Anda di halaman 1dari 17

Kimia

Titrasi
Titrasi adalah cara analisis yang memungkinkan kita untuk mengukur jumlah
pasti dari suatu larutan dengan mereaksikannya dengan larutan lain yang telah
diketahui konsentrasinya. Setelah mempelajari materi stoikiometri larutan dan
penentuan pereaksi pembatas, maka kita bisa mempelajari titrasi dengan lebih
mudah. Kalian telah mengetahui bukan bahwa reaksi antara asam dan basa
akan membentuk garam dan air. Apabila HCl direaksikan dengan NaOH, maka
akan terbentuk garam NaCl dan H2O. Reaksi ionisasinya bisa dituliskan sebagai
berikut.

H+(aq) + Cl-(aq) + Na+(aq) + OH-(aq) → Na+(aq) + Cl-(aq) + H2O(l)

NaCl akan mengalami ionisasi sempurna sehingga tidak akan mengalami


perubahan, dan dalam larutan berbentuk ion. Reaksi di atas juga dapat disebut
sebagai reaksi pembentukan air atau sering disebut sebagai reaksi netralisasi.

H+(aq) + OH-(aq) → H2O(l)

Reaksi netralisasi dapat dipakai untuk menentukan konsentrasi larutan asam


atau basa, yaitu dengan menambahkan setetes demi setetes larutan asam ke
dalam larutan basa atau sebaliknya. Setiap asam yang diteteskan akan bereaksi
dengan basa, dan penetesan dihentikan pada saat jumlah mol H+ (ion H+ dari
asam) setara dengan mol OH- (ion OH- dari basa). Pada saat itu, larutan bersifat
netral (sudah terbentuk air) dan disebut titik ekuivalen. Cara seperti ini disebut
titrasi. Analisis ini juga disebut analisis volumetri karena yang diukur adalah
volume dari asam/basa yang terpakai dalam titrasi.
Tahu tentang pengertian titrasi saja tidak cukup. Bagaimana cara melakukan
titrasi yang benar sangat penting untuk diketahui. Untuk itu simak baik-baik
langkah-langkah titrasi berikut

1. Cara Titrasi

Untuk lebih mudah belajar cara titrasi, coba kalian perhatikan langkah-
langkah berikut ini.

Langkah 1 :

Larutan yang akan diteteskan dimasukkan ke dalam buret (pipa panjang


berskala). Larutan dalam buret disebut penitrasi.

Langkah 2 :

Larutan yang akan dititrasi dimasukkan ke dalam erlenmeyer dengan


mengukur volumenya terlebih dahulu memakai pipet gondok.

Langkah 3 :

Memberikan beberapa tetes indikator pada larutan yang dititrasi (dalam


erlenmeyer) menggunakan pipet tetes. Indikator yang dipakai adalah yang
perubahan warnanya sekitar titik ekuivalen.

Langkah 4 :

Proses titrasi, yaitu larutan yang berada dalam buret diteteskan secara
perlahan-lahan melalui kran ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer igoyang-
goyang sehingga larutan penitrasi dapat larut dengan larutan yang berada
dalam erlenmeyer. Penambahan larutan penitrasi ke dalam erlenmeyer
dihentikan ketika sudah terjadi perubahan warna dalam erlenmeyer.
Perubahan warna ini menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi (titik
ekuivalen).

Langkah 5 :

Mencatat volume yang dibutuhkan larutan penitrasi de ngan melihat volume


yang berkurang pada buret setelah dilakukan proses titrasi.

2. Cara Menentukan Titik Akhir Titrasi


Kurva titrasi dapat dibuat dengan menghitung pH larutan asam/basa pada
beberapa titik berikut.
a. Titik awal sebelum penambahan asam/basa.
b. Titik-titik setelah ditambah asam/basa sehingga larutan mengandung
garam yang terbentuk dan asam/basa yang berlebih.
c. Titik ekivalen, adalah saat larutan hanya mengandung garam, tanpa ada
kelebihan asam atau basa. Pada saat ini, berlaku rumus berikut:

N1 x V1 = N2 x V2

Keterangan :
N1 = normalitas larutan yang dititrasi (titran)
V1 = volume titran
N2 = normalitas larutan yang menitrasi (penitran)
V2 = volume penitran
N = n x M (dengan n = valensi asam/basa dan M molaritas larutan)

d. Daerah lewat ekivalen, adalah larutan yang mengandung garam dan


kelebihan asam/basa.
Untuk memperjelas uraian di atas, simaklah contoh soal titrasi asam kuat
dengan basa kuat di bawah ini.

