Anda di halaman 1dari 19

Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif.

Kultur
jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman
seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan
secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus
cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman
lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbayakan tanaman dengan
menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di
tempat steril.

Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya


untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari
kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik
dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga tidak terlalu
membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam
waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih
cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1) Pembuatan media
2) Inisiasi
3) Sterilisasi
4) Multiplikasi
5) Pengakaran
6) Aklimatisasi

Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi
media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media yang
digunakan biasanya terdiri dari garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu, diperlukan
juga bahan tambahan seperti agar, gula, dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh (hormon) yang
ditambahkan juga bervariasi, baik jenisnya maupun jumlahnya, tergantung dengan tujuan dari
kultur jaringan yang dilakukan. Media yang sudah jadi ditempatkan pada tabung reaksi atau
botol-botol kaca. Media yang digunakan juga harus disterilkan dengan cara memanaskannya
dengan autoklaf.

Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan. Bagian
tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.

Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di tempat
yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril. Sterilisasi juga
dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang disemprotkan secara merata
pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan kultur jaringan juga harus steril.
Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan pada
media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya kontaminasi yang
menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang telah ditanami ekplan
diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril dengan suhu kamar.

Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang
menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.
Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta
untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi
akan menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk
(disebabkan bakteri).

Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng.
Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup.
Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit
karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara
luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap
sungkup dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan
pemeliharaan bibit generatif.

Keunggulan inilah yang menarik bagi produsen bibit untuk mulai mengembangkan usaha
kultur jaringan ini. Saat ini sudah terdapat beberapa tanaman kehutanan yang
dikembangbiakkan dengan teknik kultur jaringan, antara lain adalah: jati, sengon, akasia, dll.

Bibit hasil kultur jaringan yang ditanam di beberapa areal menunjukkan pertumbuhan yang
baik, bahkan jati hasil kultur jaringan yang sering disebut dengan jati emas dapat dipanen
dalam jangka waktu yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan tanaman jati yang berasal
dari benih generatif, terlepas dari kualitas kayunya yang belum teruji di Indonesia. Hal ini
sangat menguntungkan pengusaha karena akan memperoleh hasil yang lebih cepat.

KEUNTUNGAN PEMANFAATAN KULTUR JARINGAN


¨ Pengadaan bibit tidak tergantung musim
¨ Bibit dapat diproduksi dalam jumlah banyak dengan waktu yang relatif lebih cepat (dari
satu mata tunas yang sudah respon dalam 1 tahun dapat dihasilkan minimal 10.000
planlet/bibit)
¨ Bibit yang dihasilkan seragam
¨ Bibit yang dihasilkan bebas penyakit (menggunakan organ tertentu)
¨ Biaya pengangkutan bibit relatif lebih murah dan mudah
¨ Dalam proses pembibitan bebas dari gangguan hama, penyakit, dan deraan lingkungan
lainnya

KULTUR jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian
tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna)
dikondisi invitro (didalam gelas).
Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang
diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya.

Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman
anggrek.
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti
sekelompok sel atau jaringan yang ditumbuhkan dengan kondisi aseptik, sehingga bagian
tanaman tersebut dapat memperbanyak diri tumbuh menjadi tanaman lengkap kembali.[1]

Prinsip
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif.[1]
Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan
dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu.[1]
Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro. Dikatakan in vitro (bahasa Latin),
berarti "di dalam kaca" karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan
medium dan kondisi tertentu.[2] Teori dasar dari kultur in vitro ini adalah Totipotensi.[3] Teori
ini mempercayai bahwa setiap bagian tanaman dapat berkembang biak karena seluruh bagian
tanaman terdiri atas jaringan-jaringan hidup.[3] Oleh karena itu, semua organisme baru yang
berhasil ditumbuhkan akan memiliki sifat yang sama persis dengan induknya.[3]

Prasyarat
Pelaksanaan teknik ini memerlukan berbagai prasyarat untuk mendukung kehidupan jaringan
yang dibiakkan.[2] Hal yang paling esensial adalah wadah dan media tumbuh yang steril.[4]
Media adalah tempat bagi jaringan untuk tumbuh dan mengambil nutrisi yang mendukung
kehidupan jaringan.[2] Media tumbuh menyediakan berbagai bahan yang diperlukan jaringan
untuk hidup dan memperbanyak dirinya.[2]

Media

Ada dua penggolongan media tumbuh: media padat dan media cair. [2] Media padat pada
umumnya berupa padatan gel, seperti agar, dimana nutrisi dicampurkan pada agar.[2] Media
cair adalah nutrisi yang dilarutkan di air.[2] Media cair dapat bersifat tenang atau dalam
kondisi selalu bergerak, tergantung kebutuhan.[2] Komposisi media yang digunakan dalam
kultur jaringan dapat berbeda komposisinya.[4] Perbedaan komposisi media dapat
mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara
in vitro.[5] Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi
unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman. [6]

Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme, dan vitamin pada media
dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi.[7][8] Pada media MS, tidak
terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen).
[7]
ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman.[7]
Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang
diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur.[7][8]

