Anda di halaman 1dari 13

PENERAPAN HUKUM PIDANA DALAM PERKARA

PENCEMARAN NAMA BAIK*

Supriyadi**

Abstract Abstrak

Libel is criminalised under Article 310 Penal Pencemaran nama baik diatur dalam Pasal
Code and Art. 27(3) and 45(1) Act 11/2008. 310 KUHP serta Pasal 27(3) dan 45(1) UU
Supreme Court commonly hands suspended 11/2008. Mahkamah Agung biasanya men-
sentence for offenders found guilty of libel. jatuhkan pidana bersyarat bagi terdakwa
Judges should consider freedom of speech pencemaran nama baik. Hakim harus mem-
and journalism, consumer and patient rights, pertimbangkan kemerdekaan pers dan ber-
and rights to gain information before render- pendapat, hak konsumen dan pasien, serta
ing guilty verdicts. hak untuk mendapatkan informasi sebelum
menjatuhkan putusan pemidanaan.

Kata kunci : pencemaran nama baik, hak asasi manusia, putusan hakim

A. Latar Belakang Masalah Prita Mulyasari sebelumnya juga digugat


Kasus pencemaran nama baik kembali secara perdata dan dihukum membayar ganti
menyita perhatian publik. Hal tersebut kerugian materiil sebesar Rp161 juta dan
menyusul diadilinya Prita Mulyasari karena ganti kerugian immateriil sebanyak Rp100
menyampaikan keluhan melalui surat juta.1
elektronik (e-mail) atas buruknya pelayanan Dalam kasus tersebut Kejaksaan Negeri
Rumah Sakit (RS) Omni Internasional Tangerang menjerat Prita Mulyasari dengan
Tangerang. Ibu dua anak tersebut sempat Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
menghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Wanita Tangerang sebagai tahanan selama (UU ITE). Ada dua pasal yang digunakan
3 (tiga) minggu akibat keluhannya yang untuk mendakwa Prita Mulyasari. Pertama,
dianggap mencemarkan nama baik RS Omni Pasal 27 ayat (3) UU ITE yang intinya
Internasional, meskipun akhirnya diubah melarang setiap orang yang dengan sengaja
status penahanannya menjadi tahanan kota. dan tanpa hak melakukan pencemaran nama

*
Laporan Penelitian Bulan Desember Tahun 2009.
*
Dosen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
1
“Kasus Prita, Melanggar HAM”, Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 4 Juni 2009, hlm. 1 dan 27.
158 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 - 200

baik di dunia maya. Kedua, Pasal 45 ayat Tangerang dan memerintahkan Pengadilan
(1) UU ITE yang mengancam pencemaran Negeri Tangerang agar menyidangkan
nama baik tersebut dengan pidana penjara kembali kasus Prita Mulyasari, meskipun
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau pidana akhirnya Prita Mulyasari diputus bebas oleh
denda paling banyak Rp1 miliar. Kedua pasal Pengadilan Negeri Tangerang.
itulah yang kemudian digunakan sebagai Kasus Prita Mulyasari ternyata telah
dasar bagi Kejaksaan untuk melakukan menimbulkan polemik dan kontroversi di
penahanan terhadap Prita Mulyasari. Selain tengah masyarakat. Bahkan tiga pasang
itu, Kejaksaan juga mengenakan Prita calon presiden yang berkompetisi dalam
Mulyasari dengan Pasal 310 KUHP dan Pemilihan Presiden 8 Juli 2009 yang lalu
Pasal 311 KUHP.2 juga memberikan perhatian serius kepada
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Prita Mulyasari. Sedangkan Komisi Nasional
Tangerang dalam putusan selanya menilai Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menilai
kasus pencemaran nama baik RS Omni bahwa dalam proses hukum Prita Mulyasari
Tangerang dengan terdakwa Prita Mulyasari terdapat adanya indikasi pelanggaran
tak bisa dilanjutkan, sehingga secara hukum HAM, yaitu hak kebebasan menyampaikan
Prita Mulyasari bebas. Dalam putusan pendapat yang diadili oleh pengadilan.4
selanya, majelis hakim menyebutkan bahwa Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
penggunaan Pasal 27 ayat (3) UU ITE adalah juga memberikan reaksi terhadap kasus
tidak tepat. Majelis hakim juga menilai ini. Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil
bahwa Prita Mulyasari tidak memiliki Ketua Komisi III DPR, Aziz Syamsuddin,
maksud dengan sengaja untuk menyebarkan yang mengkritik tindakan berlebihan RS
surat elektronik kepada khalayak luas. Omni Internasional dan mempertanyakan
Dengan demikian, tidak ada perbuatan  Kejaksaan yang memasukkan UU ITE.
melawan hukum yang dilakukan oleh Prita Aparat penegak hukum hendaknya melihat
Mulyasari.3 persamaan hukum dan mengedepankan
Dalam perkembangan berikutnya, keadilan masyarakat. Oleh karena itu,
Kejaksaan Negeri Tangerang mengajukan kejaksaan bisa mengajukan tuntutan bebas
permohonan perlawanan (verzet) terhadap kepada Prita Mulyasari.5
putusan sela Pengadilan Negeri Tangerang dan Hal senada dikemukakan Gatot S
dikabulkan oleh Pengadilan Tinggi Banten. Dewo Broto, Kepala Pusat Informasi
Dalam putusannya yang dikeluarkan tanggal dan Hubungan Masyarakat Departemen
27 Juli 2009 itu, Pengadilan Tinggi Banten Komunikasi dan Informasi (Depkominfo)
membatalkan putusan sela Pengadilan Negeri bahwa Prita Mulyasari yang mengungkapkan