Contoh Soal :
Untuk menetralkan 50 mL larutan HCl diperlukan 20 mL larutan 0.25 M
NaOH. Tentukan kemolaran larutan HCl.

Jawab:
NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)
mol HCl = 20 x 0,25 = 5 mmol

Berdasarkan koefisien reaksi di atas, maka :

mol HCl = mol NaOH = 5 mmol


M HCl = n/V = 5 m mol / 50mL = 0.1 M

Besarnya perubahan pH dapat diamati dengan melihat kurva titrasi.


Bentuk kurva dari masing-masing titrasi berlainan tergantung pada kekuatan
asam dan basa yang digunakan.

3. Jenis Titrasi

Berdasarkan kekuatan asam basanya, maka titrasi asam basa dibedakan


menjadi 3, yaitu:

a. Titrasi asam kuat dengan basa kuat

Contoh titrasi asam kuat dengan basa kuat adalah titrasi 25 mL larutan
HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1M. Kurva titrasinya akan akan
memperlihatkan bahwa di sekitar titik ekivalen terlihat garis kurva naik
tajam,yang mengartikan bahwa pada daerah tersebut, penambahan
sedikit NaOH telah menimbulkan perubahan pH yang besar. Oleh karena
itu, indikator dimasukkan pada larutan asam yang akan dititrasi bukan
pada larutan basa

b. Titrasi asam lemah dengan basa kuat

Contoh titrasi asam lemah dengan basa kuat adalah titrasi 25 mL


CH3COOH 0,1 M dengan larutan NaOH 0,1. Kurva titrasi memperlihatkan
bahwa setelah titik ekivalen, pH larutan cenderung naik

c. Titrasi basa lemah dengan asam kuat

Contoh titrasi antara basa lemah dengan asam kuat adalah titrasi 25 mL
NH4OH dengan HCl 0,1M. Titrasi ini mirip dengan titrasi asam lemah
dengan basa kuat, tetapi kurva yang terjadi kebalikannya, cenderung
turun.
Titrasi dilakukan untuk larutan asam dan basa. Apa yang terjadi selama
penambahan penitrasi ke dalam larutan asam ataupun basa? Kalian akan
segera tahu setelah membaca uraian berikut.

Jika kalian perhatikan saat melakukan kegiatan di atas, larutan yang berada
di dalam erlenmeyer adalah basa, sehingga pHnya > 7. Saat dititrasi dengan
asam, tentu pH akan turun sampai terjadi titik ekivalen. Perubahan pH
larutan secara visual dapat dilihat dengan semakin samarnya warna pink
dari larutan dalam erlenmeyer hingga akhirnya menjadi bening.

Besarnya perubahan pH dapat diamati dengan melihat kurva titrasi. Bentuk


kurva dari masing-masing titrasi berlainan tergantung pada kekuatan asam
dan basa yang digunakan Kurva titrasi dapat dibuat dengan menghitung pH
larutan asam/basa pada beberapa titik berikut.

 Titik awal sebelum penambahan asam/basa.


 Titik-titik setelah ditambah asam/basa sehingga larutan mengandung
garam yang terbentuk dan asam/basa yang berlebih.
 Titik ekuivalen, yaitu saat larutan hanya mengandung garam, tanpa ada
kelebihan asam atau basa.
 Daerah lewat ekuivalen, yaitu larutan yang mengandung garam dan
kelebihan asam/basa.

Kalian akan lebih paham dan jelas dengan memperhatikan contoh


perhitungan dan Aktivitas berikut ini

Contoh Soal:

Untuk menetralkan 50 mL larutan HCI diperlukan 20 mL larutan 0.25 M


NaOH. Tentukan kemolaran larutan HCI.

