Anda di halaman 1dari 17

R. A.

Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

Anatomi Telinga dan Fisiologi Pendengaran

Anatomi Telinga

Anatomi telinga (Sherwood, 2012)

Telinga luar terdiri dari pinna (daun telinga), meatus auditarius eksternus (saluran telinga), dan
membran timpani (gendang telinga). Pinna, lipatan menonjol tulang rawan berlapis kulit,
mengumpulkan gelombang suara dan menyalurkannya ke saluran telinga. Saluran telinga
melalui tulang temporal dari bagian luar ke membran timpani, yaitu membran tipis yang
memisahkan telinga luar dan telinga tengah.
Membran timpani, yang membentang merintangi pintu masuk ke telinga tengah, bergetar ketika
terkena gelombang suara. Daerah-daerah gelombang suara bertekanan tinggi dan rendah yang
berselang-seling menyebabkan gendang telinga yang sangat peka melekuk ke dalam dan keluar
seiring dengan frekuensi gelombang suara. Agar membran bebas bergerak ketika terkena suara,
tekanan udara istirahat di kedua sisi membrane timpani harus sama. Bagian luar gendang telinga
terpajan ke tekanan atmosfer yang mencapainya melalui saluran telinga. Bagian dalam gendang
telinga yang menghadap ke rongga telinga tengah juga terpajan ke tekanan atmosfer melalui
tuba eustachius (auditorius) yang menghubungkantelinga tengah ke faring (bagian belakang
tenggorokan)
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

Telinga tengah memindahkan gerakan bergetar membrane timpani ke cairan telinga dalam.
Pemindahan ini dipermudah oleh adanya rantai tiga tulang kecil, atau osikulus (maleus, inkus,
dan stapes) yang membentang di telinga tengah. Tulang pertama, maleus, melekat ke membran
timpani, dan tulang terakhir, stapes, melekat ke jendela oval, pintu masuk ke dalam koklea yang
berisi cairan. Sewaktu membran timpani bergetar sebagai respons terhadap gelombang suara,
rangkaian tulangtulang tersebut ikut bergerak dengan frekuensi yang sama, memindahkan
frekuensi getaran ini dari membran timpani ke jendela oval. Tekanan yang terjadi di jendela oval
yang ditimbulkan oleh setiap getaran akan menimbulkan gerakan mirip-gelombang di cairan
telinga dalam dengan frekuensi yang sama seperti gelombang suara asal.
Koklea yang berukuran sebesar kacang polong dan berbentuk mirip siput ini, bagian
"pendengaran" telinga dalam, adalah sistem tubulus bergelung yang terletak jauh di dalam tulang
temporal . Koklea dibagi di seluruh panjangnya menjadi tiga kompartemen longitudinal berisi
cairan. Duktus koklearis yang buntu, yang juga dikenal sebagai skala media, membentuk
kompartemen tengah. Bagian ini membentuk terowongan di seluruh panjang bagian tengah
koklea, hamper mencapai ujung. Kompartemen atas, skala vestibuli, mengikuti kontur bagian
dalam spiral, dan skala timpani, kompartemen bawah, mengikuti kontur luar. Skala vestibuli
dan skala timpani mengandung cairan yang disebut perilimfe. Duktus koklearis mengandung
cairan yang sedikit berbeda, endolimfe. Daerah di luar ujung ductus koklearis tempat cairan di
kompartemen atas dan bawah berhubungan disebut helikotrema. Skala vestibuli dipisahkan dari
rongga telinga tengah oleh jendela oval, tempat melekatnya stapes. Lubang kecil lain yang
ditutupi oleh membran, jendela bundar, menutup skala timpani dari telinga tengah. Membran
vestibularis yang tipis membentuk atap ductus koklearis dan memisahkannya dari skala vestibuli.
Membran basilaris membentuk lantai ductus koklearis, memisahkannya dari skala timpani.
Membran basilaris sangat penting karena mengandung organ Corti, organ indera untuk
pendengaran.
Organ Corti, yang terletak di atas membran basilaris di seluruh panjangnya, mengandung sel
rambut auditorik yang merupakan reseptor suara. Sebanyak 15.000 sel rambut di dalam tiap-
tiap koklea tersusun menjadi empat baris sejajar di seluruh panjang membran basilaris: satu baris
sel rambut dalam dan tiga baris sel rambut luar. Dari permukaan tiap-tiap sel rambut menonjol
sekitar 100 rambut yang dikenal sebagai stereosilia, yaitu mikrovilus yang dibuat kaku oleh
adanya aktin, bukan silia sejati. Sel rambut merupakan mekanoreseptor: menghasilkan sinyal
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