2
ibid.
3
”Prita Mulyasari Bebas”, dalam www.liputan6.com, diakses tanggal 27 Juni 2009.
4
”Kasus Prita, Melanggar HAM”, loc.cit.
5
“Jaksa Bisa Tuntut Bebas Prita”, Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 5 Juni 2009, hlm. 28.
Supriyadi, Penerapan Hukum Pidana dalam Perkara Pencemaran Nama Baik 159

keluhan terhadap layanan publik melalui yang ditujukan kepada seluruh Ketua
e-mail merupakan hak dari konsumen Pengadilan Tinggi dan Ketua Pengadilan
yang termuat dalam Undang-Undang Negeri di Indonesia ini menginstruksikan
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan agar para hakim dalam menangani perkara
Konsumen, khususnya Pasal 4 huruf d. Pasal yang berhubungan dengan pers meminta
tersebut berbunyi bahwa “hak konsumen keterangan saksi ahli dari Dewan Pers. Hal
adalah hak untuk didengar pendapat dan tersebut disebabkan karena mereka yang
keluhannya atas barang dan/atau jasa yang paling mengetahui seluk beluk pers secara
digunakan. Oleh karena itu, unsur tanpa teori maupun praktik.
hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 Berdasarkan uraian di atas dapat
ayat (3) UU ITE menjadi tidak terpenuhi, dikemukakan bahwa kasus Prita Mulyasari
sehingga pasal tersebut tidak bisa diterapkan dan kasus sejenis lainnya yang terkait
untuk kasus Prita Mulyasari.6 dengan kebebasan menyatakan pendapat
Mahkamah Agung (MA) tampaknya harus disikapi secara hati-hati, karena ada
juga responsif terhadap kasus Prita perbenturan kepentingan yang tidak bisa
Mulyasari. Dalam kasus ini, Wakil Ketua diselesaikan melalui pendekatan hukum an
MA Bidang Yudisial, Abdul Kadir Mappong sich. Undang-Undang Dasar 1945 bahkan
mengeluarkan pernyataan yang sifatnya secara tegas juga menjamin kebebasan setiap
imbauan kepada para hakim agar berhati- orang untuk mengeluarkan pendapat maupun
hati dalam menerapkan pasal pencemaran kritikan. Seseorang yang menyampaikan
nama baik, di antaranya Pasal 310 KUHP, pendapat atau kritikan melalui surat
Pasal 311 KUHP dan Pasal 27 UU ITE. pembaca tidak dapat serta merta diajukan
Hal tersebut disebabkan karena pasal ke pengadilan atas tuduhan pencemaran
tersebut merupakan “pasal karet” yang nama baik, karena hal tersebut berkaitan
dapat ditafsirkan secara sempit maupun luas dengan pers. Oleh karena itu, para hakim
dan tergantung kepentingan. Oleh karena yang menangani kasus pencemaran nama
itu, pasal tersebut tidak boleh diterapkan baik perlu memperhatikan semua peraturan
secara gegabah, termasuk dalam kasus Prita perundang-undangan yang berkaitan dengan
Mulyasari.7 HAM, seperti hak kebebasan menyatakan
Dalam kaitannya dengan kasus pence­ pendapat, hak konsumen dan hak atas
maran nama baik, Mahkamah Agung telah informasi.
mengeluarkan Surat Edaran Mahkamah
Agung (SEMA) Nomor 13 Tahun 2008 B. Rumusan Permasalahan
tertanggal 30 Desember 2008 tentang Bertolak dari latar belakang pemikiran
Meminta Keterangan Saksi Ahli. SEMA di atas, maka terdapat dua permasalahan yang

6
“Depkominfo : Prita Tidak Menghina”, Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 8 Juni 2009, hlm. 1 dan 28.
7
”Pasal Karet Pencemaran Nama Baik”, Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 9 Juni 2009, hlm. 12.
160 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 - 200

