NIM : 04011281823159
Kelas : Gamma 2018
2. Palpasi
Pengkajian lebih lanjut dilakukan dengan menyentuh tubuh klien dan
biasanya digunakan bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dapat
dilakukan dengan menggunakan telapak tangan, jari dan ujung jari
untuk mengkaji kelembutan (softness), kekakuan (rigidity), massa,
suhu, posisi dan ukuran, kecepatan dan kualitas nadi perifer.
Palpasi dapat dibedakan menjadi palpasi ringan dan dalam. Palpasi
ringan dilakukan misalnya pada abdomen untuk mengetahui adanya
tenderness. Letakkan tangan pada bagian tubuh yang akan
dipalpasidan tekan sedalam 1 cm. Daerah yang mengalami tenderness
dikaji lebih lanjut. Tekanan dilakukan dengan ringan dan sebentar-
sebantar. Tekanan yang keras dan lama akan menyebabkan
sensitivitas tangan perawat berkurang. Setelah palpassi ringan,
palpassi dapat dilanjutkan dengan palpasi dalam utuk mengkaji
kondisi organ, misalnya organ yang ada dalam abdomen. Perawat
meenekan daerah ayng akan dipalpasi sedalam 2 cm. Palpasi harus
dilakukan dengan hati-hati karena tekanan yang terlalu lama akan
menyebabkan injury internal. Palpasi dalam dapat dilakukan dengan
satu atau dua tangan. (bimanually). Ketika melakukan dengan dua
tangan, satu tangan (disebut sensing hand) relaks dan diletakkan
diatas kulit klien. Tangan lain (diseebut akctive hand) memberikan
tekanan pada sensing hand. Bagian paling sensitif dari tangan, ujung
jarri digunakan untuk mengkaji texturee, bentuk, ukuran, konsistensi
dan pulsasi. Temperaatur paling baik dikaji dengaan punggung
tangan. Dan teelapak tangan akan lebih sensitif terhadap fibrasi.
Dokter mengkaji posisi, konsistensi dan turgor kulit dengan
meng"grasping" dengan ringan bagian tubuh yang akan dikaji. Saat
mempalpasi klien juga haarus memperhaatikan bagian tubuh yang
dikaji agar tidak menimbulkan masalaah lebih lanjut. Misalnya saat
mempalpasi arteri besar palpassi dilakukan tidak dengan terlalu kuaat
agar tidak meenimbulkan obstruksi.
3. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui bentuk, lokasi dan densitas
struktur yang ada dibawah permukaan kulit. Perkusi dapat
memverivikasi daata yang telah didapat melalui foto roontgen, atau
pengkajian melalui palpasi dan auskultasi. Perkusi dapat dilakukan
secara langsung yaitu dengan mengetukkan jari tangan langsung pada
permukaan tubuh, atau secara tidak langsung dengan menempatkan
jari tengah dari tangan nondominan (diseebut pleximeter)di
permukaan tubuh yang akan di perkusi dan dengan jari tengah tangan
yang dominan (disebut plexor), ketuk pada distal phalang jari tengah
tangan non dominan, dibawah dasar kuku Perkusi dapat
menghasilkan lima jenis suara, yaitu tympany, resonance,
hyperresonance, dullness dan flatness (lihat tabel. 2). Setiap suara
dihasilkan oleh tipe jaringan yang ada dibawahnya.
4. Auskultasi
Ausskultasi adalah mendengarkan (biasanya dengan stetoskop) suara
yang dihasilkan tubuh untuk membedakan suara normal dan
abnormal. Perawat haras mengenali suara normal pada sistem
kardiovasskuler, respirassi dan gasstrointestinal sebelum dapat
membedakan suara yang abnormal. Untuk dapat melakukan
auskultasi dengan baik perawat harus memiliki pendengaraan yang
baik, stetoskop yang baik dan tahu cara menggunakan stetoskop
dengan tepat Bell sstetosskop paaling baik jika digunakan untuk
mendengarkan suarau yang memiliki Pitch rendah, misalnya suara
vaskular dan suara jantung. Adapun diafraagma stetoskop digunakn
untuk mendengarkan suara yang memiliki pitch tinggi, seperti suara
para dan bising usus. Juga perhatikan kebisingan lingkungan dan
instruksikan klien tidak berbicara selama pemeriksaan.
