1390361003-3-Bab Ii PDF
1390361003-3-Bab Ii PDF
TINJAUAN PUSTAKA
“Hukum 1%”, yang menyatakan bahwa fungsi organ akan mengalami penurunan
kemampuan gerak dan fungsi. Menurut Kamso yang dikutip oleh Zuhdi (2000),
pada lansia terjadi penurunan kekuatan sebesar 88%, fungsi pendengaran 67%,
pengelihatan 72%, daya ingat 61%, serta kelenturan tubuh yang menurun sebesar
64%. Permasalahan yang muncul pada lansia dapat disebabkan karena adanya
perubahan fisiologis yang terjadi pada tubuh. Beberapa perubahan fisiologis yang
a. Pengelihatan
membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sclera.
7
8
Kejadian ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada lansia. Perubahan
penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan
akibat penuaan dan perubahan warna serta kekeruhan lensa mata, yaitu katarak
(Suhartin, 2010).
Hal ini akan berdampak pada penurunan kemampuan sistem visual dari
pusat tentang posisi dan letak tubuh terhadap lingkungan di sekitar dan antar
bagian tubuh sehingga tubuh dapat mempertahankan posisinya agar tetap tegak
b. Pendengaran
pendengaran akibat proses penuaan yaitu telinga bagian dalam terdapat penurunan
fungsi sensorineural, hal ini terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen
saraf tidak berfungsi dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi
pengapuran dari tulang pendengaran, lemah dan kakunya otot dan ligamen.
Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi pada suara (Miller, 2009).
9
Pada telinga bagian luar terjadi perpanjangan dan penebalan rambut, kulit
menjadi lebih tipis dan kering serta terjadi peningkatan keratin. Implikasi dari hal
vestibular ini berperan sangat penting terhadap keseimbangan tubuh. Saat posisi
kepala berubah maka komponen vestibular akan merespon perubahan tesebut dan
c. Perabaan
pada kulit, ini terjadi karena penurunan korpus free nerve ending pada kulit. Rasa
tersebut berbeda untuk setiap bagian tubuh sehingga terjadi penurunan dalam
merasakan tekanan, raba panas dan dingin. Gangguan pada indera peraba tentunya
propioceptor pada otot, tendon dan sendi yang memberikan informasi tentang
kekuatan otot, ketegangan otot, kontraksi otot dan juga nyeri, suhu, tekanan dan
posisi sendi. Pada lansia dengan semakin menurunnya kemampuan akibat faktor
degenerasi maka informasi yang digunakan dalam menjaga posisi tubuh yang
didapat dari tungkai, panggul, punggung dan leher akan menurun (Chaitow,
2005). Hal ini berdampak pada keseimbangan yang akan terganggu akibat dari
a. Otot
Pada umumnya seseorang yang mulai tua akan berefek pada menurunnya
menyelesaikan suatu aktivitas rutin pada individu tersebut. Perubahan pada otot
kondisi lansia.
lansia adalah berkurangnya massa otot. Penurunan massa otot ini lebih disebabkan
oleh atrofi. Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas,
gangguan metabolik atau denervasi saraf (Martono, 2004). Perubahan ini akan
berkurang (Taslim, 2001). Otot menjadi lebih mudah capek dan kecepatan
kontraksi akan melambat. Selain dijumpai penurunan massa otot, juga dijumpai
berkurangnya rasio otot dengan jaringan lemak. Akibatnya otot akan berkurang
yang hidupnya santai (Rubenstein, 2006). Tetapi harus diingat bahwa olahraga
yang sangat rutin pun tidak dapat mencegah secara sempurna proses penurunan
menurunnya kekuatan grup otot besar. Otot-otot pada batang tubuh (trunk) akan
berkurang kemampuannya dalam menjaga tubuh agar tetap tegak. Respon dari
otot postural menjadi kurang sinergis saat bekerja mempertahankan posisi akibat
Pada otot pinggul (gluteal) dan otot-otot pada tungkai seperti grup otot
kemampuan berupa cepat lelah, turunnya kemampuan, dan adanya atrofi yang
berakibat daya topang tubuh akan menurun dan keseimbangan mudah goyah.
b. Tulang
kalsium tubuh, serta perlambatan remodeling dari tulang. Massa tulang akan
mencapai puncak pada pertengahan usia dua puluhan (di bawah usia 30 tahun).