Penambahan hormon tumbuhan atau zat pengatur tumbuh pada jaringan parenkim dapat
mengembalikan jaringan ini menjadi meristematik kembali dan berkembang menjadi jaringan
adventif tempat pucuk, tunas, akar maupun daun pada lokasi yang tidak semestinya. [9] Proses
ini dikenal dengan peristiwa dediferensiasi. Dediferensiasi ditandai dengan peningkatan
aktivitas pembelahan, pembesaran sel, dan perkembangan jaringan.[9]
Metode
Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui
perbanyakan tunas dari mata tunas apikal, melalui pembentukan tunas adventif, dan
embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus.[2]
Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur
jaringan.[5] Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif
membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.[5] Jaringan
tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun, ujung
akar, maupun kambium batang.[10] Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima, yaitu
jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan
fungsinya.[10] Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan
jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.[10]
Kultur dapat didefinisikan sebagai teknik membudidayakan jaringan agar menjadi organisme
yang utuh dan mempunyai sifat yang sama dengan induknya. Kultur jaringan merupakan
salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik
perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas,
serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya
nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian
tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Kultur jaringan
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas,
jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi in vitro
(didalam gelas).

Keuntungan dari kultur jaringan lebih hemat tempat, hemat waktu, dan tanaman yang
diperbanyak dengan kultur jaringan mempunyai sifat sama atau seragam dengan induknya.
Contoh tanaman yang sudah lazim diperbanyak secara kultur jaringan adalah tanaman
anggrek. Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman,
khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang
dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai
sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga
tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah
besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh
bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional.

Dasar teknik kultur jaringan adalah bahwa sel tanaman mempunyai sifat totipotensi yaitu
kemampuan sel untuk tumbuh dan berkembang membentuk tanaman lengkap dalam medium
aseptik yangmengandung unsur hara dan zat pengatur tumbuh yang sesuai.

Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan adalah:
1. Pembuatan media.
2. Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan dikulturkan.
Bagian tanaman yang sering digunakan untuk kegiatan kultur jaringan adalah tunas.
3. Sterilisasi adalah bahwa segala kegiatan dalam kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu di laminar flow dan menggunakan alat-alat yang juga steril.
Sterilisasi juga dilakukan terhadap peralatan, yaitu menggunakan etanol yang
disemprotkan secara merata pada peralatan yang digunakan. Teknisi yang melakukan
kultur jaringan juga harus steril.
4. Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan menanam eksplan
pada media. Kegiatan ini dilakukan di laminar flow untuk menghindari adanya
kontaminasi yang menyebabkan gagalnya pertumbuhan eksplan. Tabung reaksi yang
telah ditanami eksplan diletakkan pada rak-rak dan ditempatkan di tempat yang steril
dengan suhu kamar.
5. Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar
yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan
baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur.
6. Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke
bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan
memberikan sungkup.

Prinsip Dasar Kultur Jaringan

Kultur jaringan mengandung dua prinsip dasar yang jelas, yaitu :

a. Bahan tanam yang totipotensi


Konsep dasar ini mutlak ada dalam pelaksanaan kegiatan kultur jaringan karena hanya
dengan adanya sifat totipotensi ini sel jaringan organ yang digunakan akan mampu tumbuh
dan berkembang sesuai arah dan tujuan budidaya in vitro yang dilakukan. Namun, sifat
totipotensi lebih besar dimilki oleh bagian yang masih muda dan banyak dijumpai pada
daerah meristem. Bahan tanam yang sementara ini digunakan dalam kegiatan kultur jaringan
dan sering terbukti dapat tumbuh dan berkembang adalah:
1. Sel, sel biasanya ditanam dalam bentuk suspensi dengan kepadatan yang telah
ditentukan.
2. Protoplast, biasanya juga ditanam dalam bentuk yang telah ditentukan.
3. Jaringan meristem, jaringan yang ditanam biasanya dalam bentuk potongan organ
yang terdapat pada derah-daerah pertumbuhan.
4. Kalus, kalus ditanam dalam bentuk massa sel yang belum terdeferensiasi dan biasanya
ditanam daam media induksi untuk pertumbuhan kalus.
5. Organ, bahan yang paling umum dalam kegiatan kultur jaringan.

b. Budidaya yang terkendali


Sifat bahan yang totipotensi saja tidak cukup untuk kesuksesan kegiatan kultur jaringan.
Prinsip dasar budidaya yang terkendali ini meliputi :
1. Keadaan media tempat tumbuh
2. Lingkungan yang mempengaruhi
3. Keharusan sterilisasi

Teknik kuljar secara in vitro, beberapa syarat sesuai dengan prinsip dasar kuljar yang harus
diketahui antara lain :
 Memilih eksplan yang baik
 Untuk mendapatkan eksplan yang baik dan mudah tumbuh, dipilih bagian organ yang
masih bersifat meristematik
 Penggunaan medium yang cocok. Media yang biasa digunakan untuk pembuatan
kuljar murni adalah PDA.
 Keadaan yang aseptik. Keadaan yang aseptik ini meliputi sterilisasi eksplan, media,
alat-alat, ruang steril dan ruang kultur (entkas / tempat khusus untuk menanam
eksplan ke dalam medium).
 Pengaturan udara yang baik
Kultur Jaringan adalah teknik memperbanyak tanaman dengan memperbanyak jaringan
mikro (jaringan dari daun, akar, barang, umbi, bunga yg sel2ny msh hidup) tanaman yang
ditumbuhkan secara invitro (di dalam wadah transparan yang steril) menjadi tanaman yang
sempurna dalam jumlah yang tidak terbatas.

