Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWADENGAN HALUSINASI

Disusun oleh:Kelompok 4

 Dayang Novtasya Putri : P07220117 1369


 Lea Ranggalawe Wibowo : P07220117 1378
 Megawati : P07220117 1384
 M. Sufian : P07220117 1382
 Muhamad Fahreza : P07220117 1387
 Nia Wulansari : P07220117 1388
 Radesta Mayasari : P07220117 1393
 Rousa Khairia Balqis : P07220117 1397

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TANJUNGPINANG
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha ESA dan berbagai
pihak yang telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah “Asuhan
Keperawatan Jiwa dengan Halusinasi”
Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan
makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari dosen pembimbing,
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini. Dengan adanya makalah ini di
harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah
pengetahuan para pembaca. Penyusun juga tidak lupa mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan dan
doa.
Tidak lupa pula kami mengharap kritik dan saran untuk memperbaiki
makalah kami ini, di karenakan banyak kekurangan dalam mengerjakan makalah
ini.

Tanjungpinang, 11 september 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii
BAB 1............................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................................................ 2
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................................................. 2
1.3.2. Tujuan Khusus............................................................................................................. 2
1.4. Manfaat .............................................................................................................................. 2
BAB II ........................................................................................................................................... 3
TINJAU PUSTAKA ..................................................................................................................... 3
2.1. Konsep Halusinasi .............................................................................................................. 3
2.1.1. Definisi ........................................................................................................................ 3
2.1.2. Etiologi ........................................................................................................................ 4
2.1.3. Rentang Respon Halusinasi ......................................................................................... 5
2.1.4. Jenis Halusinasi ........................................................................................................... 6
2.1.5. Tanda dan Gejala ......................................................................................................... 7
2.1.6. Fase Halusinasi ............................................................................................................ 9
2.1.7. Penatalaksanaan Medis ............................................................................................. 10
2.2. Pengkajian ........................................................................................................................ 15
2.2.1. proses Keperawatan................................................................................................... 15
2.2.2. Pohon Masalah .......................................................................................................... 16
2.2.3. Rencana Tindakan Keperawatan Klien dengan Halusinasi ....................................... 17
2.2. Strategi Pelaksanaan......................................................................................................... 21
BAB III........................................................................................................................................ 33

iii
PENUTUP ................................................................................................................................... 33
3.1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 33
3.2. Saran................................................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 34

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2015). Sedangkan Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya
tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Data dari Departemen Kesehatan tahun 2009, jumlah penderita gangguan jiwa di
Indonesia saat ini mencapai lebih dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan
jiwa ringan 11,6 persen dan 0,46 persen menderita gangguan jiwa berat. Hasil
penelitian WHO di Jawa Tengah tahun 2009 menyebutkan dari setiap 1.000 warga
Jawa Tengah terdapat 3 orang yang mengalami gangguan jiwa. Sementara 19 orang
dari setiap 1.000 warga Jawa Tengah mengalami stress Depkes RI, (2009) dalam
Zelika, (2015). Data kunjungan rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta
pada bulan Januari - April 2013 didapat 785 orang.
Pasien dengan halusinasi menempati urutan pertama dengan angka kejadian 44
persen atau berjumlah 345 orang, pasien isolasi sosial menempati urutan kedua
dengan angka kejadian 22 persen atau berjumlah pasien 173 orang, pasien dengan
resiko perilaku kekerasan menempati urutan ketiga dengan angka kejadian 18
persen atau berjumlah pasien 141 orang pasien, pasien dengan harga diri rendah
menempati urutan keempat dengan angka kejadian 12 persen atau berjumlah 94
orang, sedangkan pasien dengan waham, defisit perawatan diri 4 persen atau 32
orang Zelika, 2015.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas dan sebagai tugas untuk
memahami keperawatan jiwa yang harus dikuasai 5 kompone salah satunya

1
halusinasi, maka kelompok di berikan tugas untuk membahas masalah gangguan
jiwa dengan halusinasi. Oleh karena itu kelompok diberikan tugas dalam bentuk
makalah yang berjudul Laporan Pendahuluan, Asuhan Keperawatan dan Strategi
Pelaksanaan 1 pada Kasus Halusinasi

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan dalam maslah ini adalah bagaimana Laporan Pendahuluan, dan
strategi pelaksanaan 1 Asuhan Keperawatan pada Kasus Halusinasi.

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum


Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui laporan
pendahuluan, asuhan keperawatan dan strategi pelaksanaan 1 pada
kasusus halusinasi.

1.3.2. Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan
Halusinasi di Asuhan Keperawatan Jiwa.
2. Mahasiswa mampu merumuskan diagnose keperawatan
3. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan
4. Mahasiswa mampu mengimplementasi rencana keperawatan yang
telah disusun
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan keperawatan

1.4. Manfaat
Menjadi referensi dalam Asuhan Keperawatan Jiwa dengan kasus
Halusinasi.

2
BAB II

TINJAU PUSTAKA

2.1. Konsep Halusinasi

2.1.1. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi
yang dialami oleh pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa
stimulus yang nyata Keliat, (2011) dalam Zelika, (2015). Halusinasi
adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi yang tidak
sesuai dengan kenyataan Sheila L Vidheak,( 2001) dalam Darmaja
(2014).
Menurut Surya, (2011) dalam Pambayung (2015) halusinasi
adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Halusinasi
adalah persepsi atau tanggapan dari pancaindera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001).Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, yang dimaksud dengan
halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dimana klien
mempersepsikan sesuatu melalui panca indera tanpa ada stimulus
eksternal. Halusinasi berbeda dengan ilusi, dimana klien mengalami
persepsi yang salah terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi
terjadi tanpa adanya stimulus eksternal yang terjadi, stimulus internal
dipersepsikan sebagai sesuatu yang nyata ada oleh klien.

