Fakultas Teknik
Universitas Tarumanagara
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Tanpa tersedianya udara dan air, kiranya tiada kegiatan hidup manusia di alam
ini, dan udara yang segar serta air yang bersih adalah syarat mutlak untuk menjadikan
kehidupan ini menyenangkan adanya
Sejarah telah mencatat, bahwa tumbuhnya pe radaban manusia dan perkembangan
selanjutnya senanti asa dimulai di lembah-lembah sungai yang besar, pembawa air
yang berlimpah-limpah, hal mana merupakan manifestasi bahwa air adalah karunia
alam yang sangat penting bagi kehidupan manu sia.
Manusia bahari yang hidup dari hasil berburu, menangkap ikan dan mengumpulkan
buah-buahan hutan serta akar-akaran, menggun ak an sungai serta mata air yang bersih
dan alamiyah itu, hanya untuk pelepas dahaga atau kebut uh an hidup lainnya secara
sangat sederhana
Bahkan ketika mereka mulai berkembang, bermukim dan mulai menco ba bercocok
tanam di tempat-tem pat tertentu, maka air telah mulai semakin tak terpisah kan dari
kehidupan mereka. Dan ketika mereka menyadari bahwa hujan yang turun tidaklah
selalu sesuai den gan keinginan mereka dan bah wa air sungaipun kadang-kadang kering
di musim kemarau, maka mulailah timbul kesadaran perlunya menampung air di musim
hujan dengan mencoba membuat empang-empang yang akan diperguna kan di musim
kemarau, untuk menyirami tanaman mereka agar tidak mati kekeringan. Maka dapat
diperkirakan, bahwa sejak saat-saat inilah lahirnya sejarah perkembangan teknik
pembangunan bendungan
Seirama dengan evolusi perkembangan perad aban manusia, maka kemaju an teknik
pembuatan empang-em pang inipun semakin meningkat, yang ditandai dengan semakin
meningkatnya dimensi dari empang-empang itu. Akan tetapi empang-empang (waduk
waduk purba) tersebut, umu mnya dibuat dengan konstruksi bendungan type urugan.
Bahkan ketika bendungan beton (type gravitas) diperkenalkan untuk pertama kali
di abad ke XVI, di seluruh dunia ini telah sempat dibangun bendun gan type urugan
yang jumlahnya sudah tak terhitung lagi
a. Pembangunannya dapat dilakukan pada hampir pada semua kondisi geologi dan geografi yang
dijumpai
b. Bahan untuk tubuh bendungan dapat digunakan batuan yang terdapat di sekitar calon
bendungan.
Tetapi disamping itu, tipe ini juga memiliki kelemahan yang cukup berarti, yaitu tidak mampu
menahan limpasan diatas mercunya, dimana limpasan-limpasan yang terjadi dapat menyebabkan
longsoran-longsoran pada lereng hilir yang dapat mengakibatkan jebolnya bendungan tersebut.
Beberapa karakteristik utama dari bendungan urugan, adalah sebagai berikut (Sosrodarsono,
2002):
a. Bendungan urugan mempunyai alas yang luas, sehingga beban yang harus didukung oleh
pondasi bendungan persatuan unit luas biasanya kecil. Beban utama yang harus didukung
pondasi terdiri dari berat tubuh bendungan dan tekanan hidrostatis dari air dalam waduk. Karena
hal tersebut, maka bendungan urugan dapat dibangun di atas alur sungai yang tersusun dari
batuan sedimen dengan kemampuan daya dukung yang rendah asalkan kekedapannya dapat
diperbaiki sampai tingkat yang dikehendaki.
b. Bendungan urugan selalu dapat dibangun dengan menggunakan bahan batuan yang terdapat
di sekitar calon bendungan. Dibandingkan dengan jenis bendungan beton, yang memerlukan
bahan-bahan fabrikat seperti semen dalam jumlah besar dengan harga yang tinggi dan
didatangkan dari tempat yang jauh, maka bendungan urugan dalam hal ini menunjukkan
tendensi yang positif.
d. Akan tetapi karena tubuh bendungan terdiri dari timbunan tanah atau timbunan batu yang
berkomposisi lepas, maka bahaya jebolnya bendungan umumnya disebabkan oleh hal-hal
berikut:
Longsoran yang terjadi baik pada lereng udik, maupun lereng hilir tubuh bendungan.