Yang menjadi dasar kultur jaringan ini adalah teori totipotensi sel yang berbunyi “setiap sel
organ tanaman akan mampu tumbuh menjadi tanaman yang sempurna jika ditempatkan di
lingkungan yang sesuai.

Tujuan dari teknik ini adalah untuk memperbanyak tanaman dengan waktu yang lebih
singkat.

Metode perbanyakan tanaman secara in vitro dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui:
1. perbanyakan tunas dari mata tunas apikal,
2. pembentukan tunas adventif,
3. embriogenesis somatik, baik secara langsung maupun melalui tahap pembentukan kalus.

Ada beberapa tipe jaringan yang digunakan sebagai eksplan dalam pengerjaan kultur
jaringan. Pertama adalah jaringan muda yang belum mengalami diferensiasi dan masih aktif
membelah (meristematik) sehingga memiliki kemampuan regenerasi yang tinggi.
Jaringan tipe pertama ini biasa ditemukan pada tunas apikal, tunas aksiler, bagian tepi daun,
ujung akar, maupun kambium batang. Tipe jaringan yang kedua adalah jaringan parenkima,
yaitu jaringan penyusun tanaman muda yang sudah mengalami diferensiasi dan menjalankan
fungsinya. Contoh jaringan tersebut adalah jaringan daun yang sudah berfotosintesis dan
jaringan batang atau akar yang berfungsi sebagai tempat cadangan makanan.

Jaringan tersebut kemudian ditanam ke wadah transparan (botol) steril yang berisi media
kaya akan unsur hara, hormon dan makanan bagi jaringan yang akan tumbuh menjadi
tanaman utuh.

unsur hara yang terkandung dalam media biasanya menggunakan komposisi media MS
(Murashige-Skoog), walaupun ada kemungkinan penggunaan formula media lain tergantung
jenis tanaman dan tujuan perbanyakan.

Hormon tumbuhan yang biasa digunakan pada kultur jaringan adalah hormon atau zat
pengatur tumbuh yang sengaja diberikan dalam jumlah tertentu untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan jaringan. Hormon atau ZPT yang bisa digunakan adalah
Auksin dan Sitokinin.

Jaringan yang berada dalam kondisi in vitro, blum mampu berfotosistesis dengan baik, oleh
sebab itu jaringan diberikan makanan "jadi" yaitu glukosa sebagai sumber energi bagi
pertumbuhan dan perkembangannya.

Jaringan tumbuh dan berkembang menjadi tanaman mini utuh yang telah memiliki akar,
batang, dan daun setelah mencapai usia yang cukup, dapat dipindahkan keluar wadah dan
melakukan adaptasi untuk ditanam di tanah lapang. Proses ini disebut Aklimatisasi. setelah
tanaman mini ini berhasil tumbuh di luar wadah dan dapat berfotosintesis, maka tanaman
tersebut berhasil di aklimatisasikan.

Rekayasa genetika
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Rekayasa genetika (Ing. genetic engineering) dalam arti paling luas adalah penerapan
genetika untuk kepentingan manusia. Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaan hewan atau
tanaman melalui seleksi dalam populasi dapat dimasukkan. Demikian pula penerapan mutasi
buatan tanpa target dapat pula dimasukkan. Walaupun demikian, masyarakat ilmiah sekarang
lebih bersepakat dengan batasan yang lebih sempit, yaitu penerapan teknik-teknik biologi
molekular untuk mengubah susunan genetik dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi
genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu.

Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari bakteri,
fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang
kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara
itu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan
perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan
bidang masing-masing.

Perkembangan
Ilmu terapan ini dapat dianggap sebagai cabang biologi maupun sebagai ilmu-ilmu rekayasa
(keteknikan). Dapat dianggap, awal mulanya adalah dari usaha-usaha yang dilakukan untuk
menyingkap material yang diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Ketika orang
mengetahui bahwa kromosom adalah material yang membawa bahan terwariskan itu (disebut
gen) maka itulah awal mula ilmu ini. Tentu saja, penemuan struktur DNA menjadi titik yang
paling pokok karena dari sinilah orang kemudian dapat menentukan bagaimana sifat dapat
diubah dengan mengubah komposisi DNA, yang adalah suatu polimer bervariasi.

Tahap-tahap penting berikutnya adalah serangkaian penemuan enzim restriksi (pemotong)


DNA, regulasi (pengaturan ekspresi) DNA (diawali dari penemuan operon laktosa pada
prokariota), perakitan teknik PCR, transformasi genetik, teknik peredaman gen (termasuk
interferensi RNA), dan teknik mutasi terarah (seperti Tilling). Sejalan dengan penemuan-
penemuan penting itu, perkembangan di bidang biostatistika, bioinformatika dan
robotika/automasi memainkan peranan penting dalam kemajuan dan efisiensi kerja bidang ini
Ada beberapa arti rekayasa genetika diantaranya rekayasa genetika dapat diartikan
sebagai manipulasi sifat genetik suatu organism dengan cara mengintroduksi atau
mengeliminasi gen-gen tertentu. Sumber lain mengartikan rekayasa genetika sebagai
manipulasi genetik dalam sel umtuk menghasilkan suatu sifat yang dikehendaki, kadang-
kadang disebut teknologi rekombinan DNA. Dari beberapa sumber itu memperlihatkan ada
manipulasi atas materi genetik dengan cara menambah atau menghilangkan gen tertentu.
Terdapat beberapa teknik yang digunakan dalam rekayasa genetika, misalnya transfer vector,
injeksi mikro, fusi protoplas, dan elektroporasi.