Melalui auskultasi, dokter mencatat karakteristik suara berikut ini:
a. Frekuensi/jumlah gelombang suara per detik karena fibrasi
obyek
b. Luodness/ amplitude gelombang suara : keras/pelan
c. Kualitas/ suara tersebut memiliki frekuensi dan kekerasan yang
sama
d. Durasi waktu suara terdengar: pendek, sedang, panjang
Pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS) :
1. Suhu Tubuh
Alat untuk mengukur suhu adalah termometer. Terdapat berbagai
macam termometer diantaranya termometer air raksa dan elektrik
(digital). Pengukuran suhu dapat dilakukan pada mulut, ketiak (aksila)
dan rektum (anus).
Pemeriksaan suhu oral tidak dilakukan pada pasien yang tidak dapat
menutup mulutnya, gelisah, pembedahan oral. Suhu normalnya antara
36,5 °C - 37 °C. Dilakukan setelah pasien kurang lebih 30 menit
makan, minum, merokok, olah raga. Rektal: tidak dilakukan pada
pasien dengan pembedahan rectal, diare dan penyakit rectum. Suhu
rectal antara 0,4 °C dan 0,5 °C lebih tinggi dari mulut. Digunakan
pada bayi dan anak kecil dan bukan untuk bayi yang baru lahir. Paling
baik untuk mengukur suhu karena tidak banyak terpengaruh oleh
lingkungan. Axilla: suhu normal axilla 0,5 °C lebih rendah daripada
suhu mulut. Aman untuk bayi yang baru lahir. Sangat terpangruh
faktor dari luar. Membran Timpani: metode mi lebih cepat, anian dan
mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan cara yang
lain. Suhu timpani normal 0,8 °C lebih tinggi daripada suhu normal
mulut. Dil akukan dengan menggunakan termometer elektronik yang
khusus. Rentang suhu normal tubuh adalah antara 36,5 °C - 37,5 °C.
Apabila melebihi batas tersebut disebut hipertermi, dan apabila
kurang dari batas tersebut disebut hipotermi.
2. Frekuensi Nadi
Tujuan pengukuran frekuensi nadi adalah untuk mengetahui jumlah
denyut rata-rata permenit / frekuensi, menunjukkan apakah denyutnya
termasuk normal, cepat atau lambat, karakter denyut untuk
menunjukkan kekuatan dan ritme dari denyut nadi, apakah denyutnya
teratur atau tidak, dan apakah denyut nadi pasien kuat atau lemah.
3. Frekuensi Napas
Bernafas merupakan pergerakan involunter (tidak disadari) dan
volunter (disadari) yang diatur oleh pusat nafas di batang otak dan
dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan. Pada waktu inspirasi,
diafragma dan otot-otot interkostalis berkontraksi, memperluas rongga
thoraks dan memekarkan paru-paru. Dinding dada akan bergerak ke
atas, ke depan, dan ke lateral, sedangkan diafragma bergerak ke
bawah. Setelah inspirasi berhenti paru-paru akan mengkerut,
diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan kembali ke
posisi semula.
Nilai normal frekuensi nafas pada anak-anak bervariasi tergantung
dari usia anak tersebut sedangkan pada orang dewasa mempunyai nilai
yang tetap. Nilai normal frekuensi nafas orang dewasa adalah 12-20
x/menit. Perhatikan pula adanya penggunaan otot nafas tambahan dan
adanya pergerakan dinding dada yang asimetris.
Frekuensi nafas dapat dihitung dengan cara menghitung banyaknya
nafas dalam 30 detik kemudian dikalikan 2. Jangan menghitung
banyaknya nafas dalam 15 detik kemudian dikalikan 4 karena hasil
yang didapat akan under estimate. Begitu pula pada bayi lakukan
penghitungan selama 1 menit karena adanya periode apnea pada bayi.
4. Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan sphygmomanometer air
raksa,digital atau aneuroid dengan menggunakan satuan milimeter air
raksa (mmHg). Ukuran manset berpengaruh terhadap besarnya nilai
tekanan darah. Panjang manset sebaiknya melingkari + 80 % lengan
atas yang akan dipasang maset tersebut, sedangkan lebar manset + 40
% panjang lengan atas. Ukuran manset yang kecil
menyebabkan nilai tekanan darah meningkat dari yang seharusnya
begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu sebaiknya disediakan manset
dengan ukuran normal dan anak-anak (pediatri).
Ada 2 hal yang dicatat pada saat melakukan pengukuran tekanan
darah, yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
Biasanya pengukuran dilakukan di lengan kanan atas kecuali bila ada
cedera. Pengukuran tekanan darah bisa juga dilakukan di ekstremitas
bawah. Tekanan ini disebut tekanan darah segmental. Tujuannya
adalah untuk mengetahuin adanya oklusi/sumbatan arteri pada
ekstremitas bawah (ankle brachial pressure index).
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO-ISH 1999