saraf jika rambut permukaannya mengalami perubahan bentuk secara mekanis akibat gerakan
cairan di telinga dalam. Stereosilia ini berkontak dengan membran tektorium, suatu tonjolan
mirip-sayap yang menutupi organ Corti di seluruh panjangnya.

Penekukan rambut akibat defleksi membran basilaris (Sherwood, 2012)


Stereosilia (rambut) dari sel rambut membran basilaris berkontak dengan membran tektorium
yang berada di atasnya, Rambut-rambut ini tertekuk ketika membran basilaris terdefleksi relative
terhadap membran tektorium yang stasioner. Penekukan sel rambut dalam ini membuka kanal
berpintu kimiawi, menyebabkan pergerakan ion yang menyebabkan terjadinya potensial reseptor.

Gerakan cairan di koklea (Sherwood, 2012)


Jalur transduksi suara
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

Gelombang suara  getaran membrane timpani  getaran tulang telinga tengah  getaran
jendela oval  gerakan cairan di dalam koklea  getaran membran basalis  menekuknya
rambut di sel rambut reseptor dalam organ corti sewaktu getaran membrane basilaris menggeser
rambut-rambut ini relatif terhadap membran tektorium di atasnya, yang berkontak dengan rambut
tersebut  perubahan potensial berjenjang (potensial reseptor) di sel reseptor  perubahan
frekuensi potensial aksi yang dihasilkan di saraf auditorius  penambahan potensial aksi ke
korteks auditorius di lobus temporalis otak untuk persepsi suara (Sherwood, 2012).
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

Presbiakusis

a. Algoritma Penegakan Diagnosis

(Harrison’s Principles of Internal Medicine, 18th Edition)

b. Diagnosis Banding

(American Academy of Family Physician, 2003)


R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

c. Diagnosis Kerja
Presbiakusis

d. Definisi
Presbiakusis adalah tuli sensorineural pada usia lanjut akibat proses degenerasi
organ pendengaran, simetris (terjadi pada kedua sisi telinga) yang terjadi secara progresif
lambat, dapat dimulai pada frekuensi rendah atau tinggi serta tidak ada kelainan yang
mendasari selain proses menua secara umur (Soesilorini, 2011).

e. Epidemiologi
Prevalensi presbiakusis bervariasi, biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun.
Di seluruh dunia diperkirakan sekitar 30-45% masyarakat diatas umur 65 tahun di
diagnosis menderita presbiakusis terutama pria. Di Indonesia sekitar 30-35% orang
berusia 65- 75 tahun mengalami presbiakusis (Dewi, 2016).
Saat ini, lebih dari 28 juta orang Amerika menderita gangguan pendengaran
dengan derajat tertentu, dan jumlah ini diperkirakan akan meningkat hingga 78 juta pada
2030. Sekitar 6,5 juta anak antara 6-19 tahun di AS sudah menderita gangguan
pendengaran akibat musik yang keras dan lingkungan yang bising. Sel-sel rambut yang
memproses suara berfrekuensi tinggi adalah yang paling rentan mengalami kerusakan
(Sherwood, 2012)