Transfer vector
Transfer vector merupakan cara memasukkan suatu gen kedalam suatu sel baru
dengan menggunakan pembawa khusus. Vector yang digunakan untuk memesukkan gen ke
sesuatu sel baru adalah plasmid, bakteriofag, dan kosmid. Secara kimiawi vector-vektor
tersebut adalah molekul DNA. Sebagai vector suatu molekul DNA harus memiliki sifat-sifat
seperti dibawah ini:
1. Molekul DNA itu harus mampu melakukan replikasi sendiri mapun replikasi segmen DNA
yang diinsersikan bebas dari replikasi kromosom sel inang dengan cara membawahi suatu
”ori”.
2. Mengandung sejumlah tapak pemutusan enzim retriksi khusus yang bermanfaat untuk insersi
segmen-segmen DNA.
3. Membawahi suatu penanda yang dapat dimanfaatkan untuk identifikasi sel-sel inang yang
mengandungnya.
4. Mudah terbebas kembali dari sel inang.

Injeksi Mikro, Fusi Protoplas, Elektroporasi, Kopresipitas Kalsium Fosfat dan


Endositoasis, Serta Proyeksi Mikro
Pada injeksi mikro digunakan jarum mikroskopis, untuk memasukkan DNA melalui
membrane sel sasaran (Smith dan Byars, 1990). Termasuk kedalam inti sel. Pada fusi
protoplas terjadi pelarutan dua membrane sel dari sel-sel yang berbeda sehingga dua sel dapat
digabung menjadi satu (Smith dan Byars, 1990).
Berkaitan dengan fusi protoplas, suatu system transformasi sederhana sudah
dikembangkan yang memanfaatkan liposom yang tersusun dari suatu lipida kationik.
Liposom-liposom permulaan positif tidak hanya membentuk kompleks dengan DNA, tetapi
juga melekat pada sel-sel hewan yang dikultur dan lapisan-lapisan itu efisien melakukan
transformasi atas sel-sel tersebut, yang mungkin terjadi melalui fusi dengan membrane
plasma. Pemanfaatan liposom sebagai suatu system transformasi atau transfeksi disebut
sebagai Lipofeksi. Pada teknik elektroporasi digunakan listrik untuk menciptakan lubang
kecil dimembran sel yang akan dimanfaatkan untuk pemindahan DNA kedalam sel.

Prosedur Dasar Teknologi DNA Rekombinan


Urutan proses yang menjadi prosedur dasar pada teknik DNA rekombinan yang
diperantarai vector, sebagai berikut :
a. Pembuatan fragmen DNA dengan bantuan enzim nuclease retriksi yang mengenal dan
memotong molekul DNA pada urut-urutan nukleotida yang spesifik.
b. Segmen-segmen tersebut digabung ke molekul DNA lain dengan bantuan vector. Vector
dapat bereplikasi secara otonom sehingga memfasilitasi manipulasi dan identifikasi molekul
DNA yang baru terbentuk.
c. Vector yang sudah terinsersi segmen DNA ditransfer ke suatu sel inang. Di dalam sel
tersebut molekul DNA rekombinan (yang tersusun dan segmen yang terinsersi) direplikasikan
menghasilkan berlusin salinan yang disebut klon-klon.
d. Segmen-segmen DNA yang di klon dapat diambil dari sel inang, dimurnikan dan dianalisis.
e. Sel-sel inang yang mengandung DNA rekombinan mewariskannya kepada seluruh sel
turunan, menghasilkan suatu populasi sel-sel yang identic yang semuanya membawahi urut-
urutan yang di klon.
f. Secara potensial, DNA yang diklon dapat ditranskripsikan, RNAd-nya ditranslasikan serta
produk-produk gennya diisolasi dan dikaji.

Peran Enzim Endonuclease Retriksi


Enzim endonuclease retriksi terbagi menjadi dua kelompok atau tipe (Russel, 1992).
Tipe I akan mengenali suatu urutan pasangan nukleotida yang spesifik pada DNA dan
selanjutnya memotong DNA pada suatu tapak tidak spesifik. Enzim endonuklease tipe II juga
mengenal suatu urutan pasangan nukleotida spesifik pada DNA, tetapi tipe ini memotong
DNA justru di dalam urutan tadi. (Russel, 1992).
Enzim endonuklease restriksi juga sudah diisolasi dari sejumlah besar strain bakteri
yang berbeda (Russel, 1992). Oleh karena itu tiap enzim memotong DNA pada suatu urutan
pasangan nukleotida yang spesifik untuk enzim yang bersangkutan, jumlah potongan yang
dibuat enzim pada suatu molekul DNA tertentu tergantung pada jumlah berapa kali urutan
pengenalan ditemukan pada DNA. Pada beberapa kasus, enzim yang berbeda mengenal dan
memotong urutan pasangan nukleotida yang sama. Enzim yang semacam itu disebut sebagai
isochizomer.