Penyelesaian :

NaOH(aq) + HCl(aq) → NaCl(aq) + H2O(l)

mol HCl = 20 x 0.25 = 5 mmol


Berdasarkan koefisien reaksi di atas, maka :

mol HCl = mol NaOH = 5 mmol

M HCl = n/V = 5 mmol/50mL = 0,1 M

Percobaan/ Menentukan Konsentrasi Larutan NaOH


A. Dasar teori

Titrasi merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur jumlah


(konsentrasi) suatu larutan. Salah sat reaksi yang sering digunakan dalam
titrasi adalah netralisasi asam basa. Dalam pelaksanaan titrasi, indikator
sangat diperlukan untuk mengetahui titik ekivalen. Indikator adalah zat
kimia yang warnanya tergantung keasaman dan kebasaannya. Indikator ada
beberapa macam. Penggunaan indikator harus sesuai dengan tingkat
keasaman larutan yang diukur konsentrasinya. Indikator akan memberikan
warna yang lain ketika berada dalam keadaan asam dan basa. Indikator
yang biasa digunakan dalam laboratorium adalah fenolftalein. Fenolftalein
dalam kondisi asam tak berwarna, sedangkan dalam kondisi basa berwarna
merah muda / pink. (Brady, 1999, hlm. 218)

B. Tujuan Percobaan
1) Menentukan konsentrasi larutan NaOH yang dititrasi dengan HCl.
2) Membuat grafik titrasi.
C. Alat dan Bahan Percobaan

Alat :

 erlenmeyer 250 mL
 pipet gondok 25 mL
 pipet tetes
 buret 25 mL

Bahan :

 Larutan NaOH 0,1 M


 Larutan HCl 0,1 M
 Indikator fenolftalein (PP)
D. Langkah Percobaan
1) Masukkan larutan HCl 0,1 M ke dalam buret sampai angka nol.
2) Ambil 25 mL NaOH kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer.
3) Berikan tiga tetes fenolftalein ke dalam erlenmeyer sehingga tampak
berwarna pink.
4) Menitrasi tetes demi tetes sambil erlenmeyer terus digoyang. Hentikan
sementara titrasi ketika volume penitran (HCl 0,1 M) mencapai 5 mL dan
kelipatannya (volume penitran ini dapat dilihat dari skala buret). Ukur pH
larutan titran dengan pH meter.
5) Ketika warna larutan titran sudah mendekati bening, pengukuran pH
dilakukan untuk setiap penambahan 1 mL penitran.
6) Hentikan kembali titrasi ketika tercapai titik ekivalen, yaitu ketika larutan
berwarna menjadi bening. Catat volume penitran.
7) Pengukuran pH titran kembali dilakukan untuk setiap penambahan 1 mL
penitran, hingga 3 kali pengukuran. Catat pH dan volume penitrannya.
8) Pengukuran pH titran dilanjutkan untuk setiap penambahan 5 mL
penitran, hingga 3 kali Bengukuran. Catat pH dan volume penitrannya
9) Mengulangi langkah 1-8 sebanyak 3 kali, kemudian menghitung rata-
rata volume HCl yang digunakan.
10) Hitunglah konsentrasi NaOH yang dititrasi.
11) Buatlah grafik titrasi volume HCl versus pH dari data percobaan.
E. Hasil Percobaan

Isilah tabel di bawah ini berdasarkan hasil pengamatan kalian

Volume pH Penitran
penintran
0
5
10
...
...
F. Pembahasan

Untuk memperjelas dan lebih memahamkan kalian terhadap percobaan ini,


jawablah pertanyaan berikut.

1) Tuliskan reaksi yang terjadi antara HCl dengan NaOH.


2) Tentukan jumlah mol HCl yang digunakan.
3) Tentukan jumlah mol dan konsentrasi NaOH. (Gunakan perumusan yang
telah diterangkan).
4) Cermati grafik yang telah kalian buat, kemudian analisalah.
G. Kesimpulan
1) Apa kesimpulan yang dapat kalian tarik dari percobaan ini?
2) Diskusikan dengan kelompok kalian dan tuliskan dalam laporan kegiatan,
kemudian presentasikan hasilnya di depan kelas.