f. Faktor Risiko
Faktor yang mempengaruhi terjadinya presbiakusis antara lain usia, jenis kelamin,
genetik, hipertensi, diabetes melitus, hiperkolesterol, paparan bising, dan merokok.
Secara genetik terdapat gen yang berperan terhadap presbiakusis, yaitu C57BL/6J
merupakan protein pembawa mutasi dalam gen cadherin 23 (Cdh23) yang mengkode
komponen ujung sel rambut kohlea. Pada jalur intrinsik sel mitokondria mengalami
apoptosis strain C57BL/6J mengakibatkan penurunan pendengaran. Lee dan Kim dalam
penelitiannya di Korea pada tahun 2010 menemukan hubungan antara usia dan jenis
kelamin terhadap penurunan ambang dengar pada usia lanjut. Rata-rata nilai ambang
dengar meningkat 1 dB setiap tahunnya pada usia 60 tahun atau lebih dan terdapat
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

perbedaan penurunan ambang dengar pada frekuensi 4 dan 8 kHz secara signifikan antara
laki-laki dan perempuan (Dewi, 2016).

g. Etiologi
Schuknecht menerangkan bahwa penyebab kurang pendengaran akibat degenerasi
ini dimulai dengan terjadinya atrofi di bagian epitel dan saraf pada organ corti. Lambat
laun secara progresif terjadi degenerasi sel ganglion spiral pada daerah basal hingga ke
daerah apeks yang pada akhirnya terjadi degenerasi sel-sel pada jaras saraf pusat dengan
manifestasi gangguan pemahaman bicara. Kejadian presbiskusis diduga mempunyai
hubungan dengan faktor-faktor herediter, metabolism, aterosklerosis, bising, gaya hidup
atau bersifat multifaktor (Soesilorini, 2011).

h. Klasifikasi
Presbiakusis umumnya diklasifikasikan ke dalam empat kategori berdasarkan
hasil tes audiometrik dan patologi tulang temporal sebagaimana ditetapkan oleh
Schuknecht (1969): sensorik (sel rambut luar), neural (sel ganglion), metabolik (atrofi
stria vaskularis) atau tipe konduktif strial dan mekanik atau koklea (kekakuan membran
basilaris) (Lee, 2013).
1) Sensorik
Lesi terbatas pada koklea. Atrofi organ korti, jumlah sel-sel rambut dan
sel-sel penunjang berkurang. Ciri khas tipe presbiakusis sensoris adalah terjadi
penurunan pendengaran secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi (slooping).
Gambaran khas konfigurasi jenis sensori adalah tipe noise-induced hearing loss
(NIHL), banyak pada laki-laki dengan riwayat bising (Dewi, 2016).
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

Audiogram sensory presbyacusis (Soesilorini, 2011)


2) Neural
Tipe neural memperlihatkan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf
pusat. Atrofi stria vaskularis, potensial mikrofonik menurun. Pada audiometri
tampak penurunan pendengaran sedang yang hampir sama untuk seluruh
frekuensi (Dewi, 2016).

Audiogram neural presbyacusis (Soesilorini, 2011)


3) Metabolik (strial presbyacusis)
Pada tipe metabolik terjadi atrofi pada stria vaskularis di apeks kohlea.
Pada audiometri tampak penurunan pendengaran dengan gambaran flat pada
seluruh frekuensi (Dewi, 2016).

Audiogram metabolic presbyacusis (Soesilorini, 2011)


4) Mekanik (cochlear prebycusis)
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

Tipe konduksi kohlear/mekanikal disebabkan gangguan gerakan mekanis di


membran basalis, atrofi ligamentum spiralis dan membrane basilaris lebih kaku.
Gambaran khas audiogram yaitu menurun dan simetris (skiloop) (Dewi, 2016).