perlu mendapatkan kajian dan penelitian ini terdiri dari bahan hukum primer dan
berkaitan dengan penerapan hukum pidana bahan hukum sekunder.10
dalam perkara pencemaran nama baik. Bahan hukum primer sebagai bahan
Kedua permasalahan tersebut dirumuskan hukum yang memiliki kekuatan mengikat
sebagai berikut : dalam penelitian ini, meliputi :
1. Bagaimanakah kecenderungan putusan 1. Undang-Undang Dasar Negara Repu­
yang dijatuhkan oleh hakim dalam blik Indonesia Tahun 1945.
perkara pencemaran nama baik? 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
2. Bagaimanakah keterkaitan Hak Asasi tentang Peraturan Hukum Pidana atau
Manusia pelaku dengan perkara dikenal dengan Kitab Undang-Undang
pencemaran nama baik? Hukum Pidana (KUHP).
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
C. Metode Penelitian tentang Hukum Acara Pidana atau
Jenis penelitian hukum dapat dilihat disebut dengan Kitab Undang-Undang
dari sumber data maupun tujuannya. Hukum Acara Pidana (KUHAP).
Dilihat dari sumber datanya, penelitian ini 4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
dikategorikan sebagai penelitian hukum tentang Perlindungan Konsumen.
normatif karena hanya menggunakan data 5. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
sekunder.8 Dilihat dari tujuannya, penelitian tentang Hak Asasi Manusia
hukum ini merupakan penelitian hukum 6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999
deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan tentang Pers.
untuk menggambarkan keberadaan suatu 7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
kebenaran hukum yang sebenarnya, khu­ tentang Praktik Kedokteran.
susnya menyangkut penerapan hukum 8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun
pidana dalam perkara pencemaran nama 2008 tentang Informasi dan Transaksi
baik.9 Elektronik.
Mengingat penelitian ini merupakan 9. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor
penelitian hukum normatif, maka data 13 Tahun 2008 tentang Meminta
yang digunakan dalam penelitian ini hanya Keterangan Saksi Ahli.
meliputi data sekunder. Data sekunder 10. Putusan Mahkamah Agung (MA) dalam
adalah data yang diperoleh dari bahan-bahan perkara pencemaran nama baik.
kepustakaan. Data sekunder dalam penelitian

8
Lihat Ronny Hanitijo Soemitro, 1994, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta,
hlm. 52.
9
Lihat F. Sugeng Istanto, 2007, Penelitian Hukum, CV. Ganda, Yogyakarta, hlm. 48. Bandingkan pula dengan
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, hlm. 9-10.
10
Lihat Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, hlm.13.
Supriyadi, Penerapan Hukum Pidana dalam Perkara Pencemaran Nama Baik 161

Bahan hukum sekunder sebagai ba­ D. Hasil Penelitian dan Pembahasan


han-bahan yang erat hubungannya dengan 1. Kecenderungan Putusan Hakim
bahan hukum primer dan dapat membantu Da­­lam Perkara Pencemaran Nama
memahami bahan hukum primer, terdiri Baik
dari berbagai macam literatur mengenai Salah satu perbuatan pidana yang
hukum pidana dan pencemaran nama baik sering mengundang perdebatan di tengah
serta hasil penelitian serta kegiatan ilmiah masyarakat adalah pencemaran nama baik.
maupun pendapat para ahli hukum pidana Dalam peraturan perundang-undangan di
yang berkaitan dengan permasalahan Indonesia, pencemaran nama baik diatur
penelitian. dan dirumuskan dalam Pasal 310 KUHP.
Cara pengumpulan data dilakukan yang terdiri dari 3 (tiga) ayat.11 Dalam ayat
melalui penelitian kepustakaan (library re- (1) dinyatakan bahwa barangsiapa sengaja
search) maupun penelitian lapangan (field menyerang kehormatan atau nama baik
research). Namun demikian, penelitian ke- seseorang, dengan menuduh sesuatu hal, yang
pustakaan dan penelitian lapangan di sini maksudnya terang supaya hal itu diketahui
dimaksudkan untuk mendapatkan data se­ umum, diancam karena pencemaran, dengan
kunder, mengingat penelitian ini merupakan pidana penjara paling lama sembilan bulan
penelitian hukum normatif. Alat pengumpu- atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.
lan data dalam penelitian ini menggunakan Selanjutnya ayat (2) menyatakan
studi dokumen atau studi pustaka. Studi do- bahwa apabila perbuatan tersebut dilaku-
kumen atau studi pustaka digunakan dalam kan dengan tulisan atau gambaran yang di-
penelitian kepustakaan untuk mendapatkan siarkan, dipertunjukan atau ditempelkan di
data sekunder. muka umum, maka yang bersalah, karena
Data yang diperoleh dalam penelitian pencemaran tertulis, diancam pidana pen-
ini dianalisis dengan menggunakan metode jara paling lama satu tahun empat bulan
kualitatif. Analisis kualitatif ini dilakukan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.
dengan memperhatikan fakta yang ada di Sebaliknya, ayat (3) menegaskan bahwa ti-
lapangan berupa putusan MA menyang- dak merupakan pencemaran atau pencemar­
kut perkara pencemaran nama baik dan an tertulis, jika perbuatan terang dilakukan
digabungkan dengan data sekunder yang demi kepentingan umum atau karena terpak-
diperoleh dari bahan kepustakaan. Hasil sa untuk bela diri.
analisis tersebut kemudian dipaparkan se- Apabila yang melakukan kejahatan
cara deskriptif sehingga diperoleh uraian pencemaran atau pencemaran tertulis,
hasil penelitian yang bersifat deskriptif- dalam hal dibolehkan untuk membuktikan
kualitatif. kebenaran apa yang dituduhkan, tetapi tidak