Seleksi Klon Rekombinan


Pada initnya teknik blotting ini mentransfer makro molekul dari gel yang berarti
mereka telah dipisahkan secara elektroforesis ke permukaan suatu membrane. Sekali
ditransformasi, makro molekul ini akan difiksasi secara permanen pada membrane.
Membrane ini relative mudah ditangani dan dapat dipakai untuk berbagai macam teknik
analisis. Sebagai akibatnya, membrane ini juga luas pemakaiannya dalam mendeteksi dan
menganalisis asam dan proten.

Manfaat Rekayasa Genetika


Manfaat rekayasa genetika dapat dilihat dalam kaitannya dengan analisis genetic,
diagnosis molekuler atas penyakit manusia, terapi gen, sidik jari DNA, serta bioteknologi
(Klug, dkk, 1994)
Analisis genetik
Para ahli genetika menggunakan teknik-teknik DNA rekombinan untuk kepentingan
analisi genetic (Klug, dkk, 1994). Teknik-teknik itu memungkinkan pengadaan suatu
kumpulan klon yang meliputi keseluruhan klon, demikian pula memungkinkan pemetaan
genetic maupun fisik yang lengkap, serta memungkinkan penetapan urutan nukleotida dan
keseluruhan kromosom.
Diagnosis molekuler atas penyakit manusia
Teknologi DNA rekombinan sudah terbukti menjadi suatu alat yang sangat sensitive
dan teliti untuk mendeteksi kelainan-kelainan genetic (Klug dkk, 1994). Pemanfaaan urutan
DNA yang diklon memungkinkan pengamatan langsung terhadap genotip daripada
pengamatan atas suatu produk gen yang belum dikenal atau yang tidak terekspresi. Sebagai
contoh deteksi molekuler dapat dilakukan atas Thalessemia dan Sickle cell anemia.
Terapi gen
Kemampuan mengisolasi dan mengklon gen-gen spesifik manusia yang pada mulanya
dikembangkan sebagai suatu kegiatan penelitian, sekarang sedang digunakan dalam bidang
kedokteran secara operasional untuk menangani kelainan-kelainan menurun, dan cara yang
ditempuh adalah mengganti gen cacat dengan salinan gen normal (Klug dkk, 1994). Proses
semavam itu disebut sebagai terapi gen.
Panduan terapi gen sudah disusun dan mencakup beberapa persyaratan (Klug dkk,
1994) yang akan dikemukakan lebih lanjut.

a. Gen harus diisolasi dan ditransfer.

b. Cara transfer gen yang efektif harus ada.

c. Jaringan target harus dapat tercapai, sebagi contoh percobaan terapi gen yang pertama
menggunakan sel-sel darah putih ataupun perkusornya sebagai jaringan target.

d. Terapi gen tidak boleh menyakiti pasien dan sudah tidak ada cara terapi lain yang
efektif.

Sidik jari DNA

RFLP sudah digunakan untuk membedakan salinan gen yang normal dari yang mutan
dan dapat digunakan sebagai penanda genetik , karena polimorfisme tersebut diwariskan
dalalm pola kodominan ( Klug dkk, 1994). Fenotip dari penanda – penanda ini berupa
susunan atau deretan frgamen DNA berbagai ukuran yang ada pada southern blott, sesudah
DNA dipotong dengan suatu enzim endonuklease restriksi.

Bioteknologi
Pada bagian ini akan dikemukakan secara sangat ringkas pemnafaatan rekayasa
genetika atau teknologi DNA rekombinasi dalam bidang bioteknologi untuk kepentingan
manusia yang lain selain dari pada yang telah disebutkan sebelumnya.
Masing – masing jaringan dikendalikan oleh banyak gen. Jadi mengubah bentuk
tubuh maupun intelegensi manusia pada saat sekarang masih jauh dari jangkauan teknologi
genetika yang diketahui.

Catatan Lain Tentang Bioteknologi di Bidang Pertanian


Rekayasa Genetika dalam pertanian menjanjikan masa depan yang cerah namun ada
keterbatasan bioteknologi pertanian. Menurut Micklos dan freyer ( 1990) kesulitan analisis
genetis tanaman disebabkan oleh : (1) pertumbuhan tanaman yang lambat dan umur
pergantian genrasi yang lama, (2) besarnya genom tanaman , termasuk banyaknya kromosom
poliploid, dan (3) dimilikinya “kotak kayu” yaitu dinding sel berupa selulose yang
mengelilingi tanaman. Oleh karena itu ,penelitian dilakukan terutama untuk sifat – sifat yang
dikendalikan oleh gen tunggal. Masalahnya, kebanyakan sifat dikendalikan oleh banyak gen (
multigen). Sifat yang dikendalikan oleh banyak gen sangat sulit direkayasa dan dikendalikan.

