Anda di halaman 1dari 12

Nama : Sarah Savitri

NIM : 04011281823159
Kelas : Gamma 2018

PEMERIKSAAN FISIK PADA DEMAM TIFOID


A. Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan dilakukan untuk kebutuhan klien. Jika klien berada dalam
kondisi akut, saat itu perawat melakukan pengkajian hanya sistem tubuh
yang terlibat. Pengkajian lebih lanjut dilakukan saat klien teelah berada pada
kondisi yang lebih baik. Pemeriksaan fisik secara lengkap dilakukan untuk
screening rutiin untuk meningkatkan tingkat kesehatan dan tindakan
preventif, untuk keperluan asuransi kesehatan, militer atau melamar
pekerjaan dan jika klien akan masuk RS dalam jangka lama. Tujuan
pemeriksaan fisik adalah :
a. mendapatkan data dasar tentang kesehatan klien
b. menambah, konfirmasi atau membuktikan data yang didapat dalam
riwayat keperawatan
c. konfirmasi dan mengidentifikasi dx. Keperawatan
d. membuat penilaian Minis terhadap perubahan status kesehatan dan
manajemen masalah klien
e. mengevaluasi hasil perawatan
Pengkajian lengkap atau sebagian yang dilakukan, seharusnya
terinteegrasi dalam perawatan rutin. Misalnya saat klien melakukan oral
hygine, perawat dapat melakukan pengkajian pada rongga mulut klien, atau
saat memandikan klien, perawat dapat mengkaji kondisi kulit dan bagian-
bagian tubuh klien yang lain. Hal ini dilakukan untuk lebih mengefisienkan
penggunaan waktu. Pengkajian ini seharusnya menjadi perilaku automatik
perawat saat berinteraksi dengan klien. Kemampuan akan ketampilan
pemeriksaan fisik akan membuat perawat mendapatkan data yang
komprehansif dan relevan. Pemeriksaan fisik umum dilakukan dengan
empat cara yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
1. Inspeksi
Dokter melakukan inspeksi atau melihat bagian-bagian tubuh klien
untuk mendeteksi kondisi normal atau adanya tanda fisik tertentu.
Untuk itu perawat haarus mengetahui karakteristik normal sebelum
dapat mengetahui adanya hal-hal yang abnormal. Penting juga untuk
mengeetahui karakteristik normal untuk tiap usia. Misalnya kulit
kering, keriput dan tidak elastik normal ditemukan pada usia lanjut
tetapi tidak pada klien dewasa. Inspeksi dilakukan saat kontak
pertama dengan klien dan dapat dilakukan secara langsung ataupun
tidak langsung. Secara langsung dilakukan dengan penglihatan,
pendengaran, penciuman; sedangkan tidak langsung dilakukan
dengan menggunakan bantuan peralatan seperti spekulum,
ophtalmoscope. Inspeksi dilakukan secara obyektif, jangan dicampur
dengan ide atau harapan anda. Insspeksi dapat dilakukan dengan
pendekatan sistem tubuh, head to toe atau kombinasi keduanya, agar
tidak ada yang terlewat Jika menemukan adanya sesuatu yang
berbeda dari karakteriskti normal, lakukan pengkajiaan secara lebih
mendalam. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan
inspeksi, antara lain :
a. Pencahayaan baik
b. Posisi dan bagian tubuh terbuka sehingga seluruh
permukaannya dapat terlihat
c. Inspeksi setiap area: ukuran, bentuk, warna, kesimetrisan,
posisi dan abnormalitas
d. Bandingkan pada sisi tubuh yang lain
e. Gunakan cahaya tambahan ketika menginspeksi rongga tubuh