11
Moeljatno, 2007, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 114.
162 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 - 200

membuktikannya dan tuduhan tersebut Pencemaran nama baik (menista)


dilakukan bertentangan dengan apa yang sebenarnya merupakan bagian dari bentuk
diketahuinya, maka pelakunya diancam penghinaan yang diatur dalam Bab XVI
karena melakukan fitnah, dengan pidana KUHP. Pengertian “penghinaan” dapat
penjara paling lama empat tahun (Pasal 311 ditelusuri dari kata “menghina” yang
KUHP).12 berarti “menyerang kehormatan dan nama
Berdasarkan rumusan pasal di atas baik seseorang”. Korban penghinaan
dapat dikemukakan bahwa pencemaran tersebut biasanya merasa malu, sedangkan
nama baik bisa dituntut dengan Pasal 310 kehormatan di sini hanya menyangkut
ayat (1) KUHP, apabila perbuatan tersebut nama baik dan bukan kehormatan dalam
harus dilakukan dengan cara sedemikian pengertian seksualitas. Perbuatan yang
rupa, sehingga dalam perbuatannya terselip menyinggung ranah seksualitas termasuk
tuduhan, seolah-olah orang yang dicemarkan kejahatan kesusilaan dalam Pasal 281-303
(dihina) itu telah melakukan perbuatan KUHP. Penghinaan dalam KUHP terdiri
tertentu, dengan maksud agar tuduhan dari pencemaran atau pencemaran tertulis
itu tersiar (diketahui oleh orang banyak). (Pasal 310), fitnah (Pasal 311), penghinaan
Perbuatan yang dituduhkan itu tidak ringan (Pasal 315), mengadu dengan cara
perlu perbuatan yang menyangkut tindak memfitnah (Pasal 317) dan tuduhan dengan
pidana (menipu, menggelapkan, berzina cara memfitnah (Pasal 318).14
dan sebagainya), melainkan cukup dengan Pengaturan pencemaran nama baik
perbuatan biasa seperti melacur di rumah dapat ditemukan pula dalam Pasal 27 ayat
pelacuran. Meskipun perbuatan melacur (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tidak merupakan tindak pidana, tetapi cukup tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
memalukan pada orang yang bersangkutan (UU ITE). Ketentuan pasal tersebut
apabila hal tersebut diumumkan. Tuduhan itu melarang setiap orang dengan sengaja
harus dilakukan dengan lisan, karena apabila dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau
dilakukan dengan tulisan atau gambar, maka mentransmisikan dan/atau membuat dapat
perbuatan tersebut digolongkan pencemaran diaksesnya informasi elektronik dan/atau
tertulis dan dikenakan Pasal 310 ayat (2) dokumen elektronik yang memiliki muatan
KUHP.13 Kejahatan pencemaran nama baik penghinaan dan/atau pencemaran nama baik.
ini juga tidak perlu dilakukan di muka Selanjutnya dalam Pasal 45 ayat (1) UU ITE
umum, cukup apabila dapat dibuktikan mengancam setiap orang yang memenuhi
bahwa terdakwa mempunyai maksud untuk unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal
menyiarkan tuduhan tersebut. 27 ayat (3) UU ITE dengan pidana penjara

12
ibid.
13
R. Sugandhi, 1980, KUHP dan Penjelasannya, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya, hlm. 331.
14
R. Soesilo, 1993, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) serta Komentar-komentarnya Lengkap Pa-
sal Demi Pasal, Politeia, Bogor, hlm. 225.
Supriyadi, Penerapan Hukum Pidana dalam Perkara Pencemaran Nama Baik 163

paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda 103 KUHP yang intinya menyatakan bahwa
paling banyak Rp1 miliar. ketentuan-ketentuan dalam Bab I-VIII Buku
Dalam UU ITE dijelaskan bahwa yang I KUHP berlaku bagi perbuatan pidana yang
dimaksud informasi elektronik adalah satu diatur dalam peraturan perundang-undangan
atau sekumpulan data elektronik, termasuk pidana di luar KUHP, kecuali ditentukan
tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara, lain dalam peraturan perundang-undangan
gambar, peta, rancangan, foto, electronic pidana yang bersangkutan.16
data interchange (EDI), surat elektronik Untuk mengetahui kecenderungan
(electronic mail), telegram, teleks, telecopy putusan yang dijatuhkan oleh hakim dalam
atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode perkara pencemaran nama baik dapat
akses, simbol atau perforasi yang telah diolah ditelusuri melalui putusan pengadilan. Dalam
yang memiliki arti atau dapat dipahami oleh perkara pidana pada umumnya dan perkara
orang yang mampu memahaminya. pencemaran nama baik pada khususnya
Sedangkan dokumen elektronik me­ kecenderungan putusan pengadilan dapat
rupakan setiap informasi elektronik yang berbentuk putusan bebas (vrijspraak),
dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima putusan lepas dari segala tuntutan hukum
atau disimpan dalam bentuk analog, digital, (onslag van recht vervolging) dan putusan
elektromagnetik, optikal atau sejenisnya, pemidanaan.17
yang dapat dilihat, ditampilkan dan/atau Putusan bebas dijatuhkan oleh hakim
didengar melalui komputer atau sistem apabila dari hasil pemeriksaan di sidang pe­
elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada ngadilan, kesalahan terdakwa atas perbuatan
tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto yang didakwakan kepadanya tidak terbukti
atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, kode secara sah dan meyakinkan. Sedangkan pu-
akses, simbol atau perforasi yang memiliki tusan lepas dari segala tuntutan hukum di-
makna atau arti atau dapat dipahami oleh jatuhkan apabila pengadilan berpendapat
orang yang mampu memahaminya.15 bahwa perbuatan yang didakwakan kepada
Namun demikian, UU ITE tidak men­ terdakwa terbukti, tetapi perbuatan itu tidak
jelaskan lebih lanjut mengenai pengertian merupakan suatu tindak pidana. Selanjutnya
pencemaran nama baik. Oleh karena itu, putusan pemidanaan dijatuhkan apabila ha-
pengertian pencemaran nama baik mengacu kim berpendapat bahwa terdakwa bersalah
kepada pengertian pencemaran nama baik melakukan tindak pidana yang didakwakan
sebagaimana diatur dan dirumuskan dalam kepadanya.18
Pasal 310 KUHP dan Pasal 311 KUHP. Hal Salah satu putusan pengadilan yang
ini sesuai dengan konsekuensi rumusan Pasal dapat digunakan untuk mengetahui kecen­