Penurunan massa tulang lebih dipercepat pada wanita pasca menopause. Sama
halnya dengan sistem otot, proses penurunan massa tulang ini sebagai disebabkan
melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon estrogen pada wanita, vitamin
mikroarsitekur berubah dan sering patah baik akibat benturan ringan maupun
spotan (Martono, 2004). Implikasi dari hal ini adalah peningkatan terjadinya
c. Perubahan postur
postural. Banyak perubahan yang terjadi pada vertebra lansia, seperti spondilosis
servikal yang dimana 80% ditemukan pada orang berusia 55 tahun keatas. Hal itu
(Pudjiastuti, 2003).
Perubahan yang paling banyak terjadi pada vertebra lansia meliputi kepala
seringkali diartikan tidak normal, tetapi dapat dikatakan normal apabila hal itu
merupakan kompensasi dari perubahan postur yang lain. Kurva skoliosis dapat
Pada anggota gerak, variasi perubahan postur yang paling banyak adalah
protraksi bahu dan sedikit fleksi sendi siku, sendi panggul dan lutut. Adanya
perubahan permukaan dan kapsul sendi, akan mengakibatkan kecacatan varus atau
postur. Adanya trauma, gaya hidup atau kebiasaan memakai sepatu hak tinggi
postur ini tentunya akan berpengaruh pada keseimbangan saat berdiri karena pusat
a. Saraf pusat
Menurut Martono (2004) pada lansia akan terjadi penurunan berat otak
sebesar 10%. Berat otak 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkatkan
menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun, berat otak mulai menurun pada usia 45-
50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal. Berat dan volume
otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak mengandung 100
juta sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls
mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi atrofi
cerebal (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur-
dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua
sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di
b. Saraf perifer
Saraf perifer tepi adalah jaringan saraf untuk semua gerakan (saraf
motorik) dan sensasi (saraf sensoris). Jaringan saraf ini berhubungan dengan
sistem sarat pusat (SSP) melalui batang otak dan pada beberapa tempat sepanjang
komunikasi antara otak dan organ, pembuluh darah, otot dan kulit. Perintah otak
akan dihantarkan oleh saraf motor, dan informasi dihantar kembali ke otak oleh
saraf sensori.
pada susunan SSP. Hal ini terjadi karena SSP pada usia lanjut usia mengalami
kandungan protein dan lemak pada otak sehingga otak menjadi lebih ringan.
Akson, dendrit dan badan sel saraf banyak mengalami kematian, sedang yang
antar sel mengalami perubahan menjadi lebih tipis dan kehilangan kontak antar
sel. Daya hantar saraf mengalami penurunan 10% sehingga gerakan menjadi
penyusutan neuron, dengan potensial 105 kehilangan yang diketahui pada usia 80
kecenderungan kearah tremor dan langkah yang pendek-pendek atau gaya berjalan
15
dengan langkah kaki melebar disertai dengan berkurangnya gerakan yang sesuai.
Waktu reaksi menjadi lebih lambat, dengan penurunan atau hilangnya hentakan
pergelangan kaki dan pengurangan reflek lutut, bisep dan trisep terutama karena
(Suhartin, 2010).
tumpu. Otot-otot baik ekstremitas bawah maupun atas akan mengalami penurunan
keseimbangan saat berdiri maupun saat beraktivitas dan rentan untuk jatuh.