Terjadinya sufosi (erosi dalam atau piping) oleh gaya-gaya yang timbul dalam aliran filtrasi
yang terjadi dalam tubuh bendungan.
Suatu konstruksi yang kaku tidak diinginkan di dalam tubuh bendungan, karena konstruksi
tersebut tidak dapat mengikuti gerakan konsolidasi dari tubuh bendungan tersebut.
Proses pelaksanaan pembangunannya biasanya sangat peka terhadap pengaruh iklim. Lebih-
lebih pada bendungan tanah, dimana kelembaban optimum tertentu perlu dipertahankan
terutama pada saat pelaksanaan penimbunan dan pemadatannya.
Mencari nilai present (P) dari nilai future (F) dinyatakan dalam
-N
P = F (P/F, i%, N) dengan perumusan: P = F (1+i)
Mencari nilai future (F) dari nilai annual (A) dinyatakan dalam
F = A (F/A, i%, N)
4.
Mencari nilai annual (A) dari nilai future (F) dinyatakan dalam
A = F (A/F, i%, N)
5.
Mencari nilai present (P) dari nilai annual (A) dinyatakan dalam
P = A (P/A, i%, N)
6.
Mencari nilai annual (A) dari nilai present (P) dinyatakan dalam
A = P (A/P, i%, N)
Perumusan di atas dapat juga ditulis dalam bentuk nilai tahunan, yaitu:
Rasio B/C konvensional dengan AW (Annual Worth)
Rasio B/C termodifikasi dengan AW (Annual Worth)
Dimana: AW = annual worth (nilai tahunan)
B = benefit dari proyek
CR = jumlah pengembalian modal (misalnya, biaya tahunan ekivalen dari investasi awal
termasuk kelonggaran untuk nilai sisa (jika ada).
O+M = biaya-biaya dari operasional dan perawatan
Rasio B/C konvensional dengan AW (AnnualWorth), benefit dikurangi oleh besarnya disbenefit
Rasio B/C konvensional dengan AW (AnnualWorth), biaya meningkat dengan besarnya disbenefit
Dimana: AW = annual worth (nilai tahunan)
B = benefit dari proyek
D = disbenefit dari proyek
CR = jumlah pengembalian modal (misalnya, biaya tahunan ekivalen dari investasi awal termasuk
kelonggaran untuk nilai sisa (jika ada).
O+M = biaya-biaya dari operasional dan perawatan
Dalam melakukan perhitungan menggunakan perumusan diatas, benefit dan disbenefit yang
timbul dari proyek haruslah dinilai dalam satuan uang terlebih dahulu.
h. Pengendalian pencemaran
Suatu bendungan dapat untuk penambahan aliran-rendah, yaitu pelepasan air pada masa air-
rendah untuk mendapatkan larutan air sedemikian rupa, sehingga sungai itu dapat lebih baik
mengasimilasikan air limbah yang dituangkan kedalamnya. Walaupun demikian, pelepasan
dari suatu bendungan dapat menyumbang pencemaran, karena perubahan mutu air yang sering
terjadi di dalam bendungan.
i. Pengendalian nyamuk
Bila diinginkan, suatu waduk dapat dioperasikan untuk mengendalikan pertumbuhan nyamuk
dengan cara mengatur naik turunnya permukaan air dengan cepat, yang akan mendamparkan
jentik-jentik di pinggir bendungan.
Selain dari manfaat-manfaat yang telah disebutkan diatas, pembangunan bendungan juga
menimbulkan dampak-dampak terhadap lingkungan sekitarnya, yaitu:
a. Degradasi alur hilir atau tepi-tepi pantai akibat hilangnya sedimen karena tertangkap di dalam
waduk.
b. Hilangnya tempat-tempat yang mempunyai sifat geologis, historis, arkeologis, atau
pemandangan yang unik akibat genangan waduk.
c. Tergenangnya daerah penangkaran benih ikan yang berpindah-pindah yang menghalangi
proses reproduksinya, atau rusaknya kerikil pembenihan akibat pengerukan atau pelapisan alur.