Audiogram mechanical presbyacusis (Soesilorini, 2011)


Tabel 1. Perbedaan tipe presbiakusis
Tipe
Nada Murni Diskriminasi Tutur
Presbiakusis
Strial Terjadi pada semua frekuensi Minimal
Neural Terjadi pada semua frekuensi Sangat berat
Mekanik Nada tinggi, penurunan Sesuai dengan penurunan
perlahan ketajaman pada nada tinggi
Sensori Nada tinggi, penurunan tiba- Sesuai dengan frekuensi
tiba yang terganggu

i. Patogenesis
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

(Wong, 2015)
Tuli sensorineural pada usia lanjut disebabkan oleh berkurangnya sel-sel rambut dan
elemen penunjang. Degenerasi yang terjadi di basal membran menyebabkan penurunan
pada frekuensi tinggi. Pada usia lanjut ditemukan atrofi stria vaskularis yang memberikan
gambaran audiometri nada murni berbentuk flat. Kekakuan membran basal juga
memberikan gambaran penurunan audiometri nada murni yang berbentuk kurva
menurun, kerusakan bisa juga mengenai nervus koklearis. Kerusakan terjadi akibat
adanya lesi yang disebabkan oleh infeksi atau penyakit sistemik, sehingga menghambat
impuls yang ditansmisikan ke otak.
Selain itu proses degenerasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan N. VIII.
Pada koklea perubahan yang mencolok adalah atrofi. Proses atrofi disertai pula dengan
perubahan vascular pada stria vaskularis serta berkurangnya jumlah dan ukuran sel
ganglion dan saraf. Hal yang serupa juga terjadi pada myelin akson saraf. Patofisilogi
terjadinya presbikusis menunjukkan adanya degenerasi pada stria vaskularis (tersering).
Bagian basis dan apeks koklea pada awalnya mengalami degenerasi, tetapi kemudian
meluas ke regio koklea bagian tengah dengan bertambahnya usia. Degenerasi sel
merginal dan intermedia pada stria vascularis terjadi secara sistemik, serta terjadi
kehilangan Na+, K+ ATPase. Kehilangan enzim penting ini dapat terdeteksi dengan
pemeriksaan imunohistokimia. Analisis dinding lateral dengan kontras pada pembuluh
darah menunjukkan hilangnya stria kapiler. Perubahan patologi vaskular terjadi berupa
lesi fokal yang kecil pada bagian apikal dan bawah basal yang meluas pada regio ujung
koklea. Area stria yang tersisa memiliki hubungan yang kuat dengan mikrovaskular
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

normal dan potensial endokoklear. Degenerasi stria vaskular akibat penuaan berefek pada
potensial endolimfe yang berfungsi sebagai amflikasi koklea. Potensial endolimfatik yang
berkurang secara signifikan akan berpengaruh pada amflikasi koklea.

j. Patofisiologi
Tanda utama dari presbiakusis adalah terjadinya penurunan sensitivitas ambang
batas pendengaran pada suara berfrekuensi tinggi. Perubahan ini dapat terjadi pada
dewasa muda, tetapi terutama secara jelas terjadi pada orang-orang dengan usia 60 tahun
ke atas. Seiring bertambahnya usia, penurunan sensitivitas ini akan mencapai ke suara
dengan frekuensi yang rendah pula. Pada kebanyakan kasus presbikusis dijumpai
terjadinya kehilangan sel rambut luar (outer hair cell) pada koklea bagian basal
(Soesilorini, 2011)
Presbiakusis adalah kehilangan sensorineural sejati, di mana sel-sel rambut koklea
dan, pada tingkat lebih rendah, sel-sel ganglion spiral di saraf vestibulocochlear dapat
dipengaruhi.
Dalam sistem klasifikasi histopatologi, presbikusis dibagi lagi berdasarkan pola
kehilangan audiometri yang terkait, dengan kelainan pembuluh darah telinga bagian
dalam, sel-sel rambut, dan membran semuanya berkontribusi pada temuan audiometri.
Tiga jenis utama presbikusis yang diusulkan oleh sistem ini meliputi:
1) Sensorik, ditandai dengan hilangnya sel rambut dan defisit pendengaran
frekuensi tinggi
2) Metabolik, ditandai dengan hilangnya stria vascularis dan defisit pendengaran
frekuensi rendah
3) Neural, ditandai dengan hilangnya sel ganglion dan pola gangguan
pendengaran yang bervariasi
Dalam studi tulang temporal dari pasien dengan presbikusis khas, tingkat
gangguan pendengaran dikaitkan dengan gangguan sejumlah struktur anatomi koklea
vital yang termasuk degenerasi stria vascularis, sel-sel ganglion spiral, dan sel-sel rambut.
Konsisten dengan temuan yang terlihat pada penyebab lain gangguan pendengaran
sensorik, sel-sel rambut luar adalah struktur dominan yang terpengaruh. Dengan
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

