Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk dijadikan barang
sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak
dapat ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan dan penggunaan kayu untuk suatu
tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini
penting sekali dalam industri pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat
tersebut tidak saja dapat dipilih jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan
yang memungkinkan, akan tetapi juga dapat dipilih kemungkinan penggantian
oleh jenis kayu lainnya apabila jenis yang bersangkutan sulit didapat secara
kontinyu atau terlalu mahal.
Sifat mekanik kayu ialah kemampuan kayu untuk menahan muatan atau
beban dari luar.Muatan dari luar ialah gaya-gaya di luar benda yang mempunyai
kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya benda.Gaya adalah setiap
usaha yang cenderung untuk menggerakkan benda yang diam, atau mengubah
bentuk dan ukurannya, atau mengubah arah dan kecepatan benda yang bergerak.
Ada beberapa macam gaya yang dapat bekerja pada benda yang disebut gaya
primer yaitu :
1. Gaya yang mengakibatkan pemendekan ukuran atau memperkecil volume
benda disebut gaya tekan (compressive stress)
2. Gaya yang cenderung untuk menambah dimensi atau volume benda disebut
gaya tarik (tensile stress)
3. Gaya yang mengakibatkan satu bagian benda bergeser terhadap bagian benda
yang lain disebut gaya geser (shearing stress)
4. Gaya lengkung (bending stress) adalah hasil kombinasi semua gaya primer
yang menyebabkan terjadinya pelengkungan.
5. Sifat mekanika biasanya merupakan syarat-syarat terpenting bagi pemilihan
kayu sebagai bahan struktural misalnya untuk konstruksi bangunan, palang-
palang lantai, tiang listrik, kerangka perabot rumah tangga, alat-alat olah raga,
alat kedok-teran dan lain-lain.

1
Sifat mekanika kayu terdiri dari keteguhan tarik, keteguhan
tekan/kompressi, keteguhan geser, keteguhan lengkunga (lentur), kekakuan,
keuletan, kekerasan, dan keteguhan belah. Dalam laporan ini, percobaan yang
dilakukan khusus mengenai keteguhan lengkung (lentur).
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya-gaya
yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun
hidup selain beban pukulan. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan yaitu :
a. Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara perlahan-lahan.
b. Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang
mengenainya secara mendadak, misalnya pukulan.
Dengan mengetahui sifat-sifat mekanik kayu, kita dapat memastikan
fungsi spesifik dari suatu bahan dan kita bisa mengetahui bahan tersebut cocok
digunakan untuk bidang tertentu. Karena setiap bahan memiliki sifat-sifatmekanik
dan fisik yang berbeda maka pengetahuan tentang sifat-sifat ini adalah hal yang
mutlak untuk diketahui. Dalam praktikum ini kita akan mengetahui tentang salah
satu sifat mekanik bahan kayu, khususnya sifat kekuatan lentur. Dimana pada
hasil akhirnya kita dapat mengetahui kekuatan lentur dari suatu bahan yang kita
uji.
B. Tujuan& Kegunaan
Adapun tujuan& kegunaan yang ingin dicapai pada praktikum sifat
makroskopis kayu antara lain :
1. Untuk mengetahui dan memahami cara mengukur dan menghitung nilai
modulus patah (MoR) dan modulus elastisitas (MoE) melalui pengujian lentur
pada contoh uji Arthrophyllum diversifolium (lento-lento)
2. Untuk mengetahui dan memahamicara mengukur dan menghitung nilai
keteguhan tekan sejajar serat pada contoh uji Arthrophyllum diversifolium
(lento-lento)

