Diajukan untuk memenuhi salah satu mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah I
Disusun Oleh :
Kelompok 1
Tk-2A
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puji dan syukur kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah untuk membuat makalah Keperawatan Medikal
Bedah 1 dimana materi yang kami muat tentang “Coronary Artery Disease”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini, untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami susun dapat
menambah pengetahuan dan memberi manfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
3.1 Kesimpulan...................................................................................31
3.2 Saran.............................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................32
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui pengertian CAD (Coronary Artery Disease)
2. Untuk Mengetahui Klasifikasi Penyakit Jantung Koroner
3. Untuk Mengetahui Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner
4. Untuk Mengetahui Etiologi Penyakit Jantung Koroner
5. Untuk Mengetahui Patogenesis Penyakit Jantung Koroner
6. Untuk Mengetahui Patofisiologi Penyakit Jantung Koroner
7. Untuk Mengetahui Pathway Penyakit Jantung Koroner
8. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Penyakit Jantung Koroner
9. Untuk Mengetahui Komplikasi Penyakit Jantung Koroner
10. Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Penyakit Jantung
Koroner
BAB II
TINJAUAN TEORI
CAD (Coronary Artery Disease) atau sering disebut Penyakit jantung koroner
(PJK) disebabkan karena sumbatan plak ateroma pada arteri koroner. Arteri
koroner adalah arteri yang memasok nutrisi dan oksigen ke otot jantung
(Miokard). Penampilan klinis PJK sangat bervariasi. Nyeri dada biasanya
merupakan gejala yang paling menonjol pada angina pektoris stabil, angina tidak
stabil, angina prinzmental, angina mikrovaskular dan infark miokard akut.
(Rilantono, 2012).
Pada PJK akibat arterosklerosis, terdapat penimbunan lemak dan zat-zat lain
yang membentuk plak pada dinding arteri. Plak arterosklerosis ini menyebabkan
penyempitan lumen arteri koroner, sehingga aliran darah ke miokard terganggu
dan menimbulkan iskemia miokard. Bila plak ruptur, maka terjadilah proses
trombosis, yaitu pembentukan trombus yang dapat mengakibatkan oklusi total
arteri koroner dan nekrosis sel-sel miokard. (Rilantono, 2012).
3
4
2.2.1 Ischaemia
bawah lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat
menyebabkan aliran darah ke otot jantung menjadi berkurang ataupun berhenti,
sehingga mengganggu kerja jantung sebagai pemompa darah. Efek dominan dari
jantung koroner adalah kehilangan oksigen dan nutrient ke jantung karena aliran
darah ke jantung berkurang. Pembentukan plak lemak dalam arteri memengaruhi
pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong terjadinya serangan
jantung. Proses pembentukan plak yang menyebabkan pergeseran arteri tersebut
dinamakan arteriosklerosis. (Hermawatirisa, 2014:hal 2).
Awalnya penyakit jantung di monopoli oleh orang tua. Namun, saat ini ada
kecenderungan penyakit ini juga diderita oleh pasien di bawah usia 40 tahun. Hal
ini biasa terjadi karena adanya pergeseran gaya hidup, kondisi lingkungan dan
profesi masyarakat yang memunculkan “tren penyakit” baru yang bersifat
degnaratif. Sejumlah prilaku dan gaya hidup yang ditemui pada masyarakat
perkotaan antara lain mengonsumsi makanan siap saji yang mengandung kadar
lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol, kerja berlebihan,
kurang berolahraga, dan stress. (Hermawatirisa, 2014:hal 2).
Aterosklerosis (pengerasan arteri) terjadi ketika zat lemak (yang terdiri dari
“lipoprotein” (produk dari protein dan lemak), kolesterol, dan produk limbah sel
lainnya) dalam darah menumpuk di dinding bagian dalam arteri. Hal ini akan
menyebabkan penyempitan atau bahkan penyumbatan pembuluh darah. Aliran
darah terputus, membuat otot jantung tidak bisa mendapatkan pasokan oksigen
dan nutrisi yang cukup, yang mengakibatkan kekurangan oksigen dan bahkan
nekrosis pada otot jantung (kematian akibat pembusukan).