15
Pasal 1 Angka 1 dan 4 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008.
16
Moeljatno, op.cit., hlm. 40.
17
M. Yahya Harahap, 2000, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP : Pemeriksaan Sidang Penga-
dilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 326-333.
18
Lihat Pasal 191 dan Pasal 193 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).
164 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 - 200

derungan putusan yang dijatuhkan oleh persyaratan bahwa dalam tenggang waktu
hakim dalam perkara pencemaran nama baik tertentu (disebut masa percobaan) tidak
adalah putusan kasasi Mahkamah Agung boleh melakukan perbuatan pidana lagi.
(MA). Dalam penelitian ini dipaparkan 3 Lamanya masa percobaan tersebut adalah
(tiga) putusan kasasi yang dijatuhkan oleh paling lama tiga tahun untuk kejahatan dan
MA menyangkut perkara pencemaran nama pelanggaran tertentu serta paling lama dua
baik. Ketiga putusan tersebut meliputi tahun untuk pelanggaran lainnya.
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1436 K/
Pid/2005, Putusan Mahkamah Agung Nomor 2. Keterkaitan Hak Asasi Manusia
1413 K/Pid/2006 dan Putusan Mahkamah Pelaku dengan Pencemaran Nama
Agung Nomor 2584 K/Pid/2007. Baik
Ketiga putusan MA di atas menyangkut Seseorang yang menyampaikan pen­­
perkara pencemaran nama baik secara dapat atau kritikan secara lisan atau tertu-
tertulis yang dilakukan melalui media cetak, lis tidak dapat begitu saja dijerat dengan
yaitu Koran Radar (Sulawesi Tengah), pencemaran nama baik dan dijatuhi pidana
Koran Harian Pedoman Rakyat (Makasar) karena perbuatannya. Hal tersebut disebab-
dan Koran Harian Ambon Ekspres (Ambon). kan karena penyampaian pendapat atau kri-
Berdasarkan putusan MA tersebut dapat tikan tersebut bisa saja merupakan bagian
diketahui bahwa kecenderungan putusan dari hak asasi manusia (HAM) yang dijamin
hakim dalam perkara pencemaran nama baik dan dilindungi oleh peraturan perundang-
secara tertulis adalah terdakwa dinyatakan ­undangan. Misalnya saja dalam Pasal 310
terbukti secara sah bersalah melakukan ayat (3) KUHP yang menegaskan bahwa “ti-
pencemaran nama baik dalam Pasal 310 dak merupakan pencemaran atau pencemar­
ayat (2) KUHP dan dijatuhi dengan pidana an tertulis, jika perbuatan terang dilakukan
penjara. Namun demikian, ternyata pidana demi kepentingan umum atau karena terpak-
penjara yang dijatuhkan oleh MA berbentuk sa untuk bela diri”. Dengan demikian, per-
pidana bersyarat (suspended sentence). buatan pencemaran nama baik secara lisan
Dalam konteks pidana bersyarat, maka maupun tidak tertulis tidak dapat dipidana,
terpidana tidak perlu menjalani pidana yang apabila perbuatan tersebut dilakukan demi
dijatuhkan oleh hakim, tetapi terpidana harus membela “kepentingan umum” atau terpak-
memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sa untuk “membela diri”.
oleh hakim yang bersangkutan. Ketentuan Dalam KUHP tidak dijelaskan me­
pidana bersyarat ini diatur dalam Pasal 14 ngenai pengertian dan kriteria “membela
KUHP. Dalam pasal tersebut dinyatakan kepentingan umum” dan “membela diri”.
bahwa pidana bersyarat dapat dijatuhkan Meskipun demikian, perbuatan membela
oleh hakim apabila hakim menjatuhkan kepentingan umum tersebut dapat berupa
pidana penjara paling lama satu tahun atau menunjukkan kekeliruan-kekeliruan atau
pidana kurungan, tidak termasuk kurungan kelalaian-kelalaian yang nyata-nyata meru­
pengganti. Selain itu terpidana harus menaati gikan atau membahayakan pada umum
Supriyadi, Penerapan Hukum Pidana dalam Perkara Pencemaran Nama Baik 165