Percobaan / Praktikum Menentukan Kadar Cuka


Perdagangan
A. Dasar teori

Titrasi merupakan analisis yang digunakan untuk mengukur jumlah


(konsentrasi) suatu larutan. Salah satu reaksi yang sering digunakan dalam
titrasi adalah netralisasi asam basa. Dalam pelaksanaan titrasi, indikator
sangat diperlukan untuk mengetahui titik ekuivalen. Asam asetat yang
dalam bahasa dagangnya dikenal sebagai cuka, merupakan suatu asam
lemah dengan rumus senyawa CH3COOH. Produk cuka dari suatu
perusahaan yang satu dengan yang lain pasti berbeda kadar asetatnya.
Untuk mengetahuinya, maka cara yang mudah dilakukan adalah dengan
titrasi.

Berdasarkan reaksi netralisasi, analisis volumetrik dibedakan menjadi


asidimetri dan alkalimetri. Keduanya dibedakan pada larutan standarnya.
Salah satu contoh analisis alkalimetri adalah titrasi basa terhadap asam cuka
(asam asetat). Reaksi antara natrium hidroksida dengan asam asetat akan
menghasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat, sehingga
titik ekivalen diperoleh pada pH > 7. Analisis asam asetat dalam cuka
perdagangan bermanfaat untuk memperoleh informasi apakah kadar yang
tertulis pada label botol sesuai dengan kenyataannya. (Brady, 1999, hlm.
218 (dengan pengembangan))

B. Tujuan Percobaan

Menentukan kadar asam cuka perdagangan.

C. Alat dan Bahan Percobaan

Alat

 erlenmeyer 250 mL
 pipet
 pipet gondok 25 mL
 buret 25 mL
 labu ukur
 corong gelas

Bahan :

 NaOH 0,1 M
 asam cuka perdagangan
 fenolftalein
 aquades
D. Langkah Percobaan
1) Ambil 10 mL larutan asam cuka perdagangan dengan pipet gondok
kemudian masukkan ke dalam labu ukur100 mL, encerkan hingga
volume tanda batas.
2) Ambil 10 mL larutan encer (dari labu ukur), kemudian maukkan ke
dalam erlenmeyer 25 mL dan tambahkan 2 tetes indikator fenolftalein ke
dalamnya.
3) Lakukan titrasi dengan larutan standar NaOH 0,1M hingga terjadi
perubahan warna menjadi merah muda (hati-hati dalam meneteskan,
jangan sampai kelebihan sehingga warnanya menjadi merah tua).
4) Catat volume NaOH yang dibutuhkan.
5) Lakukan langkah 2-4 sebanyak 3 kali.
E. Hasil Percobaan

Isilah tabel di bawah ini berdasarkan hasil pengamatan kalian.

Titrasi Volume NaOH yang digunakan Volume CH3COOH encer yang


diambil
I
II
III
Rerata
F. Pembahasan

Untuk memperjelas percobaan ini, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut.


(Cara mengerjakan sesuai dengan contoh pada titrasi asam kuat basa kuat).

1) Tuliskan reaksi yang terjadi antara asam cuka dengan NaOH.


2) Hitunglah kadar asam cuka perdagangan (dalam g/100mL).

Caranya, gunakan rumus berikut.

Kadar cuka (m garam) = 0,1 x V NaOH x 60

dengan:

V = volume rerata NaOH yang digunakan


60 = massa relatif (Mr) asam asetat
0,1 = konsentrasi NaOH = faktor pengenceran asam cuka 10 mL menjadi
100 mL

G. Kesimpulan

Apa kesimpulan dari percobaan ini?

Diskusikan dengan kelompok kalian dan tuliskan dalam laporan kegiatan.


Jangan lupa menyertakan hasil kegiatan kalian dalam menghitung kadar
cuka yang sebenarnya, apakah sesuai dengan labelnya ataukah jauh dari
nilai yang tertulis padanya.

PPM (Part per milion) atau BPJ (Bagian Per Juta)


PPM atau “Part per Million” jika dibahasa Indonesiakan akan menjadi “Bagian per
Sejuta Bagian” adalah satuan konsentrasi yang sering dipergunakan dalam di
cabang Kimia Analisa. Satuan ini sering digunakan untuk menunjukkan
kandungan suatu senyawa dalam suatu larutan misalnya kandungan garam
dalam air laut, kandungan polutan dalam sungai, atau biasanya kandungan
yodium dalam garam juga dinyatakan dalam ppm.