Sel lain yang terdapat pada pembuluh darah adalah sel otot polos atau smooth
muscul cells atau SMC yang memiliki fungsi penting dalam homeostasis vaskular
yang normal, sebagai sasaran terapi di bidang kedokteran vaskular, dan dalam
patogenesis penyakit pembuluh darah arteri. Akibat kemampuannya untuk
kontraksi dan relaksasi maka SMC berperan dalam mengatur tonus vaskular dan
aliran darah pada tingkat arterial hingga arteriol. Namun, kontraksi SMC yang
berlebihan dapat mengakibatkan vasospasme sehingga dapat mengganggu perfusi
ke jaringan. Kematian SMC dapat mengakibatkan plak, aterosklerotik menjadi
tidak stabil atau terjadinya proses remodeling dan akhirnya pembentukan
aneurisma. SMC tersebut akan mengakibatkan akumulasi matriks ekstraseluler
dan pembentukan fibrosis. Dengan demikian bercak perlemakan atau (Fatty-
Streak) yang telah terbentuk akan berubah menjadi fibro-fatty lesion. Pada tahap
lanjut terbentuk kalsifikasi sementara proses fibrosis berjalan terus, kadang
kadang disertai appoptosis SMC.
Pada aterogenesis menunjukan adanya proses inflamasi. Sel busa yang
terbntuk dari makrofag merupakan sumber yang kaya akan mediator proinflamasi
seperti sitokin, kemokin, dan platelet activating factor sel sel pagosit tersebut
dapat menghasilkan beberapa spesies oksidan dalam jumlah yang besar dan
bersama dengan beberapa mediator inflamasi yang akan mengakibatkan
progresifitas plak aterosklerosis.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum klien mulai pada saat pertama kali bertemu dengan
klien dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital. Kesadaran klien juga
diamati apakah kompos mentis, apatis, samnolen, delirium, semi koma
12
atau koma. Keadaan sakit juga diamati apakah sedang, berat, ringan
atau tampak tidak sakit.
b. Tanda-tanda vital
Kesadaran compos mentis, penampilan tampak obesitas, tekanan
darah 180/110 mmHg, frekuensi nadi 88x/menit, frekuensi nafas 20
kali/menit, suhu 36,2 C. (Gordon, 2015: hal 22).
c. Pemeriksaan fisik persistem
Sistem persyarafan, meliputi kesadaran, ukuran pupil, pergerakan
seluruh ekstermitas dan kemampuan menanggapi respon verbal
maupun non verbal. (Aziza, 2010: hal 13)
Sistem penglihatan, pada klien PJK mata mengalami pandangan
kabur.(Gordon, 2015: hal 22)
Sistem pendengaran, pada klien PJK pada sistem pendengaran
telinga , tidak mengalami gangguan. (Gordon, 2015:hal 22)
Sistem abdomen, bersih, datar dan tidak ada pembesaran hati.
(Gordon, 2015:hal 22)
Sistem respirasi, pengkajian dilakukan untuk mengetahui secara
dini tanda dan gejala tidak adekuatnya ventilasi dan oksigenasi.
Pengkajian meliputi persentase fraksi oksigen, volume tidal,
frekuensi pernapasan dan modus yang digunakan untuk bernapas.