dari pihak yang berwajib. Sedangkan “memfitnah” sebagaimana dirumuskan da­


per­buatan membela diri dapat berupa lam Pasal 311 KUHP.
menunjukkan orang yang sebenarnya salah, Penyampaian pendapat atau kritikan
dalam hal ini oleh orang yang disangka secara tertulis tidak bisa begitu saja dijerat
melakukan perbuatan itu, padahal ia tidak dengan pencemaran nama baik, karena
melakukannya.19 hal tersebut bisa berkaitan dengan hak
Patut atau tidaknya pembelaan terha- asasi manusia pelakunya yang dijamin
dap kepentingan umum dan pembelaan diri dan dilindungi oleh peraturan perundang-
yang dikemukakan oleh terdakwa terletak undangan. Hak asasi manusia (HAM)
pada pertimbangan hakim. Dalam hal ini pelaku yang memiliki keterkaitan dengan
hakim baru akan mengadakan pemeriksaan pencemaran nama baik antara lain adalah
apakah pencemaran nama baik yang dilaku- hak konsumen, kebebasan berpendapat,
kan oleh terdakwa itu benar-benar terdorong kemerdekaan/kebebasan pers, hak pasien
demi membela kepentingan umum atau dan hak atas informasi.
membela diri, apabila terdakwa meminta di-
periksa sebagaimana ditentukan dalam Pasal a. Hak Konsumen
312 KUHP. Dalam pasal tersebut antara lain Hak konsumen telah diatur dalam
dinyatakan bahwa pembuktian akan ke- Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
benaran tuduhan hanya dibolehkan apabila tentang Perlindungan Konsumen yang
hakim memandang perlu untuk memeriksa diundangkan pada tanggal 20 April 1999,
kebenaran itu guna menimbang keterangan tetapi mulai berlaku setelah 1 (satu)
terdakwa, bahwa perbuatan dilakukan demi tahun sejak diundangkan. Salah satu latar
kepentingan umum, atau karena terpaksa un- belakang pemikiran keluarnya undang-
tuk membela diri. undang tersebut adalah untuk meningkatkan
Apabila dalam pemeriksaan itu ter­ harkat dan martabat konsumen dengan
nyata bahwa tindakan terdakwa yang meningkatkan kesadaran, pengetahuan,
melakukan pencemaran nama baik itu benar- kepedulian, kemampuan, dan kemandirian
benar untuk membela kepentingan umum konsumen untuk melindungi dirinya serta
atau membela diri yang dianggap patut menumbuhkembangkan sikap pelaku usaha
oleh hakim, maka terdakwa tidak dihukum. yang bertanggung jawab.
Sebaliknya, apabila apa yang dikatakan Dalam Undang-Undang Perlindungan
pembelaan terhadap kepentingan umum Konsumen tersebut dijelaskan bahwa
atau pembelaan diri itu tidak dianggap patut yang dimaksud dengan konsumen adalah
oleh hakim, dan apa yang dituduhkan oleh setiap pemakai barang dan/atau jasa yang
terdakwa itu tidak benar, maka terdakwa tersedia dalam masyarakat, baik bagi
tidak dipersalahkan melakukan pencemaran kepentingan diri sendiri, keluarga, orang
nama baik, melainkan dikenakan perbuatan lain maupun makhluk hidup lain dan tidak

19
R. Soesilo, op.cit., hlm. 227. Lihat pula R. Sugandhi, op.cit., hlm. 333.
166 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 - 200