Seperti halnya namanya yaitu ppm, maka konsentrasinya merupakan


perbandingan antara berapa bagian senyawa dalam satu juta bagian suatu
sistem. Sama halnya denngan “presentase” yang menunjukan bagian per
seratus. Jadi rumus ppm adalah sebagai berikut;

ppm = jumlah bagian spesies / satu juta bagian sistem dimana spesies itu
berada

Atau lebih gampangnya ppm adalah satuan konsentrasi yang dinyatakan dalam
satuan mg/Kg, Kenapa? karena 1 Kg = 1.000.000 mg betul kan? Untuk satuan
yang sering dipergunakan dalam larutan adalah mg/L, dengan ketentuan
pelarutnya adalah air sebab dengan densitas air 1 g/mL maka 1 liter air memiliki
masa 1 Kg betul kan? jadi satuannya akan kembali ke mg/Kg.

Contoh, kandungan Pb dalam air sungai adalah 20 ppm artinya dalam setiap Kg
air sungai terdapat 20 mg Pb. Kandungan karbon dalam baja adalah 5 ppm
artinya dalam 1 Kg baja terdapat 5 mg karbon. Air minum mengandung yodium
sebesar 15 ppm, bisa diartikan bahwa setiap liter minum tersebut terdapat 5 mg
yodium.

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, ppm (part-per-million) adalah salah satu


satuan untuk densitas / massa jenis (massa/volume) / berat jenis
(berat/volume). Satuan lainnya banyak, baik SI, English maupun Oilfield
(kg/m3, gram/liter, gram/cm3, kg/liter, gr/gallon, lbm/gal atau SG).

Masing-masing punya faktor konversinya. Untuk mengetahui densitas suatu


benda dalam ppm, gampangnya ukur dulu densitas benda tersebut lewat satuan
yg lebih lazim, misalnya kg/liter untuk fluida. Masukkan fluida ke dalam
kontainer 1 liter & ukur masa fluida tsb dalam kg. Setelah itu kalikan dgn faktor
konversinya menjadi ppm.

Contoh: 1 liter air beratnya 1kg. Densitasnya: 1kg/liter atau = 999881 ppm.
Bila yang ditanyakan menyangkut numerical fraction, ppm kependekan dari part
per million yang lengkap dengan notasi, ppm-v atau ppm-w. Bila tanpa notasi,
dianggap ppm-v (by volume). Yang bisa tercampur pengertian weight dengan
volume, seperti mg/L, dan hanya anggapan umum, hanya untuk zat induk
dengan berat-jenis satuan bulat. Seperti air murni, yang berat-jenisnya 1kg/L.

PPB ( part per billion )


PPB atau “Part per Billion” jika dibahasa Indonesiakan akan menjadi “Bagian per
Miliar” Satuan ini sering digunakan untuk menunjukkan kandungan suatu
senyawa dalam suatu larutan misalnya kandungan garam dalam air laut,
kandungan polutan dalam sungai, atau biasanya kandungan yodium dalam
garam juga dinyatakan dalam ppm.

Seperti halnya namanya yaitu ppm, maka konsentrasinya merupakan


perbandingan antara berapa bagian senyawa dalam satu juta bagian suatu
sistem. Sama halnya denngan “prosentase” yang menunjukan bagian per
seratus. Jadi rumus ppb adalah sebagai berikut;
ppb = jumlah bagian spesies / satu miliar bagian sistem dimana spesies itu
berada.

Bila yang ditanyakan menyangkut numerical fraction, ppb kependekan dari part
per billion.

Yang lengkap dengan notasi, ppb-v atau ppb-w. Bila tanpa notasi, dianggap
ppm-v (by volume). Yang bisa tercampur pengertian weight dengan volume dan
hanya anggapan umum, hanya untuk zat induk dengan berat-jenis satuan bulat.
Seperti air murni, yang berat-jenisnya 1kg/L.