2.2 Keseimbangan
yang setimbang pada pusat gravitasi atas bidang tumpu, biasanya ketika dalam
posisi tegak dan pada berbagai posisi. Menurut Delitto (2003), keseimbangan
16
yang kompleks untuk mempertahankan posisi tubuh terhadap aktivitas tubuh yang
disadari dan merespon terhadap perubahan dari luar. Dengan kata lain
dan mempertahankan pusat massa tubuh (center of body mass) atau pusat gravitasi
dengan terhadap gravitasi, menentukan arah dan kecepatan gerakan, dan membuat
berbagai kondisi dan kegiatan (Cook, 2001). Derajat stabilitas tubuh terhadap
bidang tumpu dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu (1) ketinggian dari titik pusat
17
gravitasi dengan bidang tumpu, (2) ukuran luas bidang tumpu, (3) posisi garis
lunak) yang keseluruhan kerjanya diatur oleh otak terhadap respon atau pengaruh
internal dan eksternal tubuh. Bagian otak yang mengatur meliputi, basal ganglia,
gerakan di setiap segmen tubuh dengan didukung oleh sistem muskuloskeletal dan
tumpu akan membuat manusia mampu untuk beraktivitas secara efektif dan
efesien.
merasakan posisi bagian sendi atau tubuh saat bergerak adalah proprioseptif yang
Percepatan dihasilkan dari dalam tubuh akibat gerakan volunter atau dari luar
18
sebagai akibat dari gangguan tak terduga (Felix, 2006). Keseimbangan diperlukan
c. Contextual effect terbagi atas dua sistem yaitu sistem lingkungan baik
terbuka maupun tertutup, efek gravitasi, tekanan pada tubuh dan berbagai
gerakan.
postural membutuhkan kerja sama dan interaksi dari tiga komponen kontrol
postural, yaitu sistem sensori perifer meliputi sistem visual, vestibular dan
berkelanjutan tentang posisi dan gerakan dari seluruh bagian tubuh yang
dan gerak bola mata. Sistem vestibular meliputi organ-organ bagian telinga dalam
yaitu telinga kanalis semisirkularis dan organ otolit (utrikulus dan sakulus).
respon motorik yang dibutuhkan untuk merespon gerakan secara optimal sewaktu
tersebut akan diolah di SSP, sehingga menggambarkan keadaan posisi tubuh pada
cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel rambut akan menekuk.
batang otak (brain stem). Beberapa stimulus tidak menuju langsung ke nukleus
menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang
menginervasi otot-otot proksimal, otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-
manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap
lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan objek sekitarnya. Dengan input
visual, maka tubuh manusia dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi
saling berhubungan satu sama lainnya yang mana sistem somatosensori memiliki
tiga neuron yang panjang yaitu : primer, sekunder dan tersier (Hanes, 2006).
neuron di pinggiran (kulit, otot dan organ-organ misalnya), ke neuron yang lebih
dalam dari sistem saraf pusat. Sistem somatosensori adalah sistem sensorik yang
beragam yang terdiri dari reseptor dan pusat pengolahan untuk menghasilkan
dan nociception (nyeri). Reseptor sensorik menutupi kulit dan epitel, otot rangka,
masukan (input) proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke
bergantung pada impuls yang datang dari alat indera dalam dan sekitar sendi. Alat
indera tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovial dan
ligamentum. Impuls dari alat indera ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan
lain, serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam
COG, garis gravitasi, bidang tumpu (base of support) dan kekuatan otot sehingga
individu.
Pusat gravitasi merupakan titik gravitasi yang terdapat pada semua benda
baik benda hidup maupun mati, titik pusat gravitasi terdapat pada titik tengah
benda tersebut, fungsi dari Center of gravity adalah untuk mendistribusikan massa
benda secara merata, pada manusia beban tubuh selalu ditopang oleh titik ini,
maka tubuh dalam keadaan seimbang. Tetapi jika terjadi perubahan postur tubuh
maka titik pusat gravitasi pun berubah, maka akan menyebabkan gangguan
sesuai dengan arah atau perubahan berat, jika center of gravity terletak di dalam
dan tepat ditengah maka tubuh akan seimbang, jika berada diluar tubuh maka akan
22
terjadi keadaan unstable. Pada manusia pusat gravitasi saat berdiri tegak terdapat
Garis gravitasi adalah garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat
gravitasi. Derajat stabilitas tubuh ditentukan oleh hubungan antara garis gravitasi,
dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu,
tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area
bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya
berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki.
Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin
tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun secara
statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal. Otot yang
kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot
kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik
seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya. Kekuatan otot dari
tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung
dengan kemampuan otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban eksternal
lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh (Knudson, 2007).
protein di otak yang disebut Brain Derived Neurotrophic Factor (BDNF). Protein
BDNF ini berperan penting menjaga sel saraf tetap bugar dan sehat serta berperan
terhadap fungsi memori pada otak. Kadar BDNF yang rendah dapat menyebabkan
24
penurunan daya hantar antar saraf sehingga gerak menjadi lambat. Semakin
BDNF pada otak sehingga daya hantar saraf mengalami peningkatan dan akan
keseimbangan (Turana,2013).
dinamis sangat berperan penting dalam menjaga posisi tubuh agar tetap tegak dan
akan tercipta koordinasi gerakan yang baik dan terarah. Menurut Sudarsono
dapat mencegah seseorang terjatuh, baik ketika jalan, bangkit dari duduk, naik-
turun tangga serta saat berjalan pada permukaan yang tidak rata.
mencegah jatuh pada lansia, dapat dilakukan dengan cara olahraga dengan prinsip
penguatan, kontrol, keseimbangan dan berjalan dalam arah yang berbeda (Mao,
2006).
25
Pada kondisi lanjut usia (lansia) terjadi penurunan massa otot serta
kekuatan (Martono, 2004). Hal tersebut diperburuk dengan keadaan lansia yang
kurang aktif. Kondisi demikian dapat berdampak pada kemampuan para lansia
(kondisi bugar) namun kurang aktif maka lansia disarankan untuk melakukan
lansia merupakan senam jenis aerobic low impact dimana tidak adanya gerakan
menciderai lansia. Selain itu, gerakan pada aerobic low impact juga disesuaikan
dengan gerakan tubuh yang dinamis dan irama musik yang lambat-sedang. Senam
aerobic low impact adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkan yang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu
tubuh agar tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong
Prinsip dalam senam aerobic low impact pada lansia sama dengan senam
gerakan secara terus menerus, berirama, maju dan berkelanjutan serta energi yang
Heart Rate (MHR) yaitu 35-59% disebut intensitas sangat ringan, 60-69% disebut
ringan, 70-79% disebut sedang, 80-89% disebut tinggi dan lebih besar dari 90%
harus mencapai 60-69% dari MHR. Menurut Budiharjo (2005) MHR pada pria
dapat diukur dengan rumus (220 – umur) dalam tahun, sedangkan pada wanita
dapat diukur dengan (200 – umur) dalam tahun. Gerakan pada senam tersebut
terbagi menjadi 3 fase yaitu: (1) warming up (pemanasan) selama 10, (2) gerakan
inti selama 30 menit dan (3) colling down (pendinginan) selama 15 menit.