3
2.1.2. Etiologi
Menurut Stuart dan Laraia (2001) dalam Pambayun (2015),
faktor-faktor yang menyebabkan klien gangguan jiwa mengalami
halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor genetis
Secara genetis, skizofrenia diturunkan melalui kromosom-
kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom ke berapa yang
menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih
dalam tahap penelitian. Anak kembar identik memiliki
kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah
satunya mengalami skizofrenia, sementara jika dizigote,
peluangnya sebesar 15%. Seorang anak yang salah satu orang
tuanya mengalami skizofrenia berpeluang 15% mengalami
skizofrenia, sementara bila kedua orang tuanya skizofrenia maka
peluangnya menjadi 35%.
b. Faktor neurobiologis
Klien skizofrenia mengalami penurunan volume dan fungsi otak
yang abnormal. Neurotransmitter juga ditemukan tidak normal,
khususnya dopamin, serotonin, dan glutamat.
1) Studi neurotransmitter
Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya
ketidakseimbangan neurotransmitter. Dopamin berlebihan,
tidak seimbang dengan kadar serotonin.
2) Teori virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat
menjadi faktor predisposisi skizofrenia.
3) Psikologis
Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi
skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu yang

4
pencemas, terlalu melindungi, dingin, dan tak berperasaan,
sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
2. Faktor Presipitasi
a. Berlebihannya proses informasi pada sistem saraf yang menerima
dan memproses informasi di thalamus dan frontal otak.
b. Mekanisme penghantaran listrik di syaraf terganggu.
c. Kondisi kesehatan, meliputi : nutrisi kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkadian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan, hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan.
d. Lingkungan, meliputi : lingkungan yang memusuhi, krisis
masalah di rumah tangga, kehilangan kebebasan hidup,
perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari, kesukaran
dalam hubungan dengan orang lain, isolasi social, kurangnya
dukungan sosial, tekanan kerja, kurang ketrampilan dalam
bekerja, stigmatisasi, kemiskinan, ketidakmampuan mendapat
pekerjaan.
e. Sikap/perilaku, meliputi : merasa tidak mampu, harga diri rendah,
putus asa, tidak percaya diri, merasa gagal, kehilangan kendali
diri, merasa punya kekuatan berlebihan, merasa malang,
bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan, rendahnya kernampuan sosialisasi, perilaku agresif,
ketidakadekuatan pengobatan, ketidakadekuatan penanganan
gejala.

2.1.3. Rentang Respon Halusinasi


Halusinasi merupakan salah satu respon maldaptive individual yang berbeda
rentang respon neurobiologi (Stuart and Laraia, 2005) dalam Yusalia 2015. Ini
merupakan persepsi maladaptive. Jika klien yang sehat persepsinya akurat,
mampu mengidentifisikan dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indera (pendengaran, pengelihatan,

5
penciuman, pengecapan dan perabaan) klien halusinasi mempersepsikan suatu
stimulus panca indera walaupun stimulus tersebut tidak ada.Diantara kedua
respon tersebut adalah respon individu yang karena suatu hal mengalami
kelainan persensif yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya, yang
tersebut sebagai ilusi. Klien mengalami jika interpresentasi yang dilakukan
terhadap stimulus panca indera tidak sesuai stimulus yang diterimanya,rentang
respon tersebut sebagai berikut:
Respon adaptif Respon maladaptif

 Pikiran logis  Kadang-  Waham


 Persepsi akurat kadang proses  Halusinasi
 Emosi pikir terganggu  Sulit berespons
konsisten (distorsi  Perilaku
dengan pikiran disorganisasi
pengalaman  Ilusi  Isolasi sosial
 Perilaku sesuai  Menarik diri
 Hubungan  Reaksi emosi
sosial harmonis >/<
 Perilaku tidak
biasa

2.1.4. Jenis Halusinasi


Menurut Stuart (2007) dalam Yusalia (2015), jenis halusinasi antara lain :
1. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan (visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau

6
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
3. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti: darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu
bau harum.Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6. Halusinasi cenesthetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7. Halusinasi kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

2.1.5. Tanda dan Gejala


Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum atautertawa
yang tidak sesuai, menggerakkan bibir tanpa suara, bicarasendiri,pergerakan
mata cepat, diam, asyik dengan pengalamansensori,kehilangan kemampuan
membedakan halusinasi dan realitas rentangperhatian yang menyempit hanya
beberapa detik atau menit, kesukaranberhubungan dengan orang lain, tidak
mampu merawat diri,perubahan

7
Berikut tanda dan gejala menurut jenis halusinasi Stuart & Sudden, (1998)
dalam Yusalia (2015).

Jenis halusinasi Karakteriostik tanda dan gejala


Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan lengkap antara dua orang
yang mengalami halusinasi. Pikiran
yang terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.

Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan


cahaya, gambar giometris, gambar
karton dan atau panorama yang luas dan
komplek. Penglihatan dapat berupa
sesuatu yang menyenangkan /sesuatu
yang menakutkan seperti monster.

Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah,


urine, fases umumnya baubau yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penciuman biasanya sering akibat
stroke, tumor, kejang / dernentia.

Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa


darah, urine, fases.

Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan


tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum
listrik yang datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.

Merasakan fungsi tubuh seperti aliran


Sinestetik darah divera (arteri), pencernaan
makanan.

Kinestetik Merasakan pergerakan sementara


berdiri tanpa bergerak

8
2.1.6. Fase Halusinasi
Halusinasi yang dialami oleh klien bisa berbeda intensitas dan keparahannya
Stuart & Sundeen, (2006) dalam Bagus, (2014), membagi fase halusinasi dalam 4
fase berdasarkan tingkat ansietas yang dialami dan kemampuan klien
mengendalikan dirinya. Semakin berat fase halusinasi, klien semakin berat
mengalami ansietas dan makin dikendalikan oleh halusinasinya.
Fase halusinasi Karakteristik Perilaku pasien
1 2 3
Fase 1 : Comforting- Klien mengalami keadaan Menyeringai atau
ansietas tingkat emosi seperti ansietas, tertawa yang tidak
sedang, secara kesepian, rasa bersalah, dan sesuai, menggerakkan
umum, halusinasi takut serta mencoba untuk bibir tanpa
bersifat berfokus pada penenangan menimbulkan suara,
menyenangkan pikiran untuk mengurangi pergerakan mata yang
ansietas. Individu mengetahui cepat, respon verbal
bahwa pikiran dan yang lambat, diam dan
pengalaman sensori yang dipenuhi oleh sesuatu
dialaminya tersebut dapat yang mengasyikkan.
dikendalikan jika ansietasnya
bias diatasi
(Non psikotik)
Fase II: Pengalaman sensori bersifat Peningkatan sistem
Condemning- menjijikkan dan menakutkan, syaraf otonom yang
ansietas tingkat klien mulai lepas kendali dan menunjukkan ansietas,
berat, secara umum, mungkin mencoba untuk seperti peningkatan
halusinasi menjadi menjauhkan dirinya dengan nadi, pernafasan, dan
menjijikkan sumber yang dipersepsikan. tekanan darah;
Klien mungkin merasa malu penyempitan
karena pengalaman kemampuan
sensorinya dan menarik diri konsentrasi, dipenuhi
dari orang lain. dengan pengalaman
(Psikotik ringan) sensori dan kehilangan
kemampuan
membedakan antara
halusinasi dengan
realita.
Fase III: Klien berhenti menghentikan Cenderung mengikuti
Controlling-ansietas perlawanan terhadap petunjuk yang diberikan
tingkat berat, halusinasi dan menyerah pada halusinasinya daripada
pengalaman sensori halusinasi tersebut. Isi menolaknya, kesukaran
menjadi berkuasa halusinasi menjadi menarik, berhubungan dengan
dapat berupa permohonan. orang lain, rentang
Klien mungkin mengalarni perhatian hanya