demikian, presbikusis tampaknya paling terkait dengan hilangnya struktur sensor telinga-
dalam, meskipun peristiwa yang mendasari hal ini masih belum jelas (Blevins, 2018)

k. Manifestasi klinis
Ciri khas presbiakusis adalah hilangnya pendengaran frekuensi tinggi progresif
dan simetris selama bertahun-tahun. Kehilangan pendengaran juga bisa disertai dengan
tinitus, vertigo, dan disekuilibrium yang menyebabkan jatuh. Presbiakusis juga dapat
dikaitkan dengan demensia (Blevins, 2018).
Pada orangtua, penurunan pendengaran sering disertai juga dengan penurunan
diskriminasi bicara akibat perubahan SSP oleh proses menua yang kemudian
mengakibatkan perubahan watak yang bersangkutan seperti mudah tersinggung,
penurunan perhatian, penurunan konsentrasi, cepat emosi dan berkurangnya daya ingat
(Gangguan Pendengaran pada Geriatri, 2012).
1) Gangguan pendengaran
Progresi gangguan pendengaran bervariasi, tetapi tipikalnya adalah
penurunan pendengaran yang lambat dan persisten seiring berjalannya usia.
Gangguan pendengaran dimulai pada dekade keenam dan biasanya simetris,
dimulai pada rentang frekuensi tinggi (Blevins, 2018).
Frekuensi yang paling dipengaruhi oleh presbiakusis adalah yang di atas 2
KHz. Seiring waktu, frekuensi tinggi akan terus turun, lalu frekuensi
menengah dan rendah (0,5 hingga 2 KHz), yang terkait dengan ucapan
manusia, juga menjadi semakin terlibat. Frekuensi rendah dan menengah
bicara manusia membawa sebagian besar energi gelombang suara. Ini
termasuk sebagian besar informasi vokal kata-kata. Frekuensi tinggi
membawa suara konsonan. Suara konsonan ini cenderung tidak hanya bernada
tinggi, tetapi juga lembut, yang membuatnya sangat sulit bagi pasien dengan
presbiakusis untuk didengar. Sebagai akibat dari pola gangguan pendengaran
mereka, pasien dengan gangguan pendengaran frekuensi tinggi akan sering
melaporkan dapat mendengar ketika seseorang berbicara (dari vokal yang
lebih keras dan frekuensi rendah) tetapi tidak dapat memahami apa yang
dikatakan (karena hilangnya informasi konsonan) (Blevins, 2018).
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