latihan sebaliknya dilakukan dengan frekuensi 2-5 kali perminggu dan dengan
durasi latihan 20-60 menit. Yu (2009), menyatakan bahwa durasi latihan 15-30
menit sudah dinilai cukup apabila latihan dilakukan secara terus menerus dan
didahului 5-10 menit pemanasan dan diakhiri dengan 5-10 menit pendinginan
Dalam penelitian ini diberikan program senam aerobic low impact yang
sama pada kedua kelompok. Senam ini dilakukan dalam tiga fase yaitu pemanasan
(warming up), (2) inti (conditioning) dan (3) pendinginan (colling down). Kriteria
anggota gerak tubuh baik otot, tulang maupun sistem kardiovaskuler agar dapat
melakukan aktifitas gerakan yang lebih berat pada latihan berikutnya dan
sukup untuk meningkatkan suhu otot dan suhu inti tubuh. Pemanasan dapat
dilakukan mulai dari gerakan-gerakan sederhana yang kecil ke gerakan yang lebih
kompleks dan besar secara bertahap guna mempersiapkan otot-otot dan sendi,
total latihan dengan gerakan berupa penguluran otot-otot, sendi dan gerakan
senam ringan untuk memperkenalkan organ tubuh serta merangsang otot agar
Fase inti merupakan fase utama dari sistematika senam. Pada fase ini harus
tercapai target latihan sebagai indikator untuk memprediksi bahwa latihan tersebut
telah mencapai zona latihan. Rentang zona latihan aerobik adalah 60-90% dari
28
intensitas cukup besar untuk merangsang peningkatan stroke volume dan cardiac
output serta untuk meningkatkan sirkulasi lokal dan metabolisme aerobik pada
ulang, dinamis dan melibatkan kelompok otot besar. Waktu yang dibutuhkan
terutama pada tungkai agar kestabilan tubuh terjaga. Posisi gerakan yang berdiri
sambil menggerakan tubuh bagian atas selain memperkuat otot-otot tubuh juga
karena otot-otot pada pinggul dan tungkai bawah tersebut semakin kuat.
c. Gerakan pendinginan
darah pada anggota gerak tubuh dengan tetap menggunakan otot untuk
pingsan dengan meningkatkan kembalinya darah ke jantung dan otak saat cardic
output dan aliran balik vena menurun. Fase pendinginan berlangsung 5-10 menit
karena gerakan yang digunakan dalam senam aerobic low impact komponen
berikut analisis unsur-unsur posisi dan gerakan senam aerobic low impact yang
meningkatkan keseimbangan:
base of support akan meminimalisir kerja visual dan meningkatnya body sway.
sebagai umpan balik adanya ketidakstabilan akibat BOS yang sempit. Respon
umpan balik terjadi secara cepat dengan adanya aktifasi desenden dan tanggapan
samping
sendi. Identifikasi posisi sendi direspon tubuh sebagai informasi gerakan baru
Pengulangan posisi dengan BOS yang besar akan diterima oleh otak dan COG
30
c. Gerakan kepala
Senam aerobic low impact memiliki unsur gerakan kepala yaitu fleksi,
ekstensi, lateral fleksi, dan rotasi kepala. Gerakan kepala tersebut terdapat pada
utrikulus dan sakulus. Pergerakan linier seperti gerakan fleksi kepala akan
merangsang makula yang terdiri dari sel-sel rambut. Stereosilia dari sel-sel rambut
yang panjang menjadi gel kental yang disebut membran otolithic akan
mendepolarisasi dan yang lain hiperpolarisasi. Posisi yang tepat dari kepala
ditafsirkan oleh otak berdasarkan pola depolarisasi sel rambut. Perbedaan inersia
antara stereosilia sel rambut dan membran otolithic mengarahkan ke gaya geser
yang menyebabkan stereosilia untuk menekuk ke arah akselerasi linear dan tubuh
akan menyebabkan seluruh cairan keluar kanal dan selama gerakan rotasi maka
exictation sel menuju kinocilium dan frekuensi perubahan kecepatan gerak rotasi
memberi input menuju ke saraf kranial. Sinyal yang dikirim ke saraf ini
tulang belakang dan terjadi reaksi refleks cepat untuk kedua tungkai dan batang
kepala akan di proses ke thalamus yang memungkinkan untuk kepala dan kontrol
motor tubuh serta menjadi sadar posisi tubuh dan merespon gerakan rotasi kepala