9
kesepian jika pengalaman beberapa detik atau
sensori tersebut berakhir. menit, adanya tanda-
(Psikotik) tanda fisik ansietas
berat : berkeringat,
tremor, tidak mampu
mengikuti petunjuk.
Fase IV: Conquering Pengalaman sensori menjadi Perilaku menyerang-
Panik, umumnya mengancam dan menakutkan teror seperti panik,
halusinasi menjadi jika klien tidak mengikuti berpotensi kuat
lebih rumit, melebur perintah. Halusinasi bisa melakukan bunuh diri
dalam halusinasinya berlangsung dalam beberapa atau membunuh orang
jam atau hari jika tidak ada lain, Aktivitas fisik
intervensi terapeutik. yang merefleksikan isi
(Psikotik Berat) halusinasi seperti amuk,
agitasi, menarik diri,
atau katatonia, tidak
mampu berespon
terhadap perintah yang
kompleks, tidak mampu
berespon terhadap lebih
dari satu orang.

2.1.7. Penatalaksanaan Medis


Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), tindakan keperawatan
untuk membantu klien mengatasi halusinasinya dimulai dengan membina
hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat penting
dijalin sebelum mengintervensi klien lebih lanjut. Pertama-tama klien harus
difasilitasi untuk merasa nyaman menceritakan pengalaman aneh halusinasinya
agar informasi tentang halusinasi yang dialami oleh klien dapat diceritakan
secara konprehensif. Untuk itu perawat harus memperkenalkan diri, membuat
kontrak asuhan dengan klien bahwa keberadaan perawat adalah betul-betul
untuk membantu klien. Perawat juga harus sabar, memperlihatkan penerimaan
yang tulus, dan aktif mendengar ungkapan klien saat menceritakan
halusinasinya. Hindarkan menyalahkan klien atau menertawakan klien walaupun
pengalaman halusinasi yang diceritakan aneh dan menggelikan bagi perawat.
Perawat harus bisa mengendalikan diri agar tetap terapeutik.
Setelah hubungan saling percaya terjalin, intervensi keperawatan
selanjutnya adalah membantu klien mengenali halusinasinya (tentang isi

10
halusinasi, waktu, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi, dan perasaan klien saat halusinasi muncul). Setelah klien
menyadari bahwa halusinasi yang dialaminya adalah masalah yang harus diatasi,
maka selanjutnya klien perlu dilatih bagaimana cara yang bisa dilakukan dan
terbukti efektif mengatasi halusinasi. Proses ini dimulai dengan mengkaji
pengalaman klien mengatasi halusinasi. Bila ada beberapa usaha yang klien
lakukan untuk mengatasi halusinasi, perawat perlu mendiskusikan efektifitas
cara tersebut. Apabila cara tersebut efektif, bisa diterapkan, sementara jika cara
yang dilakukan tidak efektif perawat dapat membantu dengan cara-cara baru.

Menurut Keliat (2011) dalam Pambayun (2015), ada beberapa cara yang bisa
dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi, meliputi :
1. Menghardik halusinasi.
Halusinasi berasal dari stimulus internal. Untuk mengatasinya, klien
harus berusaha melawan halusinasi yang dialaminya secara internal
juga. Klien dilatih untuk mengatakan, ”tidak mau dengar…, tidak
mau lihat”. Ini dianjurkan untuk dilakukan bila halusinasi muncul
setiap saat. Bantu pasien mengenal halusinasi, jelaskan cara-cara
kontrol halusinasi, ajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama yaitu menghardik halusinasi:
2. Menggunakan obat.
Salah satu penyebab munculnya halusinasi adalah akibat
ketidakseimbangan neurotransmiter di syaraf (dopamin, serotonin).
Untuk itu, klien perlu diberi penjelasan bagaimana kerja obat dapat
mengatasi halusinasi, serta bagairnana mengkonsumsi obat secara
tepat sehingga tujuan pengobatan tercapai secara optimal. Pendidikan
kesehatan dapat dilakukan dengan materi yang benar dalam
pemberian obat agar klien patuh untuk menjalankan pengobatan
secara tuntas dan teratur.

11
Keluarga klien perlu diberi penjelasan tentang bagaimana penanganan
klien yang mengalami halusinasi sesuai dengan kemampuan keluarga. Hal ini
penting dilakukan dengan dua alasan. Pertama keluarga adalah sistem di mana
klien berasal. Pengaruh sikap keluarga akan sangat menentukan kesehatan jiwa
klien. Klien mungkin sudah mampu mengatasi masalahnya, tetapi jika tidak
didukung secara kuat, klien bisa mengalami kegagalan, dan halusinasi bisa
kambuh lagi. Alasan kedua, halusinasi sebagai salah satu gejala psikosis bisa
berlangsung lama (kronis), sekalipun klien pulang ke rumah, mungkin masih
mengalarni halusinasi. Dengan mendidik keluarga tentang cara penanganan
halusinasi, diharapkan keluarga dapat menjadi terapis begitu klien kembali ke
rumah. Latih pasien menggunakan obat secara teratur:

Jenis-jenis obat yang biasa digunakan pada pasien halusinasi adalah:


a. Clorpromazine ( CPZ, Largactile ), Warna : Orange
Indikasi:
Untuk mensupresi gejala – gejala psikosa : agitasi, ansietas, ketegangan,
kebingungan, insomnia, halusinasi, waham, dan gejala – gejala lain yang
biasanya terdapat pada penderita skizofrenia, manik depresi, gangguan
personalitas, psikosa involution, psikosa masa kecil.
Cara pemberian:
Untuk kasus psikosa dapat diberikan per oral atau suntikan intramuskuler.
Dosis permulaan adalah 25 – 100 mg dan diikuti peningkatan dosis hingga
mencapai 300 mg perhari. Dosis ini dipertahankan selama satu minggu.
Pemberian dapat dilakukan satu kali pada malam hari atau dapat diberikan
tiga kali sehari. Bila gejala psikosa belum hilang, dosis dapat dinaikkan
secara perlahan – lahan sampai 600 – 900 mg perhari.
Kontra indikasi:
Sebaiknya tidak diberikan kepada klien dengan keadaan koma, keracunan
alkohol, barbiturat, atau narkotika, dan penderita yang hipersensitif terhadap
derifat fenothiazine.
Efek samping:

12
Yang sering terjadi misalnya lesu dan mengantuk, hipotensi orthostatik,
mulut kering, hidung tersumbat, konstipasi, amenore pada wanita,
hiperpireksia atau hipopireksia, gejala ekstrapiramida. Intoksikasinya untuk
penderita non psikosa dengan dosis yang tinggi menyebabkan gejala
penurunan kesadaran karena depresi susunan syaraf pusat,
hipotensi,ekstrapiramidal, agitasi, konvulsi, dan perubahan gambaran irama
EKG. Pada penderita psikosa jarang sekali menimbulkan intoksikasi.
b. Haloperidol ( Haldol, Serenace ), Warna : Putih besar
Indikasi:
Yaitu manifestasi dari gangguan psikotik, sindroma gilies de la tourette pada
anak – anak dan dewasa maupun pada gangguan perilaku yang berat pada
anak – anak.
Cara pemberian:
Dosis oral untuk dewasa 1 – 6 mg sehari yang terbagi menjadi 6 – 15 mg
untuk keadaan berat. Dosis parenteral untuk dewasa 2 -5 mg intramuskuler
setiap 1 – 8 jam, tergantung kebutuhan.
Kontra indikasi:
Depresi sistem syaraf pusat atau keadaan koma, penyakit parkinson,
hipersensitif terhadap haloperidol.
Efek samping:
Yang sering adalah mengantuk, kaku, tremor, lesu, letih, gelisah, gejala
ekstrapiramidal atau pseudoparkinson. Efek samping yang jarang adalah
nausea, diare, kostipasi, hipersalivasi, hipotensi, gejala gangguan otonomik.
Efek samping yang sangat jarang yaitu alergi, reaksi hematologis.
Intoksikasinya adalah bila klien memakai dalam dosis melebihi dosis
terapeutik dapat timbul kelemahan otot atau kekakuan, tremor, hipotensi,
sedasi, koma, depresi pernapasan.
c. Trihexiphenidyl ( THP, Artane, Tremin ), Warna: Putih kecil
Indikasi:
Untuk penatalaksanaan manifestasi psikosa khususnya gejala skizofrenia.
Cara pemberian:

13
Dosis dan cara pemberian untuk dosis awal sebaiknya rendah ( 12,5 mg )
diberikan tiap 2 minggu. Bila efek samping ringan, dosis ditingkatkan 25
mg dan interval pemberian diperpanjang 3 – 6 mg setiap kali suntikan,
tergantung dari respon klien. Bila pemberian melebihi 50 mg sekali suntikan
sebaiknya peningkatan perlahan – lahan.
Kontra indikasi:
Pada depresi susunan syaraf pusat yang hebat, hipersensitif terhadap
fluphenazine atau ada riwayat sensitif terhadap phenotiazine. Intoksikasi
biasanya terjadi gejala – gejala sesuai dengan efek samping yang hebat.
Pengobatan over dosis ; hentikan obat berikan terapi simtomatis dan
suportif, atasi hipotensi dengan levarteronol hindari menggunakan
ephineprine ISO, (2008)dalam Pambayun (2015).
3. Berinteraksi dengan orang lain.
Klien dianjurkan meningkatkan keterampilan hubungan sosialnya.
Dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan dapat
memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami
peningkatan stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain.
Dua hal ini akan mengurangi fokus perhatian klien terhadap stimulus
internal yang menjadi sumber halusinasinya. Latih pasien mengontrol
halusinasi dengan cara kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang
lain:
4. Beraktivitas secara teratur dengan menyusun kegiatan harian.
Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang
tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik
dengan halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun
rencana kegiatan dari pagi sejak bangun pagi sampai malam
menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat. Perawat harus
selalu memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-
betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah. Latih pasien
mengontrol halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melaksanakan
aktivitas terjadwal:

14
2.2. Pengkajian

2.2.1. proses Keperawatan


1. Pengkajian
a. Faktor biologis
Terdapat lesi pada area frontal, te,poral dam limbik.
b. Faktor spikologis
Tipe kepribadian yang lemah dan tidak bertanggung jawab,
mudah terjerumus pada penyalah gunaan zat adiktif.
c. Faktor sosial budaya
Kondisi sosial yang mempengaruhi ganggua realita.
d. Faktor perkembangan
Hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress adalah
merupakan salah satu tugas perkembangan yang terganggu
e. Faktor presipitasi
a. Biologis
Berhubungan dengan respon neurologis yang
maldaptif
b. Perilaku
Gangguan fungsi yang berhubungan pada perilaku
klien halusinasi.
2. Masalah keperawatan
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Halusinasi pendengaran
c. Isolasi sosial
d. Penurunan motivasi
e. Ketidak berdayaan
f. Koping individu tidak efektif.

15
2.2.2. Pohon Masalah
Akibat
Resiko menyiderai diri, orang lain dan
lingkungan

Core (Masalah Utama)


Perubahan persepsi sensori : halusinasi

Penyebab

Isolasi sosial : menarik diri


Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Isolasi social : menarik diri
3. Resiko menyiderai diri orang lain dan lingkungan