untuk diperdagangkan. Selanjutnya pelaku 5. hak untuk mendapatkan advokasi, per-


usaha adalah setiap orang perseorangan lindungan dan upaya penyelesaian seng­
atau badan usaha, baik yang berbentuk keta perlindungan konsumen secara
badan hukum maupun bukan badan hukum patut;
yang didirikan dan berkedudukan atau 6. hak untuk mendapat pembinaan dan
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum pendidikan konsumen;
negara Republik Indonesia, baik sendiri 7. hak untuk diperlakukan atau dilayani
maupun bersama-sama melalui perjanjian secara benar dan jujur serta tidak
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam diskriminatif;
berbagai bidang ekonomi. Pengertian barang 8. hak untuk mendapatkan kompensasi,
adalah setiap benda baik berwujud maupun ganti rugi dan/atau penggantian, apabila
tidak berwujud, baik bergerak maupun barang dan/atau jasa yang diterima
tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak sesuai dengan perjanjian atau
tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk tidak sebagaimana mestinya;
diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau 9. hak-hak yang diatur dalam ketentuan
dimanfaatkan oleh konsumen. Sedangkan peraturan perundang-undangan lain-
jasa adalah setiap layanan yang berbentuk nya.
pekerjaan atau prestasi yang disediakan Berdasarkan uraian di atas dapat dike­
bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh mukakan bahwa penyampaian pendapat atau
konsumen.20 kritik secara tertulis tidak bisa begitu saja
Dalam Pasal 4 Undang-Undang No­ dikenakan pencemaran nama baik, karena
mor 8 Tahun 1999 ditegaskan beberapa hak hal tersebut bisa merupakan manifestasi
konsumen sebagai berikut : dari hak konsumen untuk didengar pendapat
1. hak atas kenyamanan, keamanan dan dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
keselamatan dalam mengkonsumsi yang digunakannya sebagaimana diatur
barang dan/atau jasa; dalam Pasal 4 huruf d Undang-Undang
2. hak untuk memilih barang dan/atau jasa Perlindungan Konsumen. Dengan demikian,
serta mendapatkan barang dan/atau jasa tidak ada sifat melawan hukum dalam
tersebut sesuai dengan nilai tukar dan penyampaian pendapat atau kritik secara
kondisi serta jaminan yang dijanjikan; tertulis tersebut, sehingga pelakunya tidak
3. hak atas informasi yang benar, jelas dan dapat dikategorikan melakukan pencemaran
jujur mengenai kondisi dan jaminan nama baik secara tertulis.
barang dan/atau jasa;
4. hak untuk didengar pendapat dan b. Kebebasan Berpendapat
keluhannya atas barang dan/atau jasa Kebebasan menyampaikan pendapat
yang digunakan; merupakan hak setiap orang yang dijamin

20
Lihat Pasal 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Supriyadi, Penerapan Hukum Pidana dalam Perkara Pencemaran Nama Baik 167

dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun kekeliruan informasi yang diberitakan oleh


1999 tentang Hak Asasi Manusia yang pers, baik tentang dirinya maupun tentang
diundangkan dan mulai berlaku pada orang lain. Hak jawab dan hak koreksi ini
tanggal 23 September 1999. Dalam Pasal 25 seharusnya digunakan sebagai langkah awal
Undang-Undang Hak Asasi Manusia tersebut klarifikasi bagi setiap orang yang merasa
ditegaskan bahwa “setiap orang berhak dirugikan atau dicemarkan nama baiknya
untuk menyampaikan pendapat di muka atas suatu pemberitaan. Dalam kerangka
umum, termasuk hak untuk mogok, sesuai demikian, pers wajib melayani hak jawab
dengan ketentuan peraturan perundang- dan hak koreksi tersebut.
undangan”. Oleh karena itu, perbuatan
menyampaikan pendapat atau kritik secara d. Hak Pasien
tertulis seharusnya dilihat pula sebagai Ketentuan terkait hak pasien telah
bagian dari hak atas kebebasan berpendapat diatur dalam Undang-Undang Nomor 29
dan tidak serta merta dikenakan dengan Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
ketentuan pencemaran nama baik. yang diundangkan pada tanggal 6 Oktober
2004, tetapi baru mulai berlaku setelah 1
c. Kemerdekaan Pers (satu) tahun sejak diundangkan. Salah satu
Kemerdekaan pers diatur dalam Un- pertimbangan dikeluarkannya undang-
dang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang undang tersebut adalah untuk memberikan
Pers yang diundangkan dan mulai berlaku perlindungan dan kepastian hukum kepada
pada tanggal 23 September 1999. Dalam penerima pelayanan kesehatan atau pasien.
Undang-Undang Pers tersebut ditegaskan Dalam Pasal 1 Undang-Undang Praktik
bahwa kemerdekaan pers merupakan salah Kedokteran tersebut dijelaskan bahwa
satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi yang dimaksud dengan pasien adalah setiap
unsur yang sangat penting untuk mencip- orang yang melakukan konsultasi masalah
takan kehidupan bermasyarakat, berbangsa kesehatannya untuk memperoleh pelayanan
dan bernegara yang demokratis, sehingga kesehatan yang diperlukan baik secara
kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan langsung atau tidak langsung kepada dokter
pendapat sebagaimana tercantum dalam Un- atau dokter gigi.
dang-Undang Dasar 1945 harus dijamin. Pasal 52 Undang-Undang Nomor
Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tersebut menegaskan bah­
40 Tahun 1999 tersebut dirumuskan pula wa pasien, dalam menerima pelayanan
mengenai hak jawab dan hak koreksi. Hak kesehatan, mempunyai hak sebagai berikut :
Jawab adalah hak seseorang atau sekelompok 1. mendapatkan penjelasan secara lengkap
orang untuk memberikan tanggapan atau tentang tindakan medis Pasal 45 ayat 3;
sanggahan terhadap pemberitaan berupa 2. meminta pendapat dokter atau dokter
fakta yang merugikan nama baiknya, gigi lain;
sedangkan hak koreksi adalah hak setiap 3. mendapatkan pelayanan sesuai dengan
orang untuk mengoreksi atau membetulkan kebutuhan medis;
168 MIMBAR HUKUM Volume 22, Nomor 1, Februari 2010, Halaman 1 - 200