Menciptakan Dasar Yang Kokoh Bagi Keberhasilan Pengembangan Rekayasa Genetika


Di Indonesia
Gagasan yang dikemukakan pada bagian ini sudah pernah dikemukakan dalam seminar
nasional bioteknologi pertanian di IPB ( Corebima, 1987). Keinginan kita adalah agar supaya
sebagai suatu ilmu terapan baru dalam biologi di indonesia, rekayasa genetika dapat dikuasai
dan dikembangkan. Usaha yang harus dilakukan untuk menunjang harapan itu adalah secepat
mungkin menciptakan dasar yang kokoh bagi pengembangan rekayasa genetika yang
dilakukan, diharapkan lebih berhasil sehingga kita tidak selalu hanya mampu melakukan alih
teknologi saja.
Dasar yang kokoh bagi pengembangan rekayasa di indonesia adalah tumbuh dan
berkembangnya ilmu –ilmu murni pendukung. Inilah dasar utama bagi pengembangan
rekayasa genetika sebagai ilmu terapan, disamping faktor – faktor lain. Hal itu berarti bahwa
ilmu – ilmu murni dalam genetika, biokimia, biologi molekuler, dan sebagainya; harus
tumbuh dan berkembang.
1. A. Defenisi Rekayasa Genetika

Rekayasa genetika (Ing. genetic engineering) dalam arti paling luas adalah
penerapan genetika untuk kepentingan manusia. Dengan pengertian ini kegiatan pemuliaan
hewan atau tanaman melalui seleksi dalam populasi dapat dimasukkan. Demikian pula
penerapan mutasi buatan tanpa target dapat pula dimasukkan. Walaupun demikian,
masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih sempit, yaitu
penerapan teknik-teknik biologi molekular untuk mengubah susunan genetik dalam
kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan tertentu.
Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari bakteri,
fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Bidang
kedokteran dan farmasi paling banyak berinvestasi di bidang yang relatif baru ini. Sementara
itu bidang lain, seperti ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan
perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan
bidang masing-masing.
1. B. Perkembangan Rekayasa Genetika

Sejarah perkembangan genetika sebagai ilmu pengetahuan dimulai menjelang akhir abad ke-
19 ketika seorang biarawan Austria bernama Gregor Johann Mendel berhasil melakukan
analisis yang cermat dengan interpretasi yang tepat atas hasil-hasil percobaan persilangannya
pada tanaman kacang ercis (pisum sativum), Mendel bukanlah orang pertama yang
melakukan percobaan-percobaan persilangan. Akan tetapi, berbeda dengan para
pendahulunya yang melihat setiap individu dengan keseluruhan sifatnya yang kompleks,
Mendel mengamati pola pewarisan sifat demi sifat sehingga menjadi lebih mudah untuk
diikuti. Deduksinya mengenai pola pewarisan sifat ini kemudian menjadi landasan utama
bagi perkembangan genetika sebagai suatu cabang ilmu pengetahuan, dan Mendel pun diakui
sebagai Bapak Genetika.
Semenjak saat itu hingga lebih kurang pertengahan abad ke-20 berbagai percobaan
persilangan atas dasar prinsip-prinsip Mendel sangat mendominasi penelitian di bidang
genetika. Hal ini menandai berlangsungnya suatu era yang dinamakan genetika klasik.
pada awal abad ke-20 ketika biokimia mulai berkembang sebagai cabang ilmu pengetahuan
baru, para ahli genetika tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang hakekat materi
genetik, khususnya mengenai sifat biokimianya. Pada tahun 1920-an, dan kemudian tahun
1940-an, terungkap bahwa senyawa kimia materi genetik adalah asam deoksiribonukleat
(DNA). Dengan ditemukannya model struktur molekul DNA pada tahun 1953 oleh J.D.
Watson dan F.H.C. Crick dimulailah era genetika yang baru, yaitu genetika molekuler.
Perkembangan penelitian genetika molekuler terjadi demikian pesatnya. Jika ilmu
pengetahuan pada umumnya mengalami perkembangan dua kali lipat dalam satu dasawarsa,
maka waktu yang dibutuhkan untuk itu (doubling time) pada genetika molekuler hanyalah
dua tahun! Bahkan, perkembangan yang lebih revolusioner dapat disaksikan semenjak tahun
1970-an, yaitu pada saat dikenalnya teknologi manipulasi molekul DNA atau teknologi DNA
rekombinan atau dengan istilah yang lebih populer disebut sebagai rekayasa genetika.
Saat ini sudah menjadi berita biasa apabila organisme-organisme seperti domba, babi, dan
kera didapatkan melalui teknik rekayasa genetika yang disebut kloning. Sementara itu, pada
manusia telah dilakukan pemetaan seluruh genom atau dikenal sebagai projek genom
manusia (human genom project), yang diluncurkan pada tahun 1990
Sebagai cabang biologi maupun sebagai ilmu-ilmu rekayasa (keteknikan). Dapat dianggap,
awal mulanya adalah dari usaha-usaha yang dilakukan untuk menyingkap material yang
diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Ketika orang mengetahui bahwa
kromosom adalah material yang membawa bahan terwariskan itu (disebut gen) maka itulah
awal mula ilmu ini. Tentu saja, penemuan struktur DNA menjadi titik yang paling pokok
karena dari sinilah orang kemudian dapat menentukan bagaimana sifat dapat diubah dengan
mengubah komposisi DNA, yang adalah suatu polimer bervariasi.
Tahap-tahap penting berikutnya adalah serangkaian penemuan enzim restriksi (pemotong)
DNA, regulasi (pengaturan ekspresi) DNA (diawali dari penemuan operon laktosa pada
prokariota), perakitan teknik PCR, transformasi genetik, teknik peredaman gen (termasuk
interferensi RNA), dan teknik mutasi terarah (seperti Tilling). Sejalan dengan penemuan-
penemuan penting itu, perkembangan di bidang biostatistika, bioinformatika dan
robotika/automasi memainkan peranan penting dalam kemajuan dan efisiensi kerja bidang
ini.
1. C. Langkah-langkah dalam Melakukan Rekayasa Genetika

Langkah-langkah yang dilakukan pada saat akan melakukan rekayasa genetika adalah
sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi gen dan mengisolasi gen yang diinginkan
2. Membuat DNA/AND salinan dari ARN Duta.
3. Pemasangan cDNA pada cincin plasmid
4. Penyisipan DNA rekombinan kedalam tubuh/sel bakteri.
5. Membuat klon bakteri yang mengandung DNA rekombinan
6. Pemanenan produk.