16
2.2.3. Rencana Tindakan Keperawatan Klien dengan Halusinasi
Perencanaan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
TUM : 1. Ekspresi wajiah Bina hubungan saling percaya dengan
Klien mampu bersaha-bat mengungkapakan prinsip komunikasi
mengontrol menunjukkan rasa terapeutik..
halusnasinya secara senang ada kontak  Sapa klien dengan ramah baik
man-diri. mata. Mau berjabat veral maupun non verbal
TUK 1: tangan, mau  Perkenalkan diri dengan sopn
Klien dapat menyebutkan nama,  Tanyakan nama lengkap klien
membina hub-ungan mau menjawab salam, dan nama panggilan yang
saling percaya klien mau duduk disukai klien.
berdampingan dengan  Jelaskan tujuan pertemuan
perawat, mau  Jujur dan menpati janji.
mengungnkapkan  Tunjukan sikap simpati dan
maslah yang dihadapi. menerima apa adanya
 Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan klien
TUK 2: 2. klien dapat Adakan kontak sering dan singkat
Klien dapat menyebutkan waktu, secar bertahap, observasi tingkah laku
mengenal isi, frekuensi dan klien tetrkait dengan halusinasnya,
halusinasinya situasi yang bicara dan tertawa tanpa stimulus
menimbulkan memandang kekiri/kekanan/kedepan
halusinasi. seolah-olah ada teman bicara,
Bantu klien memngenal
halulsinasinya.
a. Jika menemukan klien yang
sedang halulsinaasi
 Tanyakakan apakah

17
ada suara yang
disengar
 Jika klien menjawab
ada, lanjutkan apa
yang dikatakan
 Katakan bahwa
perawat percaya klien
mendengar suara itu,
namun perawat sendiri
tidak menengarnya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
 Katakan bahwa klien
lain ada seperti klien
 Katakan bahwa
perawat akan
membantu klien
b. Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya pengalaman
halusinasi.
Diskusikan dengan klien :
 Situasi yang
menimbulkan
halusinasi (jika sendiri,
jengkel/sedih)
 Watu dan frekuensi
terjadinyahalusinasi

18
(pagi, siang, sore dan
malam atau sering dan
kadang-kadang)
3. Klien dapat  Diskusikan dengan
mengungkapkan klien apa yang
perasaan terhadap dirasakan jika terjadi
halusinasinya halusinasi (marah,
takut, sedih, senanag)
dan beri kesempatan
untuk mengungkapkan
perasaanya.
TUK 3: 4. 3. Klien dapat  Identifikasi bersama klien cara
Klien dapat menyebutkan tindakan atau tindakan yang dilakukan jika

mengontrol yang biasanya dilakukan terjadi halusinasinya( tidur,


untuk mengendalikan marah, menyibukkan diri, dll)
halusinasinya
halusinasinya  Diskusikan manfaat dan cara
5. 3. Klien dapat yang digunakan klien, jika
menyebutkan cara baru bermanfaat beri pujian
 Diskusikan cara baru untuk
memutus/ mengontrol timbul nya
halusinasi:
1. Katakan: saya tidak mau
dengar/lihat kamu(pada saat
halusinasi terjadi)
2. Menemui orang lain (perawat
/teman/keluarga) untuk
bercakap-cakap.
3. Klien dapat memilih  Bantu klien memilih dan melatih
cara mengatasi cara memutus halusinasi secara
halusinasi seperti bertahap.
yang telah  Beri kesempatan untuk
didiskusikan dengan melakukan cara yang dilatih.

19
klien Evaluasi hasilnya dan beri pujian
3.klien dapat jika berhasil.
melaksanakna cara yang  Anjurkan klien mengikuti terapi
dipilij untuk aktivitas kelompok, orientasi
mengendalikan realita .
halusinasinya
3. klien dapat mengikuti
terapi aktivitas
kelompok.
TUK 4: 3. 4. Keluarga dapat  Anjurkan klien untuk
Klien dapat dukungan membina hubungan memberitahu keluarga jika
dari keluarga dalam saling percaya dengan terjadi halusinasi
mengontrol perawat  Diskusikan dengan keluarga pada
halusinasinya 4. 4. Keluarha dapat saat keluarga berkunjung/ pada
menyebutkan saat kunjungan rumah.
pengertian, tanda dan  Cara yang dapat dilakukan klien
tindakan untuk dan keluarga untuk memutus
mengendalikan halusinasi
halusinasi
TUK 5: 5. 5. Klien dan keluarga  Diskusikan dengan klien dan
Klien dapat dapat menyebutkan keluarga tentang dosis, efek
memanfaatkan manfaat, dosis obat samping dan manfaat obat
dengan baik.  Anjurkan klien minta sendiri obat
pada perawat dan merasakan
manfaatnya
 Diskusikan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi.

20
2.2. Strategi Pelaksanaan
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1 :
PENGKAJIAN DAN MENGENAL HALUSINASI.
Hari :
Pertemuan :1
Sp/Dx : 1/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi pendengaran
Ruangan :X
Nama Klien : Tn/Ny
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Data subjektif :
 Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang menyuruhnya untuk
memukuli orang
 Klien mengatakan suara itu datang ketika sendiri di kamar
Data objektif
 Klien tampak ketakutan
 Klien tampak mengarahkan telinganya ke suatu tempat.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
Pasien mampu :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengenal halusinasi dan mampu mengontrol halusinasi dengan menghardik
c. Mengontrol halusinasi dengan enam benar minum obat
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Membantu klien menyadari gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Melatih klien cara mengontrol halusinasi
d. Mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap.

21
e. Mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas sehari-hari.
B. Strategi Komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik : Assalamualaikum, selamat pagi Tn/Ny.... , perkenalkan
nama saya Murdianto Saya mahasiswa praktek dari poltekkes tanjungpinang
yang akan dinas di ruang kresna ini selama 2 minggu. Hari ini saya dinas pagi
dari jam 07:00 pagi sampai jam 14:00 siang. Saya akan merawat Tn/Ny....
selama di rumah sakit ini. Nama Tn/Ny.... siapa ? senangnya di panggil apa ?
b. Evaluasi/validasi : bagaimana keadaan Tn/Ny...... hari ini ?
c. Kontrak :
 Topik : Baiklah Tn/Ny......, bagaimana kalau kita berbincang-bincang
tentang suara yang mengganggu Tn/Ny...... dan cara mengontrol suara-
suara tersebut, apakah bersedia ?
 Waktu : Berapa lama Tn/Ny...... mau berbincang-bincang ? Bagaimana
kalau 20 menit ?
 Tempat : Tn/Ny...... mau berbincang-bincang dimana ? Bagaimana kalau
di taman ? Baiklah Tn/Ny......
2. Fase Kerja
Apakah Tn/Ny...... mendengar suara tanpa ada wujudnya ? Apa yang
dikatakan suara itu ? Saya percaya Tn/Ny...... mendengar suara tersebut, tetapi
saya sendiri tidak mendengar suara itu.Apakah Tn/Ny...... mendengarnya terus
menerus atau sewaktu-waktu ? Kapan yang paling sering Tn/Ny...... mendengar
suara itu ? Berapa kali dalam sehari Tn/Ny...... mendengarnya ? Pada keadaan apa
suara itu terdengar ? Apakah pada waktu sendirian ? Apa yang Tn/Ny...... rasakan
ketika mendengar suara tersebut ? Kemudian apa yang Tn/Ny...... lakukan ?
Apakah dengan cara tersebut suara-suara itu hilang ? Apa yang Tn/Ny...... alami
itu namanya halusinasi. Ada empat cara untuk mengontrol halusinasi yaitu
menghardik, bercakap-cakap, melakukan aktifitas dan minum obat.
Bagaimana kalau kita latih cara yang pertama dahulu, yaitu dengan
menghardik, apakah Tn/Ny...... bersedia ? Bagaimana kalau kita mulai ya. Baiklah
saya akan memperaktekkan dahulu baru Tn/Ny...... memperaktekkan kembali apa