d. Perubahan suhu air sungai karena adanya waduk mengakibatkan berubahnya kehidupan air di
sungai itu.
e. Pelesapan air dasar waduk yang mungkin mengandung larutan garam berat atau sedikit
oksigen mengakibatkan berubahnya kehidupan air.
f. Drainasi rawa-rawa, lubang-lubang karang dan sebagainya memperkecil peluang hidup
binatang dan burung-burung air atau ampibi.
g. Perubahan mutu air akibat drainasi dari suatu proyek irigasi dapat merangsang pertumbuhan
ganggang di air yang menampungnya atau mendorong perubahan jenis kehidupan air akibat
naiknya kegaraman air di badan air yang menampung drainasi itu.
h. Terbentuknya penghalang bagi jalur perpindahan normal dari binatang-binatang darat akibat
adanya waduk.
i. Berubahnya jenis-jenis kehidupan air akibat meningkatnya kekeruhan air dari erosi yang
ditimbulkan oleh manusia atau dari pengerukan.
j. Kerusakan jenis-jenis kehidupan yang baik akibat bahan-bahan racun (pestisida, logam-logam
beracun, dan sebagainya) yang dibuang ke dalam sungai dan terpusat pada rantai pangannya.
k. Kerusakan kehidupan ikan yang harus malalui pompa atau turbin atau bangunan pelimpah
bendungan besar.
l. Kerusakan tumbuh-tumbuhan di tebing sungai akibat perubahan pola aliran sungai
2.4. Potensi Pengembangan Pada Lokasi Bendungan
Pada lokasi Bendungan Telaga Tunjung akan dikembangkan sebagai daerah obyek pariwisata
yaitu berupa wisata alam, wisata budaya, dan wisata minat khusus.
Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau
mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait
di bidang tersebut. Menurut Undang-undang RI No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan,
pengusahaan obyek dan daya tarik wisata dikelompokkan dalam:
a. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam, merupakan usaha pemanfaatan sumber daya
alam dan tata lingkungannya yang telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk
dijadikan sasaran wisata.
b. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya, merupakan usaha seni budaya bangsa
yang telah dilengkapi sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata.
c. Pengusahaan Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus, merupakan usaha pemanfaatan
sumber daya alam dan atau potensi seni budaya bangsa untuk dijadikan sasaran wisatawan yang
mempunyai minat khusus.
BAB III
STUDI KASUS
Bendungan Vajont adalah bendungan lengkung ganda, melengkung tipis, dan setinggi
860 kaki, ia tetap menjadi salah satu bendungan tertinggi di dunia. Bendungan selebar 11 kaki di
puncak, lebar 73 kaki di pangkalan, dengan panjang puncak 623 kaki. Ada 16 gerbang di puncak
dengan pembangkit tenaga listrik bawah tanah dan tiga outlet di abutment. Kapasitas reservoir
dirancang untuk 138.000 hektar. Vajont adalah bagian dari jaringan bendungan, pembangkit
tenaga listrik dan terowongan yang dibangun untuk pembangkit listrik tenaga air oleh Societa
Adriatica di Elettricità (SADE). Pada saat kejadian, kepemilikan telah dialihkan ke ENEL,
badan listrik nasional.
Bendungan Vajont terletak di Sungai Vajont, anak sungai dari Sungai Piave, tepat di
hulu Longarone di timur laut Italia. Longarone berjarak sekitar 60 mil di utara Venesia, Italia.
Bendungan itu dibangun di ngarai kapur yang curam dan sempit, tinggi di wilayah Dolomit di
Pegunungan Alpen Italia, diukir oleh tebasan dan erosi sungai. Pegunungan di daerah ini
ditandai dengan tebing yang hampir vertikal. Gunung Toc, terletak di lembah Vajont, menara
4.800 kaki di atas lantai lembah.