2
BAB II
METODE PRAKTIKUM
A. Lokasi Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 28 November 2014
pukul 08.00-09.00 WITA di Laboratorium Teknologi Hasil Hutan, Fakultas
Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.
B. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah contoh uji
Arthrophyllum diversifolium (lento-lento) yang berukuran 2 cm x 2 cm x 30 cm
untuk pengujian lentur dan 2 cm x 2 cm x 8 cm untuk pengujian tekan sejajar
serat. Sedangkan alat yang digunakan yaitu caliper (jangka sorong), Universtal
Testing Machine (UTM), aksesoris pengujian lentur, aksesoris pengujian tekan
sejajar serat, deflektometer, dan alat tulis-menulis untuk mencatat hasil
pengamatan.
C. Prosedur Kerja
1. Pengujian Lentur ( Penentuan nilai MoR dan MoE)
Prosedur kerja dari praktikum pengujian lentur ( Penentuan nilai MoR dan
MoE) yaitu pertama contoh uji bebas cacat disiapkan dengan ukuran 2 cm x 2 cm
x 30 cm, kemudian dimensi lebar dan tebal contoh uji diukur menggunakan
caliper, lalu contoh uji diletakkan pada UTM dengan aksesoris pengujian lentur
yang disiapkan sebelumny dengan jarak sanggah 28 cm. Kemudian, deflektometer
dipasang dan diatur posisinya pada sisi contoh uji untuk diukur besarnya defleksi
yang terjadi. Contoh uji diberikan beban secara perlahan dengan kecepatan
pembebanan 1mm/menit. Dilakukan pencatatan defleksi yang terjadi setiap
kelipatan beban 5 kgf dan beban maksimum pada contoh uji. Pengujian
dinyatakan selesai apabila contoh uji telah rusak atau mencapai beban
maksimum. Nilai MoR dan MoE dihitung dengan persamaan berikut :
3𝑃𝐿
MoR = 2 𝑏 ℎ2 .................................. [1]

dimana : MoR = Modulus patah (kg/cm2)

3
P = beban maksimum (kg)
L = jarak sanggah (cm)
b = lebar contoh uji (cm)
h = tebal contoh uji (cm)
∆𝑃 𝐿3
MoE =4 ∆𝑌 𝑏 ℎ3 ....................................... [2]

dimana : MoE = Modulus Elastisitas (kg/cm2)


∆P = perubahan beban yang digunakan(kg)
∆Y = perubahan defleksi setiap perubahan beban (cm)
L = jarak sanggah (cm)
b = lebar contoh uji (cm)
h = tebal contoh uji (cm)
2. Pengujian Tekan Sejajar Serat
Prosedur kerja dari praktikum ini yaitu pertama contoh uji bebas cacat
disiapkan dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 8 cm, kemudian dimensi lebar dan tebal
contoh uji diukur menggunakan caliper, contoh uji diletakkan pada UTM dengan
aksesoris pengujian tekan sejajar serat yang disiapkan sebelumnya. Selanjutnya,
contoh uji diberikan beban secara perlahan dengan kecepatan pembebanan 0.24
mm/menit. Selanjutnya dilakukan pencacatan beban maksimum pada contoh uji.
Pengujian dinyatakan selesai apabila contoh uji telah rusak atau mencapai beban
maksimum. Nilai keteguhan tekan sejajar serat dihitung dengan persamaan berikut

: σtekan|| =𝐴 ................................................. [3]


𝑃

dimana : σtekan || = keteguhan tekan sejajar serat (kg/cm2)


P = beban maksimum (kg)
A = luas permukaan yang dikenai beban (cm2)

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan dengan contoh uji
jenis kayu Arthrophyllum diversifolium (lento-lento) maka dapat diperoleh hasil
dalam bentuk grafik dan tabel sebagai berikut :

Grafik Hubungan Beban dengan Defleksi


160
140
120
P (Beban)

100
(kg)

80
60
40
20
0
0 2 4 6 8 10 12
Y (Defleksi)
(mm)

Gambar I. Hubungan Beban dengan defleksi

Grafik hubungan beban dengan defleksi


60
50
40
P (beban)
(kg)

30
20
y = 23.391x - 14.662
10
R² = 0.9991
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Y (Defleksi)
(mm)

Gambar II. Bentuk Linear Hubungan Beban dengan Defleksi

5
Tabel 1.Hasil Perhitungan Arthrophyllum diversifolium (lento-lento) :
Hasil Perhitungan Nilai
No.
Percobaan σtekan ||serat MoR MoE
(kg/cm2) (kg/cm2)
(kg/cm2)
1 Pengujian Tekan 281.58 - -
Sejajar Serat
2 Pengujian Lentur - 582.143 61362.655