Untuk konversinya sebagai berikut :

1 micro-g/L = 0,001 ppm


1 micro-g/m3 = 0,000001 juta ppm = 1 ppb (part per billion)
Dimana : 1 m3 = 1000 L

Soal Air Kristal


Dalam beberapa soal ujian atau olimpiade sains sering sekali muncul soal terkait
air kristal ini. Biasanya soal tersebut menanyakan jumlah air yang terkandung
dalam sebuah senyawa air kristal. Berikut contohnya:

1. Sebanyak 24,95 gram tembaga (II) sulfat hidrat dipanaskan dalam tabung
reaksi sehingga seluruh hidrat menguap yang diketahui melalui identifikasi
perubahan warna kristal yang jmenjadi biru tuat. Kristal tembaga (II) sulfat
anhidrat tersisa tinggal 15,59 gram. Tentuan jumlah air kristal dalam
senyawa tersebut?
Jawab: Dimisalkan air kristal yang terdapa dalam senyawa tembaga (II)
sulfat tersebut sebanyak a, maka reaksi pemanasannya dapat digambarkan
melalui reaksi berikut CuSO4.aH2O → CuSO4 + aH2O
massa air = massa tembaga (II) sulfat hidrat – massa tembaga(II) sulfat
anhidrat massa air = 24,95 – 15,95 = 9 gram mol
CuSO4 = massa CuSO4/ Mr CuSO4 = 15,95/159,5 = 0,1 mol
Mol H2O = [koefisien H2O / koefisien CuSO4] x mol CuSO4 = a/1 x 0,1 = 0,1
a mol dari mol H2O tersebut dapat ditentukan berapa jumlah mol H2O dalam
senyawa hidrat tersebut
mol H2O = massa H2O / Mr H2O 0,1 a = 9/18 0,1 a = 0,5 a = 5 Jadi jumlah
molekul air krital dalam senyawa tersebut adalah 5 sehingga rumus
senyawanya adalah CuSO4.5H2O dengan nama tembaga(II) sulfat
pentahidrat.
2. Sebanyak 5 gram hidrat dari tembaga(II) sulfat (CuSO4.5 H2O) dipanaskan
sampai semua air kristalnya menguap. Jika massa padatan tembaga(II)
sulfat yang terbentuk adalah 3,2 gram, tentukan rumus hidrat tersebut!
(Ar Cu = 63,5, S = 32, O = 16, dan H = 1).
Jawab:
Massa H2O = 5 gram – 3,2 gram = 1,8 gram
Mol CuSO4 = 3,2/160 = 0,02 mol
Mol H2O = 1,8/18 = 0,1 mol
Perbandingan mol CuSO4 : H2O
= 0,02 mol : 0,1 mol
=1:5
Karena perbandingan mol = perbandingan koefisien, maka x = 5.
Jadi, rumus hidrat tersebut adalah CuSO4.5 H2O

Laporan Praktikum Elektrolisis


A. Tujuan
Mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi pada elektrolisis
larutan Kalium Iodida (KI) dan larutan tembaga II Sulfat (CUSO4)