Konstruksi dimulai pada Juli 1957, dan reservoir Vajont mulai mengisi pada Februari
1960. Selama pengisian pertama ada pendapat yang berbeda tentang apakah bank reservoir di
sepanjang Gunung Toc adalah situs longsoran batu purba. Sebuah surat kabar lokal menerbitkan
sebuah artikel yang menunjukkan bahwa tanah longsor berulang di dekat lokasi bendungan dan
meningkatkan kemungkinan bencana. Ini menciptakan reaksi dengan publik dan segera setelah
itu, tindakan hukum diambil terhadap surat kabar karena menyebarkan berita palsu dan
mengganggu perdamaian. Warga dijamin aman, tetapi mereka terus tidak mempercayai stabilitas
Gunung Toc, menjulukinya "gunung yang berjalan". Konstruksi bendungan selesai pada bulan
September 1960.
Reservoir terus mengisi sampai 4 November 1960 ketika, dengan ketinggian air reservoir
pada kedalaman 600 kaki (ketinggian 645 meter), longsoran batu hampir satu juta yard kubik
memasuki reservoir. Gelombang tujuh kaki merambat melintasi reservoir sebagai akibat dari
tanah longsor, tetapi tidak ada yang terluka. Dari November hingga Desember 1960, reservoir
diturunkan ke kedalaman sekitar 450 kaki (ketinggian 600 meter). Setelah slide, model hidrolik
dilakukan, dan sumur eksplorasi dan piezometer dipasang untuk memantau kondisi. Pada bulan
Oktober 1961, konstruksi terowongan bypass selesai untuk menghubungkan bagian atas dan
bawah reservoir jika mereka dipisahkan oleh slide lain.
Waduk dibiarkan naik selama tahun berikutnya, sampai pada bulan November 1962,
ketika suatu peristiwa curah hujan besar menyebabkan permukaan danau mencapai kedalaman
780 kaki (ketinggian 700 meter). Selama acara ini, gerakan bumi yang diukur (creep) meningkat
menjadi 0,5 inci per hari di dalam cekungan. Reservoir kembali diturunkan dari Desember 1962
hingga Maret 1963, menyebabkan pergerakan berhenti. Dari April hingga Juli 1963 waduk
dinaikkan 16 kaki (hingga ketinggian 705 meter), lagi-lagi menyebabkan pergerakan kembali ke
0,2 inci per hari. Sebuah pola telah muncul pada titik ini - saat level reservoir meningkat, begitu
juga creep yang diukur.
Selama musim panas 1963, peristiwa presipitasi lain yang serupa dengan yang dialami
tahun sebelumnya menyebabkan peningkatan permukaan air reservoir meningkat ke level
tertinggi yang tercatat, kedalaman 814 kaki, 50 kaki dari ketinggian puncak bendungan
(ketinggian 710 meter) . Pergerakan saat ini diukur pada lebih dari 1,2 inci per hari, sehingga
penarikan reservoir lain dimulai. Pada 4 Oktober, total pergerakan mencapai hampir 8 inci per
hari.
Beberapa hari sebelum bencana, walikota Erto mengeluarkan sebuah manifesto yang mendesak
penduduk desa untuk mengungsi. Beberapa rumah dievakuasi, tetapi hanya ada sedikit
kekhawatiran. Walikota Casso memerintahkan orang untuk mengevakuasi lereng dan mengirim
pemberitahuan tentang gelombang yang diperkirakan dari tanah longsor yang diantisipasi. Satu
setengah jam sebelum bencana, lalu lintas tertahan di jalan-jalan di bawah bendungan,
sementara pesan telepon mengatakan "mungkin sedikit air di atas bendungan malam ini, (tapi) ..
tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Perusahaan listrik itu dikatakan telah mengatakan kepada
seorang insinyur untuk "tetap tenang dan tidur dengan mata terbuka".
Pada malam 9 Oktober 1963, longsoran batu besar terjadi dengan kedalaman 782 kaki
(ketinggian 700,4 meter). Pada saat meluncur, level reservoir adalah 82 kaki di bawah
ketinggian puncak bendungan dan volume reservoir sekitar 109.000 acre-kaki. Dengan lebar
sekitar 1,2 mil dengan kedalaman 1,0 mil, massa yang sangat besar itu diperkirakan mencapai
350 juta meter kubik bumi dan puing-puing. Volume luncuran sekitar dua kali volume air yang
ditahan di belakang Bendungan Vajont dan meluncur ke reservoir dalam waktu kurang dari 45
detik.