2. Palpasi
Pengkajian lebih lanjut dilakukan dengan menyentuh tubuh klien dan
biasanya digunakan bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dapat
dilakukan dengan menggunakan telapak tangan, jari dan ujung jari
untuk mengkaji kelembutan (softness), kekakuan (rigidity), massa,
suhu, posisi dan ukuran, kecepatan dan kualitas nadi perifer.
Palpasi dapat dibedakan menjadi palpasi ringan dan dalam. Palpasi
ringan dilakukan misalnya pada abdomen untuk mengetahui adanya
tenderness. Letakkan tangan pada bagian tubuh yang akan
dipalpasidan tekan sedalam 1 cm. Daerah yang mengalami tenderness
dikaji lebih lanjut. Tekanan dilakukan dengan ringan dan sebentar-
sebantar. Tekanan yang keras dan lama akan menyebabkan
sensitivitas tangan perawat berkurang. Setelah palpassi ringan,
palpassi dapat dilanjutkan dengan palpasi dalam utuk mengkaji
kondisi organ, misalnya organ yang ada dalam abdomen. Perawat
meenekan daerah ayng akan dipalpasi sedalam 2 cm. Palpasi harus
dilakukan dengan hati-hati karena tekanan yang terlalu lama akan
menyebabkan injury internal. Palpasi dalam dapat dilakukan dengan
satu atau dua tangan. (bimanually). Ketika melakukan dengan dua
tangan, satu tangan (disebut sensing hand) relaks dan diletakkan
diatas kulit klien. Tangan lain (diseebut akctive hand) memberikan
tekanan pada sensing hand. Bagian paling sensitif dari tangan, ujung
jarri digunakan untuk mengkaji texturee, bentuk, ukuran, konsistensi
dan pulsasi. Temperaatur paling baik dikaji dengaan punggung
tangan. Dan teelapak tangan akan lebih sensitif terhadap fibrasi.
Dokter mengkaji posisi, konsistensi dan turgor kulit dengan
meng"grasping" dengan ringan bagian tubuh yang akan dikaji. Saat
mempalpasi klien juga haarus memperhaatikan bagian tubuh yang
dikaji agar tidak menimbulkan masalaah lebih lanjut. Misalnya saat
mempalpasi arteri besar palpassi dilakukan tidak dengan terlalu kuaat
agar tidak meenimbulkan obstruksi.

3. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui bentuk, lokasi dan densitas
struktur yang ada dibawah permukaan kulit. Perkusi dapat
memverivikasi daata yang telah didapat melalui foto roontgen, atau
pengkajian melalui palpasi dan auskultasi. Perkusi dapat dilakukan
secara langsung yaitu dengan mengetukkan jari tangan langsung pada
permukaan tubuh, atau secara tidak langsung dengan menempatkan
jari tengah dari tangan nondominan (diseebut pleximeter)di
permukaan tubuh yang akan di perkusi dan dengan jari tengah tangan
yang dominan (disebut plexor), ketuk pada distal phalang jari tengah
tangan non dominan, dibawah dasar kuku Perkusi dapat
menghasilkan lima jenis suara, yaitu tympany, resonance,
hyperresonance, dullness dan flatness (lihat tabel. 2). Setiap suara
dihasilkan oleh tipe jaringan yang ada dibawahnya.

4. Auskultasi
Ausskultasi adalah mendengarkan (biasanya dengan stetoskop) suara
yang dihasilkan tubuh untuk membedakan suara normal dan
abnormal. Perawat haras mengenali suara normal pada sistem
kardiovasskuler, respirassi dan gasstrointestinal sebelum dapat
membedakan suara yang abnormal. Untuk dapat melakukan
auskultasi dengan baik perawat harus memiliki pendengaraan yang
baik, stetoskop yang baik dan tahu cara menggunakan stetoskop
dengan tepat Bell sstetosskop paaling baik jika digunakan untuk
mendengarkan suarau yang memiliki Pitch rendah, misalnya suara
vaskular dan suara jantung. Adapun diafraagma stetoskop digunakn
untuk mendengarkan suara yang memiliki pitch tinggi, seperti suara
para dan bising usus. Juga perhatikan kebisingan lingkungan dan
instruksikan klien tidak berbicara selama pemeriksaan.
Melalui auskultasi, dokter mencatat karakteristik suara berikut ini:
a. Frekuensi/jumlah gelombang suara per detik karena fibrasi
obyek
b. Luodness/ amplitude gelombang suara : keras/pelan
c. Kualitas/ suara tersebut memiliki frekuensi dan kekerasan yang
sama
d. Durasi waktu suara terdengar: pendek, sedang, panjang
Pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan Glasgow Coma Scale (GCS) :