Defisit pendengaran diperburuk dengan adanya kebisingan. Pasien dengan


presbiakusis akan sering tampil cukup baik dalam komunikasi satu lawan satu
di ruangan yang sunyi, tetapi kemampuan untuk mendengar akan menurun
ketika bahkan ada sejumlah kecil kebisingan yang bersaing. Pengalaman ini
sering disebut sebagai cocktail party deafness yang menekankan kesulitan
yang dialami pasien dengan komunikasi dalam pengaturan sosial. Pasien juga
akan sering mengeluh bahwa mereka memiliki lebih banyak kesulitan
mendengar wanita daripada pria, karena nada suara wanita yang secara
inheren lebih tinggi (Blevins, 2018).
2) Tinitus
Tinitus bisa menjadi masalah penting karena gangguan pendengaran
berlangsung. Tinitus biasanya merupakan bunyi dering, deras, atau "statis"
yang mantap, tetapi dapat digambarkan sebagai sensasi yang luas, termasuk
nada musik, lonceng, atau "kicau." Suara biasanya digambarkan sebagai
mempengaruhi kedua telinga atau menyajikan difus "di kepala." Tinitus yang
terjadi hanya pada satu telinga harus mendorong dokter untuk memulai
evaluasi lebih lanjut untuk etiologi lain. Selain itu, adanya bunyi denyut
sinkron sinkron-pulsa mungkin memerlukan pencitraan tambahan untuk
menyingkirkan gangguan vaskular (Blevins, 2018).
3) Pusing
Hilangnya fungsi organ vestibular yang terkait, disebut "presbyastasis,"
dapat berkontribusi pada vertigo, disekuilibrium, dan jatuh. Konsekuensi dari
hilangnya fungsi vestibular perifer diperburuk oleh adanya gangguan hidup
berdampingan, seperti neuropati perifer, artritis, penyakit pembuluh darah
perifer, dan penurunan ketajaman visual. Kondisi seperti itu dapat membatasi
kemampuan individu yang lebih tua untuk mengkompensasi disfungsi
vestibular perifer. Dengan pengakuan awal presbiakusis dan pusing, pasien
dan perawat apat memulai langkah-langkah untuk meningkatkan fungsi dan
mobilitas sambil mengurangi risiko jatuh dan komplikasinya yang berpotensi
buruk (Blevins, 2018).
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

l. Tata laksana
Presbiakusis tidak dapat disembuhkan. Gangguan dengar pada presbiakusis
adalah tipe sensorineural dan tujuan penatalaksanaannya dalah untuk memperbaiki
kemampuan pendengarannya dengan menggunakan alat bantu dengar.
1) Alat bantu dengar
Alat bantu dengar baru diperlukan bila penurunan pendengaran lebih dari
40 dB (Dewi, 2007). Alat bantu dengar dapat meningkatkan kemampuan
sebagian besar pasien usia lanjut untuk dapat berkomunikasi. Namun pada
pasien dengan diskriminasi bicara pada keadaan bising mengalami kesulitan
dnegan menggunakan alat bantu dengar karenan gangguan yang terjadi adalah
gangguan pada tingkat persepsi bukan pada proses penerimaan stimulus
(Roland, 2017).
Penggunaan alat bantu dengar yang tepat dapat memperbaiki penarikan,
depresi, dan dampak emosional yang umumnya terkait dengan presbiakusis
dan dapat menyebabkan peningkatan kualitas hidup (Blevins, 2015).
2) Lip reading
Membaca gerak bibir dapat membantu pasien dengan diskriminasi bicara dan
sebagai alat bantu pendengaran pada pasien yang mengalami kesulitan
mendengar pada keadaan bising.
3) Asistive listening devices
Alat ini merupakan amplifikasi sederhana yang mengirimkan sinyal pada
ruangan dengan menggunakan headset. Alat ini bekerja dengan amplifikasi
sinyal telepon, televisi dan mendnegar suara bel. Perangkat elektronik ini
berguna untuk meningkatkan kenyamanan dalam mendengar pada kondisi
lingkungan tertentu. pasien dapat memperkuat suara tanpa harus mengganggu
orang lain di sekitarnya (Roland, 2017).
4) Implan koklea
Implan koklea diindikasikan untuk orang dengan gangguan pendengaran
berat bilateral yang tidak membaik secara signifikan dengan alat bantu dengar.
Implantasi koklea melibatkan penempatan array elektroda di dalam telinga
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