Vajont dianggap sebagai longsoran batu paling berbahaya yang pernah terjadi di Eropa.
Peristiwa itu menciptakan getaran bumi yang kuat, yang tercatat sejauh Wina dan Brussel.
Longsoran batu memindahkan reservoir Vajont, menyebabkan angin dan air mengalir ke segala
arah. Pembaruan udara, batu, dan air memanjat dinding ngarai sekitar 850 kaki di atas reservoir.
Gelombang air mencapai lebih dari 330 kaki di atas puncak bendungan. Sekitar 20.000 acre-kaki
air melewati bendungan, menciptakan kedalaman banjir di muara Sungai Vajont sekitar 230
kaki, satu mil ke hilir.
Peringatan yang dikeluarkan sebelum longsoran Vajont sebagian besar tidak efektif. Para
pejabat mengira reservoir ditarik cukup ke bawah untuk tidak menyebabkan kerusakan, tetapi
mereka terlalu meremehkan ukuran akibat longsoran batu. Peringatan tidak dikeluarkan dalam
waktu yang cukup bagi penduduk hilir untuk mengungsi, dan jika ya, sangat sedikit orang yang
memperhatikan peringatan tersebut. Banjir terjadi pada malam hari ketika banyak warga hilir
tidur. Biasanya, peristiwa kegagalan bendungan yang terjadi pada malam hari lebih fatal
daripada peristiwa yang terjadi di siang hari.
Konsekuensi dari peristiwa ini adalah unik dalam skala, dengan tingkat kematian yang
sangat tinggi yang disebabkan oleh perairan banjir yang sangat dalam dan bergerak cepat. Total
kematian diperkirakan di atas 2.056 dan banyak lainnya terluka. Warga yang mampu mengungsi
melarikan diri dengan berjalan kaki, secara naluri berlari menanjak setelah mendengar suara
keras. Angin yang diciptakan oleh perpindahan udara yang cepat menyebabkan kehancuran
sebelum air tiba. Tingkat kerusakan penuh tidak jelas sampai pagi berikutnya. Sangat kecil
kemungkinan orang diselamatkan. Sebagian besar struktur hancur atau terkubur.
Ada pemantauan di lokasi secara ekstensif di bendungan ketika batu longsor terjadi,
dengan 20 personel teknis di pusat kendali di penyangga kiri, yang semuanya tewas. Empat
puluh orang terbunuh di gedung perkantoran dan hotel di dekat penyangga kanan, 300 kaki di
atas permukaan waduk. Gelombang air membasahi danau menuju Casso dan Erto, komunitas di
atas waduk, tempat ledakan udara dan air menghancurkan bangunan dan menyebabkan
sedikitnya 158 korban jiwa.
Lima kota hilir dihancurkan termasuk Longarone, Pirago, Rivalta, Villanova, dan Fae.
Air pertama kali tiba di Longarone pada pukul 10:43, sekitar 4 menit setelah longsor. Kota ini
sepenuhnya diratakan karena kedalaman dan kecepatan gelombang banjir (banjir dengan tingkat
keparahan tinggi). Dari sekitar 1.328 orang di Longarone yang berisiko pada saat gelombang
banjir, 1.269 kematian terjadi, yang menghasilkan tingkat kematian 94 persen. Longarone
adalah tujuan wisata, sebuah desa pegunungan yang sebagian besar terdiri dari bangunan tempat
tinggal dan komersial. Gelombang banjir benar-benar menghancurkan kota itu, menghasilkan
salah satu tingkat kematian tertinggi yang pernah diketahui karena banjir akibat kegagalan atau
insiden bendungan.
Secara mengejutkan, struktur Bendungan Vajont hanya mengalami sedikit kerusakan,
meskipun mengalami gaya dari slide gabungan dan gelombang limpasan yang jauh melebihi
tekanan desain. Bendungan tetap di tempat hari ini, meskipun tanpa air di belakangnya.
Meskipun struktur bendungan tampaknya telah dirancang dengan baik (hanya beberapa kaki atas
bendungan yang mengalami kerusakan), desainer tidak memahami geologi di lembah lembah.