22
yang telah saya lakukan. Begini Tn/Ny.... jika suara itu muncul katakan dengan
keras “pergi...pergi saya tidak mau dengar...kamu suara palsu” sambil menutup
kedua telinga Tn/Ny....... Seperti ini ya Tn/Ny..... Coba sekarang Tn/Ny...... ulangi
lagi seperti yang saya lakukan tadi. Bagus sekali Tn/Ny......, coba sekali lagi
Tn/Ny....... Wah bagus sekali Tn/Ny.......
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan Tn/Ny...... setelah kita kita bercakap-cakap? Jadi
suara-suara itu menyuruh Tn/Ny...... untuk memukuli orang, terus menerus
terjadi dan terutama kalau sendiri dan Tn/Ny...... merasa kesal. Seperti yang
telah kita perlajari bila suara-suara itu muncul Tn/Ny...... bisa mengatakan “
pergi-pergi saya tidak mau dengar kamu suara palsu”
b. RTL :
Tn/Ny...... lakukan itu sampai suara itu tidak terdengar lagi, lakukan itu
selama 3 kali sehari yaitu jam 9:00, 14:00 dan jam 20:00 cara mengisi buku
kegiatan harian adalah sesuai dengan jadwal keegiatan harian yang telah kita
buat tadi ya Tn/Ny......? . Jika Tn/Ny...... melakukanya secara mandiri makan
Tn/Ny...... menuliskan M, jika Tn/Ny...... melakukannya dibantu atau
diingatkan oleh keluarga atau teman maka Tn/Ny...... buat B, Jika
Tn/Ny......tidak melakukanya maka Tn/Ny...... tulis T. apakah Tn/Ny......
mengerti? Coba Tn/Ny...... ulangi? Naah bagus Tn/Ny.......
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik :
 Baik lah Tn/Ny...... bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang cara yang kedua yaitu dengan berbincang-bincang dengan orang
lain untuk mencegah suara-suara itu muncul, apakah Tn/Ny...... bersedia?
 Waktu :
Tn/Ny....mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00 ?
 Tempat :

23
Tn/Ny.... maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
taman ? Baiklah Tn/Ny...... besok saya akan kesini jam 11:00 sampai
jumpa besok Tn/Ny....... saya permisi Assalamualaikum WR,WB
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 2 : BERCAKAP-CAKAP.
Pertemuan :2
Sp/Dx : 2/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
Ruangan :X
Nama Klien : Tn/Ny
A. Proses Keperawatan.
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
· Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang menyuruhnya untuk
memukuli orang.
· Klien mengatakan suara itu tibmul ketika sendiri.
Data objektif :
· Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
· Klien tampak tertawa sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
a. Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap
denganorang lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan
harian klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.

24
Asalamualaikum Tn/Ny....... selamat pagi..
b. Evaluasi/validasi.
Bagaimana perasaan Tn/Ny...... hari ini? Apakah suaranya masih
muncul? ApakahTn/Ny......telah melakukan cara yang telah kita pelajari
untuk menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba saya lihat
jadwal kegiatan harian Tn/Ny......? bagus sekali Tn/Ny......,. latihan
menghardik suara-suara dilakukan dengan teratur.
Sekarang coba ceritakan pada saya apakah dengan cara tadi suara-
suara yang Tn/Ny...... dengarkan berkurang? Coba sekarang praktekkan
cara menghardik suara-suara yang telah kita pelajari. Bagus sekali
Tn/Ny.......
c. Kontrak.
 Topik :
Baiklah Tn/Ny...... sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan belajar
cara kedua dari empat cara mengendalikan suara-suara yang muncul
yaitu bercakap-cakap dengan orang lain, Apakah bersedia?
 Waktu :
Berapa lama Tn/Ny...... mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
 Tempat :
Tn/Ny....mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di taman
? Baiklah Tn/Ny.......
2. Fase Kerja.
Caranya adalah jika Tn/Ny...... mulai mendengar suara-suara, langsung
saja Tn/Ny...... cari teman untuk diajak berbicara. Minta teman Tn/Ny...... untuk
berbicara dengan Tn/Ny....... contohnya begini Tn/Ny...... : tolong berbicara
dengan saya.. saya mulai mendengar suara-suara. Ayo kita ngobrol dengan saya!
Atau Tn/Ny...... minta pada ibu perawat untuk berbicara dengannya seperti “ buk
tolong berbicara dengan saya karena saya mulai mendengar suara-suara:. Coba
Tn/Ny...... praktekkan, bagus sekali Tn/Ny.......
3. Fase Terminasi.

25
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
Bagaimana perasaan Tn/Ny...... setelah kita berlatih tentang cara mengontrol
suara-suara dengan bercakap-cakap. Jadi sudah berapa cara yang kita latih
untuk mengontrol suara-suara? Coba sebutkan! Bagus sekali Tn/Ny.......mari
kita masukan kedalam jadwal kegiatan harian ya Tn/Ny.......
b. RTL :
Berapa kali Tn/Ny...... akan bercakap-cakap. Ya dua kali Tn/Ny....... jam
berapa saja Tn/Ny......? baiklah Tn/Ny...... jam 09:00 dan 16:00. Jangan lupa
Tn/Ny...... lakukan cara yang kedua agar suara-suara yang Tn/Ny......
dengarkan tidak mengganggu Tn/Ny...... lagi.
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah Tn/Ny...... bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang manfaat bercakap-cakap dan berlatih cara ketiga untuk
mengontrol suara-suara Tn/Ny...... yaitu dengan cara melakukan
kegiatan aktivitas fisik, apakah Tn/Ny...... bersedia?
 Waktu :
Tn/Ny...... mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00 ? Berapa lama
Tn/Ny......mau berbincang-bincang?
 Tempat :
Tn/Ny......maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
di taman ? Baiklah Tn/Ny......besok saya akan kesini jam 11:00 sampai
jumpa besok Tn/Ny......saya permisi Assalamualaikum WR,WB

STATEGI PELAKSANAAN (SP) 3 : MELAKUKAN AKTIVITAS SEHARI-


HARI.
Pertemuan :3
Sp/Dx : 3/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran.
Ruangan :X
Nama Klien : Tn/Ny
A. Proses Keperawatan.