bagian dalam untuk memotong koklea yang rusak dan menstimulasi neuron
koklea yang tersisa secara langsung dengan stimulasi listrik.
Hasil implan koklea pada pasien presbiakusis mungkin dibatasi oleh
penurunan kemampuan yang berkaitan dengan usia untuk memproses
informasi yang baik, serta defisit kognitif yang berkaitan dengan usia.
Terlepas dari pertimbangan ini, sebagian besar pasien yang menjalani
implantasi koklea untuk presbiakusis dapat diharapkan untuk mencapai
peningkatan fungsional yang signifikan, mirip dengan yang terlihat pada
pasien yang lebih muda.
Pemasangan alat ini kontraindikasi pada pasien dengan tuli saraf pusat
(tuli sentral), proses penulangan koklea, dan tidak berkembangnya koklea
(Blevins, 2015).

m. Edukasi dan Pencegahan


Pasien dengan presbiakusis diberikasn edukasi agar dapat menghindari penyebab
atau mencegah perburukan gangguan pendengaran. Misalnya paparan bising, paparan
obat ototoksik, diabetes yang tidak terkontrol dan penyakit metabolik lainnya (Roland,
2017).

n. Prognosis
Prognosis untuk pasien presbiakusis kurang baik. Perkembangan lebih lanjut dari
gangguan pendnegaran diperkirakan bertambah 0,7-1,2 dB pertahun tergantung dari usia
dan frekuensi pendengaran pasien. Penyakit ini belum ada obatnya dan progresifitas
presbiakusis sangat lambat (Roland, 2017).

o. Komplikasi
Presbiakusis mempengaruhi tidak hanya aktivitas fisik, kognitif dan emosional
pasien, tetapi juga fungsi sosial. Akibatnya, kualitas hidup pasien memburuk dengan
berbagai gejala seperti depresi, isolasi sosial dan penurunan harga diri (Lee, 2013).
Kehilangan pendengaran dapat memberikan dampak yang besar terhadap kualitas
hidup penderita presbikusis, terutama para lansia. Gangguan pendengaran menyebabkan
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

percakapan sulit dilakukan, sehingga mereka cenderung menjadi penyendiri dan merasa
depresi.
Di samping itu, hilangnya pendengaran juga menyebabkan penurunan
kemampuan kognitif, seperti kemampuan memahami dan mengingat sesuatu, serta
memecahkan masalah.

p. Kompetensi

Kompetensi Dokter Umum dalam menangani kasus Presbiakusis menurut SKDI


adalah 3A (bukan gawat darurat): mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal dan
merujuk. Lulusan dokter mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan (KKI,
2012).
R. A. Mitha Aulia / 04011281722078 / A4

Dewi, Y.A., 2016. Karakteristik Penderita Presbiakusis Di Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL
RSUP DR. Hasan Sadikin Bandung Periode Januari 2012-Desember 2014. Jurnal Sistem
Kesehatan, 1(4).
Isaacson, J.E. and Vora, N.M., 2003. Differential diagnosis and treatment of hearing
loss. American family of physician, 68(6), pp.1125-1132.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. KKI: Jakarta.
Lee, K.Y., 2013. Pathophysiology of age-related hearing loss (peripheral and central). Korean
journal of audiology, 17(2), p.45.
Sherwood, L. (2012). Human Physiology: From Cells to Systems (8th Edition ed.). Canada:
BrocksCole.
Soesilorini, M., 2011. FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG BERPENGARUH TERHADAP
PRESBIKUSIS DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG (Doctoral dissertation, Diponegoro
University).
Roland P. S., Kutz W., 2017. Presbycusis Follow Up: Prognosis
(https://reference.medscape.com/article/855989-followup, diunduh pada 9 September 2019).
Wong, A.C. and Ryan, A.F., 2015. Mechanisms of sensorineural cell damage, death and survival
in the cochlea. Frontiers in aging neuroscience, 7, p.58.

Anda mungkin juga menyukai