1. D. Manfaat Rekayasa Genetika

1. Meningkatnya derajat kesehatan manusia, dengan diproduksinya berbagai hormone


manusia seperti insulin dan hormone pertumbuhan.
2. Tersedianya bahan makanan yang lebih melimpah.
3. Tersedianya sumber energy yang terbaharui.
4. Proses industry yang lebih murah.
5. Berkurangnya polusi.

1. E. Dampak-Dampak Rekayasa Genetika

1. Gangguan terhadap lingkungan

Pola tanam produk pertanian di Indonesia areal kecil dikelilingi oleh berbagai gulma, dengan
adanya sifat cross-polination dari GMO maka dikhawatirkan akan bermunculan gulma baru
yang lebih resisten.
Tanpa membakar sisa tanaman GMO akan memusnahkan jasad renik dalam tanah bekas
penanaman tanaman GMO akibat sifat dari sisa GMO yang bersifat toksis. Jangka panjang
akan merubah struktur dan tekstur tanah.
Sifat tanaman GMO yang dapat membunuh larva kupu-kupu, akan memberikan kekhawatiran
punahnya kupu-kupu di Sulawesi Selatan. Seperti diketahui Sulawesi Selatan termasyhur
dengan kupu-kupunya.
1. Gangguan terhadap kesehatan

Satu-satunya gangguan kesehatan akibat penggunaan hasil rekayasa genetika ialah reaksi
alergis yang sudah dapat dibuktikan
1. Gangguan terhadap realigi dan etika

Penggunaan obat insulin yang diproduksi dari transplantasi sel pancreas babi ke sel bakteri,
serta xenotransplatation yang menggunakan katup jantung babi ditransplantasikan ke
jantung manusia memberikan kekhawatiran terhadap mereka yang beragama Islam.
Indonesia telah mengimpor kedelai dua juta ton dan jagung 1,2 juta ton serta berbagai
komoditas lainnya pada tahun 2000 yang diduga mengandung GMO, sehingga sudah dapat
dipastikan Indonesia telah mengonsumsi hasil rekayasa genetika. Tetapi, hingga saat ini
belum pernah dilaporkan adanya dampak negatif dari penggunaan GMO. Jangankan
mendeteksi dampak negatif penggunaan GMO, mendeteksi apakah komoditas yang diimpor
mengandung GMO saja belum pernah dilakukan di Indonesia. Justru untuk itulah kami
memberanikan diri mengemukakan dugaan kekhawatiran munculnya dampak negatif
penggunaan dari produk rekayasa genetika.
1. F. Pandangan Masyarakat mengenai Rekayasa Genetika

Reaksi yang ditimbulkan masyarakat terhadap rekayasa genetika ada bermacam-macam, baik
pro, kontra maupun tidak peduli. Untuk masyarakat awam, mereka tidak peduli apakah
makanan yang dimakanannya produk transgenik apa tidak, asal menguntungkan, murah, dan
isinya kurang lebih sama dengan produk yang bukan transgenik. Contohnya adalah kedelai.
Negara kita mengimpor kedelai transgenik dari amerika yang harganya cukup ekonomis di
pasar, sehingga dijadikan bahan baku tempe dan tahu yang dikonsumsi sehari-hari. Dan juga
dari buah-buahan impor di supermarket, boleh jadi ada diantaranya yang merupakan produk
transgenik namun tidak diberi informasi mengenainya.
Berikut ini adalah pandangan orang yang kontra mengenai produk transgenik dan opini
mengenainya :