Pastikan posisi ETT tepat pada tempatnya, pemeriksaan analisa gas
darah dan elektrolit untuk mendeteksi hipoksemia. (Aziza, 2010:
hal 13)
Sistem kardiovaskuler, pengkajian dengan tekhnik inspeksi,
auskultrasi, palpasi, dan perkusi perawat melakukan pengukuran
tekanan darah; suhu; denyut jantung dan iramanya; palsasi prifer;
dan tempratur kulit. Auskultrasi bunyi jantung dapat menghasilkan
bunyi gallop S3 sebagai indikasi gagal jantung atau adanya bunyi
gallop S4 tanda hipertensi sebagai komplikasi. Peningkatan irama
napas merupakan salah satu tanda cemas atau takut
(Wantiyah,2010: hal 18)
13
3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendiagnosa PJK secara lebih tepat maka dilakukan pemeriksaan
penunjang diantaranya:
a. EKG memberi bantuan untuk diagnosis dan prognosis, rekaman yang
dilakukan saat sedang nyeri dada sangat bermanfaat. Gambaran
diagnosis dari EKG adalah :
14
Perubahan EKG lainnya termasuk bundle branch block (BBB) dan aritmia
jantung, terutama Sustained VT. Serial EKG harus dibuat jika ditemukan adanya
perubahan segmen ST, namun EKG yang normal pun tidak menyingkirkan
diagnosis APTS/NSTEMI. Pemeriksaaan EKG 12 sadapan pada pasien SKA dapat
mengambarkan kelainan yang terjadi dan ini dilakukan secara serial untuk
evaluasi lebih lanjut dengan berbagai ciri dan katagori:
1. Angina pektoris tidak stabil: Depresi segmen ST dengan atau tanpa inversi
gelombang T, kadang-kadang elevasi segmen ST sewaktu nyeri, tidak
dijumpai gelombang Q
b. Chest X-Ray (foto dada) Thorax foto mungkin normal atau adanya
kardiomegali, CHF (gagal jantung kongestif) atau aneurisma ventrikiler
(Kulick, 2014: hal 42).
c. Latihan tes stres jantung (treadmill)
Treadmill merupakan pemeriksaan penunjang yang standar dan banyak
digunakan untuk mendiagnosa PJK, ketika melakukan treadmill detak
jantung, irama jantung, dan tekanan darah terus-menerus dipantau, jika
arteri koroner mengalami penyumbatan pada saat melakukan latihan
maka ditemukan segmen depresi ST pada hasil rekaman (Kulick, 2014:
hal 42).
d. Ekokardiogram
Ekokardiogram menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan
gambar jantung, selama ekokardiogram dapat ditentukan apakah semua
bagian dari dinding jantung berkontribusi normal dalam aktivitas
memompa. Bagian yang bergerak lemah mungkin telah rusak selama
serangan jantung atau menerima terlalu sedikit oksigen, ini mungkin
menunjukkan penyakit arteri koroner (Mayo Clinik, 2012 hal 43).
e. Kateterisasi jantung atau angiografi adalah suatu tindakan invasif
minimal dengan memasukkan kateter (selang/pipa plastik) melalui
pembuluh darah ke pembuluh darah koroner yang memperdarahi
16
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Menurut, Hermawatirisa,2014: hal 12
a. Hindari makanan kandungan kolesterol yang tinggi
Kolesterol jahat LDL di kenal sebgai penyebab utana terjadinya proses
aterosklerosis, yaitu proses pengerasan dinding pembuluh darah,
terutama di jantung, otak, ginjal, dan mata.
b. Konsumsi makanan yang berserat tinggi
c. Hindari mengonsumsi alcohol.
d. Merubah gaya hidup, memberhentikan kebiasaan merokok
17
5. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut
Definisi: pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, atau digambarkan
dengan istilah seperti awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas
ringan sampai berat dengan akhir yang dapat di antisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan.
Batasan karakteristik :
a. Mengungkapakan secara verbal atau melaporkan (nyeri) dengan
isyarat
b. Posisi untuk menghindari nyeri
c. perubahan tonus otot
d. perubahan tekanan darah, pernafasan, atau nadi, dilatasi pupil
e. perubahan selera makan
f. perilaku distrasi
g. perilaku ekspresif
h. Perilaku menjaga atau sikap melindungi
i. fokus menyempit
j. bukti nyeri yang dapat diamati
k. berfokus pada diri sendiri
l. gangguan tidur
Faktor yang berhubungan :
Agens-agens penyebab cedera misalnya: biologis, kimia, fisik, dan psikologis.