batang otak kemudian ke pusat gerak dan pusat nerves cranialis yang akan
Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di
telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat
berdiri statis maupun dinamis. Pengaturan posisi tubuh akan merangsang central
processing yang berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon
terprogram sistem saraf pusat, yang terdiri dari unsur lingkup gerak sendi,
Pada saat berdiri tegak, dan berdiri satu kaki tubuh harus meminimalisir
gerakan kecil yang muncul dari tubuh, yang biasa disebut dengan ayunan tubuh
Gaya apung (buoyancy) adalah gaya tekan ke atas yang dihasilkan cairan
yang terjadi ketika tubuh masuk kedalam air. Hukum Archimedes menyatakan
ketika tubuh masuk ke dalam air dalam keadaan istirahat, maka akan terjadi
Buoyancy dan gaya gravitasi secara konstan saling melawan dan mencapai
keseimbangan saat tubuh terbenam sebagian. Posisi tubuh berdiri atau vertikal
gravitasi pada anggota gerak tubuh yang lemah sehingga mampu menahan berat
badan, mengurangi tekanan sendi dan mengurangi tegangan otot yang menumpu
badan serta dapat digunakan untuk latihan mobilisasi seseorang yang mengalami
kekakuan sendi atau penurunan kekuatan otot. Buoyancy juga dapat menjadi
33
tekanan air sehingga otot akan berkontraksi lebih kuat untuk melawan dan
kembali kejantung lebih efisian. Air disekeliling tubuh membantu sirkulasi darah
ringan di sekitar tulang rusuk sehingga pada saat bernapas ketika tubuh berada di
dalam air, akan membentuk latihan yang sangat baik bagi pernapasan (Brody,
2009).
Relative density berhubungan dengan berat jenis suatu objek sama dengan
isi dari cairan pada suhu dan tekanan yang standar. Objek yang memiliki
kepadatan lebih tinggi dari pada air akan tenggelam dan sebaliknya. Jaringan otot
lebih padat dibandingkan jaringan lemak. Sehingga orang yang kurus dan berotot
Tahanan cairan terjadi akibat gaya yang melawan suatu ketika bergerak
melewati air. Gerakan yang dilakukan di dalam air akan diperlambat oleh tahanan
34
cairan, semakin cepat benda bergerak maka semakin besar usaha yang harus
dilakukan dan semakin besar pula tahanan cairan yang menghambat dari segala
arah. Sementara bila di darat, tahan dirasakan hanya dari satu arah saja yang
air, karena memberikan efek penyanggan sehingga otot postural akan berkontraksi
menjaga tubuh agar tetap pada posisi stabil. Tahanan cairan juga dapat
e. Turbulence
kecepatan cairan dengan tekanan cairan di dalam aliran yang tenang. Perubahan
kecepatan dan arah gerakan dapat mengubah turbulence. Gerakan acak yang
terjadi di dalam air, sebagai respon dari ketidakstabilan. Hal ini menyebabkan
perubahan tekanan cairan dan terjadi putaran di dalam air. Efek dari putaran air
memberikan efek pijatan untuk rileksasi dan tahanan pada saat latihan. Apabila
seseorang bergerak melewati air, maka akan menghasilkan putaran arus. Putaran
arus menyebabkan gangguan yang membuat kondisi tubuh di dalam air menjadi
tidak stabil, sehingga otot-otot tungkai dan postural akan berkontaksi menjaga
sebagai berikut :
mempersiapkan fisik dan harus selalu dilakukan saat pertama kali sebelum
lahan, yang bertujuan untuk mempersiapkan grup otot dan persendian, agar dapat
terulur serta kuat saat terjadi kenaikan suhu dan sirkulasi dalam otot, tanpa harus
energi. Pemanasan dapat membuat otot menjadi lebih fleksibel dan mengurangi
Tujuan dari pemanasan adalah sebagai berikut (1) menaikkan suhu tubuh
dan otot, (2) mengurangi kemungkinan terjadinya cedera pada otot dan
mengidentifikasi adanya nyeri atau keterbatasan lingkup gerak sendi (LGS), (5)
b. Inti (conditioning)
Latihan inti yang dirancang oleh peneliti terdiri dari dua tahap, yaitu
1. Penguluran (stretching)
menjadi lebih lunak (soft) dan ligamen menjadi lebih luwes (Kisner, 2010).