26
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
· Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang menyuruhnya untuk
memukuli orang
· Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
· Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
· Klien tampak tertawa sendiri.
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran.
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
a. Klien mampu mengontrol halusinasinya dengan cara bercakap-cakap
denganorang lain.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi ke jadwal harian
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain.
c. Menganjurkan kepada klien agar memasukan kegiatan ke jadwal kegiatan
harian klien.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Asalamualaikum Tn/Ny....... selamat pagi.. masih ingat dengan saya ?
b. Evaluasi/validasi.
Bagaimana perasaan Tn/Ny...... hari ini? Apakah suara tersebut
masih muncul? ApakahTn/Ny...... telah melakukan dua cara yang telah
kita pelajari untuk menghilangkan suara-suara yang menganggu? Coba
saya lihat jadwal kegiatan harian Tn/Ny......? bagus sekali Tn/Ny......,
Tn/Ny...menghardik, latihan bercakap-cakap dengan teman dan perawat
juga dilakukan dengan teratur. Sekarang coba ceritakan pada saya apakah
dengan kedua cara tadi suara-suara yang Tn/Ny...... dengarkan berkurang ?

27
bagus sekali Tn/Ny......, dengan suara-suara itu sudah tidak menganggu
Tn/Ny......lagi. Coba sekarang Tn/Ny......praktekkan lagi bagaimana cara
menghardik suara-suara yang telah kita pelajari dan dengan siapa
Tn/Ny...... bisa bercakap-cakap. Bagus sekali Tn/Ny......, Tn/Ny...... sudah
bisa memperaktekkannya
c. Kontrak.
 Topik :
Baiklah Tn/Ny...... sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan
cara ketiga dari empat cara yaitu melakukan aktivitas fisik yaitu
membersih kamar tujuan kalau Tn/Ny...... sibuk maka kesempatan
muncul suara-suara akan berkurang, Apakah bersedia?
 Waktu :
Berapa lama Tn/Ny...... mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
 Tempat :
Tn/Ny...... mau berbincang-bincang dimana? Bagai mana kalau di
taman ? Baiklah Tn/Ny.......
2. Fase Kerja.
Baiklah mari kita merapikan tempat tidur. Tujuannya agar Tn/Ny......
dapat mengalihkan suara yang didengar. Diamana kamar tidur Tn/Ny...... ? nah
kalau kita akan merapikan tempat tidur, kita pindahkan dulu bantal, guling dan
selimutnya. Bagus sekali sekarang kita pasang seprainya lagi, kita mulai dari
arah atas. Ya sekarang bagian kaki, tarik dan masukkan, lalu bagian pinggir
dimasukkan. Sekarang ambil bantal dan letakkan dibagian atas kepala
selanjutnya kita lipat dan rapikan selimutnya dan letakan dibawah kaki. Bagus
sekali Tn/Ny....... Tn/Ny...... dapat melakukannya dengan baik dan rapi.
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi Subjektif dan Objektif :
Bagaimana perasaan Tn/Ny...... setelah kita membereskan tempat tidur
apakah selama kegiatan berlangsung suara-suara itu datang ? O bagus sekali
Tn/Ny...... jadi selama latihan suara-suara itu tidak ada ya handi jadi

28
Tn/Ny...... dapat melakukan kegiatan untuk menghilangkan suara-suara nah
sekarang coba ulangi langkah-langkah yang tadi telah kita lakukan.
b. RTL :
Bagus sekali Tn/Ny...... sekarang masukkan kedalam jadwal kegiatan
harian. Bagus sekali Tn/Ny....... Jam berapa akan melakukan kegiatan ini ?
baiklah Tn/Ny...... jam 06:00 dan jam 15:00 setelah bangun tidurnya. Bagus.
c. Kontrak yang akan datang :
 Topik :
Baik lah Tn/Ny...... bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang minum obat teratur, apakah Tn/Ny...... bersedia?
 Waktu :
Tn/Ny......mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00 ? Berapa lama
Tn/Ny...... mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit ?
 Tempat :
Tn/Ny...... maunya dimana kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau
di taman ? Baiklah Tn/Ny...... besok saya akan kesini jam 11:00 sampai
jumpa besok Tn/Ny....... saya permisi Assalamualaikum WR,WB.
STATEGI PELAKSANAAN (SP) 4 : ENAM BENAR MINUM OBAT
Pertemuan :4
Sp/Dx : 4/ Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar.
Ruangan :X
Nama Klien : Tn/Ny
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien.
Data subjektif :
· Klien mengatakan mendengar suara laki-laki yang menyuruhnya untuk
memukuli orang.
· Klien mengatakan suara itu timbul ketika sendiri.
Data objektif :
· Klien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat.
· Klien tampak tertawa dan berbicara sendiri.

29
2. Diagnosa Keperawatan.
Gangguan Persepsi Sensori :Halusinasi pendengaran
3. Tujuan Tindakan Keperawatan.
a. Pasien mampu mengontrol halusinasi pendengaran dengan enam benar
minum obat.
4. Tindakan Keperawatan.
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Jelaskan pentingnya penggunaan obat pada gangguan jiwa.
c. Jelaskan akibat bila obat tidak digunakan sesuai program.
d.Jelaskan akibat bila putus obat.
e. Jelaskan cara mendapatkan obat.
f. Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 6 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis dan kontinuitas.
B. Strategi Komunikasi.
1. Fase Orientasi.
a. Salam Terapeutik.
Assalamualaikum Tn/Ny......, masih ingat dengan saya? bagaimana perasaan
Tn/Ny...... hari ini?
b. Evaluasi/validasi.
Apakah Tn/Ny......suaranya masih ada? Apakah Tn/Ny...... telah melakukan
apa yang telah kita pelajari kemarin? Bagaimana apakah dengan menghardik
suara-suara yang Tn/Ny...... dengar berkurang? Bagus sekarang coba
praktekkan pada saya bagaimana Tn/Ny...... melakukannya. Bagus sekali
Tn/Ny..... coba lihat jadwal kegiatan hariannya bagus sekali Tn/Ny....
c. Kontrak.
 Topik :
Baiklah Tn/Ny......sesuai janji kita kemaren hari ini kita akan latihan cara
yang keempat dari empat mengendalikan suara-suara yang muncul yaitu
cara minum obat yang benar, Apakah bersedia?
 Waktu :