18
Intoleransi aktivitas
Definisi: ketidak cukupan energi fisiologis atau psikologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus
dilakukan. Batasan karakteristik :
a. Ketidak nyamanan atau dispnea saat beraktivitas melaporkan
keletihan atau kelemahan secara verbal.
b. Frekuensi jantung atau tekanan darah tidak normal sebagai respon
terhadap aktivitas
c. Perubahan EKG yang menunjukkan artitmia atau iskemia
Faktor yang berhubungan :
a. Tirah baring dan imobilitas.
b. Kelemahan umum
Ketidak seimbangan anatara suplai dan kebetuhan okisgen
c. Gaya hidup yang kurang gerak
19
6. Intervensi Keperawatan
Nyeri akut
Tujuan:
a. Memperlihatkan pengendalian nyeri,yang dibuktikan oleh indikator
sebagai berikut (1-5; tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering,
atau selalu:
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri dapat dilakukan
b. Menunjukkan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indikator sebagai
indikator berikut (sebutkan 1-5; sangat berat, berat, sedang, ringan,
atau tidak ada):
Ekpresi nyeri pada wajah
Gelisah atau ketegangan otot
Durasi episode nyeri
Merintih dan menangis
Gelisah
Kriteria Hasil NOC :
a. Tingkat Kenyamanan: tingkat persepsi positif terhadap kemudahan
fisik dan psikologis
b. Pengendalian nyeri: tindakan individu untuk mengendalikan nyeri
c. Tingkat nyeri keparahan yang dapat di amati atau dilaporkan
Intervensi NIC :
a. Pemberian Analgesik
b. Manajemen medikasi
c. Manajemen nyeri
d. Bantuan analgesia yang dikendalikan oleh pasien
e. Manajemen sedasi
Aktivitas Keperawatan
a. Pengkajian
1) Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan
pertama untuk mengumpulkan informasi pengkajian
20
Intoleransi aktivitas
Definisi: ketidakcukupan energi fisiologis atau psikologis untuk
melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari yang ingin atau harus
dilakukan.
Tujuan:
a. Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi
aktivitas, ketahanan, penghematan energy, kebugaran fisik, energi
psikomotorik, dan perawatan diri: aktivitas kehidpan sehari hari (AKSI)
26
3.1 Kesimpulan
CAD (Coronary Artery Disease) atau sering disebut Penyakit jantung koroner
(PJK) disebabkan karena sumbatan plak ateroma pada arteri koroner. Arteri
koroner adalah arteri yang memasok nutrisi dan oksigen ke otot jantung
(Miokard). Aterosklerosis meripakan penyebab penyakit arteri koronaria yang
paling sering ditemukan yang menyebabkan penimbunan lipid juga fibrosa dalam
arteri koronaria sehingga mempersempit lumen pembuluh darah. Klasifikasi PJK
ini yaitu ada ischemia, angina dan infark miokard. Faktor resiko PJK terbagi ke
dalam faktor resiko yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Untuk mencegah penyakit ini yaitu dengan berhenti merokok sedini mungkin,
berolahraga secara teratur, mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi
menghindari stress yang berlebihan dan menghindari pola hidup tidak sehat.
3.2 Saran
Penyakit PJK dapat menyerang kepada siapa saja, bukan hanya kepada usia
lanjut, namun pada usia yang masih sangat muda sekalipun penyakiit jantung
dapat menyerang. Jadi apabila tidak ingin terserang penyakit ini maka kita harus
mulai dengan berprilaku hidup sehat dari mulai pola makan yang sehat dan teratur
hingga mulai membiasakan untuk teratur dan berolahraga dan hindari merokok
juga alkohol.
31
DAFTAR PUSTAKA
Aspiani, Reny Yuli. 2015. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Kardiovaskular. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
32