B. Landasan Teori
Elektrolisis adalah penguraian suatu elektrolit oleh arus listrik. Pada
sel elektrolisis, reaksi kimia akan terjadi jika arus listrik dialirkan
melalui larutan elektrolit,yaitu energi listrik ( arus listrik ) diubah
menjadi energi kimia ( reaksi redoks ). Sel eleltrolisis memiliki 3 ciri
utama,yaitu :
a) Ada larutan elektrolit yang mengandung ion bebas. Ion – ion ini
dapat memberikan atau menerima electron sehingga electron
dapat mengalir melalui larutan.
b) Ada 2 elektroda dalam sel elektrolisis.
c) Ada sumber arus listrik dari luar,seperti baterai yang mengalirkan
arus listrik searah ( DC ).
Elektroda yang menerima electron dari sumber arus listrik luar disebut
Katoda, sedangkan elektroda yang mengalirkan electron kembali ke
sumber arus listrik luar disebut Anoda. Katoda adalah tempat
terjadinya reaksi reduksi dan anoda adalah tempat terjadinya reaksi
oksidasi. Katoda merupakan elektroda negative karena menangkap
electron sedangakan anoda merupakan elektroda positif karena
melepas electron.
Dalam sel, reaksi oksidasi reduksi berlangsung dengan spontan, dan
energi kimia yang menyertai reaksi kimia diubah menjadi energi
listrik. Bila potensial diberikan pada sel dalam arah kebalikan dengan
arah potensial sel, reaksi sel yang berkaitan dengan negatif potensial
sel akan diinduksi. Dengan kata lain, reaksi yang tidak berlangsung
spontan kini diinduksi dengan energi listrik. Proses ini disebut
elektrolisis. Pengecasan baterai timbal adalah contoh elektrolisisis
C. Alat dan Bahan
1) Larutan Tembaga II Sulfat (CUSO4) 0.5 M
2) Larutan Kalium Iodida (KI) 0.5 M
3) Elektroda Carbon
4) Indikator Phenolptalein (PP)
5) Larutan Amilum
6) Pipa U
7) Kabel listrik
8) Power supply
D. Langkah Kerja
a. Elektrolisis larutan kalium iodida (KI)
1) Menyediakan alat dan bahan.
2) Menyusun rangkaian sesuai dengan gambar berikut.
3) Mengisi pipa U dengan larutan kalium iodida (KI) sebanyak ±
50 mL.
4) Menyalakan power supply kurang lebih selama 5 menit dan
mengamati perubahan yang terjadi di Katoda dan Anoda.
5) Mencatat hasil pengamatan tersebut.
6) Mengambil larutan dari Katoda sebanyak 10 mL dan menaruh
ke dalam 2 tabung reaksi. Memberi keterangan pada tabung
reaksi I dan II.
7) Mengambil larutan dari Anoda sebanyak 10 mL dan menaruh
ke dalam 2 tabung reaksi. Memberi keterangan pada tabung
reaksi I dan II.
8) Memberi indikator fenolftalein pada tabung reaksi baik dari
larutan Anoda maupun Katoda, masing-masing sebanyak 5 mL
pada tabung reaksi berlabel I.
9) Memberi amilum pada tabung reaksi baik dari larutan Anoda
maupun Katoda, masing-masing sebanyak 5 mL pada tabung
reaksi berlabel II.
10) Mencatat hasil pengamatan tersebut.
b. Elektrolisis larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4)
1) Menyediakan alat dan bahan.
2) Menyusun rangkaian sesuai dengan gambar berikut
3) Mengisi pipa U dengan larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4)
sebanyak ± 50 mL.
4) Menyalakan power supply kurang lebih selama 5 menit dan
mengamati perubahan yang terjadi di Katoda dan Anoda.
5) Mencatat hasil pengamatan tersebut.
E. Hasil Percobaan
ElektRolisis Larutan KI
Cairan dari Perubahan selama Perubahan Perubahan
elektrolisis setelah +PP setelah +
amilum
Katoda Ada banyak Warna Warna
gelembung di menjadi ungu menjadi
elektroda keruh
Anoda Terjadi perubahan Warna Warna lebih
warna pada menjadi lebih bening
larutan menjadi coklat
kecoklatan
ElektRolisis Larutan CuSO4

Cairan dari Perubahan selama Perubahan Perubahan


elektrolisis setelah +PP setelah +
amilum
Katoda Warna larutan Warna Biru terang
menjadi menjadi biru keputihan
kekuningan keruh
keputihan
Anoda Pada elektroda Warna Warna
terdapat endapan menjadi biru menjadi biru
putih keruh terang muda terang
F. Pertanyaan dan Jawaban
Pertanyaan
1. Zat apakah yang terjadi di ruang anoda dari hasil elektrolisis pada
larutan KI maupun pada larutan CuSO4? Jelaskan!
2. Ion-ion apakah yang terdapat di ruang katoda setelah
elektrolisis?Jelaskan!
3. Jelaskan persamaan reaksi yang terjadi di :
a) Katoda
b) Anoda
4. Berikan penjelasan mengenai hasil elektrolisis tersebut!
5. Kesimpulan apakah yang dapat dituliskan setelah melakukan
kedua percobaan diatas?
Jawaban

1. Pada larutan KI zat yang terjadi di ruang anoda I– dan pada


larutan CuSO4 zat yang terjadi di ruang anoda adalah SO42-
2. Ion yang terdapat di ruang katoda setelah elektrolisispada larutan
KI adalah I–. Sedangkan ion yang terdapat di ruang katoda larutan
CuSO4 setelah dielektrolisis adalah ion So42-.
3.
 Larutan CuSO4