4. menolak tindakan medis. pencemaran nama baik pada hakikatnya


Penjelasan lengkap tentang tindakan tidak berbeda dengan putusan hakim dalam
medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal perkara pidana pada umumnya yang dapat
45 ayat (3) Undang-Undang Nomor 29 berbentuk putusan bebas (vrijspraak),
Tahun 2004 di atas meliputi : putusan lepas dari segala tuntutan hukum
1. diagnosis dan tata cara tindakan medis, (onslag van recht vervolging) dan putusan
tujuan tindakan medis yang dilakukan, pemidanaan. Dari beberapa putusan kasasi
2. alternatif tindakan lain dan resikonya, Mahkamah Agung terkait dengan perkara
3. resiko dan komplikasi yang mungkin pencemaran nama baik secara tertulis
terjadi, dan melalui media cetak (koran) terlihat bahwa,
4. prognosis terhadap tindakan yang meskipun para terdakwa dinyatakan terbukti
dilakukan. bersalah melakukan pencemaran nama baik,
tetapi ternyata putusan pemidanaan yang
e. Hak Atas Informasi dijatuhkan oleh hakim cenderung berbentuk
Hak atas informasi sebagai bagian dari pidana bersyarat.
hak setiap warga negara juga telah diatur Kedua, terdapat beberapa Hak Asasi
dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun Manusia yang memiliki keterkaitan erat
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Dalam dengan perkara pencemaran nama baik,
Pasal 14 ayat (2) Undang-Undang Hak Asasi sehingga pelakunya seharusnya tidak serta
Manusia tersebut ditegaskan bahwa “setiap merta diproses ke pengadilan. Hak Asasi
orang berhak untuk mencari, memperoleh, Manusia yang dapat terkait dengan perkara
memiliki, menyimpan, mengolah, dan pencemaran nama baik tersebut adalah hak
menyampaikan informasi dengan segala konsumen (Undang-Undang Nomor 8 Tahun
jenis sarana yang tersedia”. 1999 tentang Perlindungan Konsumen),
kebebasan berpendapat (Undang-Undang
E. Kesimpulan Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Berdasarkan rumusan permasalahan Manusia), kemerdekaan pers (Undang-
serta hasil penelitian dan pembahasan Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang
sebagaimana diuraikan di muka, maka Pers), hak pasien (Undang-Undang Nomor
dapat dikemukakan beberapa kesimpulan. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran)
Pertama, ketentuan yang mengatur perkara dan hak atas informasi (Undang-Undang
pencemaran nama baik secara tertulis Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
bisa dijumpai dalam Pasal 310 KUHP Manusia). Semua Hak Asasi Manusia
dan Pasal 27 ayat (3) jo. Pasal 45 ayat (1) tersebut seharusnya dijadikan sebagai dasar
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 pertimbangan hakim dalam menangani
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. perkara pencemaran nama baik.
Kecenderungan putusan hakim dalam perkara
Supriyadi, Penerapan Hukum Pidana dalam Perkara Pencemaran Nama Baik 169

DAFTAR PUSTAKA

Buku Kitab Undang-Undang Hukum Acara


Harahap, M. Yahya, 2000, Pembahasan Pidana (KUHAP).
Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Pemeriksaan Sidang Pengadilan, tentang Perlindungan Konsumen.
Banding, Kasasi dan Peninjauan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
Kembali, Sinar Grafika, Jakarta. tentang Hak Asasi Manusia.
Istanto, F. Sugeng, 2007, Penelitian Hukum, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999
CV. Ganda, Yogyakarta. tentang Pers.
Moeljatno, 2007, Kitab Undang-Undang Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta. tentang Praktik Kedokteran.
Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta. tentang Informasi dan Transaksi
Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, Elektronik.
2001, Penelitian Hukum Normatif Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor
Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo 13 Tahun 2008 tentang Meminta
Persada, Jakar Keterangan Saksi Ahli.
Soemitro, Ronny Hanitijo, 1994, Metodologi
Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Surat Kabar dan Internet
Indonesia, Jakarta. “Kasus Prita, Melanggar HAM”, Kedaulatan
Soesilo, R., 1993, Kitab Undang-Undang Rakyat, Yogyakarta, 4 Juni 2009.
Hukum Pidana (KUHP) serta Ko­ “Jaksa Bisa Tuntut Bebas Prita”, Kedaulatan
mentar-komentarnya Lengkap Pasal Rakyat, Yogyakarta, 5 Juni 2009.
Demi Pasal, Politeia, Bogor. “Depkominfo : Prita Tidak Menghina”,
Sugandhi, R., 1980, KUHP dan Penjelas­ Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 8 Juni
annya, Penerbit Usaha Nasional, 2009.
Surabaya. ”Pasal Karet Pencemaran Nama Baik”,
Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, 9 Juni
Peraturan Perundang-undangan 2009.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 ”Prita Mulyasari Bebas”, dalam www.
tentang Hukum Acara Pidana atau liputan6.com, diakses tanggal 27 Juni
2009.

Anda mungkin juga menyukai