B. Pemeriksaan Tanda Vital


Pemeriksaan Vital Sign terdiri dari Suhu Tubuh (to ), Nadi (N), Tekanan
Darah (Tensi/T), Frekuensi Nafas (Respiratory Rate/RR), Perfusi Perifer
(Akral). Dikatakan vital karena memberikan informasi penting mengenai
status kesehatan pasien. Vital Sign berguna untuk mengidentifikasi adanya
masalah kesehatan yang akut. Pemeriksaan ini juga digunakan untuk
mengetahui secara cepat derajat kesakitan penderita. Semakin jelek nilai Vital
Sign maka semakin berat derajat kesakitan penderita dan begitu pula
sebaliknya. Penyakit kronis seperti hipertensi juga diketahui dengan cepat
pada pemeriksaan Tekanan Darah yang terdapat dalam Vital Sign. Hampir
sebagian besar pasien yang berobat ke dokter atau Rumah Sakit telah
dilakukan pemeriksaan Vital Sign oleh perawat / tenaga paramedis. Namun
demikian seorang dokter dapat melakukan pemeriksaan Vital Sign kembali
untuk mendapatkan/memastikan data yang lebih akurat terlebih lagi bila nilai
Vital Sign tersebut digunakan sebagai data dasar (database) dalam
menentukan perawatan/penangan terhadap pasien selanjutnya. Untuk
melakukan pemeriksaan Vital Sign dibutuhkan ruangan yang terang, nyaman
dan tenang. Beritahukan kepada pasien mengenai tindakan yang akan
dilakukan. Usahakan pasien dalam keadaan tenang dengan cara
mempersilakan duduk/berbaring relaks kurang lebih 5 menit sebelum
pengukuran. Keadaan paien yang tegang sangat mempengaruhi besarnya nilai
Vital Sign. Sebelum pengukuran Vital Sign kita bisa melihat secara singkat
keadaan umum pasien mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki terutama
mimik muka. Dari mimik muka dapat diketahui derajat kesakitan, kecemasan,
ketegangan pasien.

1. Suhu Tubuh
Alat untuk mengukur suhu adalah termometer. Terdapat berbagai
macam termometer diantaranya termometer air raksa dan elektrik
(digital). Pengukuran suhu dapat dilakukan pada mulut, ketiak (aksila)
dan rektum (anus).
Pemeriksaan suhu oral tidak dilakukan pada pasien yang tidak dapat
menutup mulutnya, gelisah, pembedahan oral. Suhu normalnya antara
36,5 °C - 37 °C. Dilakukan setelah pasien kurang lebih 30 menit
makan, minum, merokok, olah raga. Rektal: tidak dilakukan pada
pasien dengan pembedahan rectal, diare dan penyakit rectum. Suhu
rectal antara 0,4 °C dan 0,5 °C lebih tinggi dari mulut. Digunakan
pada bayi dan anak kecil dan bukan untuk bayi yang baru lahir. Paling
baik untuk mengukur suhu karena tidak banyak terpengaruh oleh
lingkungan. Axilla: suhu normal axilla 0,5 °C lebih rendah daripada
suhu mulut. Aman untuk bayi yang baru lahir. Sangat terpangruh
faktor dari luar. Membran Timpani: metode mi lebih cepat, anian dan
mempunyai resiko yang lebih kecil dibandingkan dengan cara yang
lain. Suhu timpani normal 0,8 °C lebih tinggi daripada suhu normal
mulut. Dil akukan dengan menggunakan termometer elektronik yang
khusus. Rentang suhu normal tubuh adalah antara 36,5 °C - 37,5 °C.
Apabila melebihi batas tersebut disebut hipertermi, dan apabila
kurang dari batas tersebut disebut hipotermi.

