisik.
cybercrime yang memenuhi unsur-unsur
dalam pasal-pasal KUHP. Beberapa dasar
Prosiding SNIKOM 2014. Banda Aceh, 24 Mei 2014 ISBN: 978-602-70467-0-2
LAMPIRAN A
Rumusan Tindak pidana yang harus menjadi perhatian serius dalam UU ITE
Pasal 27 (1)
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan yang melanggar kesusilaan.
Pasal 27 (3)
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau
membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki
muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
Pasal 28 (2)
Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk
menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu
berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Prosiding SNIKOM 2014. Banda Aceh, 24 Mei 2014 ISBN: 978-602-70467-0-2
LAMPIRAN B
Contoh Kasus Cybercrime yang telah masuk dalam Persidangan