1. Rekayasa genetika adalah perbuatan tercela, tidak alamiah karena hanya Tuhan
yang berhak mengutak-atik gen !
Opini : Apabila dikatakan perbuatan tercela, kenapa tidak diprotes dari dulu? Sebelum
teknologi transgenik ada, orang sudah melakukan berbagai kawin silang utnuk membentuk
hibrida. Hasil pertanian yang kita makan adalah adalah benih hibrida hasil pemuliaan.
Berbagai ras anjing yang ada sekarang muncul akibat kawin silang dan pemuliaan, dan
umpama anjing-anjing itu tidak diketahui selain dari fosilnya, maka orang mungkin mengira
itu adalah spesies yang berbeda (dapat dibayangkan, Buldog dengan pudel). Dan sebenanrya
hasil kawin silang itu tentu saja jauh lebih banyak banyak yang “gagal”, buruk dan tidak
diketahui orang. Hanya sedikit yang bagusnya yang kemudian terus dikembangkan dan dijual
untuk berbagai keperluan. Bahkan semenjak jaman dahulu orang sudah menyilangkan kuda
dan keledai menghasilkan Baghal yang mandul, dan tidak sejauh yang saya ketahui tidak ada
ulama yan gprotes dengan hal ini.
Disamping itu bila rekayasa dikatakan tidak alamiah, maka sebenarnya virus-virus dan
bakteri tanah pun melakukan pemindahan gen dari satu spesies ke spesies yang lain. Dan
kalau mutasi terjadi pada sel kelamin, bisa diturunkan. Namun mereka melakukannya secara
sembarangan tentu saja.
2. Rekayasa genetika menghasilkan kondisi yang tidak bisa dipastikan, dan oleh karena
itu membahayakan.
Dalam kenyataannya hasil kawin silang juga menghasilkan kondisi yang tidak dipastikan, dan
seringkali hasilnya aneh-aneh juga. Dalam rekayasa genetika, setidaknya orang tahu gen apa
yang dirubah atau dimasukkan, dan apa saja efek yang dapat diperkirakannya. Sedangkan
dalam kawin silang, sulit diramal ekspresi fenotip yang bakal terjadi dari penggabungan alel
yang tidak lazim.
3. Rekayasa genetika menghasilkan produk yang membahayakan bagi kesehatan dan
lingkungan, dan sudah ada buktinya.
Sebenarnya produk rekayasa genetika itu ada sangat banyak dan bila ada beberapa kasus
yang benar terjadi, maka tidak mungkin menyama ratakan semuanya. Bahkan ada produk
rekayasa genetika yang ditujukan untuk kesehatan seperti produksi gula sehat untuk diabetes
dan vaksin yang bisa dimakan. Juga dengan teknologi penghasil insektisida biologis, orang
akan mengurangi pengunaan pestisida kimiawi yang berbahaya bagi konsumen dan
lingkungan. Bahkan makanan alamiah pun bila dikonsumsi oleh orang yang tidak tepat, bisa
menyebabkan alergi, keracunan dan penyakit.
4. Rekayasa genetika adalah imperialisme modal dan kejahatan globalisasi.
Sebenarnya kalau orang mau melakukan imperialisme modal dan kejahatan globalisasi,
bukan hanya rekayasa genetika saja yang bisa digunakan, apapun bisa digunakan seperti
penjualan produk yang membahayakan kesehatan namun enak, pembuatan regulasi yang
menyebabkan ketergantungan konsumen terhadap produk-produk tertentu dan lain-lain. Tapi
sebenarnya produk rekayasa genetika bisa juga digunakan untuk kemakmuran masyarkat bila
dilakukan oleh pihak dan cara yang tepat. Umpama pembuatan bibit padi yang bisa ditanam
di lahan yang kurang subur, pembuatan vaksin murah oleh pemerintah dan sebagainya.
Sebenarnya masih banyak yang bisa dibahas namun karena keterbatasan pribadi, hanya ini
opini saya yang bisa ditulis. Intinya adalah, masyarakat harus memperoleh informasi yang
benar dan adil, bukan label-label rekayasa genetika, transgenik, organik dan lain-lain yang
bisa diartikan macam-macam. Yang terpenting dari suatu tindakan adalah akibatnya, bukan
label-labelnya. Kalau kita mendukung habis-habisan produk tertentu dan menolak habis-
habisan produk yang lain dengan menambah-nambahi atau mengurang-ngurangi fakta yang
ada, maka kita bisa saja secara tak sadar turut mendukung praktek kapitalis dan merugikan
masyarakat, walaupun sebenarnya berniat sebaliknya.
Rekayasa genetika adalah penerapan genetika untuk kepentingan manusia. Dengan
pengertian ini kegiatan pemuliaan hewan atau tanaman melalui seleksi dalam populasi dapat
dimasukkan. Demikian pula penerapan mutasi buatan tanpa target dapat pula dimasukkan.
Walaupun demikian, masyarakat ilmiah sekarang lebih bersepakat dengan batasan yang lebih
sempit, yaitu penerapan teknik-teknik biologi molekular untuk mengubah susunan genetik
dalam kromosom atau mengubah sistem ekspresi genetik yang diarahkan pada kemanfaatan
tertentu.
Setelah melakukan pengkajian penulis dapat menyimpulkan :
1. Rekayasa genetika adalah suatu kemajuan dibidang IPTEK yang sangat bermanfaat
untuk meningkatkan tingkat fungsional dari suatu makhluk hidup atau organism.
2. Rekayasa genetika sangat baik digunakan asalkan masih dalam batas kewajaran
manusia yang masih bias dimengerti dengan akal pikiran manusia.
3. Rekayasa genetika dapat digunakan untuk memperbaiki kerusakan dan merupakan
alat untuk melakukan pembaharuan yang sangat efisien jika digunakan dengan tepat.
4. Rupanya masih banyak masyarakat yang belum benar mengerti arti rekayasa genetika
itu dan apa dampaknya bagi kehidupan manusia.
5. B. Saran
6. Hendaknya rekayasa genetika dimanfaatkan dan digunakan dengan selayak-layaknya.
7. Rekayasa genetika hendaknya tidak digunakan untuk merusak gen suatu organism
8. Hendaknya rekayasa genetika digunakan untuk memperbaiki keadaan manusia yang
semakin terpuruk
9. Hendaknya masyarakat diberi pengetahuan kembali mengenai rekayasa genetika,
karenma banyak sekali masyarakat yang belum mengetahui apa itu rekayasa genetika.

Anda mungkin juga menyukai