Kegagalan stabilitas lereng terjadi ketika berat tanah dan massa batuan mengatasi
ketahanan geser tanah di sepanjang bidang kegagalan. Geser Vajont terjadi karena efek
gabungan dari reservoir yang meningkat dan curah hujan yang tinggi - air di dalam tanah yang
mengurangi kekuatan geser - mengaktifkan kembali permukaan yang gagal bersejarah. Massa
geser bergerak sebagai blok, tergelincir pada satu atau lebih lapisan tanah liat jenuh, terus
menerus di seluruh area besar di cekungan. Lapisan tanah liat yang gemuk ini bertindak sebagai
pelumas, mengurangi gesekan di sepanjang bidang yang rusak, dan sebagai membran untuk
menahan air. Analisis stabilitas tidak dilakukan selama konstruksi bendungan atau pengisian
pertama, bahkan setelah munculnya ketidakstabilan lereng besar pada awal November 1960.
Vajont menyoroti perlunya penyelidikan geoteknik menyeluruh selama desain bendungan,
khususnya analisis stabilitas lereng reservoir untuk bendungan di daerah pegunungan.
“Penyelidikan setiap lokasi bendungan harus mencakup studi rinci tentang lereng
reservoir yang diusulkan. Jika slide lama atau area yang rentan terhadap sliding diidentifikasi,
evaluasi terperinci stabilitas relatifnya dalam kondisi reservoir harus dilakukan. Pelajaran yang
diberikan oleh (Vajont) tidak perlu dipelajari kembali oleh generasi lain. "- Hendron dan Patton,
1986
Para pejabat tidak mengakui besarnya bahaya atau skala kemungkinan longsoran batu karang di
Vajont. Bahkan mereka yang paling akrab dengan fasilitas itu, termasuk insinyur yang bekerja
di lokasi bendungan tampaknya tidak memahami risikonya. Longsoran Oktober lebih dari 400
kali lipat dari longsoran tiga tahun sebelumnya. Adalah umum bagi orang untuk kembali ke
sejarah yang diamati baru-baru ini untuk mencoba dan memprediksi masa depan, sambil
menormalkan pengamatan. Mungkin juga ada keraguan untuk memperingatkan dan
mengevakuasi orang sebelum hasilnya pasti. Bahkan jika pejabat dan insinyur memahami risiko
yang terkait dengan longsoran batu, ada beberapa cara untuk memulihkan situasi setelah
konstruksi, di luar menghapus Dam sepenuhnya atau mengevakuasi dan merelokasi kota-kota di
hilir Vajont.
Studi kasus ini dapat mengingatkan kita tentang bahaya yang ada di bendungan, bahkan
jika suatu struktur dianggap aman dan tidak gagal. Pada tahun-tahun sebelum kejadian, risiko
longsoran batu besar dan konsekuensinya dinormalisasi dan saat acara berlangsung, pesan
peringatan yang jelas dan singkat tidak pernah dikeluarkan. Vajont menyoroti perlunya
investigasi geoteknis menyeluruh selama desain bendungan, khususnya analisis stabilitas lereng
reservoir. Bendungan Vajont tetap di tempat hari ini dan memberikan kesempatan pendidikan
yang unik dan penting bagi pengunjung.
BAB IV
ANALISA KASUS
Salah satu alasan kegagalan bendungan vajont di Italia adalah kesalahan besar dalam
mengasumsikan bahwa tidak ada tanah longsor yang cukup besar untuk menyebabkan tsunami
akan terjadi di daerah tersebut. selama pembangunan bendungan ada kekhawatiran bahwa tepi
kiri tidak stabil, jadi ini diselidiki dan ditemukan bahwa ada tanah longsor besar di masa lalu di
lereng sebelumnya. namun, gagasan ini ditolak karena penyelidikan lebih lanjut termasuk
pengeboran 3 lubang bor dan investigasi seismik tidak menemukan tanda-tanda kelemahan dan
tampaknya membuktikan bahwa lereng tersebut terdiri dari batu yang kokoh dan stabil yang
tidak mungkin menyebabkan tanah longsor besar. Mengabaikan bahkan kemungkinan terkecil
bahwa tanah longsor bisa terjadi adalah cacat besar dalam pembangunan bendungan, dan karena
itu dapat berkontribusi pada bencana.
BAB V
KESIMPULAN