B.Pembahasan
Berdasarkan pada hasil pengujian kelenturan menunjukkan bahwa pada
saat beban kayu mencapai 137 kg, contoh uji rusak atau sudah sampai beban
maksimum. Ketika contoh uji tersebut diberi beban sebesar 55 kg pada contoh uji
panjang defleksi sebesar tersebut mencapai 0.3 cm atau 3.00 mm.
Untuk pengujian lentur dari hasil pengukuran dimensi, didapatkan nilai h
atau tebal rata-rata contoh uji yang diukur yaitu 21.165 mm atau 2.1165 cm, dan
untuk b atau lebar contoh uji yang diukur yaitu 22.065 mm atau sama dengan
2.2065 cm. Sedangkan untuk jarak sanggahnya atau L sepanjang 28 cm. Menurut
Kollman dan Cote (1968) kekuatan lentur patah atau Modulus of Rupture (MoE)
merupakan sifat mekanis kayu yang berhubungan dengan kekuatan kayu yaitu
ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban atau gaya luar yang bekerja
padanya dan cenderugn merubah bentuk dan ukuran kayu tersebut. Modulus of
Rupture (MoR) dihitung dari beban maksimum (beban pada saat patah) dalam uji
keteguhan lentur dengan menggunakan pengujian yang sama untuk MoE.
Berdasarkan pernyataan diatas hal ini sesuai dengan persamaan [1] sehingga
diperoleh MoR sebesar 582.143 kg/cm2.

6
Menurut Haygreen dan Bowyer (1982) Modulus elastisitas (MoE)
berkaitan dengan regangan, defleksi dan perubahan bentuk yang terjadi.Besarnya
defleksi dipengaruhi oleh besar dan lokasi pembebanan, panjang dan ukuran balok
serta MOE kayu itu sendiri. Makin tinggi MoE akan semakin kurang defleksi
balok atau gelagar dengan ukuran tertentu pada beban tertentu dan semakin tahan
terhadap perubahan bentuk.Tegangan didefinisikan sebagai distribusi gaya per
unit luas, sedangkan renggangan adalah perubahan panjang per unit panjang
bahan.Berdasarkan pernyataan diatas hal ini sesuai dengan persamaan [2]
diperoleh nilai MoE sebesar 61362.655kg/cm2.
Determinasi MoR dilakukan bersamaan dengan pengujian MoE Pengujian
dilakukan pada arah sejajar panjang. Pengujian dilakukan dengan pemberian
beban pada bagian tengah contoh uji. Jarak sanggah (L) yang digunakan adalah 28
cm. Gaya yang terdapat pada balok saat dimuati beban, yakni gaya tekan, gaya
geser, dan gaya tarik.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu-kayu yang berat sekali juga
kuat sekali, dan bahkan kekuatan, kekerasan, dan sifat mekanik lainnya adalah
berbanding lurus dengan berat jenisnya (PKKI 1961). Lembaga Pusat
Penyelidikan Kehutanan membagi-bagi kekuatan kayu Indonesia dalam lima kelas
kuat, hal ini dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel II. Kelas Kuat Kayu Berdasarkan Berat Jenis,MoR,dan Kekuatan Tekan
Sejajar
Kelas Berat Jenis MoR Kekuatan Tekan
Kayu (kg/cm2) Sejajar Serat (kg/cm2)
Absolut Tegangan Ijin Absolut Tegangan Ijin
I >9.0 >1100 150 >650 130
II 0.90-0.60 1100-725 100 650-425 85

III 0.60-0.40 725-500 75 425-300 60


50 45
IV 0.40-0.30 500-360 300-215
- -
V <0.30 <360 <215

7
Menurut data di atas, dapat diketahui bahwa contoh uji yang digunakan
sebagai sampel dalam praktikum ini dengan nilai MoR sebesar 582.143 kg/cm2
tergolong kayu kelas III.Untuk pengujian tekan sejajar serat menunjukkan bahwa
pada saat beban kayu mencapai 1315 kg mengenai permukaan kayu seluas 4.67
cm2, contoh uji rusak atau sudah mencapai beban maksimum sehingga diperoleh
nilai keteguhan tekan sejajar serat sebesar 281.58kg/cm2dari persamaan [3] dan
menurut tabel diatas dapat diketahui bahwa contoh uji yang digunakan sebagai
sampel dalam praktikum ini dengan nilai keteguhan tekan sejajar serat tergolong
kayu kelas IV.
Berdasarkan nilai MoE (Modulus of Elasticity) PKKI 1961 (Peraturan
Kontruksi Kayu Indonesia) membasi kekuatan kayu Indonesia dalam empat kelas
kuat. Kelas kayu berdasarkan MoE (Modulus of Elassticcity) :
Tabel III. Kelas Kuat Kayu Berdasarkan MOE ( Modulus of Elasticity)
Kelas Kuat MoE (kg/cm2)
I 125000
II 100000
III 80000
IV 60000

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kayu yang digunakan
sebagai sampel dengan nilai MoE sebesar 61362.655 kg/cm2 tergolong kelas kayu
IV. Berdasarkan hasil kelas kayu yang diperoleh, menurut Mody Lempang (2010)
pada umumnya kelas kuat IV - III baik untuk pemakaian konstruksiyang hanya
terbatas pada bagian-bagian yang tidak memikul beban berat (kaso, reng, dinding,
lis dan plafon), disamping sebagai bahan konstruksi,beberapa jenis kayu
sebagian besar berserat lurus dan bertekstur agak halus, agak licin dan mengkilap
sehingga kayu ini cocok digunakan sebagai bahan moulding, vinir, dan pallet.