2. Frekuensi Nadi
Tujuan pengukuran frekuensi nadi adalah untuk mengetahui jumlah
denyut rata-rata permenit / frekuensi, menunjukkan apakah denyutnya
termasuk normal, cepat atau lambat, karakter denyut untuk
menunjukkan kekuatan dan ritme dari denyut nadi, apakah denyutnya
teratur atau tidak, dan apakah denyut nadi pasien kuat atau lemah.

Denyut nadi dapat diraba pada arteri besar seperti a. radialis, a.


brakhialis, a. femoralis, a.karotis. Jantung memompa darah dari
ventrikel kiri menuju ke sirkulasi tubuh dan dari ventrikel kanan ke
paru. Dari ventrikel kiri darah dipompa ke aorta dan diteruskan ke
arteri di seluruh tubuh. Akibat kontraksi ventrikel dan aliran darah
timbulah gelombang tekanan yang bergerak cepat pada arteri yang
dirasakan sebagai denyut nadi. Dengan menghitung frekuensi denyut
nadi dapat diketahui frekuensi denyut jantung dalam satu menit.
Penghitungan frekuensi nadi biasanya dilakukan dengan cara palpasi
a. Radialis yang terdapat pada daerah pergelangan tangan. Seringkali
denyut arteri tersebut dapat terlihat dengan mudah sehingga
membantu kita dalam menentukan letak arteri tersebut. Selama palpasi
nadi kita menentukan frekuensi nadi, irama dan kualitas denyutan.
Denyut nadi dewasa normal memiliki frekuensi 60-100 x/menit, irama
teratur/regular dengan kualitas denyutan kuat angkat/terisi penuh.
Denyut nadi dapat dihitung secara langsung dengan mendengarkan
denyut jantung melalui stetoskop. Besarnya denyut jantung bervariasi
tergantung dari usia. Seorang bayi baru lahir memiliki denyut nadi
sekitar 130-150 x /menit, balita 100-120 x/menit, anak-anak 90-110
x/menit, dewasa 60-100 x menit. Bila frekuensi nadi < 60 x/menit
dinamakan bradikardi. Sedangkan bila > 100 x/menit dinamakan
takikardi. Irama jantung yang normal (teratur) dinamakan irama sinus
normal. Irama jantung yang bukan irama sinus normal dinamakan
aritmia. Pada keadaan tertentu denyut jantung tidak sampai ke arteri,
hal ini disebut defisit nadi (pulsus deficit).

3. Frekuensi Napas
Bernafas merupakan pergerakan involunter (tidak disadari) dan
volunter (disadari) yang diatur oleh pusat nafas di batang otak dan
dilakukan dengan bantuan otot-otot pernafasan. Pada waktu inspirasi,
diafragma dan otot-otot interkostalis berkontraksi, memperluas rongga
thoraks dan memekarkan paru-paru. Dinding dada akan bergerak ke
atas, ke depan, dan ke lateral, sedangkan diafragma bergerak ke
bawah. Setelah inspirasi berhenti paru-paru akan mengkerut,
diafragma akan naik secara pasif dan dinding dada akan kembali ke
posisi semula.
Nilai normal frekuensi nafas pada anak-anak bervariasi tergantung
dari usia anak tersebut sedangkan pada orang dewasa mempunyai nilai
yang tetap. Nilai normal frekuensi nafas orang dewasa adalah 12-20
x/menit. Perhatikan pula adanya penggunaan otot nafas tambahan dan
adanya pergerakan dinding dada yang asimetris.
Frekuensi nafas dapat dihitung dengan cara menghitung banyaknya
nafas dalam 30 detik kemudian dikalikan 2. Jangan menghitung
banyaknya nafas dalam 15 detik kemudian dikalikan 4 karena hasil
yang didapat akan under estimate. Begitu pula pada bayi lakukan
penghitungan selama 1 menit karena adanya periode apnea pada bayi.