2CuSO4 → 2 Cu2+ + 2SO42-

Anoda : 2H2O → O2 + 4H+ +4e

Katoda :2Cu2++4e → 2Cu

2CuSO4 + 2H2O → O2 + 4H+ + 2Cu + 2SO42-

2CuSO4 + 2H2O → O2 + 2H2SO4 + 2CuSO4

 Larutan KI

2KI → 2K+ + 2I–

Anoda : 2I– →I2 + 2e

Katoda : 2H2O +2e → H2 + 2OH–

2KI + 2H2O → 2K+ + I2+ H2+2OH–

2KI+ 2H2O → 2KI+ I2+ 2HI+2KOH

4. Pada larutan KI, Hasil pengamatan menunjukkan perubahan warna


pada larutan. anoda (+) berwarna kuning. Pada elektroda, katoda
dan anoda memiliki banyak gelembung. Hal ini menunjukkan ada
gas yang dihasilkan oleh katoda ataupun anoda. Katoda
menghasilkan gas hydrogen (reduksi H2O) dan anoda

menghasilkan gas Iodin (Oksidasi 2I –).


Sebagaimana reaksinya :

Katoda : 2H2O + 2e → 2OH – + H2

Anoda : 2I – → I2 + 2e

2H2O + 2I – 2OH – + I2

Pada elektrolisis CuSO4 hasil pengamatan menunjukkan


perubahan warna pada larutan. Katoda (-) berwarna kekuning –
kuningan. pada elektroda ruang katoda terdapat endapan dan
anoda tidak terdapat endapan (namun banyak gelembung). Hal
tersebut menunjukkan, pada katoda terjadi reduksi Cu2+ yang
menghasilkan endapan Cu dan pada anoda terjadi oksidasi H2O
yang menghasilkan gas oksigen (O2).

Sebagaimana reaksinya :

Katoda : 2Cu2+ + 4e → 2Cu

Anoda : 2H2O → 4H+ + O2 + 4e

2Cu2++ 2H2O → 2Cu + 4H+ + O2

5. Melalui percobaan diatas dapat disimpulkan :


 Endapan yang terjadi pada elektrolisis larutan CuSO4 diruang

anoda adalah endapan SO42-

 Endapan yang terjadi pada elektrolisis larutan KI diruang anoda


adalah endapan I–
 Pada elektrolisis KI terhadap elektroda C pada elektroda di
ruang anoda terbentuk gelembung O2.

 Pada larutan KI,di elektroda, katoda dan anoda memiliki


banyak gelembung. Hal ini menunjukkan ada gas yang
dihasilkan oleh katoda ataupun anoda. Katoda menghasilkan
gas hydrogen (reduksi H2O) dan anoda menghasilkan gas Iodin

(Oksidasi 2I –).
 Pada elektrolisis CuSO4 di elektroda ruang katoda terdapat
endapan dan anoda tidak terdapat endapan (namun banyak
gelembung). Hal tersebut menunjukkan, pada katoda terjadi
reduksi Cu2+ yang menghasilkan endapan Cu dan pada anoda
terjadi oksidasi H2O yang menghasilkan gas oksigen (O2).

G. Kesimpulan
1. Pada saat larutan KI dielektrolisiskan terhadap elektroda C pada
elektroda di ruang anoda terbentuk gelembung O2.
2. Endapan yang terjadi pada elektrolisis larutan CuSO4 diruang

anoda adalah endapan SO42-


3. Endapan yang terjadi pada elektrolisis larutan KI diruang anoda
adalah endapan I–
4. Pada larutan KI,di elektroda, katoda dan anoda memiliki banyak
gelembung. Hal ini menunjukkan ada gas yang dihasilkan oleh
katoda ataupun anoda. Katoda menghasilkan gas hydrogen
(reduksi H2O) dan anoda menghasilkan gas Iodin (Oksidasi 2I –).
5. Pada elektrolisis CuSO4 di elektroda ruangnkatoda terdapat
endapan dan anoda tidak terdapat endapan (namun banyak
gelembung). Hal tersebut menunjukkan, pada katoda terjadi
reduksi Cu2+ yang menghasilkan endapan Cu dan pada anoda
terjadi oksidasi H2O yang menghasilkan gas oksigen (O2).

Anda mungkin juga menyukai