8
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan, maka dapat disimpulkan


bahwa:
1. Pada pengujian uji lentur kayu, kayu Arthrophyllum diversifolium (lento –
lento) mengalami beban maksimum sebesar 137kg dengan nilai MoR
sebesar 582.143 kg/cm2, nilai MoE sebesar 61362.655 kg/cm2.
2. Pada pengujian tekan sejajar serat diperoleh nilai keteguhan sejajar serat
sebesar 281.58kg/cm2.
B. Saran
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat dikemukakan beberapa
saran, antara lain :
1. Berdasarkan hasil kelas kayu yang telah diperoleh kayu jenis
Arthrophyllum diversifolium (lento–lento)yang termasuk kelas kuat IV -
III baik untuk pemakaian konstruksi yang hanya terbatas pada bagian-
bagian yang tidak memikul beban berat (kaso, reng, dinding, lis dan
plafon).
2. Kayu jenis lento-lento cukup digunakan sebagai bahan moulding, vinir,
dan pallet karena berserat lurus dan bertekstur agak halus, agak licin dan
mengkilap.

DAFTAR PUSTAKA

9
Daud,S. 2009. Sifat-sifat Kayu dan Penggunaannya.
http://www.dephut.go.id/Halaman/STANDARDISASI_&_LINGKUNGA
N_KEHUTANAN/INFO_V02/VII_V02.htm
diakses tanggal 9 Desember 2014 Pukul 1.20 WITA
Haygreen, J. G. and Bowyer, J. L. (1982). Forest Product and Wood Science.
Lowa State University Press : New York.
Kollman, F. dan Cote, J. R. (1968). Principles of Woods Science and Technology
I. Solid Wood : New York.
Lempang, Mody.2010. Sifat Fisik dan Mekanik Kayu Sama-sama. Balai
Penelitian Kehutanan Makassar : Makassar.

LAMPIRAN

10
A. Pengujian Tekan Sejajar Serat
Dik : Pmax = 1315 kg
A=bxh
= 2.2065 cm x 2.1165 cm
= 4.67 cm2
Dit :σtekan || ?
Jawaban :σtekan || =𝐴
𝑃

1315 kg
= 4.67 𝑐𝑚2
= 281.58kg/cm2
B. Pengujian Lentur
Dik : Pmax = 137 kg
∆𝑃
=𝑎
∆𝑌
y = ax +b
y = 14.742 + 6.6027
∆𝑃
jadi∆𝑌 =23.391 kg/mm = 233.91 kg/cm
L = 28 cm
b = 2.2065 cm
h = 2.1165 cm
Dit :MoR dan MoE?
3𝑃𝐿
Jawaban : MoR = 2 𝑏 ℎ2
3 137𝑘𝑔 28𝑐𝑚
MoR = 2 2.2065cm (2.1165cm)2
11508 𝑘𝑔𝑐𝑚
MoR =19.7684 𝑐𝑚3

MoR =582.143 kg/cm2


∆𝑃 𝐿3
MoE=4 ∆𝑌 𝑏 ℎ3
1 ∆𝑃 𝐿3
MoE =4 𝑥 𝑥
∆𝑌 𝑏 ℎ3
1 (28 𝑐𝑚)3
MoE =4 𝑥 233.91 kg/cm 𝑥 2.2065 cm(2.1165 cm)3

1 21592 𝑐𝑚3
MoE =4 𝑥 233.91 kg/cm 𝑥 20.9199 𝑐𝑚4

MoE =58.4775 kg/cm x 1049.34/cm


MoE =61362.655kg/cm2

P Y

11
(kg) (mm)
5 0.65
10 0.95
15 1.24
20 1.5
25 1.7
30 1.9
35 2.12
40 2.32
45 2.53
50 2.77
55 3
60 3.27
65 3.58
70 3.86
75 4.13
80 4.4
85 4.7
90 4.97
95 5.36
100 5.78
105 6.2
110 6.6
115 7.1
120 7.68
125 8.35
130 9.2
135 10.25

12

Anda mungkin juga menyukai