4. Tekanan Darah
Tekanan darah diukur dengan menggunakan sphygmomanometer air
raksa,digital atau aneuroid dengan menggunakan satuan milimeter air
raksa (mmHg). Ukuran manset berpengaruh terhadap besarnya nilai
tekanan darah. Panjang manset sebaiknya melingkari + 80 % lengan
atas yang akan dipasang maset tersebut, sedangkan lebar manset + 40
% panjang lengan atas. Ukuran manset yang kecil
menyebabkan nilai tekanan darah meningkat dari yang seharusnya
begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu sebaiknya disediakan manset
dengan ukuran normal dan anak-anak (pediatri).
Ada 2 hal yang dicatat pada saat melakukan pengukuran tekanan
darah, yaitu tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik.
Biasanya pengukuran dilakukan di lengan kanan atas kecuali bila ada
cedera. Pengukuran tekanan darah bisa juga dilakukan di ekstremitas
bawah. Tekanan ini disebut tekanan darah segmental. Tujuannya
adalah untuk mengetahuin adanya oklusi/sumbatan arteri pada
ekstremitas bawah (ankle brachial pressure index).
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah Menurut WHO-ISH 1999

Cara Pemeriksaan Tekanan Darah :


- siapkan tensimeter dan stetoskop
- penderita dalam posisi keadaan duduk atau berbaring
- lengan dalam keadaan bebas dan relaks, bebaskan dari tekanan
karena pakaian
- pasang manset sehingga melingkari lengan atas dengan tidak terlalu
ketat,
- tempatkan lengan penderita sehingga siku dalam posisi sedikit
fleksi dan lengan bawah supinasi
- cari a. Brakhialis yang biasanya terletak di sebelah medial tendon
m. Biceps
- dengan tiga jari rabalah a. Brakhialis dan pompa manset dengan
cepat sampai kira-kira 30 mmHg di atas tekanan ketika pulsasi arteri
brachialis menghilang
- turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai denyutan a.
Brakhialis teraba
kembali. Tekanan ini disebut tekana sistolik palpatoir
- ambil stetoskop, pasangkan diafragma stetoskop pada a. Brakhialis
- pompa manset kembali sampai + 30 mmHg diatas tekanan sistolik
paalpatoir,
kemudian secara perlahan-lahan turunkan tekanan manset dengan
kecepatan 2-3
mmHg/detik. Perhatikan saat dimana denyutan a. Brakhialis
terdengar pertama
kali. Inilah tekanan Sistolik. Kemudian lanjutkan penurunan tekanan
manset
sampai suara denyutan melemah dan kemudian menghilang.
Tekanan pada saat
menghilang adalah tekanan Diastolik. Bunyi denyutan yang
terdengar oleh
stetoskop disebut suara Korotkoff
- catat hasil tersebut di rekam medik (medical record)
- pengulangan pengukuran dilakukan setelah menunggu beberapa
menit dari
pengukuran pertama

JAWABAN ANALISIS MASALAH


1. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Tanda vital : kesadaran : compos mentis/ E4V5M6; Tekanan darah :
110/70mmHg; frekuensi nadi : 88x/menit; frekuensi napas 20x/menit; suhu
: 39,6oC.
Keadaan fisik : kepala : bibir pecah-pecah, lidah berselaput putih
kekuningan, kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor.
Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan kuadran kanan bawah, auskultasi :
bising usus normal.
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik keadaan umum tersebut?
Keadaan umum : tampak sakit sedang

b. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik tanda vital tersebut?


 Tanda vital : kesadaran : compos mentis/ E4V5M6 >> sadar
sepenuhnya.
 Tekanan darah : 110/70mmHg >>
 frekuensi nadi : 88x/menit >> normal. (Rentang normal 60-100
x/menit)
 frekuensi napas 20x/menit >> normal. (Rentang normal 12-20
x/menit)
 suhu : 39,6oC >> hipertermi.

c. Bagaimana interpretasi pemeriksaan keadaan fisik?


 Kepala : bibir pecah-pecah, lidah berselaput putih kekuningan,
kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta tremor >>
Tanda khas/patoknomonik pada demam tifoid.
 Abdomen : datar, lemas, nyeri tekan kuadran kanan bawah,
auskultasi : bising usus normal >> kemungkinan
hepatosplenomegali.

Anda mungkin juga menyukai