30
Berapa lama Tn/Ny......mau berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20
menit?
 Temapat :
Tn/Ny......mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau di taman ?
Baiklah Tn/Ny.......
2. Fase Kerja.
Tn/Ny...... sudah dapat obat dari ibuk Perawat? Tn/Ny...... perlu meminum
obat ini secara teratur agar pikiran jadi tenang, dan tidurnya juga menjadi
nyenyak. Obatnya ada tiga macam, yang warnanya orange namanya CPZ minum
3 kali sehari gunanya supaya tenang dan berkurang rasa marah dan mondar
mandirnya, yang warnanya putih namanya THP minum 3 kali sehari supaya relaks
dan tidak kaku, yang warnanya merah jambu ini namanya HLP gunannya untuk
menghilangkan suara-suara yang Tn/Ny...... dengar. Semuanya ini harus
Tn/Ny...... minum 3 kali sehari yaitu jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7 malam.
Bila nanti mulut Tn/Ny...... terasa kering, untuk membantu mengatasinya
Tn/Ny...... bisa menghisap es batu yang bisa diminta pada perawat. Bila Tn/Ny......
merasa mata berkunang-kunang, Tn/Ny...... sebaiknya istirahat dan jangan
beeraktivitas dulu. Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum
berkonsultasi dengan dokter ya Tn/Ny.......
Sebelum Tn/Ny...... meminum obat lihat dulu label yang menempel di
bungkus obat, apakah benar nama Tn/Ny...... yang tertulis disitu. Selain itu
Tn/Ny...... perlu memperhatikan jenis obatnya, berapa dosis, satu atau dua butir
obat yang harus diminum, jam berapa saja obatnya harus diminum, dan cara
meminum obanya. Tn/Ny......harus meminum obat secara teratur dan tidak
menghentikannya tanpa konsultasi dengan dokter. Sekarang kita memasukan
waktu meminum obat kedalam jadwal ya Tn/Ny....... cara mengisi jadwalnya
adalah jika Tn/Ny...... minum obatnya sendiri tanpa diingatkan oleh perawat atau
teman maka di isi dengan M artinya mandiri, jika Tn/Ny...... meminum obatnya
diingatkan oleh perawat atau oleh teman maka di isi B artinya dibantu, jika
Tn/Ny...... tidak meminum obatnya maka di isi T artinya tidak melakukannya.

31
Mengerti Tn/Ny......? coba Tn/Ny...... ulangi kembali cara mengisi jadwal
kegiatan? Nah bagus, Tn/Ny...... sudah mengerti
3. Fase Terminasi.
a. Evaluasi subjektif dan objektif :
Bagaimana perasaan Tn/Ny...... setelah kita berbincang-bincang tentang obat?
Sudah berapa cara yang kita latih untuk mengontrol suara-suara? Coba
Tn/Ny...... sebutkan.
b. RTL :
Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu07:00, 13:00 dan 19:00 pada
jadwal kegiatan Tn/Ny....... Nah sekarang kita masukan kedalam jadwal
minum obat yang telah kita buat tadi ya Tn/Ny....... jangan lupa laksanakan
semua dengan teratur ya Tn/Ny.......
Baiklah Tn/Ny....... kita telah mempraktekkan 4 cara mengontrol suara-suara
tersebut diharapkan untuk melakukan cara tersebut setiap hari. Baiklah
Tn/Ny....... kegiatan kita sudah selesai saya permisi Assalamualaikum
WR,WB.

32
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa. Pasien merasakan sensasi berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
dalam Zelika, (2015). Sedangkan Menurut WHO, kesehatan jiwa bukan hanya
tidak ada gangguan jiwa, melainkan mengandung berbagai karakteristik yang
positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.
Halusinasi pendengaran adalah Mendengar suara-suara / kebisingan, paling
sering suara kata yang jelas, berbicara dengan klien bahkan sampai percakapan
lengkap antara dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar jelas
dimana klien mendengar perkataan bahwa pasien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.

3.2. Saran
1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan, sebaiknya perawat selalu
melakukan pendekatan terus menerus dan bertahap kepada pasien dengan
halusinasi pendengaran untuk mengontrol halusinasi yang muncul.
Pasien dengan halusinasi pendengaran biasannya sering menyendiri atau
melamun, kebiasaan tersebut merupakan faktor pencetus munculnya
kembali halusinasi, dalam hal ini sebaiknya perawat sering melakukan
interaksi dengan pasien untuk mengurangi halusinasi yang muncul.
2. Perawat sebaiknya selalu mengaawasi dan memberi dukungan pada
pasien memperhatikan kebutuhan pasien, selain itu perawat juga harus
memotivasi pasien agar melakukan kegiatan yang dapat mengontrol
halusinasi serta dengan sesering ungkin menemani saat pasien terlihat
menyendiri.

33
DAFTAR PUSTAKA

Bagus, Pan. 2014. Konsep Halusinasi Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.


www.academia.edu diakses Oktober 2016.

Yusalia, Refiazka. 2015. Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Halusinasi.


www.academia.edu diakses Oktober 2016

Zelika, Alkhosiyah A. Dermawan, Deden. 2015. Kajian Asuhan Keperawatan Jiwa


Halusinasi Pendengaran Pada Sdr. D Di Ruang Nakula Rsjd Surakarta. Jurnal
Poltekkes Bhakti Mulia.

Darmaja, I Kade. 2014. Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. “S”
Dengan Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi PendengaranDiruang Kenari
Rsj Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang Malang. Program Studi Profesi (Ners)
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Bakti IndonesiaBanyuwangi

Pambayun, Ahlul H. 2015. Asuhan Keperawatan JiwaPada Ny. S Dengan Gangguan


Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran Ruang 11 (Larasati) RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Semarang. Asuhan Keperawatan Psikiatri Akademi Keperawatan
Widya Husada Semarang.

34

Anda mungkin juga menyukai