Penguluran secara statis paling baik, karena saat dilakukan penguluran otot
mencegah spasme otot, (3) untuk memfasilitasi rileksasi pada otot, (4)
untuk mengurangi resiko terjadinya cedera pada otot saat latihan atau
2. Latihan keseimbangan
fisik yang dimiliki oleh air. Prinsip penahanan yang diberikan oleh zat cair
37
tubuh dalam keadaan tetap stabil. Hal ini dapat membuat seseorang
dapat dihasilkan oleh tubuh secara fisiologis dan juga oleh psikologis. Ketegangan
otot secara fisiologis dapat disebabkan oleh karena nyeri akut atau cedera,
sedangkan ketegangan otot secara psikologis disebabkan oleh karena stres atau
cemas. Faktor seperti kelelahan dan tekanan yang berlebihan pada seseorang akan
Rileksasi general dapat dilakukan dengan mengapung, meditasi seperti yoga, dan
latihan pernapasan.
Saat kaki jinjit dan menyangga berat tubuh dengan kedua kaki atau satu
kaki dan akan terjadi perubahan pada base of support (BOS) yang bervariasi,
posisi sendi direspon tubuh sebagai informasi gerakan baru kemudian timbul
dengan BOS yang besar akan di terima oleh otak dan COG untuk secara cepat
Gambar 2.2 (a) Straddle standing, (b) Thigh side bends, (c) Heel raises (Brody,
2009)
Bertumpu pada satu kaki dapat merangsang kontraksi otot tungkai agar
mempertahankan posisi tubuh agar tetap stabil di dalam air. Gerakan ini
pada BOS yang akan memberikan respon ke otak dan COG mengalami
otomatis. Terlebih lagi, saat bertumpu pada satu tungkai dan tungkai lainnya
juga menerima hambatan oleh air sehingga otot-otot tungkai dan postural
Gambar 2.3 (a) Thigh side bends, (b) Leg balance exercise, (c) Four-corner pivot
(Brody, 2009)
postural dari segala arah serta memberikan efek kesadaran sensoris pada
sehingga otot akan memberikan umpan balik terhadap tubuh agar mampu
Gambar 2.4 (a) Forward walking, (b) Backward walking, (c) Side walking
(Brody, 2009)
four square step test. Peralatan yang diperlukan dalam four square step test adalah
Pelaksanaan four square step test adalah subjek berdiri pada persegi
kanan (persegi angka 2), melangkah ke belakang (persegi angka 3), melangkah ke
41
samping kiri (persegi angka 4), melangkah ke depan (persegi angka 1). Setelah
samping kanan (persegi angka 3), melangkah ke depan (persegi angka 2) dan
berakhir melangkah ke samping kiri (persegi angka 1). Stopwatch dimulai sejak
kaki pertama menyentuh lantai pada persegi angka 2 dan stopwatch dihentikan
saat kaki terakhir menyentuh lantai pada persegi angka 1. Subjek diminta untuk
menyelesaikan urutan secepat mungkin tanpa menyentuh tongkat dan kedua kaki
Four square step test merupakan salah satu alat ukur keseimbangan yang
baik. Alat ukur ini mempunyai validitas dan reliabilitas yang baik pula. Dite
(2002) menjelaskan bahwa alat ukur ini mempunyai reliabilitas inter-rater dengan
r=0,99 dan retest reliability 0,98. Selain itu four square step test berkorelasi
dengan alat ukur keseimbangan yang lainnya. Bahkan alat ukur ini mempunyai
Tabel 2.1
Kriteria Pengukuran Menggunakan Four Square Step Test
Sedang 11 – 15 detik